Anda di halaman 1dari 14

Makalah Sejarah Hukum

Pengaruh Politik Terhadap Perkembangan Hukum

Disusun Oleh:
1. Nuraini Kartika Sari (1811111192)
2. Adhel Tyas Prastyca (1811111188)
3. Nadya Ava Rahmadani (1811111125)
4. Fretty Silvya Eka Seftyanti (1811111184)
5. Titik Andaru Wardini (1811111187)
6. Ananda Zeptyanne (1811111163)
7. Aviano Andre Yuda Mustika (1811112001)
8. Fernanda Marthin Luther Umboh (1811111168)

Dosen Pengajar:
Dr. Jonaedi Efendi, SH., MH.

Fakultas Hukum
Universitas Bhayangkara Surabaya
2018/2019

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengaruh Politik Terhadap Perkembangan Hukum” dengan tujuan memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Hukum dengan Dr. Jonaedi Efendi, SH., MH. selaku
dosen mata kuliah Sejarah Hukum.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, komentar, maupun saran
yang bersifat membangun guna membuat makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi
nantinya.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan


ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moral dan spiritual secara langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan tugas ini.

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi semuanya.
Aamiin.

Surabaya, 14 Mei 2019

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

ii
Daftar Isi.................................................................................................................ii

Bab I: Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.2.1 Apa Pengertian Politik dan Hukum?........................................................2

1.2.2 Bagaimana Hubungan Politik dan Hukum?............................................2

1.2.3 Bagaimana Pengaruh dan Perkembangan Politik Hukum di Indonesia?.2

Bab II: Pembahasan...............................................................................................3

2.1 Pengertian Politik dan Hukum........................................................................3

2.2 Hubungan Politik dan Hukum........................................................................5

2.3 Pengaruh dan Perkembangan Politik Hukum di Indonesia............................6

Bab III: Penutup....................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

Daftar Pustaka......................................................................................................11

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Politik dan hukum merupakan dua kata yang santer terdengar dan jarang
sekali terpisahkan apalagi di Indonesia yang pada hakikatnya adalah negara
hukum dan negara yang menganut sistem demokrasi. Kata demokrasi juga kental
dengan praktik politik. Di Indonesia sendiri dalam memilih kepala negara dan
wakil rakyat dilakukan dengan cara pemilihan umum (Pemilu) secara langsung.
Belum lama ini Indonesia melaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
serta wakil-wakil rakyat baik wilayah pusat dan daerah pada tanggal 17 April
2019 lalu yang kabarnya merupakan penyelenggaraan pemilihan umum terbesar
nomor tiga di dunia karena Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar
nomor tiga di dunia setelah India dan Amerika. Setiap peserta yang mendaftarkan
diri untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden serta wakil rakyat sangat umum
apabila diusung oleh berbagai partai politik. Setidaknya terdapat 73 partai politik
di Indonesia yang telah terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM
(Kemenkumham).

Yang berarti setiap orang yang duduk di kursi pemerintahan adalah


anggota dari berbagai partai politik yang bertugas untuk menyampaikan suara
rakyat. Selain itu tugasnya juga membuat peraturan. Contohnya DPR bertugas
untuk menyusun dan menyetujui Undang-Undang dengan Presiden. Undang-
Undang itu sendiri merupakan salah satu contoh dari hukum positif di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa hukum merupakan produk politik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian dari Politik dan Hukum?

1.2.2 Bagaimana Hubungan Politik dan Hukum?

1.2.3 Bagaimana Pengaruh dan Perkembangan Politik Hukum di Indonesia?

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Hukum dan Politik

Politik semakin santer terdengar di tahun-tahun politik seperti pada tahun


2019 di Indonesia dewasa ini. Pembicaraannya tak pernah terlepas dari hukum
seakan keduanya berkaitan cukup erat. Politik dan hukum memiliki pengertian
sendiri-sendiri.

Politik berasal dari Bahasa Belanda politiek dan Bahasa Inggris politics,
yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang
berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara)
dan πόλις (polis -negara kota). Politik memiliki artian 1) (pengetahuan) mengenai
ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar
pemerintahan) 2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Selain itu terdapat banyak pendapat mengenai
pengertian politik dari beberapa ahli seperti:

a. Aristoteles
Menurut Aristoteles dalam teori politik klasiknya, politik
merupakan usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
b. Roger F. Soltau
Pengertian politik menurut Roger F. Soltau adalah ilmu yang
mempelajari tentang negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-
lembaga negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut. Dan
hubungan antara negara dengan warga negaranya serta hubungan
dengan negara lain.
c. Ossip K. Flechteim
Ossip K. Flechteim beranggapan bahwasanya politik merupakan
ilmu sosial yang secara khusus mempelajari atau menganalisa sifat
dan tujuan dari negara berdasarkan “negara adalah organisasi

3
kekuasaan” beserta sifatnya kemudian tujuan dari efek kekuasaan
lain yang tak resmi yang diperloleh dengan mempengaruhi negara.
d. Kartini Kartolo
Pengertian politik menurut Kartini Kartolo adalah aktivitas
perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk
menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang
sah dan peraturan dan keputusan tersebut berlaku ditengah
masyarakat.

Sementara itu hukum juga memiliki banyak pengertian dari beberapa


sumber dan ahli yang kesemuanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai
kata tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hukum
merupakan 1 peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; 2 undang-undang, peraturan, dan
sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3 patokan (kaidah,
ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu; 4 keputusan
(pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan); vonis; Pendapat
lain juga dikemukakan oleh beberapa ahli seperti:

a. Utrecht
Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk
hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur
suatu tata tertib dalam suatu masyarakat dan oleh karena itu harus
ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
b. Sudikno Mertokusumo
Sudikno Mertokusumo menjelaskan bahwa hukum adalah kaidah
hukum yang merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang
seyogianya atau seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya, kaidah
hukum merupakan perumusan pendapat atau pandangan tentang
bagaimana seharusnya atau seyogianya bertingkah laku. Sebagai
pedoman kaidah hukum bersifat umum dan pasif.

c. John Locke
Definisi hukum menurut John Locke yaitu sesuatu yang ditentukan
oleh warga masyarakat pada umumnya tentang tindakan-tindakan
mereka, untuk menilai atau mengadili mana yang merupakan

4
perbuatan jujur dan mana yang merupakan perbuatan curang.
Menurutnya hukum dibagi menjadi tiga yaitu hukum agama,
hukum negara, dan hukum opini.
d. Friedrich Karl von Savigny
Menurut Savigny, keseluruhan hukum sungguh-sungguh terbentuk
melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui
pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada
sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran,
keyakinan dan kebiasaan warga negara. Hukum berakar pada
sejarah manusia yang dimana akar tersebut dihidupkan oleh
kesadaran, keyakinan, dan kebiasaan masyarakat.

Menurut Prof. Mr. L.J. van Apeldoorn yang dikutip dari bukunya yang
dengan judul “Inleiding tot de studie van Nederlandse Recht”, bahwa adalah tidak
mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut hukum itu
sendiri. Pernyataan L.J. van Apeldoorn terbukti hingga saat ini yang terbukti
bahwa semakin berkembangnya zaman, hukum pun juga ikut berkembang dan
juga pasti terdapat banyak ahli baru yang akan menyatakan pendapatnya tentang
definisi dari hukum.

2.2 Hubungan Politik dan Hukum

Hubungan antara hukum dan politik tergantung pada persepsi tentang apa
yang kita maksudkan sebagai hukum dan apa yang kita maksudkan dengan
politik. Jika kita berpandangan non-dogmatik dan memandang hukum bukan
sekedar peraturan yang dibuat oleh kekuasaan politik maka tentu saja persoalan
lebih lanjut tentang hubungan kekuasaan hukum dan kekuasaan politik masih bisa
berkepanjangan. Namun jika kita menganut pandangan positif yang memandang
hukum semata-mata hanya produk kekuasaan politik maka rasa tak relevan lagi
pertanyaan tentang hubungan antara kekuasaan hukum dan kekuasaan politik
karena pada akhirnya mereka mengidentikkan antara hukum dan politik tersebut.

Menurut Prof. Moh. Mahfud MD, menyatakan bahwa jika kita


berasumsi bahwa hukum merupakan produk politik, maka dalam menjawab

5
hubungan antara hukum dan politik, dapat dikatakan bahwa hukum dipandang
sebagai dependent variable (variabel terpengaruh), sedangkan politik diletakan
sebagai independent variable (variabel berpengaruh). Peletakan hukum sebagai
variabel yang tergantung atas politik atau politik yang determinan atas hukum itu
mudah dipahami dengan melihat realitas, bahwa kenyataannya hukum dalam
artian sebagai peraturan yang abstrak (pasal-pasal yang imperatif) merupakan
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan
bersaingan. Sidang parlemen bersama pemerintah untuk membuat undang-undang
sebagai produk hukum pada hakikatnya merupakan adegan konstestasi agar
kepentingan aspirasi semua kekuatan politik dapat terakomodasi di dalam
keputusan politik dan menjadi undang-undang.

Demikian pula hukum harus dapat membatasi kekuasaan politik agar tidak
timbul penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan, sebaliknya
kekuasaan politik menunjang terwujudnya fungsi hukum dengan menyuntikan
kekuasaan pada hukum yaitu dalam wujud sanksi hukum. Legitimasi hukum
melalui kekuasaan politik salah satunya terwujud dalam pemberian sanksi bagi
pelanggar hukum. Hukum ditegakkan oleh kekuasaan politik melalui alat-alat
negara yang telah diberi kewenangan seperti polisi, penuntut umum dan
pengadilan. Setelah hukum memperoleh kekuasaan dari kekuasaan-politik hukum
juga menyalurkan kekuasaan itu pada masyarakatnya. Dalam hal ini, tentu saja
sanksi hukum dapat pula mengganjar aparat kekuasaan politik yang melanggar
hukum.

2.3 Pengaruh dan Perkembangan Politik Hukum di Indonesia

Negara Indonesia adalah negara hukum yang pada hakikatnya hukum itu
sendiri menjadi penentu segala hal yang sesuai dengan prinsip nomokratis ‘rule of
law’ yang mempunyai kedudukan tertinggi. Terpaut dengan aspek legislasi,
Indonesia akan disangkutpautkan dengan konsepsi negara hukum (rechtstaat)
yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Negara hukum yang dikembangkan
adalah democratic rechtsstaat (negara hukum yang demokratis) yang
menyebabkan adanya supermasi hukum dan konstitsi yang mengakibatkan

6
dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur oleh Undang-Undang Dasar. Adanya jaminan hak dan
sistem peradilan yang tidak memihak siapapun maka inilah yang menjamin
persamaan setiap warga negara dalam hukum.

Sementara itu politik selalu berbicara soal kepentingan yang entah itu
bertujuan yang sama atau yang bertolak belakang, maka dari itulah hukum ada
diantaranya karena konflik yang ditimbulkan sangatlah banyak. Menurut Satjipto
Rahardjo jika kita melihat hubungan antara politik dan hukum. Politik memiliki
konsentrasi energi yang lebih besar sehingga hukum selalu berada pada posisi
yang lemah. Politik sangat menentukan bekerjanya hukum. Maka dari itu politik
dan hukum akan berkesinambungan karena hukum merupakan produk politik,
hukum merupakan salah satu alat politik dimana penguasa dapat mewujudkan
kebijakannya, dan jika sudah menjadi hukum maka politik akan tunduk pada
hukum.

Keadaan politik dapat mempengaruhi suatu produk hukum. Pengarh


politik terhadap hukum dapat berlaku terhadap enegakan hukum dan karakteristik
produk-produk serta proses pembuatannya. Seperti yang dikatakan pada
sebelumnya idealnya hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya
kepentingan untuk mewujudkan nila-nilai keadilan tersebut.

Hukum diciptkan bukan semata untuk mengatur tetapi lebih dari itu
menciptakan adanya kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat. Keadilan akan
dapat terwujud apabila aktivitas politik yang melahirkan produk-produk hukum
yang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Dasar dari pembentukan
hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik juga harus
mengandung prinsip-prinsip membangun hukum yang berkeadilan. Sistem hukum
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor masa lalu (penjajahan),
adat-istiadat, serta budaya bangsa, dan faktor agama yang kesemuanya melahirkan
sistem hukum Indonesia melalui proses legislasi maupun praktik hukum.

Pembangunan sering diartikan sebagai penyelenggaraan perubahan


tertentu terhadap suatu masyarakat. Kenyataannya bukan sekedar perubahan
masyarakatnya, melainkan juga lingkungannya. Pembangunan hukum ditujukan

7
pada masyarakat dan lingkungan untuk membangun hukum yang berkeadilan.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat dipergunakan sebagai suatu alat
olwh agent of change yang artinya adalah seseorang atau kelompok orang yang
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

8
Pengertian politik menurut Roger F. Soltau adalah ilmu yang mempelajari
tentang negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga negara yang akan
melaksanakan tujuan tersebut. Dan hubungan antara negara dengan warga
negaranya serta hubungan dengan negara lain.

Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup


(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur suatu tata tertib dalam
suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan.

Hukum harus dapat membatasi kekuasaan politik agar tidak timbul


penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan, sebaliknya kekuasaan
politik menunjang terwujudnya fungsi hukum dengan menyuntikan kekuasaan
pada hukum yaitu dalam wujud sanksi hukum. Legitimasi hukum melalui
kekuasaan politik salah satunya terwujud dalam pemberian sanksi bagi pelanggar
hukum. Hukum ditegakkan oleh kekuasaan politik melalui alat-alat negara yang
telah diberi kewenangan seperti polisi, penuntut umum dan pengadilan. Setelah
hukum memperoleh kekuasaan dari kekuasaan-politik hukum juga menyalurkan
kekuasaan itu pada masyarakatnya.

Negara Indonesia adalah negara hukum yang pada hakikatnya hukum itu
sendiri menjadi penentu segala hal yang sesuai dengan prinsip nomokratis ‘rule of
law’ yang mempunyai kedudukan tertinggi. Terpaut dengan aspek legislasi,
Indonesia akan disangkutpautkan dengan konsepsi negara hukum (rechtstaat)
yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Negara hukum yang dikembangkan
adalah democratic rechtsstaat (negara hukum yang demokratis) yang
menyebabkan adanya supermasi hukum dan konstitsi yang mengakibatkan
dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur oleh Undang-Undang Dasar. Adanya jaminan hak dan
sistem peradilan yang tidak memihak siapapun maka inilah yang menjamin
persamaan setiap warga negara dalam hukum.

Hukum diciptkan bukan semata untuk mengatur tetapi lebih dari itu
menciptakan adanya kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat. Keadilan akan

9
dapat terwujud apabila aktivitas politik yang melahirkan produk-produk hukum
yang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Dasar dari pembentukan
hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik juga harus
mengandung prinsip-prinsip membangun hukum yang berkeadilan. Sistem hukum
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor masa lalu (penjajahan),
adat-istiadat, serta budaya bangsa, dan faktor agama yang kesemuanya melahirkan
sistem hukum Indonesia melalui proses legislasi maupun praktik hukum.

Daftar Pustaka

https://kbbi.web.id/politik

https://id.wikipedia.org/wiki/Politik

10
https://www.ruangguru.co.id/20-pengertian-politik-dan-definisi-politik-menurut-
para-tokoh-dan-ahli/

https://kbbi.web.id/hukum

https://www.kompasiana.com/nurulitasari/59b80f34c363766b8f0272e2/apakah-
politik-dan-hukum-berkesinambungan

Efendi, Jonaedi. 2019. Sejarah Hukum. Surabaya: Jakad Publishing

Imaniyati NS. 2018. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Mafhud MD, Moh. 1998. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES

11

Anda mungkin juga menyukai