SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)
STB : 3298
Menyetujui, Pembimbing
NIP. 196309041990011001
1
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
STB : 3298
Tempat Tanggal Lahir : Cilacap 13 Februari 1999
2
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI
DEWAN PENGUJI:
3
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI
DEWAN PENGUJI
1. Ketua : Ade Cici Rohayati, S.H., M.H. ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : Desember 2021
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
4
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
NIP. 196904261992032001
5
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
6
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
ABSTRAK
Nama : AFIQ AMHAR ANWAR
Program Studi : TEKNIK PEMASYARAKATAN
Judul : Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap
Pembimbing : Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si.
Narapidana lanjut usia (Lansia) termasuk ke dalam kelompok berisiko yang rentan,
Narapidana Lansia dalam pembinaannya membutuhkan perlakuan khusus karena
kualitas hidup narapidana Lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Penelitian
tentang optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana Lansia di Lembaga
pemsyarakatan klas IIB Cilacap bertujuan untuk mengoptimalkan program
pembinaan kepribadian terhadap narapidana lansia serta untuk mengetahui faktor
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan dan upaya yang dilakukan untuk
menangani kendala tersebut. Sumber data diperoleh dari studi dokumen, wawancara
dan observasi baik kepada petugas dan narapidana Lansia. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembinaan yang diberikan kepada narapidana lansia lebih
mengoptimalkan pada pembinaan kesadaran beragama. Sedangkan kendala dalam
pelaksanaan pembinaan narapidana lansia yaitu sarana dan prasarana yang belum
memadahi, rendahnya kemauan narapidana lansia untuk mengikuti program
pembinaan, serta peran petugas yang belum optimal dikarenakan jumlah petugas yang
masih kurang dan beberapa petugas yang belum berkompeten dalam bidangnya .
Langkah yang diambil untuk menangani kendala yaitu dengan pemenuhan kebutuhan
bagi narapidana lansia, menempatkan narapidana lansia pada kamar khusus untuk
narapidana lansia, memfokuskan pada pembinaan kesadaran beragama serta
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga seperti kementerian agama sehingga
proses pembinaan narapidana lansia dapat berjalan dengan baik.
7
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
ABSTRACT
Elderly prisoners are included in the group at risk of being vulnerable, Elderly
prisoners in their development require special treatment because the quality of life of
Elderly prisoners can be influenced by various factors, including physical health,
psychological health, social relations and the environment. Research on optimizing
the personality development of elderly prisoners at the Lapas Klas IIB Cilacap aims
to optimize the personality development program for elderly prisoners and to find out
the factors that are obstacles in the implementation and the efforts made to deal with
these obstacles. Sources of data obtained from document studies, interviews and
observations of both officers and elderly prisoners. While the data analysis technique
used is descriptive qualitative analysis. The results showed that the guidance given to
elderly prisoners was more optimal in fostering religious awareness. While the
obstacles in the implementation of fostering elderly prisoners are inadequate
facilities and infrastructure, the low willingness of elderly prisoners to take part in
the personality development, as well as the role of officers who have not been optimal
due to the number of officers who are not yet competent. The steps taken to deal with
the obstacles are meeting the needs for elderly prisoners, placing elderly prisoners in
special rooms for elderly prisoners, focusing on fostering religious awareness and
collaborating with third parties such as the ministry of religion so that the
personality development for elderly prisoners can be better.
8
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka syarat
untuk kelulusan dari Poltekip.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan Skripsi ini banyak pihak yang
telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu,
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy, Bc. IP., S. H., M. Si. selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Ayah, Ibu, dan Kakak yang telah memberikan banyak bantuan baik moral dan
spiritual yang tidak dapat dibayangkan banyaknya.
3. Bapak Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si., selaku pembimbing dalam
penyusunan Skripsi.
4. Rekan-rekan seperjuangan Poltekip Angkatan 52 Dhira Nagara Danadyaksa
terimakasih atas semua kebersamaan dan kerja sama selama di POLTEKIP.
5. Serta Tikfi Berliana Fauziah terima kasih banyak atas bantuan serta
dukungannya.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya.
Penulis
9
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR ISI
11
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
12
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR GAMBAR
13
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Literatur Review 11
14
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR LAMPIRAN
15
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
laki-laki ataupun perempuan, baik narapidana dewasa ataupun anak. Semuanya akan
mendapatkan program pembinaan kepribadian sesuai dengan kapasitasnya. Dalam
penelitian ini pembinaan kepribadian lebih ditujukkan kepada para narapidana yang
telah berumur lanjut. Pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran
berbangsa dan bernegara, pembinaan intelektual, pembinaan kesadaran hukum, dan
pembinaan pengintegrasian diri dengan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2018 tentang Perlakuan Bagi
Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia Pasal 1 ayat (1) “Lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.” Narapidana lanjut usia
(Lansia) termasuk ke dalam kelompok berisiko yang rentan, kelompok rentan
berhubungan dengan beberapa faktor yaitu sosial, personal, situasional,dan
lingkungan. Rentan merupakan suatu kondisi dimana seseorang sangat peka terhadap
sesuatu atau mudah merasa kedalam suatu keadaan tertentu yang membutuhkan
perhatian khusus, perlakuan khusus, dan mempunyai kebutuhan khusus.
Narapidana Lansia secara fisik dan tenaga sudah mulai berkurang fungsinya
sehingga tidak efektif lagi untuk dilakukan pembinaan kemandirian. Beberapa
narapidana Lansia yang ada di lapas bahkan sudah mengalami sakit- sakitan dan juga
penuruan daya ingat atau demensia. Menurut Darmojo (2004) Lansia adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Apa lagi dengan adanya permasalahan lapas yang over
crowded menyebabkan gampangnya narapidana Lansia terjangkit penyakit menular.
Berdasarkan data registrasi Lapas Klas IIB Cilacap Jumlah narpidana 356 (tiga ratus
lima puluh enam) orang dan tahanan 134 (seratus tiga puluh empat) orang sehingga
totalnya ada 490 (empat ratus sembilan puluh) orang, sedangkan kapasitas normalnya
isi di dalam yaitu 254 orang. Oleh karena itu dalam pembinaan kepribadian benar-
benar ditekankan agar dalam hasil pembinaan kepribadian bisa berjalan secara
optimal. Sehingga narapidana Lansia dalam pengulangan tindak pidana bisa lebih
rendah, caranya bisa dengan pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan lebih
rajin dalam beribadah. Bagi narapidana yang beragama islam bisa dengan sholat
berjamaah, mengaji atau mengajarkan kepada yang belum bisa, merupakan beberapa
cara untuk memaksimalkan pembinaan kepribadian mereka.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
ilmu agama atau pemberin konseling oleh ahli psikologi yang menjadi pembinaan
kepribadian kurang berjalan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan,
maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian yaitu:
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian dan penulisan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat yang diharapkan bisa memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
dan memberikan tambahan wawasan yang berguna sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan untuk para pembaca serta bisa dijadikan referensi dan rujukan untuk
penelitian yang akan datang.
2. Manfaat praktis
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
E. Asumsi
Penelitian berfokus pada optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana
lansia di Lapas Klas IIB Cilacap dengan pemberian pembinaan kepribadian.
Asumsi awal pembinaan kepribadian terhadap narapidana lansia berpengaruh
penting terhadap resiko pengulangan tindak pidananya dan kondisi psikis
narapidana. Oleh karenanya narapidana lansia bisa lebih diarahkan kepada
pembinaan kepribadian berupa memberikan pemahaman dan motiavsi melalui
petugas dan ahli psikologi sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pemidanaan yang
terakhir bisa berjalan secara optimal tanpa harus adanya pengulangan tindak
pidana. Sehingga pelaksanaan optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana
lansia dapat dilaksanakan secara efektif di dalam Lapas Klas IIB Cilacap.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literatur Review
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
kepribadian yang di maksud lebih memfokuskan kepada upaya pendekatan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui peribadatan bagi narapidana Lansia
beragama Islam.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
3. Jurnal dengan judul Pembinaan Kepribadian Narapidana Yang Ditempatkan
di Rumah Tahanan Negara Kaitannya Dalam Pencapaian Tujuan
Pemasyarakatan yang di tulis oleh Rif’atul Husniah, Eny Harjati & Ardi
Ferdian Jurnal Hukum (2015).
Permasalahan dalam melakukan pendekatan penelitian yang dipergunakan,
narapidana harus dibina di Lapas, tetapi saat ini narapidana sering menerima
pembinaan di Rutan. Salah satu penyebabnya adalah kelebihan kapasitas
penjara. Tujuan penggunaan metode yuridis empiris ini untuk penelitian adalah
untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan kepribadian
narapidana yang ditahan di Rutan dalam rangka mencapai tujuan
pemasyarakatan. Fungsi utama Rutan sebenarnya adalah untuk mengurus para
tahanan, bukan untuk membesarkan para narapidana, hal ini mengarah pada
fungsi ganda dari Rutan, yaitu merawat dan membina narapidana.
Pengembangan kepribadian merupakan pelatihan penting yang dapat
mengubah kepribadian dan mental narapidana menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Mengingat Rutan berbeda dengan Lapas, maka terdapat beberapa
kendala dalam penerapan pedoman Rutan Klas IIB Bangil. Namun pihak
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Bangil telah melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kendala yang ada. Penelitian memiliki fokus yang sama
tentang pembinaan narapidana Lansia yang membedakan dengan penulisan
tersebut adalah jurnal ini lebih menjelaskan tentang pembinaan kepribadaian
terhadap narapidana Lansia secara umum yang meliputi Pembinaan Kesadaran
Beragama, Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, Pembinaan
Intelektual, Pembinaan Kesadaran Hukum dan Pembinaan Pengintegrasian
dengan Masyarakat sedangkan penelitian saya lebih memfokuskan terhadap
pembinaan kepribadian narapidana Lansia dengan pendekatan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tujuan jurnal ini untuk mengetahui perihal pelaksanaan pembinaan dan faktor
penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia di lembaga
pemasyarakatan klas II A Mataram. Jenis penelitian empiris dengan
pendekatan secara langsung untuk memperoleh kebenaran. Penelitian memiliki
fokus yang sama tentang pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia di
lembaga pemasyarakatan sama dengan pembinaan narapidana pada umumnya,
faktor penghambatnya adalah usia mereka 60 tahun ke atas sehingga daya
tangkap melemah dan fisik atau kesehatan mereka yang kurang dan juga sarana
prasarana masih kurang. Sedangkan yang mem bedakan dengan penelitian saya
yaitu tentang lebih ke pendekatan kea rah pembinaan kepribadian dengan cara
kerohanian atau belajar ilmu agama dengan begitu bisa mengoptimalkan
program pembinaan kepribadian yang ada.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tabel 4.1.
Literatur Review
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
B. Tinjauan Teori
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Etiket, nilai-nilai sosial dan moral secara tradisional dapat dianggap
sebagai sesuatu, jika dilanggar atau diketahui dilanggar maka akan
mempermalukan pelakunya. Meski begitu, masyarakat Indonesia tetaplah
masyarakat yang berakhlak mulia dengan nilai-nilai sosial dan adat istiadat
moral yang tinggi. tetapi masih banyak orang yang kurang sadar akan perilaku
salah yang telah mereka lakukan sehingga perlu perlakuan khusus guna
menyadarkannya. Narapidana Lansia yang melakukan tindak pidana bisa lebih
mendapatkan saran dan motivasi dari petugas agar dalam pembinaan
kepribadian bisa berjalan dengan baik.
C. Definisi Operasional
2. Pembinaan Kepribadian
3. Narapidana
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
4. Lanjut Usia (Lansia)
5. Lembanga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat dilakukan pembinaan
bagi narapidana memproses mengembalikan masyarakat secara seutuhnya.
Demi mewujudkan sistem pemasyarakatan yang sesuai dengan landasan
Pancasila, dalam UUD 1945. Dalam undang-undang nomor 12 tahun 1995
pada pasal 2 tentang pemasyarakatan disebutkan Tujuan dari lembaga
pemasyarakatan adalah untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan agar
menjadi :
a. Seutuhnya
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
b. Menyadari kesalahan
c. Memperbaiki diri
d. Tidak mengulangi tindak pidana
e. Dapat di terima kembali oleh lingkungan masyarakat
f. Dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
g. Dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Fungsi Lapas adalah untuk membina narapidana agar memiliki
kemampuan atau ketrampilan yang sesuai dengan bakatnya sehingga bisa
kembali percaya diri dan diterima kembali oleh masyarakat (Khotimah 2016).
Sehingga tujuan dan fungsi Lapas sangatlah penting untuk dilaksanakan,
narapidana dan petugas berperan penting dalam menjalankan tujuan dan
fungsi masing-masing agar Lapas bisa berjalan dengan maksimal.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Kualitatif
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
metode kualitatif dengan alasan karena masih belum memiliki data yang sesuai
dengan masalah penelitian sehingga peneliti langsung melihat kondisi
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
lapangan untuk melakukan observasi terhadap objek penelitian. Penelitan
difokuskan kepada pengoptimalan pembinaan kepribadian narapidana Lansia
serta faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pembinaan narapidana Lansia
tersebut.
Sehingga dalam penelitian ini kurang tepat apabila dikaji dengan metode
kuantitatif dimana lebih menekankan pada pembuktian hipotesis yang
menggambarkan keadaan yang sudah ada. Penelitian lebih menekankan pada
asumsi dimana dapat diteliti secara langsung dan melibatkan dengan kegiatan
objek penelitian sehingga menghasilkan data murni dari keadaan di lapangan.
B. Desain Penelitian
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
faktor-faktor penyebab tidak optimalanya pembinaan kepribadian bagi narapidana
Lansia.
C. Sumber Data
Sumber data adalah sumber dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder (S.H Sondak
2019). Sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Data primer (utama) merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian. Sumber utama data berasal dari observasi dan wawancara
dengan beberapa narapidana Lansia dan petugas.
b. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan judul penelitian yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan, seperti peraturan perundang- undangan,
buku, artikel, dokumen dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
a. Berpartisipasi dalam observasi, peneliti langsung ikut serta dalam
kegiatan yang dilakukan oleh yang diamati.
b. Mengamati non partisipan, peneliti tidak berada dalam lingkup objek
yang diamati, dan tidak berpartisipasi dalam aktivitasnya.
c. Observasi sistem, peneliti telah mengembangkan kerangka kerja yang
telah diatur sebelumnya
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002), mendefenisikan wawancara Ini adalah sebagai
berikut: "Pertemuan yang terdiri dari dua orang, melalui tanya jawab untuk
bertukar informasi dan gagasan, sehingga dapat berkomunikasi tentang topik
tertentu dan membangun makna bersama." Artinya wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab sehingga
mereka dapat mengkomunikasikan dan menyusun makna suatu topik tertentu.
Penulis melakukan wawancara dengan narasumber baik dari narapidana maupun
kepada petugas. Wawancara dilakukan secara personal antara peneliti
(pewawancara) dengan responden (yang diwawancarai), dengan tujuan
pemperoleh informasi yang relevan. Wawancara di laksanakan dengan bantuan
alat seperti tape recorder dan bahan lain yang dapat membantu dalam
pelaksanaan wawancara.
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
E. Teknik Analisis Data
Pada tujuan penelitian yang akan penulis capai, maka dimulai dengan
tahapan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber yang
ada, seperti wawancara, observasi dan dokumentasi dengan mengadakan reduksi
data yang berisi tentang data-data yang dapat diperoleh dari lapangan, lalu
menggabungkan dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih
sistematis sehingga mudah dikendalikan. Maka dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis kualitatif, dimana data dianalisis dengan metode deskriptif
(Suwendra, 2018).
Penelitian yang digunakan dengan tahapan-tahapan untuk menganalisa
data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan ditunjukkan pada Gambar 3.1, sebagai berikut:
Gambar 3.1
Komponen Analisis Data
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
(Sugiyono 2014)
1. Pengumpulan data
Dalam penulisan diperlukan cara untuk pengumpulan data yang
dilaksanakan melalui studi literatur serta dilakukan observasi, dan wawancara
terhadap objek penelitian.
2. Reduksi data
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Pada artikel ini pemilahan data dilakukan dengan memilah hal yang
utama, memfokuskan pada konten penting, meringkas dan menemukan model
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil reduksi data akan ditambahkan
pada penelitian pustaka yang disesuaikan dengan pembahasan penelitian
utama.
3. Penyajian data
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa penyajian data
merupakan "bentuk suatu tampilan data yang paling umum untuk penelitian
kualitatif di masa lalu adalah teks naratif". Penulis memberikan data dalam
bentuk deskriptif dengan tujuan agar lebih mudah untuk melihat suatu
gambaran secara keseluruhan atau secara sebagian tertentu dari sebuah
penelitian.
4. Penarikan kesimpulan/Verification data
Mengacu pada pertanyaan pokok penelitian dan menarik kesimpulan
berupa pernyataan singkat dan mudah dipahami berdasarkan data yang telah
diperoleh dan diverifikasi keasliannya.
F. Jadual Penelitian
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tabel 4.2
Waktu Penelitian
2021
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novembe
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
P
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
e
n
g
ol
a
h
a
n
D
at
a
A
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang deskriptif lokus penelitian, analisis dan
pembahasan, dan mengkaji data dan mengarahkan pada jawaban rumusan masalah
penelitian.
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap
Kegiatan penelitian dilakukan oleh peneliti dengan gambaran umum Lapas,
struktur organisasi, data jumlah narapidana dan pegawai sebagai berikut.
1. Gambaran Umum Lapas
Peneliti melaksanakan penelitian di Lapas Klas IIB Cilacap (Lapas
Cilacap). Lokus penelitian merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang
pemasyarakatan yang beralamat di jalan Kerinci No. 120 Kota Cilacap . Tahun
1985 dengan keputusan Menteri Kehakiman sebagai Rutan Kelas IIB Cilacap
dan pada tanggal 16 April 2003 dengan keputusan Menteri Kehakiman No :
05.PR.07.03 tahun 2003 status Rutan diubah menjadi Lapas Klas IIB Cilacap.
Lapas Cilacap merupakan tempat yang ditunjuk oleh pengadilan untuk
para pelanggar hukum yang di vonis oleh pengadilan serta statusnya sudah
menjadi narapidana untuk melaksanakan program pembinaan yang diberikan.
Tugasnya yaitu untuk membina narapidana menjadi manusia yang berguna
seutuhnya, baik untuk dirinya sendiri juga untuk Agama, Bangsa dan Negara dan
apabila sudah keluar nantinya dari Lapas tidak akan melakukan pengulangan
tindak pidanan lagi yang bertentangan dengan hukum. Saat ini mempunyai 30
kamar hunian bagi warga binaan pemasyarakatan (wbp) yang terbagi dalam 3
blok dengan kapasitas 263 orang.
2. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-
05.OT.01.01 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kehakiman No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemasyarakatan. Berikut Struktur Organisasi dibawah ini.
Gambar 3.2.
Struktur Organisasi
Dalam tugas sehari-hari Kepala Lapas dibantu oleh stafnya, terdiri dari:
a. Sub. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan tugas penatausahaan keuangan, kepegawaian, surat menyurat,
perlengkapan/inventaris kantor, dan rumah tangga di Lembaga Pemasyarakatan.
Bagian Tata Usaha, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) kepala urusan
yaitu:
1) Urusan Umum
Kaur Umum bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan umum
yang meliputi distribusi surat-surat dinas, perawatan/perbaikan/pencatatan sarana
fisik dan kendaraan dinas, dan sarana umum lainnya, guna mendukung kelancaran
operasional Lapas.
2) Urusan Kepegawaian dan Keuangan
Kaur Keuangan dan Kepegawaian bertanggung jawab dalam mengendalikan,
mengawasi dan mengkoordinir urusan kepegawaian dan keuangan agar berjalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Seksi Binadik dan Giatja
Seksi binadik dan giatja bertugas melakukan registrasi, membuat statistik dan
dokumentasi, sidik jari narapidana, memberikan bimbingan pemasyarakatan, melayani
kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana serta memberikan bimbingan
kerja, mempersiapkan fasilitas kerja dan mengelola hasil kerja.
Seksi binadik dan giatja dibantu oleh 3 Subseksi yaitu:
1) Subseksi Registrasi dan Bimkemas
Sub seksi ini bertanggung jawab untuk melakukan pendataan, statistik,
dokumentasi sidik jari, pencatatan, pembuatan laporan, pengkoordinasian kegiatan
program bidang kerohanian dan keolahragaan di bidang bimbingan kemasyarakatan
sehingga mendukung terciptanya kemandirian warga binaan pemasyarakatan serta
optimalisasi program asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti
menjelang bebas.
2) Subseksi Kegiatan Kerja
Bertugas melaksanakan penyiapan dan pemeliharaan prasarana dan sarana kerja,
memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana dan memilih narapidana/anak
didik yang terampil, melakukan usulan kerjasama dengan pihak ketiga dalam
rangka praktik kerja, melaksanakan pengelolaan hasil kerja.
3) Subseksi Perawatan
Bertanggung jawab dalam hal pelayanan perawatan kesehatan narapidana dan
penyediaan pakaian dan makanan sesuai dengan prosedur yang berlaku agar WBP
dapat mengikuti program pembinaan kepribadian dan kemandirian dengan baik.
c. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bertugas menyusun jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas
pengamanan, serta membuat usulan insentif petugas jaga malam, memberikan
petunjuk kepada petugas pengamanan tentang tatacara menggunakan peralatan
pengamanan jam kontrol secara tepat, mengecek hasil jam kontrol, serta
mengkoordinir pemeliharaan perlengkapan/peralatan dan sarana pengamanan,
menyusun konsep pembentukan tim penggeledahan terpadu dan menginventarisir
barang hasil penggeledahan, serta pengawasan dan pengurusan izin pemakaian senjata
api, melakukan administrasi pemeriksaan terhadap narapidana yang melakukan
pelanggaran hukum dan tata tertib Lapas, mengkoordinir pengaduan dari masyarakat
lewat layanan SMS dan kotak saran. Bidang ini dibantu 2 subseksi yaitu:
1) Subseksi Keamanan
Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan tugas pengamanan dan ketertiban,
dengan mengatur atau membuat jadwal tugas, penggunaan perlengkapan
pengamanan dan penempatan petugas jaga sesuai dengan peraturan dan petunjuk
yang berlaku. Sub Seksi ini juga mempunyai tugas dalam mengatur jadwal tugas
penjagaan yang berkoordinasi dengan KPLP, melakukan pengawasan dan
pengurusan surat perlengkapan pengamanan, melakukan penelitian isi laporan dari
petugas blok napi pria dan blok wanita, dan melakukan pengaturan pengontrolan
pos-pos jaga dan kebersihan/keindahan disekitar blok napi.
2) Subseksi Pelaporan dan Tata Tertib
Tugas pokoknya melaksanakan tugas administrasi pelaporan keamanan dan tata
tertib secara berkala berdasarkan laporan harian, berita acara yang dibuat oleh
satuan keamanan, dan menganalisis pengaduan masyarakat dalam rangka
menegakkan keamanan dan ketertiban.
d. Bidang Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Bidang ini bertugas menjaga keamanan dan ketertiban Lapas. Adapun tugas dari
kesatuan pengamanan Lapas yaitu: melakukan penjagaan dan pengawasan
terhadap narapidana atau anak didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban, melakukan pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran
narapidana atau anak didik, melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran
keamanan, dan membuat laporan harian serta berita acara pelaksanaan
pengamanan serta membawahi 4 (empat) regu satgas Pengamanan Pintu Utama
(P2U) dan tiap regu satgas P2U terdiri dari 1 orang.
3. Data Jumlah Pegawai dan Narapidana
Berikut adalah tabel-tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin,
pangkat/golongan dan berdasarkan tingkat pendidikan. Serta jumlah narapidana 5
tahun terakhir di lapas Cilacap :
Tabel 4.3.
Data Kepegawaian Keadaan Pegawai
Berdasarkan Jumlah Pegawai
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Perempuan 8
2 Laki-laki 47
Total 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa keadaan pegawai pada lokus
penelitian untuk pegawai berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 orang dan
untuk pegawai berjenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang sehingga jumlah
keseluruhan pegawai adalah 55 orang.
Tabel 4.4.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan
No Pangkat/Golongan Laki-laki Perempuan
1 Juru Muda (I/a) - -
2 Juru Muda Tingkat I (I/b) - -
3 Juru (I/c) - -
4 Juru Tingkat I (I/d) - -
5 Pengatur Muda (II/a) 20 1
6 Pengatur Muda Tingkat I (II/b) 1 -
7 Pengatur (II/c) - -
8 Pengatur Tingkat I (II/d) 4 -
9 Penata Muda (III/a) 5 1
10 Penata Muda Tingkat I (III/b) 10 -
11 Penata (III/c) 1 1
12 Penata Tingkat I (III/d) 6 5
13 Pembina (IV/a) - -
14 Pembina Tingkat I (IV/b) - -
15 Pembina Utama Muda (IV/c) - -
16 Pembina Utama Madya (IV/d) - -
17 Pembina Utama (IV/e) - -
Jumlah 47 8
Jumlah Keseluruhan 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel 4.4 dijelaskan bahwa keadaaan tingkat pangkat/golongan
pegawai, golongan pangkat paling tinggi yaitu Penata Tingkat I/(III/d) sebanyak
11 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 5 orang perempuan sedangkan
mayoritas paling banyak adalah golongan Pengatur Muda/(II/a) sebanayak 21
orang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Tabel 4.5.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
Sarjana Strata III (S3) - -
Sarjana Strata II (S2) 4
Sarjana Strata I (S1) 17 7
Sarjana Muda (D3) 1 -
SLTA 25 1
SLTP - -
SD - -
Jumlah 47 8
Jumlah Keseluruhan 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel 4.5 di jelaskan keadaan pegawai berdasarkan tingkat
pendidikan, pendidikan terakhir paling tinggi Sarjana Strata II / ( S2 ) sebanyak
4 orang laki-laki sedangkan untuk mayoritas pendidikan paling banyak adalah
lulusan SLTA dengan jumlah 26 orang yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 1
orang Perempuan.
Tabel 4.6.
Jumlah Narapidana 5 (lima) Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Narapidana
1 2016 181
2 2017 219
3 2018 306
4 2019 285
5 2020 303
6 Juni 2021 362
Sumber: http://smslap.ditjenpas.go.idag/Agustus
Berdasarkan tabel 4.6 jumlah narapidana 5 tahun terakhir dengan rincian dari
bulan tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 bahwa pada bulan Juni tahun 2016
jumlah narapidana yaitu 181 orang, tahun 2017 jumlah narapidana 219 orang,
pada tahun 2018 jumlah narapidana 306 orang, pada tahun 2019 jumlah
narapidana 285 orang, pada tahun 2020 jumlah narapidana 303 orang dan jumlah
narapidana pada Juni tahun 2021 berjumlah 362 orang.
“saya sudah tidak mempunyai keluarga lagi pak soalnya kami sudah
pisah paling saudara saya saja yang sering membesuk saya disini. Ya dia
sendiri selalu menyarankan saya agar untuk tidak macam-macam dan mengikuti
program atau kegiatan yang ada disini dengan baik.”
Dalam pelaksanaan teori Self esteem kepada para narapidana Lansia juga
sangat berpengaruh dari dukungan atau semangat dari keluarga, petugas ataupun
lingkungan sekitarnya. Perlunya dorongan dari keluarga berguna untuk bisa
menunjukan ekspresi dari narapidana Lansia baik dalam bentuk positif ataupun
negative, sehingga mereka akan lebih bisa menghargai diri mereka sendiri dan
lingkungan sekitar, menerima pendapat atau masukkan dari lingkungan sekitar,
dan juga bisa dapat merasa lebih berguna nantinya ketika mereka keluar.
Sedikides (dalam Baron & Byrne, 2004) mengemukakan bahwa ada tiga
kemungkinan motivasi untuk evaluasi diri, yaitu individu mencari evaluasi diri
(memperoleh pengetahuan yang jelas tentang diri mereka sendiri), peningkatan
diri (memperoleh informasi positif tentang diri mereka sendiri) atau diri sendiri.
Verifikasi (untuk mengkonfirmasi apa yang telah mereka ketahui tentang diri
mereka sendiri). Nantinya pemahaman tentang harga diri akan berkembang lebih
jauh. Setelah itu, pemahaman mengenai self esteem akan makin berkembang.
Self-Assesment narapidana Lansia bisa mendapatkan pengetahuan yang pasti
mengenai dirinya sendiri agar bisa mengontrol segala sesuatu yang ada pada
narapidana Lansia, seperti dalam hal kegiatan fisik yang membutuhkan tenaga
lebih bagi Lansia, dan mental Lansia yang kadang tidak stabil harus bisa di jaga.
Self-enhancement pada narapidana Lansia untuk memperoleh informasi positif
mengenai diri sendiri sehingga hal-hal positif tadi bisa meningkatkan rasa
percaya diri dan memotivasi narapidana Lansia menjadi manusia seutuhnya yang
berguna. Self-verification kepada narapidana Lansia untuk mengkonfirmasi apa
yang telah mereka ketahui mengenai diri mereka sendiri sehingga Lansia bisa
mengontrol kegiatan, dengan tetap di lakukan pengawasan oleh petugas.
425
53
3
< 5 0 Tah u n 5 0 - 5 9 Tah u n 6 0 - 7 0 Tah u n 7 1 - 8 0 Tah u n
JUMLAH NARAPIDANA
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan oleh penulis,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembinaan yang diberikan terhadap narapidana Lansia lebih optimal pada
pembinaan kesadaran beragama dengan pendeketan kepada Tuhan YME,
karena narapidana Lansia yang sudah tidak memungkinan untuk diikutkan
dalam pelaksanaan program pembinaan kemandirian yang memerlukan
banyak tenaga.
2. Pembinaaan narapidana Lansia mengalami kendala sehingga pelaksanaan
program pembinaan masih belum optimal, kendala tersebut berasal dari
sarana dan prasarana khusus Lansia yang masih belum terpenuhi, rendahnya
kemauan beberapa narapidana Lansia untuk mengikuti program pembinaan,
serta jumlah petugas yang belum berkompeten pada bidangnya.
3. Pelaksanaan optimalisasi program pembinaan dilakukan dengan
melaksanakan pemenuhan kebutuhan bagi narapidana Lansia mulai
pelaksanaan optimalisasi program pembinaan yang difokuskan pada
kesadaran beragama, penempatan kamar khusus kepada para narapidana
Lansia, serta melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
B. Saran
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan program pembinaan bagi narapidana
Lansia, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Memfokuskan program pembinaan kepribadian kepada program pembinaan
kesadaran beragama dengan cara pembuatan kurikulum dan jadwal baru
sehingga pelaksanaan program pembinaan dapat berjalan dengan lebih baik.
2. Penambahan sarana dan prasarana seperti fasilitas pendukung gerak
narapidana Lansia seperti penambahan kipas angin, toilet duduk, serta
pembuatan grab-handle.
3. Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dan membuat program pembinaan
khusus bagi narapidana Lansia
4. Pemberian reward kepada narapidana Lansia yang mengikuti program
pembinaan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Jurnal
Adi Hermansyah & Masitoh. 2020. Pemenuhan Hak Narapidana Lanjut Usia
Bidang Kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Banda Aceh. Syiah
Kuala Law Journal Volume 4 Nomor 1.
I Wayan Diva Adi Pradipta, I Ketut Sukadana dan Ni Made Sukaryati Karma. 2020.
Pembinaan Terhadap Narapidana Lanjut Usia di Lapas Klas II A Denpasar.
Jurnal Analogi Hukum: Volume 2 Nomor 2.
Parasari, Gusti ayu trisna dan Lestari, made indah. 2015. “hubungan dukungan sosial
keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di kelurahan sading.” Journal of
psikologi udayana 2(1):68–77
Rif’atul Husniah, Eny Harjati & Ardi Ferdian. 2015. Pembinaan Kepribadian
Narapidana Yang Ditempatkan di Rumah Tahanan Negara Kaitannya Dalam
Pencapaian Tujuan Pemasyarakatan. Jurnal Hukum.
Sitinjak, labora. 2015. “tingkat pengetahuan lansia terhadap stres akibat penurunan
fungsi fisik di panti werda kristen hana, tangerang, banten, 2014.” Akademik
keperawatan husada karya jaya 1(1):17–20.
Mengetahui Menyetujui,
Ketua Program studi Pembimbing
Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si. Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si.
NIP. 196309041990011001 NIP. 196309041990011001
Lampiran 2. Berita Acara Bimbingan Skripsi
Identitas Informan 1
a. Nama : Rizal Afif Kurniawan, A.Md.IP
b. Umur : 27 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Jabatan : Kasubsie Reg & Bimkemas
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Apakah pelaksanaan program pembinaan bagi narapidana lanjut usia
berjalan dengan baik?
Narasumber : Baik atau engganya kita bisa liat sendiri lah program pembinaan yang
ada disini berjalan baik atau tidak, semua program pembinaan disini telah
berjalan baik pembinaan kemandirian atau pembinaan kepribadian namun
tetap ada beberapa kekurangan yang ada. Pada prinsipnya pola pembinaan
pada warga binaan itu tidak jauh berbeda pada pola-pola pembinaan yaitu
kemandirian maupun pola pembinaan kepribadian. Kalau kemandirian,
mungkin kita itu karena pola pembinaan kepada warga binaan yang lansia
mungkin kita kurang tepat ya karena bagaimanapun juga mereka sudah
berusia lewat dari produktif. Mereka ya diharapkan untuk tetap rajin
beribadah, mungkin dalam kegiatan kerohanian dan bidang-bidang
keagamaan ini lebih rajin dan kalaupun ada kegiatan-kegiatan yang
bersifat kemandirian, ya kita tidak ada pemaksaan buat mereka karena
kalau ada pemaksaan-pemaksaan ya mereka kan sudah lansia, kita tidak
berani ya, adapun terdapat aturan-aturan tertentu. Tentu usia lansia ini
seharusnya ada Lembaga Pemasyarakatan yang khusus lansia, dan itu kita
tidak ada ya, anak sudah ada, dewasa ada, pemuda ada, tapi kita tidak
terlalu mempersalahkan itu mereka tetap dapat bergabung di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap. Permasalahan yang timbul adalah
banyaknya usia yang lansia, dan kamar hunian yang kita siapkan juga
terbatas. Kenapa terbatas, karena memang isi hunian saat ini di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap sudah mencapai lima ratus lebih orang
kalau tidak salah ya, dan juga kegiatan-kegiatan yang harus diberikan
kepada mereka-mereka itu tentu bersifat tidak banyak mengadakan fisik
karena mereka sudah usia uzur lah ya, yang kami tekankan kepada mereka
ya bagaimana mereka tetap dapat menjalankan ibadah ini sesuai dengan
syariatnya, sesuai dengan keyakinannya, agar mereka bisa lebih tenang.
Permasalahan lagi apa, Pak bagaimana dengan kami yang beragama
nasrani ataupun yang beragama lain. Di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIB Cilacap, tetap lebih memprioritaskan bagi mereka-mereka agar bisa
menjalankan ibadah, karena muslim mayoritas ya mereka tetap berada di
aula atau di mesjid At-Taubah. Lalu bagaimana dengan yang nasrani, ya
silahkan kalau mereka memang mau beribadah, kita juga memberikan
kesempatan di Gereja kita ajak mereka untuk bisa melakukan ibadah, ya
mungkin pada saat teman-teman yang muslim itu masuk masjid, secara
bergantian mereka mengoptimalkannya untuk berkumpul di Gereja dan
beribadah. Berapa banyak sih yang ada di sini ya, kalau kita lihat lebih
kurang tiga puluh orang ya, bahkan empat puluh tiga lebih kurang ya,
empat puluh tiga orang. Saat ini memang sangat terbatas, kalau mereka
kita gabungkan dengan ruang santri, ya mereka sudah tua, kalau
digabungkan dengan yang lansia juga jumlahnya sangat padat ya, tapi ya
memang itulah kondisi dan keadaan kita disini. Nah kembali lagi disini
ada permasalahan lain, tingkat kesehatan kali ya. Usia lansia ini tetap kita
perhatikan ya, dan kita prioritaskan. Kita punya satu program pembinaan
kesehatan secara jemput bola, jadi lebih mendekatkan, bukan warga
binaan yang merapat ke kami tapi kamilah yang merapat pada warga
binaan itu sendiri. Pada hari-hari tertentu atau dalam seminggu kita
melaksanakan pengobatan atau pemeriksaan kesehatan seminggu dua kali
atau tiga kali, dua sampai tiga kali. Dan itu digilir, tetapi bagi mereka yang
berusia lansia mereka mendapatkan prioritas untuk mendapatkan
pengobatan dan pelayanan kesehatan lebih utama. Bagaimana dengan
penanganan kasus, kasus-kasus yang mereka hadapi tetap saja, kita tetap
pada panduan yang ada, tetapi kami lebih memprioritaskan karena kan ada
remisi lansia, kami tetap mengusulkan kepada mereka-mereka yang
berusia lanjut untuk mendapatkan remisi lansia sebagai bentuk perhatian
khusus dari Pemerintah untuk mereka yang berusia lanjut. Jadi
dipercepatlah prosesnya, dan itupun nanti memang bukan suatu perhatian
pasif ya, karena kita langsung mengusulkan kepada Dirjen dan hasilnya
kita tinggal menunggu saja untuk mereka lebih cepat kembali bersama
keluarga.
Pewawancara : Apakah program pembinaan narapidana lanjut usia yang dilakukan sama
dengan narapidana pada umum yang usia masih dalam produktif ?
Narasumber : Untuk pola pembinaan yang lansia ini, sudah pasti yang utama adalah
kita akan lebih mengedepankan pola pembinaan kerohanian yaitu kembali
lagi kepada iman ataupun agama yang dianut oleh mereka, syukur
Alhamdulillah kerohanian ini hampir sebagian besar warga binaan yang
lansia ini adalah mereka beragama muslim. Mereka kita libatkan atau kita
ajak untuk bergabung bersama di majelis taqlim At-Taubah atau juga
rumah tahfis At-Taubah yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Cilacap. Kita tidak banyak menekankan berlebihan kepada mereka, karena
kita menghormati mereka adalah orang-orang yang sudah lansia. Namun
kita tetap berusaha agar para narapidana lansia ini yang beragama islam
bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT agar dalam program
pembinaan kepribadian mereka akan masuk secara rohani dengan bantuan
para petugas yang ada.
Pewawancara : Bagaimana metode pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalau secara khusus tidak ada ya, secara umum saja. Hanya saja kita
lebih banyak memahami ya, kalau khusus kan misalnya orang tua itu harus
ditempatkan, ya ditempatkan kita sudah laksanakan ya, cuma lebih
cenderung kita memahami bahwa mereka adalah orang-orang lanjut usia.
Ya disini ya, memang ada khususnya adalah ruang khusus ya, pelayanan
kesehatan lebih diperhatikan, itu khususnya. Ya juga kalau mereka ingin
mendapatkan bantuan hukum kita juga akan melayani ya, tetapi secara
umum, tidak jauh berbeda tetaplah kasur kapas dan yang paling utama
khususnya lagi, kalau ada kesempatan mereka diusulkan ya kita usulkan,
itu khusus termasuk itu. Untuk fasilitas-fasilitas khususnya yaitu tadi, kita
tetap memprioritaskan saja, Pak misalkan, saya membutuhkan pelayanan
kesehatan, itu cepat-cepat kita layani, bahkan kalau mereka memang barus
di rawat di poliklinik ya kita lebih optimalkan mereka, ada kok yang di
poliklinik karena sudah sakit menahun ya, khusus itu, tapi kalau mereka
rata-rata ya tidak mau Pak, mereka mau kembali lagi di komunitas di
kamarnya mereka sendiri karena kenapa ya, kembali lagi mereka juga
membutuhkan komunikasi, membutuhkan sosialisasi dengan sesama
warga binaan.
Pewawancara : Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tahapan-tahapan pembinaan masih sama dengan narapidana pada
umumnya dimulai sejak pertama narapidana masuk kedalam hingga sampe
selesai menjalani masa pidananya, belum ada perbedaan yang siknifikan
mengenai pembinaan lansia masih terbatas pada kamar khusus narapidana
lansia. Dari segi pembinaan oleh petugas juga agak sedikit berbeda
terhadap narapidana umumnya jika terhadap lansia petugas akan lebih
mengurangi sesuatu yang berhubungan dengan fisik. Seperti contohnya
ketika narapidana lain senam dan olahraga berlari 3 putaran lapangan
narapidana lansia hanya 2 atau bahkan 1 kali lari memutar lapangan saja.
Pewawancara : Jenis-jenis program pembinaan apa saja yang diberikan kepada narapidan
lanjut usia?
Narasumber : Semua program pembinaan kita berikan atau dilakukan tetapi kita lebih
memfokuskan kepada pembinaan kesadaran beragaman yang dalam hal ini
kita bekerjasama dengan pihak ketiga untuk program pembinaanya. Ya
kalo program pembinaan kemandirian ya kita tidak akan memaksakan
mereka mau ikut atau tidak, namun lebih di sarakan ke program
pembinaan kepribadian saja karena di lihat dari kondisi fisiknya para
lansia yang kurang di bandingkan narapidana umum yang lain.
Pewawancara : Apakah terdapat pengawasan khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Untuk pengawasan belum dilakukan secara khusus namun kita sudah
mengelompokkan narapidana lanjut usia pada 2 kamar hunian walaupun
masih terdapat narapidana lanjut usia yang tidak berada pada kamar
tersebut karena beberapa alasan yang membuat narapidana lansia tidak
berada di kamar lansia. Seperti faktor kesehatan, keamanan dan faktor
lainnya. Ya ini merupakan salah satu masalah dalam pelaksanaan
pembinaan Lapas Cilacap masih megalami kekurangan dari sisi petugas,
baik petugas penjagaan maupun petugas yang benar-benar sesuai pada
bidangnya.
Pewawancara : Apakah keuntungan bagi narapidana lanjut usia dari program
pembinaan?
Narasumber : keuntungan sangat dirasakan bagi narapidana lanjut usia karena sudah
dikelompokkan pada kamar lanjut usia mereka dapat melakukan
pembinaan secara bersama sebagaimana dapat menjadi pacuan dalam
pelaksanaan pembinaan
Pewawancara : Apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pembinaan
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Faktor pendukung dalam upaya pembinaan lansia masih terbatas pada
kamar hunian belum ada faktor yang secara khusus mendukung
pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia. Pembinaan bagi
narapidana lanjut usia kita optimalakan pada pembinaan kesadaran
beragama mempertimbangkan kondisi kesehatan narapidana juga yang
sudah tidak memungkinkan untuk diikutkan pembinaan kemandirian.
Pewawancara : Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan
bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : hambatan atau kendala saat ini ditambah masa pandemi covid-19 yaitu
berupa sarana dan prasarana berupa fasilitas yang sangat terbatas dan
kemauan dari narapidana itu sendiri yang masih sangat kurang. Dalam hal
pemenuhan hak-hak narapidana lanjut usia berupa kamar khusus lanjut
usia memang masih sangat kurang sehingga dilakukan upaya
pengoptimalan dengan melakukan kordinasi dengan pihak KPLP untuk
dapat menyediakan kamar tambahan secara khusus untuk narapidana
lanjut usia
Pewawancara : Apakah terdapat evaluasi dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kita evaluasinya tidak tiap bulan, tetapi tetap kita mengadakan
monitoring ya, monitoring ini bisa saja tiap bulan, apalagi kalau mereka
ada suatu keluhan, kami berusaha untuk secepat mungkin, keluhan yang
mereka sampaikan itu kita tanggapi ya, tidak perlu sampai mereka
menunggu sekian lama, yang pasti sebetulnya bukan hanya buat lansia,
semua warga binaan disini jika ada keluhan ya kita akan terima. Kita akan
mengoptimalkan pelayanan warga binaan apalagi bagi yang lansia karena
memang saat ini dan mudah-mudahan sampai kedepan kita terus
melakukan peningkatan, bagaimana sih bentuk pelayanan publik yang
baik kepada mereka.
Pewawancara : Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi hambatan
dalam pemberian program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah kita lakukan upaya optimalisasi mengatasi hambatan dan kendala
dengan memenuhi sarana dan parasarana seperti kamar hunian bagi
narapidana lanjut usia serta memberikan motivasi kepada narapidana
Pewawancara : Bagaimana perkembangan narapidana sebelum dan sesudah diberikan
program pembinaan?
Narasumber : Perkembangan narapidana sangat siknifikan terutama setelah kita
gabungkan pada kamar khusus narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut
usia?
Narasumber : semua petugas kita libatkan dalam pelaksanaan pembinaan, namun kita
masih memiliki kendala dimana belum terdapat petugas yang memang
khusus dalam pelaksanaan pembinaan tersebut.
Pewawancara : Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap program pembinaan telah
diberikan kepada narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan sebenarnya sudah sanggat baik tetapi memang kita masih
terdapat kendala dalam pelaksanaaya, dan terkhusus narapidana lanjut usia
kita belum memiliki pembinaan yang memang benar khusus untuk
narapidana lanjut usia tersebut.
Pewawancara : Bagaimana harapan serta tujuan bapak/ibu setelah memberikan program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : kami tetap menginginkan, kalau mereka sudah berusia lanjut, agar bisa
mendapatkan secara cepat untuk proses program PB, CB, ataupun bentuk
perhatian kepada mereka misal, lebih optimal ya, kalau memang kita
usulkan sekian, apa salahnya agar cepat terealisasi itu satu. Juga kami
berharap, kalau memang sudah mereka memenuhi persyaratan ya selain
yang kita usulkan, tolonglah mungkin dalam proses pengurusan program
PB, CB, ataupun program yang lain tidak perlu sampai harus bertele-tele,
ya mudah-mudahan seperti itu paling tidak juga kelengkapan kita harus
lengkap ya. Selanjutnya lagi kami berharap, sampai detik hari ini masih
juga kekurangan tentang pelayanan kesehatan,ya memang itu global ya,
bisa kendalanya seperti itu, tapi kita mengoptimalkan, tapi kalau andaikata
misalnya ada bantuan khusus kepada mereka, ya kami sangat bersyukur
sekali. Terus juga, sayangnya dalam kondisi Covid saat ini, kalau tidak
dalam situasi Covid, kami mencoba lebih membijaksanakan andaikata
mereka agar bisa ketemu dengan keluarga lebih cepat. Kalaupun
kunjungan misalnya kembali normal, kami tetap memprioritaskan,
kesehatan, kunjungan, maupun kegiatan-kegiatan yang lain, kami lebih
mengutamakan.
Identitas Informan 2
a. Nama : Adesa Praja
b. Umur : 21
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Jabatan : Staf Kasubsie Reg & Bimkemas
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : ada dua jenis pembinaan yang dilaksanakan di Lapas Klas IIB Cilacap
ini, yang pertama pembinaan kepribadian dan yang kedua pembinaan
kemandirian yang biasanya dilaksanakan di bawah kegiatan kerja.
Pembinaan kepribadian ini dibagi lagi menjadi dua yaitu pribadi dan
kerohanian yang bersifat fisik. Kegiatan kerohanian ini seperti kegiatan
yang dilaksanakan di masjid kegiatan yang bersifat fisik itu seperti
olahraga, ada seni ( Musik)
Pewawancara : Apakah program pembinaan narapidana lanjut usia dilakukan sama
dengan narapidana pada umum yang usia masih dalam produktif ?
Narasumber : kegiatan pembinaan di sini tidak membedakan usia, tapi berdasarkan
kemauan dan kesadaran dari warga binaan.
Pewawancara : Bagaimana metode pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tidak ada metode tertentu tetapi ada jadwal dan melibatkan pihak ketiga
sebagai pihak yang melaksanakan kegiiatan kepribadian tersebut pihak
ketiganya seperti Kemenag yang dulu sebelum covid-19 biasanya di
laksanakan secara langsung.
Pewawancara : Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tahapan nya seperti tahapan pembinaan yang biasanya seperti 1/3, 1/2
dan 2/3 dan programnya sesuai dengan kriteria sesuai narapidana
tersebut.jika kriminal bertahap hingga integrasi, narapidana narkoba sama
namun terbatas hanya pada saat tertentu dan kasusnya
Pewawancara : Jenis-jenis program pembinaan apa saja yang diberikan kepada
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan yang diberikan masih sama saja seperti narapidana pada
umumnya belum ada kekhususan pembinaan bagi narapidana lanjut usia
Pewawancara : Apakah terdapat pengawasan khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Diletakkan pada tempat khusus dan memiliki kamar sendiri dan terdapat
pengawasan dari pihak kerohanian.
Pewawancara : Apakah keuntungan bagi narapidana lanjut usia dari program
pembinaan?
Narasumber : Banyak sekali keuntungan yang didapatkan dari pembinaan salah satunya
menjadi bekal ketika narapidana tersebut selesai menjalani masa
pidananya terlebih lagi untuk narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pembinaan
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Untuk sementara sama dengan narapidana lain, hanya kamarnya yang
khusus tersendiri dan di batasi.
Pewawancara : Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan
bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kesadaran untuk melaksanakan pembinaan kepribadian berupa keagama
nya masih ada beberapa narapidana Lansia yang kurang dan ditambah
sekarang masa pandemi sehingga menyulitkan mendatangkan pihak ketiga
dalam pelaksanaan pembinaan
Pewawancara : Apakah terdapat evaluasi dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan masih terganjal pandemi covid yang menyebabkan terhambat
nya pihak ketiga datang yang sekarang digantikan oleh pegawai dan WBP
yang mampu.
Pewawancara : Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi hambatan
dalam pemberian program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah kita lakukan upaya optimalisasi mengatasi hambatan dan kendala
dengan memenuhi sarana dan parasarana seperti kamar hunian bagi
narapidana lanjut usia
Pewawancara : Bagaimana perkembangan narapidana sebelum dan sesudah diberikan
program pembinaan?
Narasumber : Perkembangan narapidana sangat siknifikan terutama setelah kita
gabungkan pada kamar khusus narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut
usia?
Narasumber : Semua bagian terlibat khususnya petugas pada bidang pembinaan, serta
masyarakat dan pihak ketiga. Kita sudah menjalin kerjasama dengan pihak
ketiga dalam pelaksanaan pembinaan agar dapat benar-benar bermanfaat
bagi narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap program pembinaan telah
diberikan kepada narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan sebenarnya sudah sanggat baik tetapi memang kita masih
terdapat kendala dalam pelaksanaaya, dan terkhusus narapidana lanjut usia
kita belum memiliki pembinaan yang memang benar khusus untuk
narapidana lanjut usia tersebut.
Pewawancara : Bagaimana harapan serta tujuan bapak/ibu setelah memberikan program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Harapannya pembinaan yang dilakukan kepada narapidana yang berusia
lanjut lebih di khusus kan lagi dan lebih berfokus ke agama karena
pentingnya pembinaan agama melihat kasus narappidana usia lanjut ini
adalah kasus kriminal dan kasus yang dibenci masyarakat ( pencabulan ).
Yang terakhir juga, kami berharap kalau ada tempat yang lebih khusus itu
yang kami utamakan, ya ruangan, karena kendala dengan isi Lapas yang
begitu banyak, kita tidak bisa melakukan bongkar pasang dengan mudah,
terus juga ini bukan kerja kita sendiri, tapi kerja dari semua pihak, warga
binaan itu sendiri, petugas, dan masyarakat. Nah paling tidak kalau
memang kita membuat suatu penelitian kemasyarakatan, buat data-data
awal Litmas ya betul-betul bisa dapat dukungan dari masyarakat, karena
memang orang sudah tua, jadi kita harus juga memaklumi bagaimana
kondisi itu terjadi pada diri kita.
Identitas Informan 2
a. Nama : SISWOTO BIN ALM JOKO PAWIROREJO
b. Umur : 61 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pasal/Pidana : UU NO. 35 Tahun 2014 / Perlindungan Anak
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Bagaimana proses sehingga menyebabkan anda berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : bisa masuk sini karena melanggar hukum 285 pemerkosaan anak di
bawah umur
Pewawancara : Sudah berapa lama anda menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIB Cilacap?
Narasumber : saya sudah didalam sini 5 tahun 4 bulan
Pewawancara : Apakah anda mengikuti program pembinaan yang diberikan terhadap
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah Pak ,disini program pembinaan yaitu pegajian di masjid dan
olahraga. yaaa bagaimana lagi pak kondisi kesehatan yang sudah tidak
memungkinkan mengikuti porgram pembinaan yang berat, jadi kita
dikamar lansia rata-rata mengikuti porgram pembinaan kesadaran
beragama dimasjid saja paling pak.
Pewawancara : Pembinaan khusus apa yang anda ikuti selama berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Kegiatan khusunya pegajian Pak dan untuk insensitanya pak tiaphari ikut
pengajian ada juga mengikuti hatam quran 30 jus,ikut kegiatan robana.
Pewawancara : Bagaimana intensitasi pelaksanaan program pembinaan dilaksanakan?
Narasumber : Pak untuk insensitanya pak tiap hari ikut pengajian di masjid
Pewawancara : Bagaimana dampak dan manfaat selama anda mengikuti program
pembinaan?
Narasumber : Dampak dan manfaatnya banyak Pak disini seperti aku bisa ngaji, bisa
sholat, tau agama pak
Pewawancara : Menurut anda bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan?
Narasumber : Peran penting petugas bagus berjalan dengan baik Pak . mereka selalu
membantu ketika saya tidak paham dengan sesuatu, mereka menjelaskan
Pewawancara : Apakah selama anda menjalani program pembinaan hubungan anda
dengan petugas berjalan cukup baik?
Narasumber : Berjalan dengan baik Pak, kita ikutin setiap kegiatan bersama petugas.
Pewawancara : Apakah selama ini yang menjadi penghambat dalam menjalani program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalo penghambat selama saya ada disini belum ada pak, paling kamar
hunian khusus yang masih sangat terbatas mengakibatkan beberapa
narapidana yang sudah tergolong lanjut usia tidak berada pada kamar
lanjut usia, terlebih lagi kondisi kamar yang berada pada bagian paling
samping dan terhalangi dari sinar matahari langsung mengakibatkan
kualitas udara yang kurang baik bagi kami pak.
Pewawancara : Selama anda menjalani program pembinaan apakah terdapat perubahan
program pembinaan secara khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalo untuk perubahan sendiri tidak ada pak, paling kaya kamar kemaren
yang sebelumnya campur sekarang sudah sama usia di atas 50 tahun dan
saya bisa ngaji serta sholat Pak.
Pewawancara : Apakah keluarga anda mendukung dalam mengikuti program pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Untuk kelurga sendiri tau pak dan mendukung karena kita sering cerita
kegiatan di dalam sini dan perubahnya cukup besar pak, alhamdulilah
mereka juga selalu mendukung saya untuk selalu berbuat baik, mengikuti
segala kegiatan yang ada disini lah pak.
Pewawancara : Bagaimana harapan anda mengenai pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Kalau untuk lansia saya rasa sudah cukup Pak karena kondisi juga sudah
tua dan kegiatan pembinaan berjalan lancar seperti pembetuk tingka laku
setiap sabtu dan selasa
Lampiran 4. Hasil Plagiat Checker dengan Aplikasi Turnitin Poltekip
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian