Anda di halaman 1dari 10

“CRIMINOLOGY”

(KRIMINOLOGI)
by
Zarisnov Arafat, S.H., M.H.

Kriminalisasi dan Penalisasi


Kriminalisasi

• Tindakan atau penetapan penguasa mengenai perbuatan-perbuatan tertentu yang


oleh masyarakat atau golongan-golongan masyarakat dianggap sebagai perbuatan
yang dapat dipidana menjadi perbuatan pidana atau membuat suatu perbuatan
menjadi perbuatan kriminal dan karena itu dapat dipidana oleh pemerintah dengan
cara kerja atas namanya
(Soerjono Soekanto)

• Pernyataan bahwa perbuatan tertentu harus dinilai sebagai perbuatan pidana yang
merupakan hasil dari suatu penimbangan-penimbangan normatif yang wujud
akhirnya adalah suatu keputusan (Soetandyo Wignjosoebroto)

• Perubahan nilai yang menyebabkan sejumlah perbuatan yang sebelumnya


merupakan perbuatan yang tidak tercela dan tidak dituntut pidana, berubah
menjadi perbuatan yang dipandang tercela dan perlu dipidana (Rusli Effendi)
Kriminalisasi
Menurut Muladi, secara doktrinal harus ada hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan kriminalisasi:

a. Kriminalisasi tidak boleh terkesan menimbulkan overkriminalisasi


yang masuk kategori the misuse of criminal sanction;
b. Tidak boleh bersifat ad hoc;
c. Harus mengandung unsur korban (victimizing) baik aktual maupun
potensial;
d. Harus memperhitungkan analisa biaya dan hasil dan prinsip ultimum remedium;
e. Harus menghasilkan peraturan yang enforceable;
f. Harus mampu memperoleh dukungan publik.
g. Harus mengandung unsur subsosialitet, mengakibatkan bahaya bagi masyarakat,
sekalipun kecil sekali.
h. Harus memperhatikan setiap peraturan pidana membatasi kebebasan rakyat dan
memberikan kemungkinan kepada aparat penegak hukum untuk mengekang
kebebasan itu.
Kriminalisasi

Apa alasan mendasar


adanya suatu
KRIMINALISASI ?
Kriminalisasi
Suatu perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat meliputi perubahan
besar dalam susunan masyarakat yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan
bersama dan perubahan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi alam pikiran,
mentalitas serta jiwa menjadi alasan mendasar adanya kriminalisasi.

*contoh: Menyebarkan berita bohong (HOAX), KDRT, TPPU, dll.

Kriteria kriminalisasi menurut Soedarto:


a. Apakah perbuatan itu tidak disukai atau dibenci oleh masyarakat karena
merugikan atau dapat merugikan?
b. Apakah biaya mengkriminalisasi seimbang dengan hasilnya yang akan dicapai?
c. Apakah akan makin menambah beban aparat penegak hukum yang tidak
seimbang?
d. Apakah perbuatan-perbuatan itu menghambat atau menghalangi cita-cita bangsa
Indonesia?
Asas-Asas
Kriminalisasi
Menurut Paul Scholten:
Asas-asas hukum adalah pikiran-pikiran yang tidak ditegaskan secara eksplisit
dalam undang-undang.
1. Asas Legalitas
“Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”
yang dikemukakan oleh Von Feurbach
(tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas perundang-
undangan pidana yang sudah ada sebelum perbuatan itu dilakukan)”
2. Asas subsidiaritas
Hukum pidana ditempatkan sebagai ultimum remedium (Jalan terakhir)
bukan sebagai primum remedium (Jalan utama) dalam penanggulangan
kejahatan
3. Asas Persamaan/Kesamaan
Suatu keinginan diadakannya sistem hukum pidana yang lebih jelas dan
sederhana
Penalisasi

Umumnya kriminalisasi berkaitan erat dengan penalisasi, karena ketika


kebijakan untuk menentukan bahwa suatu perbuatan tertentu dikategorikan
sebagai perbuatan terlarang atau tindak pidana, langkah selanjutnya adalah
menentukan ancaman sanksi pidana bagi perbuatan tersebut.

Penalisasi adalah suatu proses pengancaman suatu perbuatan yang dilarang


dengan sanksi pidana.

Sehingga yang harus dipahami dan diperhatikan adalah ketika suatu perbuatan
yang telah dikriminalisasi tidak segera dilakukan upaya penalisasi, maka apa
yang telah diperbuat tersebut terkesan seperti hal yang sia-sia karena tidak ada
upaya untuk patuh terhadap hukum yang telah dibuat oleh pemerintah.
Dekriminalisasi dan Depenalisasi

Adapun setelah berbicara kriminalisasi, selanjutnya keadaan yang berbalik


dari itu adalah dekriminalisasi. Dekriminalisasi merupakan suatu proses dimana
dihilangkan sama sekali sifat pidananya suatu perbuatan.
*contoh: Tindak Pidana Subversif dan Perbuatan tidak menyenangkan

Dekriminalisasi ini harus dibedakan dengan depenalisasi. Depenalisasi


mengandung arti suatu perbuatan yang semula diancam pidana, ancaman
pidananya dihilangkan, tapi masih dimungkinkan adanya penuntutan dengan cara
lain, melalui hukum perdata atau hukum administrasi.

Dalam proses depenalisasi terdapat suatu kecenderungan untuk menyerahkan


perbuatan tercela atau anti sosial itu kepada reaksi sosial saja.
*contoh: Kenakalan remaja (anak) ditanggulangi di luar proses peradilan pidana.
Konklusi
Nigel Walker menyatakan adanya “The Limiting Principles” yang sepatutnya
mendapat perhatian dalam menggunakan sarana penal (kriminalisasi dan
penalisasi), antara lain :
a) Jangan hukum pidana digunakan semata-mata untuk tujuan pembalasan;
b) Jangan menggunakan hukum pidana untuk memidana perbuatan yang tidak
merugikan/membahayakan;
c) Jangan menggunakan hukum pidana untuk mencapai suatu tujuan yang dapat
dicapai secara lebih efektif dengan sarana-sarana lain yang lebih ringan;
d) Jangan menggunakan hukum pidana apabila kerugian yang ditimbulkan lebih
besar daripada bahaya dari perbuatan/tindak pidana itu sendiri;
e) Larangan-larangan hukum pidana jangan mengandung sifat yang lebih
berbahaya daripada perbuatan yang akan dicegah;
f) Hukum pidana jangan memuat larangan-larangan yang tidak mendapat
dukungan kuat dari publik.
Thank you
so much
for your Attentions

Anda mungkin juga menyukai