1/Jan-Feb/2017
106
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
terjadi melampaui batas-batas wilayah negara, yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai
seperti jaringan atau sindikat yang berasal dari data sekunder.7
luar negeri yang memasukkan narkotika ke
wilayah Indonesia. Sebagai kejahatan korporasi PEMBAHASAN
menurut Marwan Effendy, kejahatan korporasi A. Pengaturan Penyalahgunaan Narkotika UU
(crime by corporation) seringkali diidentikkan No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dengan kejahatan kerah-putih (white collar Kejahatan narkotika pada khususnya, dan
crime) yang berhubungan dengan kejahatan Narkotika pada umumnya di Indonesia telah
terorganisasi (organizational crime).5 berkembang demikian luas dan kompleks
Kejahatan narkotika khususnya dan narkoba dengan mengancam dan merusak sendi-sendi
pada umumnya terkait erat dengan kejahatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
pencucian uang, yakni para penjahat dan bernegara. Akibat penyalahgunaan narkotika
rekanan mereka yang menggunakan sistem tidak hanya dilihat dari aspek kerusakan secara
keuangan untuk pembayaran dan perpindahan fisik seperti meningkatnya jumlah pengguna
dana dari satu rekening ke rekening lainnya.6 dengan lumpuhnya kesehatan dan kualitas
Uang hasil serta kegiatan transaksi narkotika hidup, melainkan juga dari aspek non fisik
khususnya dan narkoba pada umumnya seperti mental antara lainnya
menggunakan sistem pembayaran seperti meluasnyadekadensi mental, rusaknya potensi
perbankan, padahal uang tersebut adalah uang generasi muda sebagai pewaris dan penerus
hasil kejahatan atau dikenal pula sebagai uang cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
haram. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Penyalahgunaan narkotika yang semakin narkotika, pada bab XI, mengatur kedudukan,
meluas belakangan ini diberbagai kalangan fungsi dan kewenangan Badan Narkotika
masyarakat Indonesia, merupakan bentuk Nasional (BNN), yang menurut Pasal 70,
ketergantungan, yakni bagi pengguna lebih ]š všµl v ZÁ ^ EE u u‰µvÇ ] šµP •W
tertuju pada ketergantungan akan Narkotika itu a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan
sendiri, sedangkan bagi pelaku yang nasional mengenai pencegahan dan
berorientasi bisnis, hasil keuntungan yang pemberantasan penyalahgunaan dan
mudah dan cepat, menyebabkan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
ketergantungan bisnis Narkotika mendasari Narkotika;
kegiatan maupun tindakannya. b. Mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap
B. Perumusan Masalah Narkotika dan Prekursor Narkotika;
1. Bagaimana pengaturan penyalahgunaan c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian
narkotika menurut UU No 35 tahun 2009 Negara Republik Indonesia dalam
tentang Narkotika? pencegahan dan pemberantasan
2. Bagaimana penegakan Hukum penyalahgunaan dan peredaran gelap
penyalahgunaan Narkotika Menurut Narkotika dan Prekursor Narkotika;
KUHAP? d. Meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
C. Metodologi Penelitian pecandu narkotika, baik yang
Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum diselenggarakan oleh pemerintah
normatif. SoerjonoSoekanto dan Sri Mamudji maupun masyarakat.
mengemukakan, pada penelitian hukum e. Memberdayakan masyarakat dalam
normatif, bahan pustaka merupakan data dasar pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
5
Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi
dan
Tax Amnesty Dalam Penegakan Hukum, Penerbit
7
Referensi, Jakarta, 2012, hlm. 93. SoerjonoSoekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
6
HarimanSatria, Anatomi Hukum Pidana Khusus, UII Press, Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada,
Yogyakarta, 2014, hlm. 76. Jakarta, 2001, hlm. 24
107
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
108
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
109
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
110
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran dengan ketentuan Pasal ini telah berkembang
P o ‰ E Œl}š]l v WŒ lµŒ•}Œ E Œl}š]l X_14 sedemikian rupa, sehingga ditemukan
Kewenangan BNN dalam penyelidikan dan penanaman ganja dipekarangan, pada pot
penyidikan tersebut pada dasarnya bunga, menanam ganja di apartemen dan lain-
bertentangan dengan kewenangan penyelidik lainnya.
dan penyidik di dalam KUHAP, yang secara Tindak pidana menurut Pasal 114 ayat-
tegas menempatkan penyelidik maupun ayatnya dari Undang-Undang No. 35 Tahun
penyidik adalah aparat Kepolisian, meskipun 2009, dinyatakan sebagai berikut:
tidak dapat disangkal bahwa aparat penyelidik (1) Setiap orang tanpa hak atau melawan
maupun penyidik BNN adalah berasal dari hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia. membeli, menerima, menjadi perantara
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang dalam jual beli, menukar, atau
Narkotika, mengatur di dalam Bab XV tentang menyerahkan Narkotika Golongan I,
Ketentuan Pidana, sebanyak 38 pasal yang dipidana dengan penjara seumur hidup
mengatur dan mengancam pidana , antara atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
lainnya pada Pasal 111 ayat-ayatnya sebagai tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
berikut: dan pidana denda paling sedikit Rp.
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
hukum menanam, memelihara, memiliki, paling banyak Rp. 10.000.00.000,00
menyimpan, menguasai, atau menyediakan (sepuluh miliar rupiah).
Narkotika Golongan I dalam bentuk (2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara dijual, menjual, membeli menjadi perantara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling dalam jual beli, menukar, menyerahkan,
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana atau menerima Narkotika Golongan I
denda paling sedikit Rp. 800.00.000.00 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
(delapan ratus juta rupiah) dan paling dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
banyak Rp. 8.000.00.000,00 (delapan miliar (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
rupiah). pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
(2) Dalam hal perbuatan menanam, bertanya 5 (lima) gram, pelaku dipidana
memelihara, memiliki, menyimpan, dengan pidana mati, pidana penjara
menguasai, atau menyediakan Narkotika seumur hidup, atau pidana penjara paling
Golongan I dalam bentuk tanaman singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (dua puluh) tahun dan pidana denda
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau maksimum sebagaimana dimaksud pada
melebihi 5 (lima) pohon, pelaku dipidana ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
dengan pidana penjara seumur hidup atau Ketentuan pidana tersebut pada Pasal 114
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun lebih tertuju pada pihak-pihak
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan penyalahgunanarkotika untuk tujuan atau motif
pidana denda maksimum sebagaimana bisnis, yaitu untuk menjual, menawarkan,
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 menukar dan lain sebagainya Narkotika
(sepertiga). Golongan I terhadap penyalahguna Narkotika
Tanaman ganja (Mariyuana) adalah jenis ditentukan ancaman pidana dalam Pasal 127
tanaman Golongan I yang tumbuh liar biasanya ayat-ayatnya Undang-Undang No. 35 Tahun
layaknya rumput, di Indonesia ganja banyak 2009, sebagai berikut:
terdapat di Aceh. Biasanya ganja digunakan (1) Setiap Penyalahguna:
oleh penduduk setempat untuk menjadi a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri
bumbupenyedapmasakan.15 Modus dipidana dengan pidana penjara paling
penyalahgunaan tanaman ganja yang terkait lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri
14
Lihat Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 tentang dipidana dengan pidana penjara paling
badan Narkotika Nasional (BNN) (Pasal 4) lama 2 (dua) tahun; dan
15
DardaSyahrizal, Op Cit, hlm. 8
111
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri Narkotika dan tindak pidana Prekursor
dipidana dengan pidana penjara paling E Œl}š]l ]Œ u‰ • µvšµl v P Œ X_
lama 1 (satu) tahun. Penyalahgunaan narkoba dan proses
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana hukumnya tersebut akan berhadapan dengan
dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib kekuatan dan kecanggihan pelaku kejahatan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dengan berbagai modus operandi yang
dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan membutuhkan profesionalisme, tekad dan
Pasal 103. kemampuan kuat dari aparat penegak hukum,
(3) Dalam hal penyalahguna sebagaimana khususnya BNN, mengingat kelangsungan hidup
dimaksud pada ayat 91) dapat dibuktikan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
atau terbukti sebagai korban Negara Republik Indonesia menjadi
penyalahgunaan Narkotika, Penyalahguna taruhannya. Upaya hukum berupa regulasi
tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis untuk menjadikan kejahatan narkoba sebagai
v Œ Z ]o]š •] •}•] oX_ kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) serta
Tindak pidana menurut Undang-Undang No. sebagai bagian dari pengadilan khusus untuk
35 Tahun 2009 mencakup pula kejahatan menanganinya, merupakan bahan-bahan
korporasi, yakni kejahatan dengan melibatkan pemikiran yang patut untuk diperjuangkan.
atau menggunakan badan usaha atau badan
hukum seperti Perseroan Terbatas untuk PENUTUP
menyalahgunakan Narkotika, sebagaimana A. Kesimpulan
ditentukan pada Pasal 130 ayat-ayatnya, 1. Pengaturan tentang narkotika di
bahwa: Indonesia berdasarkan Undang-Undang
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
dimaksud pada Pasal 111, Pasal 112, Pasal melarang dan mengancam pidana
113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal terhadap penyalahguna Narkotika, yang
117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120. Pasal dapat berupa orang perorangan maupun
121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal badan hukum (korporasi).
125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan 2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2005
oleh korporasi, selain pidana penjara dan tentang Narkotika secara garis besar
denda terhadap pengurusnya, pidana yang mengatur proses acara dalam rangka
dapat dijatuhkan terhadap korporasi penegakan hukumnya dalam 2 (dua)
berupa pidana denda dengan pemberatan garis besar, yakni penindakan
3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana berdasarkan ketentuan pidana yang
dimaksud dalam pasal-pasal tersebut. diatur pada Bab XIV, serta proses
(2) Selain pidana denda sebagaimana pengobatan dan rehabilitasi
dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat sebagaimana diatur pada Bab IX.
dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau B. Saran
b. Pencabutan status badan hukum. 1. Dalam rangka optimalisasi kinerja
Perampasan aset hasil kejahatan Narkotika pemberantasan kejahatan narkoba perlu
juga tercakup dalam tindak pidana menurut dilakukan pembaharuan terhadap
Pasal 136 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Ç vP u vÇ š l v ZÁ ^E Œl}š]l v tentang Narkotika serta peraturan
Prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang perundangan tentang Psikotropika dan
diperoleh dari tindak pidana Narkotika Zat Adiktif.
dan/atau tindak pidana Narkotika dan/atau 2. Perlu peningkatan komitmen,
tindak pidana Prekursor Narkotika, baik berupa profesionalisme dan dedikasi yang tulus
aset dalam bentuk benda bergerak maupun di kalangan aparat penegak hukum
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud termasuk Badan Narkotika Nasional,
serta barang-barang atau peralatan yang bahwa di tangan aparat penegak hukum
digunakan untuk melakukan tindak pidana
112
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
113
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
114