Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. VI/No.

1/Jan-Feb/2017

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MENURUT Narkotika banyak digunakan sebagai hal


HUKUM PIDANA DAN UNDANG-UNDANG yang dibolehkan menurut ketentuan hukum
NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG dalam dunia farmasi maupun pelaksanaan
NARKOTIKA1 operasi pasien di rumah sakit. DardaSyahrizal
Oleh: Chartika Junike Kiaking2 menjelaskan perihal narkotika sebagai berikut:
^E Œl}š]l o Z } š Ç vP l Œi • Œ
ABSTRAK selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk u u‰µvÇ ] Z ( l µš u [ š ŒZ ‰ ‰ Œµ Z v
mengetahui bagaimana pengaturan kesadaran atau membuat terjadinya penurunan
penyalahgunaan narkotika menurut UU No 35 kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi
tahun 2009 tentang Narkotika dan bagaimana sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan
penegakan Hukum penyalahgunaan Narkotika untuk analgesik, antipasmodik, dan
4
Menurut KUHAP. Dengan menggunakan premedikasianestesi._
metode penelitian yuridis normatif, dapat Beberapa jenis kandungan yang
disimpulkan: 1. Pengaturan tentang narkotika berpengaruh terhadap rasa sakit, rasa nyeri
di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. yang ditemukan dalam obat-obatan misalnya
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, melarang pada obat pereda rasa nyeri, obat batuk, obat
dan mengancam pidana terhadap influenza dan lainnya yang merupakan istilah-
penyalahguna Narkotika, yang dapat berupa istilah farmasi tersebut digunakan dalam dunia
orang perorangan maupun badan hukum kesehatan untuk kepentingan pengobatan, dan
(korporasi). 2. Undang-Undang No. 35 Tahun operasi pasien di rumah sakit.
2005 tentang Narkotika secara garis besar Pada umumnya atau sebagian besar tindak
mengatur proses acara dalam rangka pidana menurut Undang-Undang No. 35 Tahun
penegakan hukumnya dalam 2 (dua) garis 2009 tentang Narkotika, merupakan tindak
besar, yakni penindakan berdasarkan pidana penyalahgunaan narkotika, yakni
ketentuan pidana yang diatur pada Bab XIV, penyalahgunaan orang-orang yang tidak
serta proses pengobatan dan rehabilitasi berhak, tidak berwenang. Permasalahan dalam
sebagaimana diatur pada Bab IX. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang lebih
Kata kunci: Penyalahgunaan, Narkotika, hukum banyak mengancam tindak pidana
pidana. penyalahgunaan narkotika, ialah pengguna,
pelaku transaksi, penyedia dan lain sebagainya
PENDAHULUAN adalah orang-orang dalam kondisi sehat, tidak
A. Latar Belakang Permasalahan sakit.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Konsep penyalahgunaan berpangkal dari
Narkotika, menentukan pada Pasal 7, bahwa adanya hak atau kewenangan seseorang yang
^E Œl}š]l Z vÇ ‰ š ]Pµv l v µvšµl dijamin oleh hukum. Penyalahgunaan narkotika
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau merupakan bentuk penyimpangan, tindakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan atau perbuatan dari orang-orang yang tidak
š lv}o}P]X_3 Berdasarkan ketentuan ini, berhak, tidak berwenang menggunakan atau
narkotika merupakan hal yang boleh digunakan mengedarkan narkotika. Di dalam banyak kasus
dan/atau dimanfaatkan sepanjang penggunaan kejahatan narkotika pada khususnya dan
dan/atau pemanfaatannya itu untuk narkoba pada umumnya, senantiasa terkait
kepentingan pelayanan kesehatan, atau dengan kejahatan transnasional, kejahatan
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan korporasi, kejahatan pencucian uang, dan lain
dan teknologi. sebagainya.
Kejahatan narkotika pada khususnya dan
narkoba pada umumnya sebagai kejahatan
1
transnasional, oleh karena kejahatan tersebut
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Ralfie Pinasang,
SH, MH; Fonny Tawas, SH,MH
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. DardaSyahrizal, Undang-Undang Narkotika dan
13071101570 Aplikasinya, Penerbit Laskar Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 1-
3
Lihat UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal 7) 2

106
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

terjadi melampaui batas-batas wilayah negara, yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai
seperti jaringan atau sindikat yang berasal dari data sekunder.7
luar negeri yang memasukkan narkotika ke
wilayah Indonesia. Sebagai kejahatan korporasi PEMBAHASAN
menurut Marwan Effendy, kejahatan korporasi A. Pengaturan Penyalahgunaan Narkotika UU
(crime by corporation) seringkali diidentikkan No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
dengan kejahatan kerah-putih (white collar Kejahatan narkotika pada khususnya, dan
crime) yang berhubungan dengan kejahatan Narkotika pada umumnya di Indonesia telah
terorganisasi (organizational crime).5 berkembang demikian luas dan kompleks
Kejahatan narkotika khususnya dan narkoba dengan mengancam dan merusak sendi-sendi
pada umumnya terkait erat dengan kejahatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
pencucian uang, yakni para penjahat dan bernegara. Akibat penyalahgunaan narkotika
rekanan mereka yang menggunakan sistem tidak hanya dilihat dari aspek kerusakan secara
keuangan untuk pembayaran dan perpindahan fisik seperti meningkatnya jumlah pengguna
dana dari satu rekening ke rekening lainnya.6 dengan lumpuhnya kesehatan dan kualitas
Uang hasil serta kegiatan transaksi narkotika hidup, melainkan juga dari aspek non fisik
khususnya dan narkoba pada umumnya seperti mental antara lainnya
menggunakan sistem pembayaran seperti meluasnyadekadensi mental, rusaknya potensi
perbankan, padahal uang tersebut adalah uang generasi muda sebagai pewaris dan penerus
hasil kejahatan atau dikenal pula sebagai uang cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
haram. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Penyalahgunaan narkotika yang semakin narkotika, pada bab XI, mengatur kedudukan,
meluas belakangan ini diberbagai kalangan fungsi dan kewenangan Badan Narkotika
masyarakat Indonesia, merupakan bentuk Nasional (BNN), yang menurut Pasal 70,
ketergantungan, yakni bagi pengguna lebih ]š všµl v ZÁ ^ EE u u‰µvÇ ] šµP •W
tertuju pada ketergantungan akan Narkotika itu a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan
sendiri, sedangkan bagi pelaku yang nasional mengenai pencegahan dan
berorientasi bisnis, hasil keuntungan yang pemberantasan penyalahgunaan dan
mudah dan cepat, menyebabkan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
ketergantungan bisnis Narkotika mendasari Narkotika;
kegiatan maupun tindakannya. b. Mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap
B. Perumusan Masalah Narkotika dan Prekursor Narkotika;
1. Bagaimana pengaturan penyalahgunaan c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian
narkotika menurut UU No 35 tahun 2009 Negara Republik Indonesia dalam
tentang Narkotika? pencegahan dan pemberantasan
2. Bagaimana penegakan Hukum penyalahgunaan dan peredaran gelap
penyalahgunaan Narkotika Menurut Narkotika dan Prekursor Narkotika;
KUHAP? d. Meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
C. Metodologi Penelitian pecandu narkotika, baik yang
Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum diselenggarakan oleh pemerintah
normatif. SoerjonoSoekanto dan Sri Mamudji maupun masyarakat.
mengemukakan, pada penelitian hukum e. Memberdayakan masyarakat dalam
normatif, bahan pustaka merupakan data dasar pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
5
Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi
dan
Tax Amnesty Dalam Penegakan Hukum, Penerbit
7
Referensi, Jakarta, 2012, hlm. 93. SoerjonoSoekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
6
HarimanSatria, Anatomi Hukum Pidana Khusus, UII Press, Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada,
Yogyakarta, 2014, hlm. 76. Jakarta, 2001, hlm. 24

107
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

f. Memantau, mengarahkan, dan keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik


meningkatkan kegiatan masyarakat • Œ (]•]l u µ‰µv ‰•]l]•X_10
dalam pencegahan penyalahgunaan dan Pengaturan Hukum Narkotika berdasarkan
peredaran gelap narkotika dan Prekursor Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika; Narkotika, menentukan beberapa aspek
g. Melakukan kerja sama bilateral dan penting yakni Impor dan Ekspor (Bab V),
multilateral, baik regional maupun peredaran (Bab VI), Pengobatan dan
internasional guna mencegah dan Rehabilitasi (Bab IX), Pencegahan dan
memberantas peredaran gelap Narkotika Pemberantasan (Bab XI), yang dalam hal impor
dan Prekursor Narkotika; maupun ekspor Narkotika, terkait erat dengan
h. Mengembangkan laboratorium Narkotika penyalahgunaan oleh importir maupun
dan Prekursor Narkotika; eksportir secara melawan hukum, antara
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan lainnya praktik penyelundupan Narkotika yang
dan penyidikan terhadap perkara berarti memasukkan Narkotika secara tidak sah
penyalahgunaan dan peredaran gelap dari negara lain ke wilayah Negara Republik
Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan Indonesia.
j. Membuat laporan tahunan mengenai Kejahatan narkotika, khususnya
pelaksanaan tugas dan wewenang.8 penyalahgunaan narkotika berkembang meluas
Berdasarkan Pasal 67 ayat (3) Undang- dengan berbagai modus operandi baru dan
Undang No. 35 Tahun 2009, dibentuklah Badan berkaitan erat dengan kejahatan transnasional,
narkotika Nasional (BNN) sesuai dengan oleh karena terjadi antarnegara, kejahatan
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 korporasi maupun sebagai kejahatan
tentang Badan Narkotika Nasional (BNN), yang terorganisir. Sebagai kejahatan transnasional,
sekarang dipimpin oleh Komisaris Jenderal penyelundupan narkotika melalui pelabuhan
(Komjen) Polisi Budi Waseso, dengan atau bandar udara, termasuk penyelundupan di
Á Á v vPvÇ u vµŒµš W • o ðU Ç lv] ^ o u perbatasan Indonesia dengan negara-negara
melaksanakan tugas pemberantasan tetangga, merupakan kata yang tidak
penyalahgunaan dan peredaran gelap terbantahkan.
Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN
berwenang melakukan penyelidikan dan B. Penegakan Hukum Penyalahgunaan
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran Narkotika Menurut KUHAP
P o ‰ v Œl}š]l v ‰Œ µŒ•}Œ v Œl}š]l X_9 Di dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Narkotika di Indonesia berdasarkan Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 21
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang dijelaskan bahwa yang bisa dilakukan
Narkotika, melarang dan mengancam pidana penahanan adalah yang ancaman hukumnya 5
terhadap penyalahguna Narkotika, yang dapat (lima) tahun atau lebih. Pasal 127 (35/2009)
berupa orang perorangan maupun badan atau yang biasa disebut Pasal Indikasi pengguna
hukum (korporasi). Penyalahguna dapat berupa ancaman hukumannya maksimal 4 (empat)
orang perorangan maupun badan hukum tahun, artinya bila hanya pasal ini yang
(korporasi). Penyalahguna dapat berupa orang dicantumkan maka tidak dapat dilakukan
yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau penahanan. Bila tidak dilakukan penahanan
melawan hukum, seperti pecandu, yakni orang pada kasus narkotika diduga tersangka akan
yang sudah kecanduan Narkotika, yang melarikan diri. Penangkapan dan penahanan
menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 kasus narkotika selalu diberlakukan Pasal 112
tentang Narkotika, dirumuskan pada Pasal 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tidak
vPl íïU ZÁ ^W v µ E Œl}š]l o Z peduli dia diindikasikan pengedar atau hanya
orang yang menggunakan atau pecandu atau pengguna.
menyalahgunakan Narkotika dan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2005 tentang
Narkotika secara garis besar mengatur proses
8
Lihat UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal 70)
9 10
Lihat Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Lihat UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal 1
Badan Narkotika Nasional (BNN) (Pasal 4) Angka 13)

108
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

acara dalam rangka penegakan hukumnya Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan


dalam 2 (dua) garis besar, yakni penindakan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
berdasarkan ketentuan pidana yang diatur pada Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial
Bab XIV, serta proses pengobatan dan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2012 tentang
rehabilitasi sebagaimana diatur pada Bab IX. Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban
Pengguna narkotika sudah jelas merupakan Penyalahgunaan narkotika, Psikotropika, dan
orang yang melakukan tindak pidana yang Zat Adiktif Lainnya, ditentukan pada Pasal 3,
diancam pidana menurut Undang-Undang No. ZÁ ^dµiµ v ]š š ‰l vvÇ •š v Œ > u P
35 Tahun 2009, tetapi pengguna tersebut juga Rehabilitasi Sosial korban Penyalahgunaan
adalah korban, dan perlindungan hukum NAPZA yaitu :
terhadap korban kejahatan termasuk kejahatan a. Adanya standar untuk lembaga
narkotika penting sekali untuk dicermati dalam penyelenggara rehabilitasi sosial korban
pembahasan ini. Undang-Undang No. 35 Tahun penyalahgunaan NAPZA;
2009, menentukan pada Pasal 54, bahwa b. Memberikan perlindungan terhadap
^W v µ v Œl}š]l v l}Œ v korban dari kesalahan praktik;
penyalahgunaan narkotika wajib menjalani c. Memberikan arah dan pedoman kinerja
rehabilitasi media dan rehab]o]š •] •}•] oX_11 bagi lembaga dalam penyelenggaraan
Ketentuan ini diberikan penjelasannya, bahwa rehabilitasi sosial korban
Ç vP ]u l•µ vP v Zl}Œ v penyalahgunaan NAPZA; dan
‰ vÇ o ZPµv v v Œl}š]l [ o Z • • }Œ vP d. Meningkatkan kualitas dan jangkauan
yang tidak sengaja menggunakan narkotika pelayanan pada lembaga penyelenggara
karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, rehabilitasi sosial korban
dan/atau diancam untuk menggunakan ‰ vÇ o ZPµv v E W• X_12
n Œl}š]l X_ Penentuan standar kelembagaan tersebut
Rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial penting sekali, oleh karena dalam praktik
yang dimaksud oleh Undang-Undang No. 35 terdapat sejumlah lembaga yang menjalankan
Tahun 2009 tentang Narkotika, ialah fungsi rehabilitative terhadap korban
sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 angka penyalahgunaan Narkoba dengan cara-cara
16 dan Pasal 1 angka 17, yang masih-masing tidak manusiawi dalam upaya memutus mata
u Œµuµ•l v ZÁ ^Œ Z ]o]š •] u ]• adalah rantai ketergantungan terhadap Narkoba,
suatu proses kegiatan pengobatan secara antara lainnya direndam pada suatu kolam,
terpadu untuk membebaskan pecandu dari diikat atau dirantai, dan lain-lainnya.
l š ŒP všµvP v v Œl}š]l X_ < uµ ] v Pendekatan rehabilitative yang
]Œµuµ•l v ZÁ ZŒ Z ]o]š •] •}•] o o Z menggunakan pendekatan spiritual dengan
suatu proses kegiatan pemulihan secara jalan mendalami agama agar korban semakin
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar menyadari bahwa perbuatannya menyalahi
bekas pecandu narkotika dapat kembali ketentuan agama, bertentangan dengan
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan perikehidupan sosial dalam keluarga,
u •Ç Œ l šX[ masyarakat maupun berbangsa, merupakan
Implementasi dari rehabilitasi sosial, pilihan tepat dalam penentuan standar
ditentukan standarisasi dalam kelembagaan kelembagaan pelaksana rehabilitasi sosial
(institusional) serta standarisasi rehabilitasi tersebut, yang berada dalam lingkup aturan
sebagaimana ditentukan dalam Peraturan menurut Peraturan Menteri Sosial Republik
Menteri Sosial Republik Indonesia No. 3 Tahun Indonesia No. 26 Tahun 2012 tentang Standar
2012 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan
Sosial korban penyalahgunaan narkotika, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
psikotropika, dan zat adiktif lainnya, serta
berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia No. 26 Tahun 2012 tentang Standar 12
Lihat Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 3
Tahun 2012 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial
11
Lihat UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Pasal Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat
54). Adiktif Lainnya (Pasal 3)

109
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia peredaran gelap Narkotika Prekursor


No. 26 Tahun 2012 menentukan pada Pasal 2, Narkotika;
ZÁ ^dµiµ v ^š v Œ Z Z ]o]š •] ^}•] o h. Melakukan interdiksi terhadap peredaran
Korban Penyalahgunaan NAPZA, yaitu: gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
a. Menjadi acuan dalam pelaksanaan diseluruh wilayah yurisdiksi nasional;
rehabilitasi sosial bagi korban i. Melakukan penyadapan yang terkait
penyalahgunaan NAPZA; dengan penyalahgunaan dan peredaran
b. Memberikan perlindungan terhadap gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
korban dari kesalahan praktik; setelah terdapat bukti awal yang cukup;
c. Memberikan arah dan pedoman kinerja j. Melakukan teknik penyidikan pembelian
bagi penyelenggara rehabilitasi sosial terselubung dan penyerahan di bawah
korban penyalahgunaan NAPZA; dan pengawasan;
d. Meningkatkan kualitas dan jangkauan k. Memusnahkan Narkotika dan Prekursor
pelayanan penyelenggara rehabilitasi Narkotika;
sosial korban penyalahgunaan NAPZA.13 l. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut,
tes asam dioksiribonukleat (DNA), dan/atau
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tes bagian tubuh lainnya;
menentukan kewenangan di dalam penyidikan m. Mengambil sidik jari dan memotret
kejahatan Narkotika yang berbeda dari yang tersangka;
dimaksud dalam KUHAP, oleh karena yang n. Melakukan pemindahan terhadap orang,
berwenang ialah penyidik BNN yang barang, binatang dan tanaman;
berdasarkan Pasal 75 disebutkan bahwa dalam o. Membuka dan memeriksa setiap barang
rangka melakukan penyidikan, penyidik BNN kiriman melalui pos dan alat-alat
berwenang: perhubungan lainnya yang diduga
a. Melakukan penyelidikan atas kebenaran mempunyai hubungan dengan
laporan serta keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
Narkotika dan Prekursor Narkotika; p. Melakukan penyegelan terhadap Narkotika
b. Memeriksa orang atau korporasi yang dan Prekursor Narkotika yang disita;
diduga melakukan penyalahgunaan dan q. Melakukan uji laboratorium terhadap
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor sampel dan barang bukti Narkotika dan
Narkotika; Prekursor Narkotika;
c. Memanggil orang untuk r. Meminta bantuan tenaga ahli yang
didengarketerangannya sebagai saksi; diperlukan dalam hubungannya dengan
d. Menyuruh berhenti orang yang diduga tugas penyidikan penyalahgunaan dan
melakukan penyalahgunaan dan peredaran peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; Narkotika dan;
e. Memeriksa, menggeledah, dan menyita s. Menghentikan penyidikan apabila tidak
barang bukti tindak pidana dalam cukup bukti adanya dugaan
penyalahgunaan dan peredaran gelap penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika; Narkotika dan Prekursor Narkotika.
f. Memeriksa surat dan/atau dokumen lain Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010
tentang penyalahgunaan dan peredaran tentang Badan Narkotika Nasional (BNN),
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dalam Pasal 4, hanya menyimpulkan secara
g. Menangkap dan menahan orang yang µuµu Á Á v vP EEU ZÁ ^ o u
diduga melakukan penyalahgunaan dan melaksanakan tugas pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN
13
Lihat Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 26
berwenang melakukan penyelidikan dan
Tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya (Pasal 2)

110
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

penyidikan penyalahgunaan dan peredaran dengan ketentuan Pasal ini telah berkembang
P o ‰ E Œl}š]l v WŒ lµŒ•}Œ E Œl}š]l X_14 sedemikian rupa, sehingga ditemukan
Kewenangan BNN dalam penyelidikan dan penanaman ganja dipekarangan, pada pot
penyidikan tersebut pada dasarnya bunga, menanam ganja di apartemen dan lain-
bertentangan dengan kewenangan penyelidik lainnya.
dan penyidik di dalam KUHAP, yang secara Tindak pidana menurut Pasal 114 ayat-
tegas menempatkan penyelidik maupun ayatnya dari Undang-Undang No. 35 Tahun
penyidik adalah aparat Kepolisian, meskipun 2009, dinyatakan sebagai berikut:
tidak dapat disangkal bahwa aparat penyelidik (1) Setiap orang tanpa hak atau melawan
maupun penyidik BNN adalah berasal dari hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia. membeli, menerima, menjadi perantara
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang dalam jual beli, menukar, atau
Narkotika, mengatur di dalam Bab XV tentang menyerahkan Narkotika Golongan I,
Ketentuan Pidana, sebanyak 38 pasal yang dipidana dengan penjara seumur hidup
mengatur dan mengancam pidana , antara atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
lainnya pada Pasal 111 ayat-ayatnya sebagai tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
berikut: dan pidana denda paling sedikit Rp.
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
hukum menanam, memelihara, memiliki, paling banyak Rp. 10.000.00.000,00
menyimpan, menguasai, atau menyediakan (sepuluh miliar rupiah).
Narkotika Golongan I dalam bentuk (2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara dijual, menjual, membeli menjadi perantara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling dalam jual beli, menukar, menyerahkan,
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana atau menerima Narkotika Golongan I
denda paling sedikit Rp. 800.00.000.00 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
(delapan ratus juta rupiah) dan paling dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
banyak Rp. 8.000.00.000,00 (delapan miliar (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
rupiah). pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
(2) Dalam hal perbuatan menanam, bertanya 5 (lima) gram, pelaku dipidana
memelihara, memiliki, menyimpan, dengan pidana mati, pidana penjara
menguasai, atau menyediakan Narkotika seumur hidup, atau pidana penjara paling
Golongan I dalam bentuk tanaman singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (dua puluh) tahun dan pidana denda
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau maksimum sebagaimana dimaksud pada
melebihi 5 (lima) pohon, pelaku dipidana ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
dengan pidana penjara seumur hidup atau Ketentuan pidana tersebut pada Pasal 114
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun lebih tertuju pada pihak-pihak
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan penyalahgunanarkotika untuk tujuan atau motif
pidana denda maksimum sebagaimana bisnis, yaitu untuk menjual, menawarkan,
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 menukar dan lain sebagainya Narkotika
(sepertiga). Golongan I terhadap penyalahguna Narkotika
Tanaman ganja (Mariyuana) adalah jenis ditentukan ancaman pidana dalam Pasal 127
tanaman Golongan I yang tumbuh liar biasanya ayat-ayatnya Undang-Undang No. 35 Tahun
layaknya rumput, di Indonesia ganja banyak 2009, sebagai berikut:
terdapat di Aceh. Biasanya ganja digunakan (1) Setiap Penyalahguna:
oleh penduduk setempat untuk menjadi a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri
bumbupenyedapmasakan.15 Modus dipidana dengan pidana penjara paling
penyalahgunaan tanaman ganja yang terkait lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri
14
Lihat Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 tentang dipidana dengan pidana penjara paling
badan Narkotika Nasional (BNN) (Pasal 4) lama 2 (dua) tahun; dan
15
DardaSyahrizal, Op Cit, hlm. 8

111
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri Narkotika dan tindak pidana Prekursor
dipidana dengan pidana penjara paling E Œl}š]l ]Œ u‰ • µvšµl v P Œ X_
lama 1 (satu) tahun. Penyalahgunaan narkoba dan proses
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana hukumnya tersebut akan berhadapan dengan
dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib kekuatan dan kecanggihan pelaku kejahatan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dengan berbagai modus operandi yang
dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan membutuhkan profesionalisme, tekad dan
Pasal 103. kemampuan kuat dari aparat penegak hukum,
(3) Dalam hal penyalahguna sebagaimana khususnya BNN, mengingat kelangsungan hidup
dimaksud pada ayat 91) dapat dibuktikan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
atau terbukti sebagai korban Negara Republik Indonesia menjadi
penyalahgunaan Narkotika, Penyalahguna taruhannya. Upaya hukum berupa regulasi
tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis untuk menjadikan kejahatan narkoba sebagai
v Œ Z ]o]š •] •}•] oX_ kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) serta
Tindak pidana menurut Undang-Undang No. sebagai bagian dari pengadilan khusus untuk
35 Tahun 2009 mencakup pula kejahatan menanganinya, merupakan bahan-bahan
korporasi, yakni kejahatan dengan melibatkan pemikiran yang patut untuk diperjuangkan.
atau menggunakan badan usaha atau badan
hukum seperti Perseroan Terbatas untuk PENUTUP
menyalahgunakan Narkotika, sebagaimana A. Kesimpulan
ditentukan pada Pasal 130 ayat-ayatnya, 1. Pengaturan tentang narkotika di
bahwa: Indonesia berdasarkan Undang-Undang
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
dimaksud pada Pasal 111, Pasal 112, Pasal melarang dan mengancam pidana
113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal terhadap penyalahguna Narkotika, yang
117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120. Pasal dapat berupa orang perorangan maupun
121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal badan hukum (korporasi).
125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan 2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2005
oleh korporasi, selain pidana penjara dan tentang Narkotika secara garis besar
denda terhadap pengurusnya, pidana yang mengatur proses acara dalam rangka
dapat dijatuhkan terhadap korporasi penegakan hukumnya dalam 2 (dua)
berupa pidana denda dengan pemberatan garis besar, yakni penindakan
3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana berdasarkan ketentuan pidana yang
dimaksud dalam pasal-pasal tersebut. diatur pada Bab XIV, serta proses
(2) Selain pidana denda sebagaimana pengobatan dan rehabilitasi
dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat sebagaimana diatur pada Bab IX.
dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau B. Saran
b. Pencabutan status badan hukum. 1. Dalam rangka optimalisasi kinerja
Perampasan aset hasil kejahatan Narkotika pemberantasan kejahatan narkoba perlu
juga tercakup dalam tindak pidana menurut dilakukan pembaharuan terhadap
Pasal 136 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Ç vP u vÇ š l v ZÁ ^E Œl}š]l v tentang Narkotika serta peraturan
Prekursor Narkotika serta hasil-hasil yang perundangan tentang Psikotropika dan
diperoleh dari tindak pidana Narkotika Zat Adiktif.
dan/atau tindak pidana Narkotika dan/atau 2. Perlu peningkatan komitmen,
tindak pidana Prekursor Narkotika, baik berupa profesionalisme dan dedikasi yang tulus
aset dalam bentuk benda bergerak maupun di kalangan aparat penegak hukum
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud termasuk Badan Narkotika Nasional,
serta barang-barang atau peralatan yang bahwa di tangan aparat penegak hukum
digunakan untuk melakukan tindak pidana

112
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

tersebutlah diletakkan masa depan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang


masyarakat, bangsa, dan negara. Narkotika.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
DAFTAR PUSTAKA Narkotika.
Effendy Marwan, Diskresi, Penemuan Hukum, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Korporasi dan Kesehatan.
Tax Amnesty Dalam Penegakan Hukum, Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Penerbit Referensi, Jakarta, 2012. Kekuasaan Kehakiman.
Hamzah Andi, Pemberantasan Korupsi Melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Hukum Pidana Nasional dan Psikotropika.
Internasional, RajaGrafindo Persada, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Jakarta, 2007. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Mansur Dikdik M. Arief dan ElisastrisGultom, Pidana Pencucian Uang.
Cyber Law. Aspek Hukum Teknologi
Informasi, RefikaAditama, Bandung, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
2005. No. 26 Tahun 2012 tentang Standar
MarpaungLeden, Asas-Teori-Praktik Hukum Rehabilitasi Sosial Korban
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005. Penyalahgunaan Narkotika,
Marwan M. dan Jimmy P, Kamus Hukum, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Reality Publisher, Surabaya, 2009. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
MertokusumoSudikno, Mengenal Hukum. No. 3 Tahun 2012 tentang Standar
Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban
2005. Penyalahgunaan Narkotika,
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Penerbit Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.
Bina Aksara, Jakarta, 1987. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010
__________, Kitab Undang-Undang Hukum tentang Badan Narkotika Nasional
Pidana (KUHP), Penerbit Bumi Aksara, (BNN).
Jakarta, 2001. Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2010 tentang
Muhammad Rusli, Hukum Acara Pidana badan Narkotika Nasional (BNN).
Kontemporer, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007. Internet
ProdjodikoroWirjono, Asas-Asas Hukum ^ñî Klvµu W}o]•] ] W ‰µ d Œi Œ š < •µ•
Pidana, RefikaAditama, Bandung, 2014. E Œl} _U ]uµ š ‰ ^µŒ š < Œ
SatriaHariman, Anatomi Hukum Pidana Khusus, Kompas, Rabu, 4 Mei 2016.
UII Press, Yogyakarta, 2014. ^ • o < š E Œl}š]l _U ]uµ š ‰
SoekantoSoerjono dan Sri Mamudji, Penelitian https://id.wikipedia.org/wiki/narkoba.
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Diakses tanggal 4 Mei 2016.
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, ^ (š Œ ïò E rkoba Jenis Baru Temuan
2001. > }Œ š}Œ]µu EEX_ ]uµ š ‰
SyahraniRiduan, Rangkuman Intisari Ilmu http://new.liputan6.com/read/2336813
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, /daftar-36-narkoba-jenis-baru-temuan-
2004. laboratorium-bnn. Diakses tanggal 4
SyahrizalDarda, Undang-Undang Narkotika dan Mei 2016.
Aplikasinya, Penerbit Laskar Aksara, ^ v ]u • o D v } d Œš vPl ‰ E Œl} _
Jakarta, 2013. dimuat pada Surat Kabar Manado Post,
Yusuf Muhammad, Merampas Aset Koruptor. Kamis, 7 April 2016.
Solusi Pemberantasan Korupsi di ^< •µvPPµZ v W u Œ]vš Z ]µi]X W vi Œ D •]Z
Indonesia, Penerbit Buku Kompas, : ] ^ Œ vP W Œ Œ v E Œl} _U
Jakarta, 2013. dimuat pada Surat Kabar Kompas,
Rabu, 13 April 2016, hlm. 1.
Peraturan Perundang-Undangan

113
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

^D} µ• K‰ Œ v ] < i Z š v E Œl}š]l ^ u l]v


vPP]ZU_ ]uµ š ‰
nasional.sindonews.com. Diakses
tanggal 4 Mei 2016.
^W u] µlW vÇ d Œi ]vÇ W vÇ o ZPµv v
E Œl} U_ ]uµ š ‰ µlµ À}l •]
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba,
RQ DATIN, Diakses tanggal 4 Mei 2016.
^W u] µlW vÇ d Œi ]vÇ W vÇ o ZPµv v
E Œl} U_ ]uµ š ‰ µlµ À}l •]
W v P Z v W vÇ o ZPµv v E Œl} X_
(RQ DATIN), diakses tanggal 4 Mei
2016.

114

Anda mungkin juga menyukai