Anda di halaman 1dari 6

PERSFEKTIF TENTANG HUKUM PROGRESIF

Dr. Hj. Emma Dysmala, S.H., M.Si

ABSTRAK

Hukum progresif secara moral menghendaki agar cara berhukum tidak mengikuti model status quo,
melainkan secara aktif mencari dan menemukan avenues baru sehingga manfaat kehadiran hukum dalam
masyarakat lebih meningkat. Hukum progresif selalu peka dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat baik lokal, nasional maupun global. Dengan demikian hukum progresif tidak ingin mempertahankan
status quo terlebih bila keadaan tersebut menimbulkan dekadensi suasana korup dan merugikan masyarakat.

Kata kunci :Persfektif, Hukum Progresif


sociological jurisprudence dari Roscue Pound, dia
A. PENDAHULUAN menolak studi hukum sebagai studi tentang
Dalam konsep hukum progresif, hukum peraturan-peraturan melainkan diluar hal itu dan
tidak ada untuk kepentingannya sendiri, melainkan melihat efek hukum serta bekerjanya hukum.
untuk suatu tujuan yang berada diluar dirinya. Oleh Hukum progresif tidak bergerak pada aras
karena itu, hukum progresif meninggalkan tradisi legalistik dogmatis, analitis positivistik tetapi lebih
analytical jurisprudence  atau rechtsdogmatik. pada aras sosiologis. Hal ini diartikan bahwa hukum
Tradisi atau aliran tersebut hanya melihat ke dalam tidak mutlak digerakkan oleh hukum positif atau
hukum dan menyibukkan diri dengan membicarakan hukum peraturan perundang-undangan tetapi hukum
dan melakukan analisis ke dalam, khususnya hukum bergerak secara non formal. Bukti-bukti tersebut
sebagai suatu bangunan peraturan yang dinilai banyak dikemukakan dan merupakan peluang untuk
sebagai sistematis dan logis. Dunia di luar, seperti menjalankan hukum progresif.
manusia, masyarakat, kesejahteraan ditepiskannya. Sejak digulirkan tahun 2002, sudah banyak
Jika hukum berpijak pada peraturan dan orang yang tergugah dengan pendekatan hukum
perilaku, maka hukum progresif lebih menekankan progresif karena dianggap sebagai pendekatan
faktor perilaku diatas peraturan sebab faktor manusia alternatif di tengah keberadaan positivisme hukum.
dianggap lebih menentukan daripada peraturan yang Kalangan positivisme hukum diam-diam
berlaku. Faktor manusia merupakan yang utama memperhitungkan Hukum Progresif sebagai benih
daripada hukum, hal ini akan membawa pemikiran yang berangsur siap di semai di lahan sosial, yang
untuk memahami hukum sebagai suatu proses yang akan merepotkan kalangan yang memposisikan
mengarah pada proses membentuk jati dirinya. Sesuai hukum sebagai sebagai mesin yang mekanistik,
dengan pendapat Karl Renner yang merumuskan The rasional dan berkepastian. Sejak kira-kira tahun 2002
Development of the Law Gradually Works Out what Hukum Progresif muncul, namun pendekatan ini
is socially Reasonable.  belum menjadi konsep yang dapat diterapkan
Hukum progresif tidak dilihat dari aspek menjadi tujuan. Sepanjang ini hanya digunakan
hukum itu sendiri melainkan dari tujuan sosial yang sebagai argumen dan konsep kepedulian (sensitizing
dicapainya serta akibat yang timbul dari bekerjanya concept), belum menjadi konsep  teoritis atau
hukum. Kehadiran hukum dikaitkan pada tujuan mahzab.
sosialnya maka hukum progresif dekat dengan
Kristalisasi apa yang dimaksud dengan Spence mengkritik pendidikan hukum dengan
hukum progresif dan paradigma yang menopangnya, mengatakan,”sejak mahasiswa memasuki pintu
yaitu: Pertama, hukum adalah untuk manusia, fakultas hukum, maka rasa kemanusiaannya dirampas
bukan manusia untuk hukum. Nilai ini menempatkan dan direnggut.” Disamping pada ranah pendidikan,
bahwa yang menjadi titik sentral dari hukum peranan perilaku manusia dalam berhukum juga
bukanlah hukum itu sendiri, melainkan manusia. Bila terkait dengan profesi pengemban hukum seperti
manusia itu berpegang pada keyakinan bahwa hakim, jaksa, polisi, pengacara dan profesi hukum
manusia ada untuk hukum, maka manusia itu akan lainnya. Peranan para pengemban hukum memiliki
selalu diusahakan, mungkin juga dipaksakan, untuk signifikansi cerminan hukum bagi  masyarakat.
bisa masuk ke dalam skema-skema yang telah dibuat Satjipto Rahardjo menjawab pertanyaan
oleh hukum. Sebaliknya, pandangan yang banyak orang tentang apa yang dimaksud dengan
menyatakan bahwa hukum adalah untuk manusia hukum progresif. Secara ringkas beliau memberikan
senada dengan pandangan antroposentris yang rumusan sederhana tentang hukum progresif, yaitu
humanis dan membebaskan.  melakukan pembebasan, baik dalam cara berfikir
Kedua, Hukum Progresif menolak untuk maupun bertindak dalam hukum, sehingga mampu
mempertahankan status quo dalam berhukum. membiarkan hukum itu mengalir saja untuk
Mempertahankan status quo berarti mempertahankan menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia
segalanya, dan hukum adalah tolak ukur untuk dan kemanusiaan.
semuanya. Pandangan status quo itu sejalan dengan
cara positivistik, normatif dan legalistik. Sehingga B.MENUJU HUKUM PROGRESIF
sekali undang-undang menyatakan atau merumuskan Munculnya gagasan hukum progresif dan
seperti itu, kita tidak  bisa berbuat banyak, kecuali mengkomunikasikan kepada publik berasal dari
hukumnya dirubah terlebih dahulu. Status quo yang adanya keprihatinan terhadap keterpurukan hukum
dipertahankan lewat asas kepastian hukum tidak dan ketidakpuasan publik kepada kinerja hukum dan
hanya membekukan hukum, tetapi juga berpotensi pengadilan. Dalam konteks  hukum sebagai institusi
besar membekukan masyarakat.  moral, masyarakat memasukkan gagasan, harapan,
Ketiga, Hukum Progresif memberikan cita-cita moral kedalam hukum itulah sebabnya
perhatian besar terhadap peranan perilaku manusia muncul harapan dari masyarakat bahwa pengadilan
dalam berhukum. Perilaku disini dipengaruhi oleh  adalah sebagai “Benteng terakhir Keadilan.” Namun
pengembangan pendidikan hukum. Selama ini demikian harapan-harapan tersebut terkadang
pendidikan hukum lebih menekankan penguasaan menjadi harapan kosong ketika didalam prosesnya
terhadap perundang-undangan yang berakibat ternyata terjadi jual beli perkara. Memang harus
terpinggirnya manusia dari perbuatannya di dalam disadari bahwa para pemegang Profesi Hukum juga
hukum.  memiliki resiko yang sangat besar untuk terpeleset
Kurikulum pendidikan hukum kini dan terjerumus kedalam praktik-praktik manipulasi
mengajarkan tentang teks-teks hukum formal dan kepentingan, dimana perjalanan hukum menjadi
bagaiman mengoperasionalisasikannya. Gerry komoditas, bahkan menjadi komoditas bisnis. Ketika
hukum menjadi komoditas bisnis, maka tidak hukum serta paradigma baru yang dapat dijadikan
terelakkan adanya “Pertukaran antara Penawaran dan untuk melakukan Rule breaking.
pemintaan”. Hal ini jelas sangat  berbeda bila Selanjutnya untuk mewujudkan hal itu perlu
menceritakan hukum sebagai institusi moral; dimana adanya peranan akademisi untuk menampilkan
penegak hukum tidak mudah terjebak oleh tarikan dirinya sebagai  suatu kekuatan sosial yang dapat
kepentingan ekonomi. membantu secara aktif agar hukum keluar dari
Bertumpunya hukum pada peraturan dan kesulitan dan keterpurukan. Akademisi perlu
perilaku, maka hukum progresif lebih menempatkan membangun kepercayaan diri karena akademisi
faktor perilaku diatas peraturan, karena faktor adalah suatu komunitas dan suatu kekuatan sosial
manusia adalam simbol dari unsur compassion, yang tidak  boleh diabaikan. Untuk itu akademisi
empathy, sincerety, edification, commitment, dare dan perlu secara aktif menyampaikan kontribusi yang
determination. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dimulai kepedulian terhadap permasalahan yang
Taverne “Berikan pada saya Jaksa dan Hakim yang terjadi pada masyarakat khususnya di bidang hukum
baik, maka dengan peraturan yang burukpun saya dan sosial.
bisa membuat putusan yang baik.” Hukum adalah sebuah tatanan yang utuh
Seorang hakim selalu berkata “Keadilan ada (holistik) selalu bergerak baik secara evolutif maupun
diatas hukum” dan selalu memutus perkara berdasar Revolusioner. Sifat pergerakan itu merupkan sesuatu
hati nurani terlebih dahulu dan kemudian dicarikan yang tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan, tetapi
peraturannya, oleh karena itu hakim harus memutus sebagai sesuatu yang eksis dan prinsipil. Pemikiran
berdasarkan hukum. tersebut sesuai dengan gagasan tentang hukum yang
Apabila dihubungkan dengan pendapat diatas hukum dicetuskan oleh Satjipto Raharjo, hukum bukanlah
progresif tidak hanya bergerak pada legalistik- logika semata lebih daripada  itu hukum, merupakan
dogmatis, analitis positivistik, tapi lebih kepada yang ilmu sebenarnya, yang harus selalu dimaknai
bersifat sosiologis. sehingga selalu up to date.
Hukum tidak hanya  digerakkan oleh hukum Esensi utama pemikiran Satjipto Rahardjo
positif dan peraturan perundang-undangan tetapi berangkat dari konsep bahwa hukum bukan sebagai
hukum dapat bergerak kearah yang bersifat non sebuah produk yang selesai ketika diundangkan atau
formal, hal ini merupakan peluang untuk hukum tidak selesai ketika tertera menjadi kalimat
menjalankan hukum progresif.  yang rapih dan bagus, tetapi melalui proses
Gagasan hukum progresif mendorong pemaknaan yang tidak pernah berhenti maka hukum
komunitas pekerja hukum untuk berani membuat akan menampilkan jati dirinya  yaitu sebagai ilmu.
terobosan dalam menjalankan hukum di Indonesia Ketimpangan hukum di Indonesia muncul
dan tidak hanya dibelenggu oleh pikiran positivistis kepermukaan cenderung menghujam nurani keadilan
dan legal analytical. Dengan tidak disarankan untuk masyarakat. Disparitas hukum yang sangat tinggi
tidak hanya Rule Making, Rule Abiding, tetapi juga terlihat jelas dalam berbagai kasus seperti ringannya
Rule Breaking. Hal tersebut bukan merupakan apriori vonis bagi para koruptor secara kualitas, berbanding
karena masih ada cara melalui metode hukum, teori terbalik dengan vonis yang harus diterima oleh Ibu
Minah yang mencuri 3 buah kakao ataupun oleh tetapi pada saat suatu bangsa  harus melakukan
sepasang suami isteri pencuri setandan pisang. Disisi pembangunan hubungan tersebut menjadi menonjol.
lain hukum mengganjar keluhan Prita Mulia Sari atas Sekalipun Indonesia berdasarkan hukum, tetapi sifat
dugaan malpraktik Rumah Sakit OMNI Internasional otonominya mengalami pertukaran dengan kekuatan 
dengan peradilan perdata dan pidana. Kemudian - kekuatan di luar hukum atau dalam bahasa
kriminalisasi pimpinan KPK yang sedemikian agresif konstitusi berlangsungnya kekuatan  yang  tinggi 
namun tidak mampu secara cepat memeriksa aktor- antara hukum dan kekuasaan. Hukum menonjolkan
aktor dibelakangnya. Situasi ini membuat publik ciri instrumentalnya, karena hukum menjadi saluran
tersadar bahwa hukum tidak mampu lagi menjamin untuk menjalankan keputusan – keputusan politik
terwujudnya keadilan. Hukum berkutat di wilayah yang diambil. Hukum sebagai sarana perekayasaan
kepastian hukum sehingga hukum tidak lagi bekerja sosial merupakan contoh yang  baik mengenai hal
untuk manusia. tersebut. Ada kemungkinan – kemungkinan negatif
Hukum saat ini bekerja untuk dirinya sendiri yang terjadi apabila mengabaikan susunan logis dari
dan tidak bekerja untuk sesuatu yang lebih luas. sisitem peraturan per-undang-undangan, maka hukum
Hukum  modern menjadikan institusi hukum dapat hanya menjadi cap belaka untuk menjalankan
dengan birokrasi dan prosedur yang pada akhirnya keinginan  politik, sehingga benar – benar  hukum
berpotensi kepada menyisihkan kebenaran dan kehilangan otonominya. Identitas bidang hukum telah
keadilan. Hukum modern hanya mampu mewujudkan bergeser menjadi  bidang administrasi.
keadilan formal dan bukan keadilan secara substansi. Selanjutnya menurut Dey Ravena
Sejumlah praktisi, akademisi dan pengamat menceritakan hukum sebagai institusi moral akan
hukum menilai hukum yang berlaku di Indonesia saat membawa kesadaran bagi penentu kebijaksanaan
ini berdasarkan learning with books thinkers sangat dalam hukum untuk menjalankan kekuasaannya
dipengaruhi  oleh transaksi politik. Kepentingan dengan baik, sedangkan menurut Satjipto Raharjo,
kelompok politik  yang dominan lebih berpengaruh kekuasaan yang baik antara lain mempunyai ciri –
ketimbang kepentingan publik. Banyaknya kegagalan ciri  sebagai berikut : 
penegakkan hukum di Indonesia dibuktikan dengan 1. kekuasaan yang
fenomena sulitnya membawa koruptor ke pengadilan. mengabdi  pada kepentingan umum ;
Kegagalan tersebut disebabkan antara lain oleh sikap 2. kekuasaan yang
submissive terhadap kelengkapan hukum yang ada melihat pada lapisan masyarakat yang susah;
seperti prosedur, doktrin dan azas  sebagai akibatnya 3. kekuasaan yang
hukum menjadi safe bagi koruptor dan banyak selalu memikirkan kepentingan publik;
kalangan yang belum merasa mendapat keadilan dari 4. kekuasaan yang
hukum. Oleh karena itu mereka mengajukan kosong dari kepentigan subjektif;
alternatif hukum progresif untuk menjawab rasa 5. kekuasaan yang
keadilan.  mengasihi.
Keadaan berhadapan antara hukum dan Demikian halnya dalam proses – proses penegakkan
kekusaan sudah merupakan masalah yang klasik, hukum dengan munculnya mafia – mafia peradilan
atau broker perkara bukan merupakan hal yang baru Hukum progresif secara moral menghendaki
dan aneh. Hal tersebut menandai bahwa supremasi agar cara berhukum tidak mengikuti model status
hukum  berada dibawah bayang – bayang kekuasaan, quo, melainkan secara aktif mencari dan menemukan
baik kekuasaan politik ataupun  uang dan ini berarti avenues baru sehingga manfaat kehadiran hukum
suatu kegagalan hukum. Upaya-upaya dalam masyarakat lebih meningkat. Hukum progresif
penegakkannya ditentukan oleh proses-proses selalu peka dengan perubahan-perubahan yang terjadi
hukum. Komitmen moral  dan hukum para pemegang di dalam masyarakat baik lokal, nasional maupun
kekuasaan baik dilingkungan eksekutif maupun global. Dengan demikian hukum progresif tidak ingin
lembaga – lembaga penegak hukumnya.  mempertahankan status quo terlebih bila keadaan
Untuk lahirnya hukum progresif merupakan tersebut menimbulkan dekadensi suasana korup dan
antitesis  dari realitas hukum saat ini dimana merugikan masyarakat. 
diperlukan keberanian dan komitmen untuk Gagasan hukum progresif diharapkan dapat
melakukan orde hukum yang responsif termasuk membantu kita keluar dari cengkraman cara
meningkatkan kualitas penegakan hukum dengan berhukum yang sudah dianggap baku. Dengan hukum
melakukan perbaikan di berbagai sektor hukum baik progresif maka hukum akan kembali kepada
dari segi sistem hukumnya sendiri, aparatur penegak fitrahnya bahwa hukum untuk manusia. 
hukum maupun dari segi pendidikan hukum. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Satjipto Raharjo, sistem liberal melihat
bahwa konsep kesamaan (equality) didasarkan Dey Ravena, Gagasan Konsep Hukum Progresif
kepada individu sebagai kebalikan dari sistem hukum Dalam Penegakan Hukum di Indonesia,
liberal, dimana hukum progresif menawarkan konsep Makalah Bandung 2010.
kesamaan didasarkan kepada  kebersamaan (group- Lili Rasjidi dan Wiyasa Putra, Hukum Sebagai
related equality).  Suatu Sistem, Mandar Maju, Bandung, 2003
Dengan kata lain hukum progresif bertujuan Otje Salman, Anthon F. Susanto. Teori Hukum,
untuk menggunakan hukum bagi kepentingan rakyat Refika Aditama Bandung, 2007
diatas kepentingan individu dan dalam pandangan Renner, Karl, The Development of Capitalst
hukum progresif adanya instrumen untuk melayani Property and Institutions Complementary to the
kepentingan masyarakat.  Property Norm” Dalam Sosiologi of Law, Vilhelm
Aubert (e.d) Harmondsworth: Penguin Books, 1969
C.Simpulan Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif,  Genta
Gagasan hukum progresif lahir dari Publishing, Yogyakarta 2009
keresahan menghadapi kinerja hukum yang banyak ---------------, Biarkan Hukum Mengalir, Penerbit
mengalami kegagalan dalam  menyelesaikan Buku Kompas Jakarta, 2007.
persoalan bangsa. Kehadiran gagasan hukum ---------------, Pendidikan Hukum sebagai
progresif sebagai koreksi terhadap kelemahan hukum Pendidikan Manusia, Genta Publishing Yogyakarta
modern yang selalu menyisihkan kebenaran sejati. 2009
--------------, Membangun dan merombak Hukum
Indonesia sebuah Pendekatan Lintas Disiplin,
Genta Publishing Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai