Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk
muslim terbesar didunia. Persentase menurut agama, masyarakat muslim di
Indonesia mencapai 80% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 200 juta
(1)
lebih . Dengan jumlah yang begitu besar tersebut, berkorelasi dengan jumlah
nilai kewajiban yang berhubungan dengan harta. Pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan negara diluar zakat yang dikeluarkan sebagai muslim dan
warga negara yang baik dalam mendukung dan ikut andil terhadap pembangunan
nasional. Penerapan pajak sebagai pendapatan negara tidak hanya berlaku pada
zaman modern seperti saat ini. Namun, penerapan pajak sudah berlaku pada masa
Rasululllah S.A.W diteruskan kepimpinan Khalifaur Rasyidin, Dinasti Umayyah,
Dinasti Abbasiyah, dan kekhalifahan Islam yang memerintah sesudahnya.
Kewajiban membayar pajak tidak hanya menjadi kewajiban umat islam,
tetapi kewajiban bersama sebagai warga negara. Kewajiban membayar pajak
menjadi iuran wajib bagi masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib
pajak. Pajak begitu penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Tanpa
pajak, sebagaian besar kegiatan pembangunan nasional sulit untuk terealisasi.
Uang hasil pajak digunakan untuk mencukupi berbagai kebutuhan seperti;
pembangunan proyek infrastruktur pendukung, belanja pegawai dan kebutuhan
lainnya. Setiap warga negara mulai dilahirkan sampai meninggal, menikmati
fasilitas pemerintah yang bersumber dari hasil pajak. Dengan demikian, pajak
memiliki perananan penting dalam mendukung roda pemerintahan dan setiap
pembiayaan pembangunan.

1
https://www.indonesia.go.id/profil/agama, Pada Tanggal 24 September 2019 Pukul 11:45

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, agar realisasi pajak berjalan dengan
baik perlu adanya penguasaan atau edukasi tentang dasar-dasar pajak. Dasar-
dasar pajak yang perlu dipahami, bagaimana pendekatan pajak dari segi ekonomi,
bagaimana pendekatan pajak dari segi keuangan, bagaimana pendekatan pajak
dari segi hukum, bagaimana pendekatan pajak dari segi sosiologi, dan
bagaimana pendekatan pajak dari segi pembangunan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pendekatan pajak dari segi ekonomi.
b. Untuk mengetahui pendekatan pajak dari segi keuangan.
c. Untuk mengetahui pendekatan pajak dari segi hukum.
d. Untuk mengetahui pendekatan pajak dari segi sosiologi.
e. Untuk mengetahui pendekatan pajak dari segi pembangunan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak


Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan pasal 1 ayat 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (2) .
Sedangkan Pajak menurut syariah disebut dengan istilah Dharibah yang
artinya: mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau
membebankan, dan lain-lain. Secara bahasa maupun tradisi, dharibah mempunyai
banyak pengertian. Namun, para ulama memakai makna dharibah untuk menyebut
harta yang dipungut sebagai kewajiban (3).

2.2 Pendekatan pajak


Untuk memahami pajak secara lengkap, dapat dilakukan pendekatan dari
berbagai sudut pandang, antara lain:
2.2.1 Pendekatan Pajak dari Segi Ekonomi
Pendekatan pajak dari segi ekonomi umumnya dilihat dari disiplin ilmu
keuangan negara yang mana pajak adalah sebagai bagian dari ilmu keuangan
negara khusususnya menyangkut pendapatan atau penerimaan negara, baik
menyangkut penerimaan/pendapatan pemerintah pusat, maupun
penerimaan/pendapatan pemerintah daerah dalam bentuk pungutan terhadap
masyarakat. Dalam pendekatan dari segi ekonomi ini pajak berperan sebagi salah
satu alat yang penting bagi pemerintah dalam mencapai tujuan ekonomi yang
mengandung berbagai sasaran, diantaranya:

2
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
3
Gusfahmi, Pajak menurut Syariah: Edisi Revisi. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)

3
a. Pengalihan sumber dana dari sektor swasta ke sektor pemerintah.
b. Pendistribusian beban pemerintah secara adil dalam kelas-kelas
penghasilan dan secara merata bagi masyarakat yang berpenghasilan
sama.4
c. Mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam pengalihan sumber dana dari sektor swasta ke sektor
pemerintah yang disebutkan pada poin (1), bertujuan untuk meningkatkan
kesejahtreraan masyarakat yang lebih meluas dan kompleks berdasarkan
skala prioritas pembangunan nasional seperti pemenuhan kebutuhan pangan
melalui pengembangan pertanian, pemenuhan kebutuhan sandang melalui
pendirian industri tekstil, kebutuhan papan dengan membangun rumah murah
atau umah sangat sederhana, sarana jalaan untuk transportasi, pemeliharaan
kesehatan melalui puskesmas dan mencerdaskan bangsa melalui pendidikan.
Dalam masyarakat modern saat ini, perpajakan bersama – sama
dengan instrument kebijakan pemerintah lainnya sama – sama digali dalam
rangka untuk mencapai suatu standar ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi
yang layak bagi negara. Selain dilihat dari disiplin ilmu keuangan negara,
dalam pendekatan ini juga pajak–pajak akan dinilai dalam fungsinya dan
dikaji dampaknya dalam masyarakat, penghasilan seseorang, pola konsumsi,
dan yang berhunbungan dengan dunia ekonomi lainnya (3).
(4)
Menurut Mardiasmo, 2011, Secara garis besar pajak mempunyai
dua fungsi, diantaranya:
a. Fungsi anggaran , mengandung makna pajak berfungsi sebagai alat untuk
membiayai pengeluaran-pengeluran pemerintah dalam pembangunan
nasional.
b. Fungsi mengatur, pajak berfungsi untuk mengatur atau membantu
kebijaksanaan pemerintah di bidang sosial ekonomi. Dengan fungsi
mengatur, pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan

3
Erly Suandy, Hukum Pajak: Edisi 6 (Yogyakarta: Salemba Empat, 2016)
4
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2011)

4
tertentu diluar pajak dari pemerintah misalkan: Meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, meningkatkan peran swasta
c. dalam pembangunan dan menarik investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.

2.2.2 Pendekatan Pajak dari Segi Keuangan


Pendekatan pajak dari segi keuangan sama halnya dengan pendekatan
dari segi ekonomi, yang mana pendekatan dalam segi keuangan ini pajak lebih
menekankan pada seberapa besar hasil pemasukkan pajak bagi kas negara.
Sebagai sebuah sumber pemasukkan bagi kas negara, pajak mempunyai arti
yang begitu penting. Jika dicermati, proporsi hasil uang pajak bagi keuangan
negara cenderung semakin besar, sekalipun harus diakui bahwa sebenarnya ada
kemungkinan masih ada tax loss.
Jika pajak sejak adanya pembaharuan perpajakan nasional diposisikan
untuk menggantikan posisi sumber pemasukan bagi anggaran negara yang
bersumber dari minyak dan gas bumi maka posisi ini tampaknya lambat laun
akan semakin menguat. Bahkan kalau dilihat dalam struktur APBN, Penerimaan
Dalam Negeri terdapat pembagian ke dalam penerimaan Pajak dan penerimaan
negara bukan pajak. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa pajak mempunyai
arti yang demikian penting bagi keuangan negara. Tapi memang pajak bukan
satu – satunya sumber pemasukan bagi keuangan negara. Disamping pajak
masih ada sumber pemasukan lain, misalnya yang berasal dari sumber daya
alam.
2.2.3 Pendekatan Pajak dari Segi Hukum
Pendekatan dari segi hukum lazim disebut sebagai hukum pajak.
Pendekatan pajak dari segi hukum memiliki arti kumpulan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
(5)
sebagai pembayar pajak . Pendekatan pajak dari segi hukum dilihat dari

5
Bohari, Pengantar Hukum Pajak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)

5
landasan perundang-undangan yang menyangkut legalitas, peraturan dan
ketentuan serta dasar hukum dan implikasi hukumnya yang mana lebih
menitikberatkan pada segi hukum tentang hak dan kewajiban pemungut pajak
maupun wajib pajak, prosedur pemenuhan kewajiban perpajakan dan prosedur
pengajuan hak – hak wajib pajak, saat timbul dan hapusnya hutang pajak, atau
dengan perkataan lain mencangkup masalah – masalah yang diantaranya:
a. Siapa yang mempunyai otoritas memungut pajak
b. Kewajiban dan hak pemungut pajak
c. Kewajiban dan hak pembayar pajak (wajib pajak)
d. Siapa yang berkewajiban memenuhi kewajiban perpajakan
e. Tata cara pelunasan pajak terutang
f. Saat terutangnya pajak
g. Saat hapusnya utang pajak
h. Sanksi – sanksi administrasi dan pidana
i. Surat keberatan dan surat banding ke Pengadilan Pajak
j. Pencatatan, pembukuan, pemeriksaan, dan penyidikan
k. Tarif dan dasar pengenaan pajak.
Pendekatan dari segi hukum berlandaskan pada perundang – undangan
yang menitikberatkan pada keamanan dan kenyamanan rakyat yang membayar
pajak maupun Pemerintah dalam memungut pajak dari rakyat, hal ini dipandang
perlu agar tidak terjadi peyelewengan dan ketidak adilan dalam bidang perpajakan
(6).

2.2.4. Pendekatan Pajak dari Segi Sosiologi


Pada pendekatan ini pajak lebih menitikberatkan dilingkungan sosial bagi
masyarakat, atau bisa dipahami bahwa pendekatan pajak dari segi sosiologi
meninjau pajak – pajak dari segi masyarakat yang menimbulkan suatu akibat atau
manfaat yang timbul dikalangan masyarakat dari adanya pungutan pajak itu

6
Pandiangan, Hukum Pajak. (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2015)

6
sendiri. Pungutan akan dibenarkan dan dipandang baik jika pajak bisa memberi
manfaat bagi masyarakat dan kemajuan bangsa. Jika pungutan pajak hanya
diperuntukkan untuk masyarakat golongan kecil dan lebih cenderung
mementingkan penguasa, maka pungutan pajak tidak dibenarkan.

2.2.5 Pendekatan Pajak dari Segi Pembangunan


Pajak yang telah dibayar atau disetorkan oleh wajib pajak kepada
pemerintah memang tidak secara langsung atau bahkan tidak secara individu kita
rasakan hasil dari pajak yang telah kita keluarkan tersebut, tetapi hasil dari pajak
yang telah kita keluarkan sangat berimbas manfaatnya dari segi pembangunan.
Menurut (7)
Erly Suandy (2016), pajak baru mempunyai manfaat terhadap
pembangunan apabila pajak-pajak setelah digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin masih ada cukup sisa (public saving) yang dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan melalui investasi publik.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah
terdapat dua sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu:
a. Penerimaan dari sektor pajak
b. Penerimaan dari sektor MIGAS (minyak dan gas bumi).
Dari kedua sumber penerimaan diatas, penerimaan dari sektor pajak
ternyata merupakan salah satu sumber devisa negara walaupun bukan satu –
satunya sumber pemasukan bagi negara. Dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa
penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil yang besar dalam
penerimaan kas negara.
Menurut (8) Pandiangan (2015) pendekatan dari sisi pembangunan tentang
pajak yaitu bagaimana pajak bisa mempengaruhi kelangsungan pembangunan
nasional, dalam hal ini pembangunan nasional tidak hanya menunjang kehidupan
rakyat tapi tetap memperhatikan kelangsungan dunia usaha yang merupakan
sumber terbesar penyumbang penghasilan negara melalui pajak.

7
Erly Suandy, Hukum Pajak: Edisi 6 (Yogyakarta: Salemba Empat, 2016)
8
Pandiangan, Hukum Pajak. (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2015)

7
Keberhasilan pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan
yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pembayaran pajak. Agar peran
serta ini dapat berjalan baik dengan merata tanpa ada pembeda, perlu diciptakan
9sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum. Hal ini
didasarkan pada masih maraknya aktivitas ekonomi di dalam negeri yang belum
atau tidak dilaporkan kepada otoritas pajak. Aktivitas yang tidak dilaporkan
tersebut mengusik rasa keadilan bagi para Wajib Pajak yang telah berkontribusi
aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakan karena para pelakunya tidak
berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional.
Selain dilihat dari pembangunan nasional yang telah dipaparkan diatas,
pendekatan pajak dari segi pembangunan itu sendiri dapat ditinjau sebagai alat
kebijakan fiskal, yang mana dalam suatu negara pajak dipadukan dengan
kebijakan fiskal lainnya agar dapat memberikan hasil semaksimal mungkin
terhadap pembangunan negara tersebut. Pendekatan pajak dari segi pembangunan
ini dilihat dari masalah pokok dalam pembangunan, yang mana masalah pokok
dalam pembangunan adalah investasi yakni investasi ini berasal dari tabungan
swasta maupun tabungan pemerintah.

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan:
Pendekatan pajak dari segi ekonomi berperan untuk mencapai tujuan
ekonomi nasional yakni tumbuhnya ekonomi nasional, pengalihan sumber dana
dari sektor swasta ke sektor pemerintah. Pendekatan pajak dari segi keuangan
lebih menekankan seberapa besar hasil pajak sebagai pemasukan bagi kas
negara. Pendekatan pajak dari persepektif hukum cenderung melihat dari segi
hak & kewajiban, siapa yang mempunyai otoritas memungut pajak, sanksi-
sanksi administrasi, mekanisme pelunasan pajak, dll. Pendekatan pajak dari
segi sosiologi lebih menitikberatkan lingkungan sosial di tengah masyarakat,
akibat atau manfaat yang timbul dari adanya pungutan pajak tersebut.
Pendekatan pajak dari pembangunan yaitu bagaimana pajak bisa mendukung
kelangsungan dan pemerataan pembangunan nasional.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bohari, 2004. Pengantar Hukum Pajak. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Erly, S., 2016. Hukum Pajak: Edisi 6. Penerbit Salemba Empat. Yogyakarta

Gusfahmi, 2011. Pajak menurut Syariah: Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pandiangan, R., 2015. Hukum Pajak. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kementerian Keuangan RI. 2007. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang


Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta.

https://www.indonesia.go.id/profil/agama diakses pada tanggal 24-9-2019 Pukul


11:45.

10

Anda mungkin juga menyukai