Anda di halaman 1dari 112

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

OPTIMALISASI PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA


LANJUT USIA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB
CILACAP

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Terapan

Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)

AFIQ AMHAR ANWAR


STB : 3298

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2021
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

OPTIMALISASI PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA


LANJUT USIA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB
CILACAP

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Terapan

Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)

AFIQ AMHAR ANWAR


STB : 3298

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Afiq Amhar Anwar

STB : 3298

Judul Skripsi : Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut


Usia Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap

Depok, 02 November 2021

Menyetujui, Pembimbing

Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si.

NIP. 196309041990011001

1
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Afiq Amhar Anwar

STB : 3298
Tempat Tanggal Lahir : Cilacap 13 Februari 1999

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul "Optimalisasi Pembinaan


Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap"
adalah hasil karya saya sebenar-benarnya yang orisinal dan otentik, Skripsi ini bukan
plagiarisme, pencurian hasil karya orang lain, dan seluruh ide, pendapat, atau materi
dan sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.

Depok, 02 November 2021

Afiq Amhar Anwar

2
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : Afiq Amhar Anwar


STB : 3298
Judul Skripsi : Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di
Lembaga Pemasyarakatan Klas 11B Cilacap
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada:
KEGIATAN HARI WAKTU
Ujian Sidang 10 November 2021 10.00-10.40

DEWAN PENGUJI:

1. Ketua : Ejo Imandeka, S.T., M.T.I.

2. Penguji : Ade Cici Rohayati, S.H., M.H. ( )

3. Pembimbing : Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. ( )

3
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : AFIQ AMHAR ANWAR
STB : 3298
Program Studi : TEKNIK PEMASYARAKATAN
Judul Skripsi : Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan pada Program Studi Teknik Pemasyarakatan, Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.

DEWAN PENGUJI
1. Ketua : Ade Cici Rohayati, S.H., M.H. ( )

2. Penguji : Ejo Imandeka, S.T., M.T.I. ( )

3. Pembimbing : Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : Desember 2021
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. Rachmayanthy, Bc.IP., S.H., M.Si

4
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
NIP. 196904261992032001

5
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : AFIQ AMHAR ANWAR
STB : 3298
Program Studi : TEKNIK PEMASYARAKATAN
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekip Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Cilacap
Pada tanggal : 02 November 2021

Afiq Amhar Anwar

6
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
ABSTRAK
Nama : AFIQ AMHAR ANWAR
Program Studi : TEKNIK PEMASYARAKATAN
Judul : Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana Lanjut Usia Di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap
Pembimbing : Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si.

Narapidana lanjut usia (Lansia) termasuk ke dalam kelompok berisiko yang rentan,
Narapidana Lansia dalam pembinaannya membutuhkan perlakuan khusus karena
kualitas hidup narapidana Lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Penelitian
tentang optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana Lansia di Lembaga
pemsyarakatan klas IIB Cilacap bertujuan untuk mengoptimalkan program
pembinaan kepribadian terhadap narapidana lansia serta untuk mengetahui faktor
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan dan upaya yang dilakukan untuk
menangani kendala tersebut. Sumber data diperoleh dari studi dokumen, wawancara
dan observasi baik kepada petugas dan narapidana Lansia. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembinaan yang diberikan kepada narapidana lansia lebih
mengoptimalkan pada pembinaan kesadaran beragama. Sedangkan kendala dalam
pelaksanaan pembinaan narapidana lansia yaitu sarana dan prasarana yang belum
memadahi, rendahnya kemauan narapidana lansia untuk mengikuti program
pembinaan, serta peran petugas yang belum optimal dikarenakan jumlah petugas yang
masih kurang dan beberapa petugas yang belum berkompeten dalam bidangnya .
Langkah yang diambil untuk menangani kendala yaitu dengan pemenuhan kebutuhan
bagi narapidana lansia, menempatkan narapidana lansia pada kamar khusus untuk
narapidana lansia, memfokuskan pada pembinaan kesadaran beragama serta
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga seperti kementerian agama sehingga
proses pembinaan narapidana lansia dapat berjalan dengan baik.

Kata kunci : Optimalisasi, Pembinaan Kerpibadian, Narapidana Lanjut Usia (Lansia)


dan Lembaga Pemasyarakatan.

7
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
ABSTRACT

Name : AFIQ AMHAR ANWAR


Study Program: TEKNIK PEMASYARAKATAN
Title : Optimizing The Personality Development Of Elderly Prisioners at
Lapas Klas IIB Cilacap
Counsellor : Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si.

Elderly prisoners are included in the group at risk of being vulnerable, Elderly
prisoners in their development require special treatment because the quality of life of
Elderly prisoners can be influenced by various factors, including physical health,
psychological health, social relations and the environment. Research on optimizing
the personality development of elderly prisoners at the Lapas Klas IIB Cilacap aims
to optimize the personality development program for elderly prisoners and to find out
the factors that are obstacles in the implementation and the efforts made to deal with
these obstacles. Sources of data obtained from document studies, interviews and
observations of both officers and elderly prisoners. While the data analysis technique
used is descriptive qualitative analysis. The results showed that the guidance given to
elderly prisoners was more optimal in fostering religious awareness. While the
obstacles in the implementation of fostering elderly prisoners are inadequate
facilities and infrastructure, the low willingness of elderly prisoners to take part in
the personality development, as well as the role of officers who have not been optimal
due to the number of officers who are not yet competent. The steps taken to deal with
the obstacles are meeting the needs for elderly prisoners, placing elderly prisoners in
special rooms for elderly prisoners, focusing on fostering religious awareness and
collaborating with third parties such as the ministry of religion so that the
personality development for elderly prisoners can be better.

Keyword : Optimizing, Personality Development, Elderly Prisoners, Prison

8
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka syarat
untuk kelulusan dari Poltekip.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan Skripsi ini banyak pihak yang
telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu,
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy, Bc. IP., S. H., M. Si. selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Ayah, Ibu, dan Kakak yang telah memberikan banyak bantuan baik moral dan
spiritual yang tidak dapat dibayangkan banyaknya.
3. Bapak Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si., selaku pembimbing dalam
penyusunan Skripsi.
4. Rekan-rekan seperjuangan Poltekip Angkatan 52 Dhira Nagara Danadyaksa
terimakasih atas semua kebersamaan dan kerja sama selama di POLTEKIP.
5. Serta Tikfi Berliana Fauziah terima kasih banyak atas bantuan serta
dukungannya.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya.

Cilacap, 02 November 2021

Penulis

Afiq Amhar Anwar

9
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI iii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Asumsi 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Literatur Review 7
B. Tinjauan Teori 25
C. Definisi Operasional 27
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Metode Kualitatif 31
B. Desain Penelitian 32
C. Sumber Data 33
D. Teknik Pengumpulan Data 33
E. Teknik Analisis Data 35
F. Jadual Penelitian 36
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 39
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap 39
B. Optimalisasi Pembinaan Narapidana Lansia 45
C. Kendala Dalam Pelaksanan Pembinaan Narapidana Lansia 52
D. Upaya Mengoptimalkan Pembinaan Narapidana Lansia 56
BAB V PENUTUP 61
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 66

11
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
12
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR GAMBAR

Gambar Komponen Analisis Data 35

Gambar Struktur Organisasi 40

13
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Literatur Review 11

Tabel 4.2. Waktu Penelitian 37

Tabel 4.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin 42

Tabel 4.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan 42

Tabel 4.5. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan 43

Tabel 4.6. Jumlah Narapidana Lapas Cilacap 5 Tahun Terakhir 43

14
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul 64

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi 65

Lampiran 3 Instrumen Wawancara 67

Lampiran 4 Hasil Wawancara 69

Lampiran 5 Hasil Cek Plagiarisme 83

Lampiran 6 Dokumentasi Kegiatan Penelitian 84

Lampiran 7 Data Riwat Hidup 87

15
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasyarakatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan membina


anggota masyarakat yang telah melakukan pelanggaran hukum, pelanggaran nilai,
atau pelanggaran norma di dalam lingkungan masyarakat. Istilah pemasyarakatan
pertama kali diperkenalkan oleh Sahardjo pada tahun 1963, Sahardjo yang pada saat
itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman mengganti istilah penjara dengan
“pemasyarakatan”. Salah satu tugas atau kegiatan yang dilakukan yaitu pembinaan
narapidana di lembaga pemasyarakatan yang berdasarkan bagian terakhir dari sistem
pidana, institusi dan metode pembinaan. Sedangkan lembaga pemasyarakatan (Lapas)
yaitu tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik
pemasyarakatan.

Pembinaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas


jasmanai dan rohani seseorang yang berada di Lapas. Menurut Mathis (2002),
pembinaan adalah suatu proses dimana seseorang dapat melakukan kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.Pembinaan terhadap narapidana
terbagi menjadi dua yaitu pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian.
Pembinaan kemandirian lebih ditujukkan terhadap bakat dan keterampilan narapidana
agar dapat kembali berperan dan berguna di lingkungan masyarakat dalam kehidupan
sehari-harinya setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan nantinya. Sedangkan
pembinaan kepribadian lebih menekankan Semangat dan karakter narapidana
membuatnya menjadi pribadi yang utuh, saleh, dan bisa bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Pembinaan kepribadian diberikan oleh pembina pemasyarakatan terhadap


narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Pembinaan kepribadian kepada
narapidana diberikan secara menyeluruh, baik kepada narapidana dengan resiko
keamanan minimum, medium, ataupun maximum. Pembinaan kepribadian juga
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
diberikan dengan tidak melihat status narapidana tersebut, baik itu narapidana

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
laki-laki ataupun perempuan, baik narapidana dewasa ataupun anak. Semuanya akan
mendapatkan program pembinaan kepribadian sesuai dengan kapasitasnya. Dalam
penelitian ini pembinaan kepribadian lebih ditujukkan kepada para narapidana yang
telah berumur lanjut. Pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran
berbangsa dan bernegara, pembinaan intelektual, pembinaan kesadaran hukum, dan
pembinaan pengintegrasian diri dengan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2018 tentang Perlakuan Bagi
Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia Pasal 1 ayat (1) “Lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.” Narapidana lanjut usia
(Lansia) termasuk ke dalam kelompok berisiko yang rentan, kelompok rentan
berhubungan dengan beberapa faktor yaitu sosial, personal, situasional,dan
lingkungan. Rentan merupakan suatu kondisi dimana seseorang sangat peka terhadap
sesuatu atau mudah merasa kedalam suatu keadaan tertentu yang membutuhkan
perhatian khusus, perlakuan khusus, dan mempunyai kebutuhan khusus.

Narapidana Lansia dalam pembinaannya membutuhkan perlakuan khusus karena


kualitas hidup narapidana Lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2018
tentang Perlakuan Bagi Tahanan dan Narapidana Lanjut Usia pasal 1 ayat (2)
“Perlakuan khusus adalah upaya yang ditujukan untuk memberikan kemudahan
pelayanan guna membantu Lanjut Usia dalam memulihkan dan mengembangkan diri
agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.” Perlakuan khusus yang
dimaksud yaitu pemberian bantuan akses keadilan, pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan, pemulihan dan pengembangan fungsi sosial, serta perlindungan
keamanan dan keselamatan. Menurut Romli Atmasasmita (1982) faktor pendukung
dalam Lembaga Pemasyarakatan yang dapat memperlancar pembinaan kepada
narapidana disesuaikan dengan program yang telah di buat oleh lembaga
pemasyarakatan. Perkembangan kepribadian menanggapi sebagian besar perilaku dan
tindakan kejahatan, oleh karena itu kepribadian pelaku dan lingkungan sekitarnya
harus dipertimbangkan. Beberapa lembaga pemasyarakatan di Indonesia masih belum
dapat secara optimal dalam melaksanakan pemberian pembinaan kepribadian kepada
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
narapidana Lansia, baik secara sarana dan pemberian pembinaan kepribadian kepada
narapidana Lansia, baik secara sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, pemenuhan
atau penanganan terhadap psikologi narapidana Lansia, maupun dari segi anggaran
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari narapidana Lansia.

Narapidana Lansia secara fisik dan tenaga sudah mulai berkurang fungsinya
sehingga tidak efektif lagi untuk dilakukan pembinaan kemandirian. Beberapa
narapidana Lansia yang ada di lapas bahkan sudah mengalami sakit- sakitan dan juga
penuruan daya ingat atau demensia. Menurut Darmojo (2004) Lansia adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Apa lagi dengan adanya permasalahan lapas yang over
crowded menyebabkan gampangnya narapidana Lansia terjangkit penyakit menular.
Berdasarkan data registrasi Lapas Klas IIB Cilacap Jumlah narpidana 356 (tiga ratus
lima puluh enam) orang dan tahanan 134 (seratus tiga puluh empat) orang sehingga
totalnya ada 490 (empat ratus sembilan puluh) orang, sedangkan kapasitas normalnya
isi di dalam yaitu 254 orang. Oleh karena itu dalam pembinaan kepribadian benar-
benar ditekankan agar dalam hasil pembinaan kepribadian bisa berjalan secara
optimal. Sehingga narapidana Lansia dalam pengulangan tindak pidana bisa lebih
rendah, caranya bisa dengan pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan lebih
rajin dalam beribadah. Bagi narapidana yang beragama islam bisa dengan sholat
berjamaah, mengaji atau mengajarkan kepada yang belum bisa, merupakan beberapa
cara untuk memaksimalkan pembinaan kepribadian mereka.

Jumlah narapidana Lansia yang ada di lembaga pemasyarakatan juga


berpengaruh terhadap pengoptimalan pembinaan kepribadian. Dari total isi
narapidana dan tahanan yang ada di dalam yaitu 490 (empat ratus sembilan puluh)
orang, ada sebanyak 18 orang narapidana Lansia. Dengan jumlah tersebut
perbadingan narapidana Lansia dengan jumlah di dalam yaitu 1 banding 27 orang, hal
ini yang menjadi salah satu penyebab kurangnya pembinaan kepribadian kepada
narapidana Lansia. Karena kurangnya jumlah petugas yang meberikan program
pembinaan kepribadian secara khusus kepada narapidana Lansia, di tambah lagi
kurangnya atau bahkan tidak ada pemberian pembelajaran tentang

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
ilmu agama atau pemberin konseling oleh ahli psikologi yang menjadi pembinaan
kepribadian kurang berjalan dengan baik.

Dalam hal memberikan pembinaan kepribadian kepada narapidana lansia


perlu digunakannya strategi yang bagus. Salah satu upayanya adalah dengan
pembinaan kepribadian secara khusus bagi narapidana lansia, karena dengan begitu
narapidana lansia semakin bisa mendekatkan diri Kepada Allah SWT dan juga dalam
pembinaan kepribadian mereka akan semakin berjalan dengan baik. Oleh karena itu
saya ingin mengangkat judul “OPTIMALISASI PEMBINAAN KEPRIBADIAN
NARAPIDANA LANSIA DI LAPAS KLAS IIB CILACAP”
karena bisa berguna untuk mengurangi tingkat pengulangan tindak pidana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan,
maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian yaitu:

1. Bagaimana optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana Lansia di


Lapas Klas IIB Cilacap?
2. Apa faktor-faktor yang menghambat dan upaya apa saja dalam
mengoptimalkan pembinaan kepribadian di Lapas Klas IIB Cilacap?
C. Tujuan
Berdasarkan dalam rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai
Penulis dalam penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui program pembinaan kepribadian terhadap narapidana


lansia agar tercapainya optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana lansia
di dalam Lapas Klas IIB Cilacap.
2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan upaya apa saja bagi para
narapidana lansia dalam pelaksanaan pembinaan kepribadian di Lapas Klas
IIB Cilacap.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian dan penulisan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat yang diharapkan bisa memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
dan memberikan tambahan wawasan yang berguna sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan untuk para pembaca serta bisa dijadikan referensi dan rujukan untuk
penelitian yang akan datang.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi penulis, penulis mendapatkan banyak ilmu dan


pengalaman dalam melakukan penelitian. Dan juga utuk menjadi bahan
referensi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang lansia dalam
pengoptimalan program pembinaan kepribadian.
b. Manfaat bagi instansi, untuk memberikan informasi sebagai bahan
pertimbangan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas)
untuk mengoptimalkan pembinaan khususnya pembinaan kepribadian
bagi narapidana lansia agar dalam proses pelaksanaan kedepannya
pemasyarakatan bisa lebih baik lagi dalam pemenuhan hak-hak
narapidana.
c. Manfaat bagi pembaca, untuk memberikan ilmu pengetahuan, wawasan
dan menjadi referensi kepada masyarakat umum serta mahasiswa/i lain
yang akan melaksanakan penelitian mengenai optimalisasi pembinaan
kepribadian.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
E. Asumsi
Penelitian berfokus pada optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana
lansia di Lapas Klas IIB Cilacap dengan pemberian pembinaan kepribadian.
Asumsi awal pembinaan kepribadian terhadap narapidana lansia berpengaruh
penting terhadap resiko pengulangan tindak pidananya dan kondisi psikis
narapidana. Oleh karenanya narapidana lansia bisa lebih diarahkan kepada
pembinaan kepribadian berupa memberikan pemahaman dan motiavsi melalui
petugas dan ahli psikologi sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pemidanaan yang
terakhir bisa berjalan secara optimal tanpa harus adanya pengulangan tindak
pidana. Sehingga pelaksanaan optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana
lansia dapat dilaksanakan secara efektif di dalam Lapas Klas IIB Cilacap.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Literatur Review

Sebagai upaya untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari suatu


penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya maka perlu dilakukan
perbandingan dengan penelitian lainnya dalam bidang yang sama. Adapun literatur
yang digunakan adalah :

1. Jurnal dengan judul Pemenuhan Hak Narapidana Lanjut Usia Bidang


Kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Banda Aceh yang di tulis
oleh Adi Hermansyah & Masitoh dalam jurnal (Syiah Kuala Law Journal)
Volume 4 No.1 Tahun 2020.
Berdasarkan judul di atas penelitian menggunakan bentuk normatif,
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, pelaksanaan hak-hak
narapidana dan hak narapidana lanjut usia di Lapas Klas IIA Banda Aceh yang
terwujud dan terealisasikan. Hasil penelitian yaitu karena jumlah tenaga medis
yang kurang memadai, fasilitas sanitasi yang kurang memadai, tidak adanya
ahli gizi dan nutrisi, dan peralatan sehari-hari belum sepenuhnya terealisasi
dengan baik maka hak-hak narapidana lanjut usia di dinas kesehatan Lapas
Klas A Banda Aceh belum sepenuhnya terwujud. Untuk mengatasi kendala
dalam mewujudkan hak-hak narapidana lanjut usia di Lapas Klas IIA Banda
Aceh, langkah yang dapat diambil antara lain pelayanan kesehatan khusus dan
evaluasi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang memenuhi syarat secara
khusus. ditargetkan pada tenaga medis.) Dan ahli psikologi untuk
meningkatkan kualitas mental, meningkatkan kesehatan narapidana lanjut usia,
dan meminta amnesti dari Presiden. Perbedaan jurnal ini dengan penelitian
yang dibuat oleh penulis yaitu lebih memfokuskan ke hak kesehatan
narapidana Lansia sehingga pemenuhan dan program pembinaan yang
dijalankan bisa berjalan dengan baik jika para narapidana Lansia dalam
keadaan sehat, sedangkan penelitian yang dibuat oleh penulis lebih
memfokuskan terhadap program pembinaannya, yaitu program pembinaan
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
kepribadian. Program

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
kepribadian yang di maksud lebih memfokuskan kepada upaya pendekatan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui peribadatan bagi narapidana Lansia
beragama Islam.

2. Jurnal dengan judul Pembinaan Terhadap Narapidana Lanjut Usia di Lapas


Klas II A Denpasar yang ditulis oleh I Wayan Diva Adi Pradipta, I Ketut
Sukadana dan Ni Made Sukaryati Karma dalam Jurnal Analogi Hukum,
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2020.
Penelitian yang dilakukan di Lapas Klas II A Denpasar dengan hasil penelitian
yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa Lapas mampu menampung
1.684 narapidana yang terdiri dari 7 narapidana anak, 1.663 narapidana
dewasa, dan 14 narapidana lanjut usia. Karena narapidana lanjut usia tidak
mampu melakukan semua tugas, maka diberikan perlakuan khusus. Kegiatan
pembinaan harus dilaksanakan, namun tidak ada regulasi khusus yang merinci
hal ini. Pemberian perlakuan khusus dan penetapan aturan tata cara pembinaan
narapidana Lansia merupakan langkah- langkah yang harus dilakukan untuk
membentuk proses konseling bagi narapidana Lansia berdasarkan kondisi
mereka. Penelitian memiliki fokus yang sama tentang pembinaan narapidana
Lansia yang membedakan dengan penulisan jurnal ini lebih memfokuskan
terhadap pembinaan kepada narapidana Lansia secara meyeluruh baik
pembinaan kemandiran dan pembinaan kepribadiannya. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh penulis lebih memfokuskan tentang pembinaan
kepribadian narapidana Lansia.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
3. Jurnal dengan judul Pembinaan Kepribadian Narapidana Yang Ditempatkan
di Rumah Tahanan Negara Kaitannya Dalam Pencapaian Tujuan
Pemasyarakatan yang di tulis oleh Rif’atul Husniah, Eny Harjati & Ardi
Ferdian Jurnal Hukum (2015).
Permasalahan dalam melakukan pendekatan penelitian yang dipergunakan,
narapidana harus dibina di Lapas, tetapi saat ini narapidana sering menerima
pembinaan di Rutan. Salah satu penyebabnya adalah kelebihan kapasitas
penjara. Tujuan penggunaan metode yuridis empiris ini untuk penelitian adalah
untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan kepribadian
narapidana yang ditahan di Rutan dalam rangka mencapai tujuan
pemasyarakatan. Fungsi utama Rutan sebenarnya adalah untuk mengurus para
tahanan, bukan untuk membesarkan para narapidana, hal ini mengarah pada
fungsi ganda dari Rutan, yaitu merawat dan membina narapidana.
Pengembangan kepribadian merupakan pelatihan penting yang dapat
mengubah kepribadian dan mental narapidana menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Mengingat Rutan berbeda dengan Lapas, maka terdapat beberapa
kendala dalam penerapan pedoman Rutan Klas IIB Bangil. Namun pihak
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Bangil telah melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kendala yang ada. Penelitian memiliki fokus yang sama
tentang pembinaan narapidana Lansia yang membedakan dengan penulisan
tersebut adalah jurnal ini lebih menjelaskan tentang pembinaan kepribadaian
terhadap narapidana Lansia secara umum yang meliputi Pembinaan Kesadaran
Beragama, Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, Pembinaan
Intelektual, Pembinaan Kesadaran Hukum dan Pembinaan Pengintegrasian
dengan Masyarakat sedangkan penelitian saya lebih memfokuskan terhadap
pembinaan kepribadian narapidana Lansia dengan pendekatan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

4. Jurnal dengan judul Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Lanjut Usia


( LANSIA) Di Lembaga Pemasyarakatan ( Studi Di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Mataram ). Yang ditulis oleh Cindi Kleri R.S Jurnal Hukum (2018).

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tujuan jurnal ini untuk mengetahui perihal pelaksanaan pembinaan dan faktor
penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia di lembaga
pemasyarakatan klas II A Mataram. Jenis penelitian empiris dengan
pendekatan secara langsung untuk memperoleh kebenaran. Penelitian memiliki
fokus yang sama tentang pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia di
lembaga pemasyarakatan sama dengan pembinaan narapidana pada umumnya,
faktor penghambatnya adalah usia mereka 60 tahun ke atas sehingga daya
tangkap melemah dan fisik atau kesehatan mereka yang kurang dan juga sarana
prasarana masih kurang. Sedangkan yang mem bedakan dengan penelitian saya
yaitu tentang lebih ke pendekatan kea rah pembinaan kepribadian dengan cara
kerohanian atau belajar ilmu agama dengan begitu bisa mengoptimalkan
program pembinaan kepribadian yang ada.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tabel 4.1.
Literatur Review

Peneliti Judul Penelitian Tahun Metode Hasil Keterangan


Penelitia Penelitian
n
Adi Pemenuhan Hak 2020 Metode Hasil penelitian Perbedaan jurnal
Hermansy Narapidana Penelitia yaitu karena ini dengan
ah & Lanjut Usia nadalah jumlah tenaga penelitian yang
Masitoh Bidang Kesehatan yuridis medis yang dibuat oleh
di Lembaga empiris kurang penulis yaitu
Pemasyarakatan memadai, lebih
Klas IIA Banda fasilitas memfokuskan ke
Aceh sanitasi yang hak kesehatan
kurang narapidana
memadai, tidak Lansia sehingga
adanya ahli gizi pemenuhan dan
dan nutrisi, dan program
peralatan pembinaan yang
sehari-hari dijalankan bisa
belum berjalan dengan
sepenuhnya baik jika para
terealisasi narapidana
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
dengan baik Lansia dalam
maka hak-hak keadaan sehat,
narapidana sedangkan
lanjut usia di penelitian yang
dinas kesehatan dibuat oleh
Lapas Klas A penulis lebih
Banda Aceh memfokuskan
belum terhadap program
sepenuhnya pembinaannya,
terwujud. yaitu program
Untuk pembinaan
mengatasi kepribadian.
kendala dalam
mewujudkan
hak-hak
narapidana
lanjut usia di
Lapas Klas IIA
Banda Aceh,
langkah yang
dapat diambil
antara lain
pelayanan
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
kesehatan
khusus dan
evaluasi calon
pegawai negeri
sipil (CPNS)
yang
memenuhi
syarat secara
khusus.
ditargetkan
pada tenaga
medis.) Dan
ahli psikologi
untuk
meningkatkan
kualitas mental,
meningkatkan
kesehatan
narapidana
lanjut usia, dan
meminta
amnesti dari
Presiden. Hasil
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
penelitian yaitu
karena jumlah
tenaga medis
yang kurang
memadai,
fasilitas
sanitasi yang
kurang
memadai, tidak
adanya ahli gizi
dan nutrisi, dan
peralatan
sehari-hari
belum
sepenuhnya
terealisasi
dengan baik
maka hak-hak
narapidana
lanjut usia di
dinas kesehatan
Lapas Klas A
Banda Aceh
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
belum
sepenuhnya
terwujud.
Untuk
mengatasi
kendala dalam
mewujudkan
hak-hak
narapidana
lanjut usia di
Lapas Klas IIA
Banda Aceh,
langkah yang
dapat diambil
antara lain
pelayanan
kesehatan
khusus dan
evaluasi calon
pegawai negeri
sipil (CPNS)
yang
memenuhi
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
syarat secara
khusus.
ditargetkan
pada tenaga
medis.) Dan
ahli psikologi
untuk
meningkatkan
kualitas mental,
meningkatkan
kesehatan
narapidana
lanjut usia, dan
meminta
amnesti dari
Presiden.
I Wayan Pembinaan 2020 Metode Hasil penelitian Penelitian
Diva Adi Terhadap penelitian yang diperoleh memiliki fokus
Pradipta, I Narapidana adalah di lapangan yang sama
Ketut Lanjut Usia di metode menunjukkan tentang
Sukadana Lapas Klas II A hukum bahwa Lapas pembinaan
dan Ni Denpasar empiris mampu narapidana
Made menampung Lansia yang
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Sukaryati 1.684 membedakan
Karma narapidana dengan penulisan
yang terdiri jurnal ini lebih
dari 7 memfokuskan
narapidana terhadap
anak, 1.663 pembinaan
narapidana kepada
dewasa, dan 14 narapidana
narapidana Lansia secara
lanjut usia. meyeluruh baik
Karena pembinaan
narapidana kemandiran dan
lanjut usia pembinaan
tidak mampu kepribadiannya.
melakukan
semua tugas,
maka diberikan
perlakuan
khusus.
Kegiatan
pembinaan
harus
dilaksanakan,
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
namun tidak
ada regulasi
khusus yang
merinci hal ini.
Pemberian
perlakuan
khusus dan
penetapan
aturan tata cara
pembinaan
narapidana
lanjut usia
merupakan
langkah-
langkah yang
harus
dilakukan
untuk
membentuk
proses
konseling bagi
narapidana
lanjut usia
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
berdasarkan
kondisi
mereka.
Rif’atul Pembinaan 2015 Metode Salah satu Penelitian
Husniah, Kepribadian deskriptif penyebabnya memiliki fokus
Eny Narapidana Yang kualitatif adalah yang sama
Harjati & Ditempatkan di kelebihan tentang
Ardi Rumah Tahanan kapasitas pembinaan
Ferdian Negara penjara. Tujuan narapidana
Kaitannya Dalam penggunaan Lansia yang
Pencapaian metode yuridis membedakan
Tujuan empiris ini dengan penulisan
Pemasyarakatan untuk tersebut adalah
penelitian jurnal ini lebih
adalah untuk menjelaskan
dapat tentang
mengidentifika pembinaan
si dan kepribadaian
menganalisis terhadap
perkembangan narapidana
kepribadian Lansia secara
narapidana umum sedangkan
yang ditahan di penelitian saya
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Rutan dalam lebih
rangka memfokuskan
mencapai terhadap
tujuan pembinaan
pemasyarakata kepribadian
n. Fungsi narapidana
utama Rutan Lansia dengan
sebenarnya pendekatan diri
adalah untuk kepada Tuhan
mengurus para Yang Maha Esa.
tahanan, bukan
untuk
membesarkan
para
narapidana, hal
ini mengarah
pada fungsi
ganda dari
Rutan, yaitu
merawat dan
membina
narapidana.
Pengembangan
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
kepribadian
merupakan
pelatihan
penting yang
dapat
mengubah
kepribadian
dan mental
narapidana
menjadi lebih
baik dari
sebelumnya.
Mengingat
Rutan berbeda
dengan Lapas,
maka terdapat
beberapa
kendala dalam
penerapan
pedoman Rutan
Klas IIB
Bangil. Namun
pihak Rumah
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tahanan
Negara Klas
IIB Bangil
telah
melakukan
berbagai upaya
untuk
mengatasi
kendala yang
ada.
Cindi Pelaksanaan 2018 Metode Pelaksanaan Perbedaan dengan
Kleri R.S Pembinaan penelitian pembinaan dan penelitian saya
Narapidana empiris faktor yaitu tentang
Lanjut Usia dengan penghambat lebih ke
( LANSIA) Di pendekat dalam pendekatan kea
Lembaga an secara pelaksanaan rah pembinaan
Pemasyarakatan ( langsung pembinaan kepribadian
Studi Di Lembaga narapidana dengan cara
Pemasyarakatan lanjut usia di kerohanian atau
Klas II A lembaga belajar ilmu
Mataram ). pemasyarakata agama dengan
n kelas II A begitu bisa
Mataram. mengoptimalkan
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Pelaksanaan program
pembinaan pembinaan
narapidana kepribadian yang
lanjut usia di ada.
lembaga
pemasyarakata
n sama dengan
pembinaan
narapidana
pada
umumnya,
faktor
penghambatnya
adalah usia
mereka 60
tahun ke atas
sehingga daya
tangkap
melemah dan
fisik atau
kesehatan
mereka yang
kurang dan
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
juga sarana
prasarana
masih kurang

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
B. Tinjauan Teori

Penelitian diperlukan kerangka teori untuk dijadikan landasan kegiatan,


kerangka teori menjelaskan teori yang digunakan pada suatu penelitian. Dalam
melaksanakan penelitian penulis menggunakan beberapa teori yang memiliki
hubungan dengan penelitian yang dilakukan.

1. Teori Reintegrative Shaming

Teori reintegrative shaming menekankan pentingnya rasa malu dalam


hukuman pidana. hukuman harus berfokus pada perilaku para pelaku dengan
karakteristik pelaku yang beraneka ragam. John Braithwaite adalah seorang
kriminolog yang tertarik pada peran keadilan restoratif, manajemen rasa malu
dan reintegrasi dalam pencegahan kejahatan. menunjukkan bahwa praktek
peradilan pidana saat ini cenderung menstigmatisasi pelanggar, membuat
masalah kejahatan menjadi lebih buruk. Bahwa memungkinkan pelanggar dan
warga negara, melalui mediasi, untuk memperbaiki kerusakan sosial yang
disebabkan oleh kejahatan yang dilakukannya (John Braithwaite Crime,
Shame and Reintegration 1989). Narapidana Lansia dalam penekanan
penghukuman tindak pidana lebih bisa dengan menggunakan teori reintegrtive
shaming, sehingga para narapidana Lansia dalam menjalani hukuman mereka
bisa lebih maksimal.

Dengan begitu petugas memliki peran untuk meningkatkan rasa


percaya diri dan memotivasi para narapidana Lansia ke arah yang lebih baik.
Dengan membimbing narapidana Lansia untuk lebih rajin beribadah,
mendatangkan ahli fiqih dan mendatangkan konsolor guna menjaga psikologi
narapidana Lansia dengan begitu upaya penghukuman yang dilakukan bisa
berjalan dengan baik juga. Sehingga narapidana Lansia yang ada di Lapas
dalam upaya pemenuhan hak-hak mereka dapat di optimalkan. Narapidana
Lansia yang pada hakikatnya telah mengalami penuruan baik dalam bentuk
fisik ataupun psikis, menjadikan faktor yang penting bagi petugas untuk bisa
membina dan memberikan perlakuan khusus bagi narapidana Lansia.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Etiket, nilai-nilai sosial dan moral secara tradisional dapat dianggap
sebagai sesuatu, jika dilanggar atau diketahui dilanggar maka akan
mempermalukan pelakunya. Meski begitu, masyarakat Indonesia tetaplah
masyarakat yang berakhlak mulia dengan nilai-nilai sosial dan adat istiadat
moral yang tinggi. tetapi masih banyak orang yang kurang sadar akan perilaku
salah yang telah mereka lakukan sehingga perlu perlakuan khusus guna
menyadarkannya. Narapidana Lansia yang melakukan tindak pidana bisa lebih
mendapatkan saran dan motivasi dari petugas agar dalam pembinaan
kepribadian bisa berjalan dengan baik.

2. Teori Self Esteem


Teori self esteem yang menggambarkan sebagai dimensi evaluatif diri
yang bersifat luas, yang artinya sikap yang dibuat individu terhadap diri
sendiri mulai dari rentang dimensi yang positif sampai negative menurut
Santrock (dalam Baron & Byrne, 2004). Santrock juga menyebutkan bawa
self esteem juga sering disebut sebagai self image (gambaran diri ) atau self
worth (percaya diri). Baron, Byrne dan Branscombe (dalam Sarwono &
Meinarno, 2011) mengatakan bahwa self esteem menunjukkan keseluruhan
sikap yang dimiliki oleh seseorang, baik positif maupun negatif. Self esteem
bermanfaat untuk para narapidana Lansia agar bisa lebih menghargai,
menerima dan merasa masih bisa berguna di lingkungan setempatnya. Baik
dalam diri narapidana mempunyai banyak kekurangan namun dengan
memberikan gambaran tentang dirinya sendiri yang baik dan berguna maka
hal-hal positif akan mengikutinya.
Sedikides (dalam Baron & Byrne, 2004) mengemukakan bahwa ada
tiga kemungkinan motivasi untuk evaluasi diri, yaitu individu mencari
evaluasi diri (memperoleh pengetahuan yang jelas tentang diri mereka
sendiri), peningkatan diri (memperoleh informasi positif tentang diri mereka
sendiri) atau diri sendiri. Verifikasi (untuk mengkonfirmasi apa yang telah
mereka ketahui tentang diri mereka sendiri). Nantinya pemahaman tentang
harga diri akan berkembang lebih jauh. Setelah itu, pemahaman mengenai self
esteem akan makin berkembang. Self-
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
assesment narapidana Lansia bisa mendapatkan pengetahuan yang pasti
mengenai dirinya sendiri agar bisa mengontrol segala sesuatu yang ada pada
narapidana Lansia, seperti dalam hal kegiatan fisik yang membutuhkan tenaga
lebih bagi Lansia, dan mental Lansia yang kadang tidak stabil harus bisa di
jaga. Self-enhancement pada narapidana Lansia untuk memperoleh informasi
positif mengenai diri sendiri sehingga hal-hal positif tadi bisa meningkatkan
rasa percaya diri dan memotivasi narapidana Lansia menjadi manusia
seutuhnya yang berguna. Self- verification kepada narapidana Lansia untuk
mengkonfirmasi apa yang telah mereka ketahui mengenai diri mereka sendiri
sehingga Lansia bisa mengontrol kegiatan, dengan tetap di lakukan
pengawasan oleh petugas.

C. Definisi Operasional

Untuk memperoleh pemahaman yang sama antara definisi operasioanal di


bawah ini maka di jelaskan sebagai berikut :
1. Optimalisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengoptimalan berasal dari kata-


kata yang paling dasar, yaitu yang terbaik, paling menguntungkan, paling
tinggi, terbaik, dan menjadikan paling tinggi. Oleh karena itu, pengoptimalan
dapat diartikan sebagai perilaku, proses, atau metodologi untuk membuat hal-
hal tertentu (seperti desain, sistem, atau pengambilan keputusan) lebih lengkap,
fungsional, atau lebih efektif. (menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2016)
Optimalisasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S.
poerdwadarminta (2016) menyatakan bahwa Optimalisasi yaitu hasil yang
dapat dicapai sesuai keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil
yang sesuai harapan secara efektif dan efsien.
Sehingga optimalisasi pembinaan merupakan proses yang berguna untuk
mencapai program pembinaan kepada Lansia agar bisa berjalan dengan efektif
dan efsien. Optimalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses,
atau metodologi untuk dapat melaksanakan sesuatu
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
program pembinaan kepada Lansia agar bisa berjalan dengan efektif dan
efsien.

2. Pembinaan Kepribadian

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun


1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan,
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada
Tuhan Yang maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku profesional, kesehatan
jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Pembinaan
kepribadian dilaksanakan dengan melakukan pembinaan Secara kejiwaan dan
karakter, diharapkan petugas Lapas bisa menjadi contoh yang komprehensif,
berhati-hati, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat kepada para narapidana. Pada saat yang sama pembinaan
kemandirian dilaksanakan dengan melakukan pembinaan dengan menggali
potensi yang dimiliki narapidana agar dapat dikembangkan dan menjadi bekal
menjadi anggota masyarakat secara seutuhnya.

3. Narapidana

Narapidana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun


1995 tentang Pemasyarakatan, dijelaskan Narapidana adalah Terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan
terpidana yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Dengan demikian dapat di artikan bahwa
narapidana yaitu seseorang yang mengalami hilang kemerdekaannya atau menjalani
pemidanaan di lembaga pemasyarakatan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Narapidana mendapatkan
pembinaan dari Lembaga pemasyarakatan, yaitu berupa pembinaan kemandirian dan
pembinaan kepribadian. Dalam Lembaga pemayarakatan narapidana juga
mendapatkan hak dan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan peraturan yang ada.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
4. Lanjut Usia (Lansia)

Lansia memiliki kondisi fisik yang cenderung berbeda dengan individu-


individu pada range usia yang lainnya. Berdasarkan Undang- Undang Nomor
13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, disebutkan Lansia adalah orang
yang telah berusia 60 tahun ke atas. Penurunan kesehatan dan keterbatasan
fisik dapat terjadi terhadap orang yang berkisar usia 60 tahun sampai 70 tahun
ke atas.
Lansia adalah proses alamiah yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Proses penuaan akan dialami setiap orang dan Lansia merupakan tahapan
terakhir dalam hidup manusia (Sitinjak 2015). Perubahan fisik biasanya
tampak jelas ketika seseorang berusia lanjut misalnya rambut beruban, kulit
yang tidak lagi elastis, dan cenderung memendeknya tubuh dibandingkan saat
muda. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
secara bertahap(Parasari, Gusti Ayu Trisna dan Lestari 2015) Sebagian Lansia
sulit menerima perubahan fisik tersebut yang menyebabkan Lansia cederung
memiliki self- esteem rendah (Papalia, Sterns, Feldman, dan Camp, 2007).
Lansia merupakan termasuk ke dalam kelompok rentan, yang dalam
kehidupan kesahari-harinya membutuhkan perlakuan khusus. Oleh karena itu
perlunya pembahasan secara khusus tentang perlakuan narapidana Lansia yang
berada di Lembaga pemasyarakatan. Baik dari sarana dan prasarana penunjang,
hak dan kewajiban mereka, serta pola pembinaan yang mereka lanksanakan.

5. Lembanga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat dilakukan pembinaan
bagi narapidana memproses mengembalikan masyarakat secara seutuhnya.
Demi mewujudkan sistem pemasyarakatan yang sesuai dengan landasan
Pancasila, dalam UUD 1945. Dalam undang-undang nomor 12 tahun 1995
pada pasal 2 tentang pemasyarakatan disebutkan Tujuan dari lembaga
pemasyarakatan adalah untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan agar
menjadi :
a. Seutuhnya
Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
b. Menyadari kesalahan
c. Memperbaiki diri
d. Tidak mengulangi tindak pidana
e. Dapat di terima kembali oleh lingkungan masyarakat
f. Dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
g. Dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Fungsi Lapas adalah untuk membina narapidana agar memiliki
kemampuan atau ketrampilan yang sesuai dengan bakatnya sehingga bisa
kembali percaya diri dan diterima kembali oleh masyarakat (Khotimah 2016).
Sehingga tujuan dan fungsi Lapas sangatlah penting untuk dilaksanakan,
narapidana dan petugas berperan penting dalam menjalankan tujuan dan
fungsi masing-masing agar Lapas bisa berjalan dengan maksimal.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Kualitatif

Metode penelitian pada dasarnya adalah metode ilmiah (Sugiyono


2014). Untuk memperoleh data dengan maksud dan tujuan tertentu, juga
dijelaskan sebagai metode memperoleh data melalui penelitian, analisis dan
pemahaman terhadap kondisi lingkungan untuk mencapai atau memenuhi fakta
dengan dilakukan penelitian (H.Ishaq 2017). Penelitian merupakan suatu proses
langkah demi langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang dirancang untuk menambah pemahaman tentang suatu topik serta
masalah (Creswell, 2015)
Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan sudut pandang
konstruktif (yaitu, dari pengalaman pribadi individu, bertujuan untuk membangun
teori atau model pengetahuan tertentu), atau metode melihatnya dari sudut
tertentu. Perspektif partisipatif (arah menuju politik, isu, kerjasama atau
perubahan), atau keduanya (Creswell, 2003)
Penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian
naturalistik, karena penelitian dilakukan dalam kondisi alamiah (natural
environment), dan pengumpulan data serta analisis dilakukan melalui metode
kualitatif (Sugiyono 2014).
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka penelitian kualitatif dapat dikatakan
bersifat natural, bersifat deskriptif dengan menekankan pada proses penelitian
dan analisis data secara induktif, sedangkan penelitian kualitatif lebih
memfokuskan pada pentingnya penelitian. Penelitian kualitatif tidak hanya
menghasilkan data dan informasi yang sulit ditemukan melalui metode kuantitatif
pada hasil akhirnya, namun juga menghasilkan informasi yang bermakna,
termasuk asumsi dan pengetahuan baru yang membantu memecahkan
permasalahan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis memilih

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
metode kualitatif dengan alasan karena masih belum memiliki data yang sesuai
dengan masalah penelitian sehingga peneliti langsung melihat kondisi

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
lapangan untuk melakukan observasi terhadap objek penelitian. Penelitan
difokuskan kepada pengoptimalan pembinaan kepribadian narapidana Lansia
serta faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pembinaan narapidana Lansia
tersebut.
Sehingga dalam penelitian ini kurang tepat apabila dikaji dengan metode
kuantitatif dimana lebih menekankan pada pembuktian hipotesis yang
menggambarkan keadaan yang sudah ada. Penelitian lebih menekankan pada
asumsi dimana dapat diteliti secara langsung dan melibatkan dengan kegiatan
objek penelitian sehingga menghasilkan data murni dari keadaan di lapangan.

B. Desain Penelitian

Metode studi kasus merupakan suatu metode penelitian kualitatif. Studi


kasus yaitu sebuah strategi penelitian di mana peneliti mempelajari prosedur,
peristiwa, aktivitas, proses, atau kelompok individu dengan cermat. Kasus yang
ada dibatasi oleh waktu dan kegiatan, peneliti akan memakai beberapa langkah
pengumpulan data untuk mengumpulkan atau menyatukan informasi secara
lengkap sesuai dengan waktu yang dijadwalkan (Creswell 2016).
Pendekatan dengan studi kasus dilakukan dengan melakukan penelitian
terhadap kehidupan kelompok, organisasi maupun perorangan yang dijadikan
suatu analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan studi
kasus dengan beberapa teknik penggumpulan data dengan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk mengetahui sikap, pandangan dan perilaku
objek penelitian. Peneliti menggali informasi sehingga dapat memperoleh
gambaran yang mendalam dan menyeluruh tentang faktor yang berhubungan
dengan optimalisasi pembinaan kepribadian narapidana Lansia, sehingga data
dapat dikumpulkan berupa kata-kata dari naskah wawancara dan observasi, dan
hasil dokumentasi.
Dengan demikian penulis melakukan pendekatan studi kasus mengenai
pembinaan kepribadian terhadap narapidana Lansia dengan melakukan observasi
dan wawancara agar tercapainya tujuan penelitian dan menjawab rumusan
masalah mengenai pengoptimalan pembinaan kepribadian narapidana Lansia serta

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
faktor-faktor penyebab tidak optimalanya pembinaan kepribadian bagi narapidana
Lansia.

C. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder (S.H Sondak
2019). Sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Data primer (utama) merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian. Sumber utama data berasal dari observasi dan wawancara
dengan beberapa narapidana Lansia dan petugas.
b. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan judul penelitian yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan, seperti peraturan perundang- undangan,
buku, artikel, dokumen dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pembahasan penelitian memerlukan data yang dijadikan bahan analisis.


Selanjutnya untuk mendapatkan data yang diperlukan diperlukan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Pengamatan atau yang disebut observasi termasuk kegiatan memusatkan
perhatian pada suatu objek dengan menggunakan semua alat indera. Itu bisa
diamati dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan dan rasa.
Menurut Arikunto (2006), teknik observasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
a. Berpartisipasi dalam observasi, peneliti langsung ikut serta dalam
kegiatan yang dilakukan oleh yang diamati.
b. Mengamati non partisipan, peneliti tidak berada dalam lingkup objek
yang diamati, dan tidak berpartisipasi dalam aktivitasnya.
c. Observasi sistem, peneliti telah mengembangkan kerangka kerja yang
telah diatur sebelumnya

Penelitian ini menggunakan observasi partisipan. Peneliti berpartisipasi


dalam kegiatan pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh narapidana Lansia
dengan tujuan untuk mengamati dan mencari data yang valid untuk kepentingan
penelitian supaya dalam pengumpulan data lebih objektif dan sesuai dengan
faktanya di lapangan atau untuk mendapatkan gambaran mengenai pembinaan
bagi narapidana Lansia di lokus penelitian.

2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002), mendefenisikan wawancara Ini adalah sebagai
berikut: "Pertemuan yang terdiri dari dua orang, melalui tanya jawab untuk
bertukar informasi dan gagasan, sehingga dapat berkomunikasi tentang topik
tertentu dan membangun makna bersama." Artinya wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab sehingga
mereka dapat mengkomunikasikan dan menyusun makna suatu topik tertentu.
Penulis melakukan wawancara dengan narasumber baik dari narapidana maupun
kepada petugas. Wawancara dilakukan secara personal antara peneliti
(pewawancara) dengan responden (yang diwawancarai), dengan tujuan
pemperoleh informasi yang relevan. Wawancara di laksanakan dengan bantuan
alat seperti tape recorder dan bahan lain yang dapat membantu dalam
pelaksanaan wawancara.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
E. Teknik Analisis Data

Pada tujuan penelitian yang akan penulis capai, maka dimulai dengan
tahapan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber yang
ada, seperti wawancara, observasi dan dokumentasi dengan mengadakan reduksi
data yang berisi tentang data-data yang dapat diperoleh dari lapangan, lalu
menggabungkan dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih
sistematis sehingga mudah dikendalikan. Maka dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis kualitatif, dimana data dianalisis dengan metode deskriptif
(Suwendra, 2018).
Penelitian yang digunakan dengan tahapan-tahapan untuk menganalisa
data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan ditunjukkan pada Gambar 3.1, sebagai berikut:

Gambar 3.1
Komponen Analisis Data
Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

Verification data/ Penarikan


kesimpulan

(Sugiyono 2014)

1. Pengumpulan data
Dalam penulisan diperlukan cara untuk pengumpulan data yang
dilaksanakan melalui studi literatur serta dilakukan observasi, dan wawancara
terhadap objek penelitian.
2. Reduksi data

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Pada artikel ini pemilahan data dilakukan dengan memilah hal yang
utama, memfokuskan pada konten penting, meringkas dan menemukan model
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil reduksi data akan ditambahkan
pada penelitian pustaka yang disesuaikan dengan pembahasan penelitian
utama.
3. Penyajian data
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa penyajian data
merupakan "bentuk suatu tampilan data yang paling umum untuk penelitian
kualitatif di masa lalu adalah teks naratif". Penulis memberikan data dalam
bentuk deskriptif dengan tujuan agar lebih mudah untuk melihat suatu
gambaran secara keseluruhan atau secara sebagian tertentu dari sebuah
penelitian.
4. Penarikan kesimpulan/Verification data
Mengacu pada pertanyaan pokok penelitian dan menarik kesimpulan
berupa pernyataan singkat dan mudah dipahami berdasarkan data yang telah
diperoleh dan diverifikasi keasliannya.
F. Jadual Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan magang yang


dilakukan oleh peneliti dengan rincian sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokus penelitian karena sehubungan dengan situasi
saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk
tetap berada di domisili masing-masing. Sehingga lokasi penelitian yang di
pilih adalah di Lapas Klas IIB Cilacap yang beralamat di Jalan Kerinci No.
20 yang berada di Kota Cilacap, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan dari bulan April hingga
Agustus 2021. Sedangkan waktu untuk pengumpulan data berupa observasi
dan wawancara terhadap informan dilaksanakan oleh peneliti selama bulan
Juni hingga Agustus 2021.

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
Tabel 4.2
Waktu Penelitian
2021
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novembe
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
P

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
e
n
g
ol
a
h
a
n
D
at
a
A

Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang deskriptif lokus penelitian, analisis dan
pembahasan, dan mengkaji data dan mengarahkan pada jawaban rumusan masalah
penelitian.
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap
Kegiatan penelitian dilakukan oleh peneliti dengan gambaran umum Lapas,
struktur organisasi, data jumlah narapidana dan pegawai sebagai berikut.
1. Gambaran Umum Lapas
Peneliti melaksanakan penelitian di Lapas Klas IIB Cilacap (Lapas
Cilacap). Lokus penelitian merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang
pemasyarakatan yang beralamat di jalan Kerinci No. 120 Kota Cilacap . Tahun
1985 dengan keputusan Menteri Kehakiman sebagai Rutan Kelas IIB Cilacap
dan pada tanggal 16 April 2003 dengan keputusan Menteri Kehakiman No :
05.PR.07.03 tahun 2003 status Rutan diubah menjadi Lapas Klas IIB Cilacap.
Lapas Cilacap merupakan tempat yang ditunjuk oleh pengadilan untuk
para pelanggar hukum yang di vonis oleh pengadilan serta statusnya sudah
menjadi narapidana untuk melaksanakan program pembinaan yang diberikan.
Tugasnya yaitu untuk membina narapidana menjadi manusia yang berguna
seutuhnya, baik untuk dirinya sendiri juga untuk Agama, Bangsa dan Negara dan
apabila sudah keluar nantinya dari Lapas tidak akan melakukan pengulangan
tindak pidanan lagi yang bertentangan dengan hukum. Saat ini mempunyai 30
kamar hunian bagi warga binaan pemasyarakatan (wbp) yang terbagi dalam 3
blok dengan kapasitas 263 orang.
2. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-
05.OT.01.01 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kehakiman No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemasyarakatan. Berikut Struktur Organisasi dibawah ini.
Gambar 3.2.
Struktur Organisasi

Sumber: Sub.Bag Tata Usaha tanggal 23 Juni 2021


Dalam Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No : M. 01- PR-07 10
tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia RI dijelaskan bahwa, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KALAPAS) mempunyai
tugas untuk mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib serta
pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga
sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan pemasyarakatan
narapidana, anak didik atau penghuni Lapas.
a. Tugas pokok
Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas melaksanakan pemasyarakatan bagi
narapidana / anak didik sesuai peraturan perundang-undangan
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Lembaga Pemasyarakatan
menyelenggarakan fungsi:
1) Melakukan pembinaan narapidana / anak didik;
2) Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja;
3) Melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana / anak didik;
4) Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan; dan
5) Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga

Dalam tugas sehari-hari Kepala Lapas dibantu oleh stafnya, terdiri dari:
a. Sub. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan tugas penatausahaan keuangan, kepegawaian, surat menyurat,
perlengkapan/inventaris kantor, dan rumah tangga di Lembaga Pemasyarakatan.
Bagian Tata Usaha, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) kepala urusan
yaitu:
1) Urusan Umum
Kaur Umum bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan umum
yang meliputi distribusi surat-surat dinas, perawatan/perbaikan/pencatatan sarana
fisik dan kendaraan dinas, dan sarana umum lainnya, guna mendukung kelancaran
operasional Lapas.
2) Urusan Kepegawaian dan Keuangan
Kaur Keuangan dan Kepegawaian bertanggung jawab dalam mengendalikan,
mengawasi dan mengkoordinir urusan kepegawaian dan keuangan agar berjalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Seksi Binadik dan Giatja
Seksi binadik dan giatja bertugas melakukan registrasi, membuat statistik dan
dokumentasi, sidik jari narapidana, memberikan bimbingan pemasyarakatan, melayani
kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana serta memberikan bimbingan
kerja, mempersiapkan fasilitas kerja dan mengelola hasil kerja.
Seksi binadik dan giatja dibantu oleh 3 Subseksi yaitu:
1) Subseksi Registrasi dan Bimkemas
Sub seksi ini bertanggung jawab untuk melakukan pendataan, statistik,
dokumentasi sidik jari, pencatatan, pembuatan laporan, pengkoordinasian kegiatan
program bidang kerohanian dan keolahragaan di bidang bimbingan kemasyarakatan
sehingga mendukung terciptanya kemandirian warga binaan pemasyarakatan serta
optimalisasi program asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti
menjelang bebas.
2) Subseksi Kegiatan Kerja
Bertugas melaksanakan penyiapan dan pemeliharaan prasarana dan sarana kerja,
memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana dan memilih narapidana/anak
didik yang terampil, melakukan usulan kerjasama dengan pihak ketiga dalam
rangka praktik kerja, melaksanakan pengelolaan hasil kerja.

3) Subseksi Perawatan
Bertanggung jawab dalam hal pelayanan perawatan kesehatan narapidana dan
penyediaan pakaian dan makanan sesuai dengan prosedur yang berlaku agar WBP
dapat mengikuti program pembinaan kepribadian dan kemandirian dengan baik.
c. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bertugas menyusun jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas
pengamanan, serta membuat usulan insentif petugas jaga malam, memberikan
petunjuk kepada petugas pengamanan tentang tatacara menggunakan peralatan
pengamanan jam kontrol secara tepat, mengecek hasil jam kontrol, serta
mengkoordinir pemeliharaan perlengkapan/peralatan dan sarana pengamanan,
menyusun konsep pembentukan tim penggeledahan terpadu dan menginventarisir
barang hasil penggeledahan, serta pengawasan dan pengurusan izin pemakaian senjata
api, melakukan administrasi pemeriksaan terhadap narapidana yang melakukan
pelanggaran hukum dan tata tertib Lapas, mengkoordinir pengaduan dari masyarakat
lewat layanan SMS dan kotak saran. Bidang ini dibantu 2 subseksi yaitu:
1) Subseksi Keamanan
Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan tugas pengamanan dan ketertiban,
dengan mengatur atau membuat jadwal tugas, penggunaan perlengkapan
pengamanan dan penempatan petugas jaga sesuai dengan peraturan dan petunjuk
yang berlaku. Sub Seksi ini juga mempunyai tugas dalam mengatur jadwal tugas
penjagaan yang berkoordinasi dengan KPLP, melakukan pengawasan dan
pengurusan surat perlengkapan pengamanan, melakukan penelitian isi laporan dari
petugas blok napi pria dan blok wanita, dan melakukan pengaturan pengontrolan
pos-pos jaga dan kebersihan/keindahan disekitar blok napi.
2) Subseksi Pelaporan dan Tata Tertib
Tugas pokoknya melaksanakan tugas administrasi pelaporan keamanan dan tata
tertib secara berkala berdasarkan laporan harian, berita acara yang dibuat oleh
satuan keamanan, dan menganalisis pengaduan masyarakat dalam rangka
menegakkan keamanan dan ketertiban.
d. Bidang Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Bidang ini bertugas menjaga keamanan dan ketertiban Lapas. Adapun tugas dari
kesatuan pengamanan Lapas yaitu: melakukan penjagaan dan pengawasan
terhadap narapidana atau anak didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban, melakukan pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran
narapidana atau anak didik, melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran
keamanan, dan membuat laporan harian serta berita acara pelaksanaan
pengamanan serta membawahi 4 (empat) regu satgas Pengamanan Pintu Utama
(P2U) dan tiap regu satgas P2U terdiri dari 1 orang.
3. Data Jumlah Pegawai dan Narapidana
Berikut adalah tabel-tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin,
pangkat/golongan dan berdasarkan tingkat pendidikan. Serta jumlah narapidana 5
tahun terakhir di lapas Cilacap :
Tabel 4.3.
Data Kepegawaian Keadaan Pegawai
Berdasarkan Jumlah Pegawai
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Perempuan 8
2 Laki-laki 47
Total 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa keadaan pegawai pada lokus
penelitian untuk pegawai berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 orang dan
untuk pegawai berjenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang sehingga jumlah
keseluruhan pegawai adalah 55 orang.
Tabel 4.4.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan
No Pangkat/Golongan Laki-laki Perempuan
1 Juru Muda (I/a) - -
2 Juru Muda Tingkat I (I/b) - -
3 Juru (I/c) - -
4 Juru Tingkat I (I/d) - -
5 Pengatur Muda (II/a) 20 1
6 Pengatur Muda Tingkat I (II/b) 1 -
7 Pengatur (II/c) - -
8 Pengatur Tingkat I (II/d) 4 -
9 Penata Muda (III/a) 5 1
10 Penata Muda Tingkat I (III/b) 10 -
11 Penata (III/c) 1 1
12 Penata Tingkat I (III/d) 6 5
13 Pembina (IV/a) - -
14 Pembina Tingkat I (IV/b) - -
15 Pembina Utama Muda (IV/c) - -
16 Pembina Utama Madya (IV/d) - -
17 Pembina Utama (IV/e) - -
Jumlah 47 8
Jumlah Keseluruhan 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel 4.4 dijelaskan bahwa keadaaan tingkat pangkat/golongan
pegawai, golongan pangkat paling tinggi yaitu Penata Tingkat I/(III/d) sebanyak
11 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 5 orang perempuan sedangkan
mayoritas paling banyak adalah golongan Pengatur Muda/(II/a) sebanayak 21
orang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Tabel 4.5.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
Sarjana Strata III (S3) - -
Sarjana Strata II (S2) 4
Sarjana Strata I (S1) 17 7
Sarjana Muda (D3) 1 -
SLTA 25 1
SLTP - -
SD - -
Jumlah 47 8
Jumlah Keseluruhan 55
Sumber: Sub. Seksi Kepegawaian Tanggal 23 Juni 2021
Berdasarkan tabel 4.5 di jelaskan keadaan pegawai berdasarkan tingkat
pendidikan, pendidikan terakhir paling tinggi Sarjana Strata II / ( S2 ) sebanyak
4 orang laki-laki sedangkan untuk mayoritas pendidikan paling banyak adalah
lulusan SLTA dengan jumlah 26 orang yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 1
orang Perempuan.
Tabel 4.6.
Jumlah Narapidana 5 (lima) Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Narapidana
1 2016 181
2 2017 219
3 2018 306
4 2019 285
5 2020 303
6 Juni 2021 362
Sumber: http://smslap.ditjenpas.go.idag/Agustus
Berdasarkan tabel 4.6 jumlah narapidana 5 tahun terakhir dengan rincian dari
bulan tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 bahwa pada bulan Juni tahun 2016
jumlah narapidana yaitu 181 orang, tahun 2017 jumlah narapidana 219 orang,
pada tahun 2018 jumlah narapidana 306 orang, pada tahun 2019 jumlah
narapidana 285 orang, pada tahun 2020 jumlah narapidana 303 orang dan jumlah
narapidana pada Juni tahun 2021 berjumlah 362 orang.

B. Optimalisasi Pembinaan Narapidana Lansia


1. Program Pelaksaanaan Pembinaan
Program pembinaan bagi narapidana Lansia di Lapas Cilacap dilaksanakan
supaya kualitas narapidana meningkat sehingga dapat menyadari kesalahan,
memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana lagi dengan demikian
dapat diterima kembali di lingkungan masyarakat secara seutuhnya. Pembinaan
bertujuan untuk mengembalikan hubungan antara hidup, kehidupan dan
penghidupan dari seorang narapidana. Secara yuridis tujuan dilaksanakan
program pembinaan telah diatur pada pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan.
Pemberian program pembinaan bagi narapidana Lansia di Lapas Cilacap,
merupakan upaya khusus dalam mencapai tujuan Pemasyarakatan yaitu
“reintegrasi sosial” sesuai dengan amanat Undang-undang 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan. Pemberian program pembinaan berlaku untuk semua
golongan usia narapidana tetapi sebaiknya tetap dibedakan berdasarkan usia,
sebagaimana pada kesempatan ini saya mengakat mengenai optimalisasi program
pembinaan kepribadian bagi narapidana Lansia di Lapas Cilacap.
Pelaksanaan pemberian program pembinaan bagi narapidana Lansia pada
Lapas Cilacap dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Pelaksanaan program
pembinaan terbagi menjadi dua yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan
kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi :
a. Pembinaan kesadaran beragama
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara
c. Pembinaan kemampuan intelektual
d. Pembinaan kesadaran hukum
Pemberian program pembinaan kepribadian lebih ditekankan dan
difokuskan pada pola pembinaan kesadaran beragama, karena perlu dilakukan
penguatan kesadaran beragama agar menyadari perbuatan yang dilakukan tidak
sesuai dengan norma agama, telebih lagi kondisi narapidana Lansia sudah
memiliki keterbatasan dari sisi kesehatan dan psikologi dari narapidana Lansia.
Sedangkan program pembinaan kemandirian diberikan meliputi :
a. Pembinaan Menjahit
b. Pembinaan Perkebunan
c. Pembinaan Las Dan Pertukangan
d. Pembinaan Pangkas Rambut
e. Pembinaan Laundry
f. Pelatihan Handycraft/Kerajinan Tangan
g. Pelatihan Perikanan
Pelaksanaan program pembinaan kemandirian diberikan dengan bertujuan
supaya narapidana setelah selesai menjalani masa pidananya memiliki bekal
keahlian sehingga dapat berguna dalam proses memperbaiki hubungan hidup,
kehidupan, dan penghidupan. Dalam pelaksanan program pembinaan
kemandirian tidak diberikan kepada narapidana Lansia dengan
mempertimbangkan kondisi kesehatan dari narapidana yang sudah tidak
memungkinkan untuk melakukan program pembinaan kemandirian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsie Reg & Bimkemas Bapak
Rizal Afif Kurniawan, A.Md.IP tentang apakah program pembinaan narapidana
Lansia yang dilakukan sama dengan narapidana umum lainnya:
“Untuk pola pembinaan yang lansia ini, sudah pasti yang utama adalah
kita akan lebih mengedepankan pola pembinaan kerohanian yaitu kembali lagi
kepada iman ataupun agama yang dianut oleh mereka, syukur Alhamdulillah
kerohanian ini hampir sebagain besar warga binaan yang lansia ini adalah
mereka beragama muslim. Mereka kita libatkan atau kita ajak untuk bergabung
bersama di majelis taqlim At-Taubah atau juga rumah tahfis At-Taubah yang
ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap. Kita tidak banyak
menekankan berlebihan kepada mereka, karena kita menghormati mereka
adalah orang-orang yang sudah lansia. Namun kita tetap berusaha agar para
narapidana lansia ini yang beragama islam bisa lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT agar dalam program pembinaan kepribadian mereka akan masuk
secara rohani dengan bantuan para petugas yang ada”.
Sehingga narapidana Lansia mendapatkan ilmu tentang keagamaan yang
diutamakan yang nantinya bisa mereka gunakan sehari-hari dan dapat
bermanfaat di akhirat juga, upaya ini merupakan salah satu cara untuk
mengoptimalkan program pembinaan kepribadian bagi narapidan Lansia.
Terkhusus untuk Lansia yang beragama muslim petugas mengajak mereka untuk
bergabung di majelis taqlim agar mereka bisa mendapatkan ilmu yang
bermanfaat di dunia dan di akhirat juga. Upaya ini juga dibantu oleh petugas
agar dalam pelaksanaan program pembinaan bisa berjalan dengan baik, namun
masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan program pembinaan
kepribadian tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narapidana Lansia
berinisial RS tentang bagaimana dampak dan manfaat selama mengikuti
program pembinaan :
“Dampak nya begitu banyak pak saya bisa disiplin la sekarang mengikuti
pengajian dan sholat berjamaah di masjid. Dengan begitu InsyaAllah ilmu
agama yang saya dapat dari sini bisa bermanfaat di luar ketika saya sudah
bebas juga nanti pak”
Program pembinaan yang dilaksanakan sebelumnya kepada para
narapidana khususnya Lansia sangatlah bermanfaat, mereka menjadi memiliki
kegiatan positif yang bisa dilakukan di dalam lapas, pendalaman tentang ilmu
agama di utamakan oleh petugas kepada para narapidana Lansia. Bagi para
narapidana Lansia yang beragama islam dengan mengikuti pengajian dan sholat
berjamaah di masjid merupakan salah satu upaya untuk membuat mereka
disiplin dan dengan begitu mereka juga akan mendapatkan manfaat dari
memperdalam ilmu agamanya ketika mereka nantinya sudah bebas. Ketika nanti
para narapidana Lansia setelah keluar dari lapas dan mengajarkan ilmu yang
mereka dapat ke lingkungan mereka maka hal tersebut juga akan membuat citra
atau pandangan yang baik juga nantinya.

2. Analisis Teori Reintegrative Shaming


Reintegrative shaming adalah sebuah proses untuk mempermalukan
seseorang yang diikuti dengan cara atau upaya untuk mengintegrasikan kembali
seseorang tersebut dari perilaku menyimpang atau melanggar hukum supaya
patuh terhadap hukum yang ada. Teori reintegrative shaming lebih menekankan
pentingnya rasa malu dalam hukuman pidana, hukuman harus berfokus pada
perilaku para pelaku dengan karakteristik pelaku yang beraneka ragam. Oleh
sebab itu peran petugas sangatlah penting dalam melaksanakan tugasnya untuk
membina narapidana yang ada, khususnya dalam hal ini narapidana Lansia. Para
narapidana perlu disadarkan atas tindakan mereka yang kurang tepat. Pemberian
pengertian terhadap narapidana yang berguna untuk menyadarkan diri mereka
dan menimbulkan rasa malu itu penting, disatu sisi petugas akan menyadarkan
mereka tentang kesalahan mereka dan juga akan memberikan dorongan dan
motivasi agar narapidana tersebut benar-benar mau kembali ke jalan yang benar
dan tidak mengulanginya lagi. Karakteristik Reintegrative Shaming menurut
Braithwaite adalah jika masyarakat :
a. Kami menolak atau mencela perilaku buruk atau jahat, dan menyanjung atau
mendukung perilaku baik.
b. Mempunyai aturan yang menyatakan suatu perilaku seseorang jahat atau
menyimpang, yang diakhiri dengan menyatakan orang tersebut sudah
dimaafkan atau diampuni.
c. Melaksanakan pidana atau pencelaan tanpa proses pelabelan.
d. Jangan menjadikan suatu kesalahan/penyimpangan serta kejahatan sebagai
dari status utama.
Karakterisitik-karakterisitik tersebut diterapkan di pemasyarakatan juga
sehingga pemasyarakatan akan bisa lebih optimal dalam proses pembinaan
terhadap narapidana. Ketika para narapidana pertama kali masuk ke dalam Lapas
maka mereka akan mendapatkan celaan baik dari narapidana yang sudah ada di
Lapas sebelumnya ataupun dari petugas dengan tujuan untuk membuat orang
tersebut paham atas kesalahan mereka terlebih dahulu, setelah itu mereka akan di
berikan program-program pembinaan oleh petugas setelah mereka di skrining
terlebih dahulu sebelumnya. Ketika mereka mulai mengikuti program
pembinaan maka mereka akan mulai mendapatkan reward, pujian atau dukungan
yang diberikan oleh petugas. Semula para narapidana yang bertingkah laku
menyimpang maka lama kelamaan dengan proses reintegrative shaming yang
seimbang dan efektif ini akan membuat narapidana menyadari kesalahan mereka
dan berusaha untuk memperbaiki hidup mereka. Dan petugas juga berusaha
memberikan hukuman atau pencelaan tanpa adanya proses labeling tapi lebih ke
proses mendukung dan menyemangati mereka.
Dalam masyarakat dimana rasa malu menjadi sarana untuk menyatukan
warganya, tingkat angka kejahatan yang cenderung lebih kecil karena celaan dari
pihak yang disalurkan tanpa mendatangkan rasa antipasti atau penolakan dari
pihak yang dikenai celaan tersebut terhadap pihak yang memberikan celaan. Hal
ini dilakukan karena celaan itu bersifat tidak terbuka. Sedangkan perasaan malu
ditumbulkan oleh stigmatisasi itu cenderung yang mendatangkan dan
menimbulkan rasa penolakan dari pihak yang dikenai celaan dan pada gilirannya
akan mendorong mereka masuk ke dalam sub kultur kriminal dan berupaya agar
bisa melepaskan diri dari rasa ketergantungannya pada masyarakatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsie Reg & Bimkemas Bapak
Rizal Afif Kurniawan, A.Md.IP tentang bagaimana metode atau cara pembinaan
bagi narapidana Lansia: “Kalau secara khusus tidak ada ya, secara umum saja.
Hanya saja kita lebih banyak memahami ya, kalau khusus kan misalnya orang
tua itu harus ditempatkan, ya ditempatkan kita sudah laksanakan ya, cuma lebih
cenderung kita memahami bahwa mereka adalah orang-orang lanjut usia. Ya
disini ya, memang ada khususnya adalah ruang khusus ya, pelayanan kesehatan
lebih diperhatikan, itu khususnya. Ya juga kalau mereka ingin mendapatkan
bantuan hukum kita juga akan melayani ya, tetapi secara umum, tidak jauh
berbeda tetaplah kasur kapas dan yang paling utama khususnya lagi, kalau ada
kesempatan mereka diusulkan ya kita usulkan, itu khusus termasuk itu. Untuk
fasilitas-fasilitas khususnya yaitu tadi, kita tetap memprioritaskan saja, Pak
misalkan, saya membutuhkan pelayanan kesehatan, itu cepat-cepat kita layani,
bahkan kalau mereka memang barus di rawat di poliklinik ya kita lebih
optimalkan mereka”
Metode pembinaan yang diterapkan oleh petugas Lapas Cilacap kepada
narapidana Lansia secara keseluruhan hampir sama dengan pembinaan
narapidana umumnya, hanya saja petugas lebih menekankan terhadap
kemanusiaan kepada narapidana Lansia yang dikarenakan faktor- faktor seperti
kondisi kesehatan, umur, kepribadian, dan mental atau psikologi mereka.
Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas maka petugas berusaha untuk
mengoptimalkan para narapidana Lansia untuk mengikuti pembinaan
kepribadian sehingga pada akhirnya mereka akan sadar dan bertaubat akan
kesalahan mereka.
Pengoptimalan pembinaan juga dilaksanakan dengan penempatan narapidana
Lansia pada kamar Lansia yang tepat, selain itu pelayanan kesehatan kepada
mereka juga lebih diperhatikan karena kemampuan dan daya tahan tubuh mereka
yang sudah mulai berkurang sehingga kesehatan mereka lebih dijaga. Dan juga
ketika ada usulan-usulan seperti asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang
bebas, dan cuti bersyarat mereka juga akan kita usulkan agar mereka bisa
mendapatkan hak-hak mereka.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dengan salah satu narapidana
Lansia yang brinisial M tentang dampak dan manfaat selama mengikuti program
pembinaan :
“Kalau untuk saya pribadi sangat bagus Pak, karena menambah iman dan
mendekatkan kita kepada Yang Maha Kuasa, dapat menjadikan semangat agar
dapat berubah ke arah yang lebih baik lagi, ini sangat penting sekali Pak.”
Pelaksanaan program pembinaan yang dilaksanakan petugas kepada
narapidana Lansia sudah baik dalam pelaksanaanya, para narapidana dalam
melaksanakan kegiatan mendapatkan dorongan dan semangat dari petugas
sehingga dalam diri mereka dapat merasakan motivasi yang diberikan sangat
penting. Mereka menjadi dianggap masih bisa bermanfaat ketika mereka keluar
nantinya, dengan dibekalinya mereka dengan ilmu agama untuk menambah iman
dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa maka ketika mereka keluar
nantinya juga bisa mengajarkan ilmu agama yang mereka dapat di dalam kepada
orang yang belum bisa di luar sana nantinya.

3. Analisis Teori Self Esteem

Teori self esteem menggambarkan suatu dimensi evaluasi diri yang


bersifat sangat luas, biasanya berhubungan dengan individu itu sendiri dan
menunjukkan ekspresi terhadap diri sendiri baik secara positif sampai negative.
Baron, Byrne dan Branscombe (dalam Sarwono & Meinarno, 2011) mengatakan
bahwa self esteem menunjukkan keseluruhan sikap yang dimiliki oleh seseorang,
baik positif maupun negatif. Self esteem berguna untuk menyadarkan diri
seseorang dari perilaku menyimpang untuk bisa kembali ke perilaku yang benar.
Self esteem dalam kehidupan di Lapas bermanfaat untuk para narapidana baik
dewasa, anak, perempuan ataupun Lansia khususnya agar bisa lebih menghargai,
menerima dan merasa masih bisa berguna di lingkungan setempatnya. Baik
dalam diri narapidana mempunyai banyak kekurangan namun dengan
memberikan gambaran tentang dirinya sendiri yang baik dan berguna maka hal-
hal positif akan mengikutinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narapidana Lansia yang


berinisial RS tentang apakah ada dukungan dari pihak keluarga atau lainnya
dalam mengikuti program pembinaan:

“saya sudah tidak mempunyai keluarga lagi pak soalnya kami sudah
pisah paling saudara saya saja yang sering membesuk saya disini. Ya dia
sendiri selalu menyarankan saya agar untuk tidak macam-macam dan mengikuti
program atau kegiatan yang ada disini dengan baik.”

Dalam pelaksanaan teori Self esteem kepada para narapidana Lansia juga
sangat berpengaruh dari dukungan atau semangat dari keluarga, petugas ataupun
lingkungan sekitarnya. Perlunya dorongan dari keluarga berguna untuk bisa
menunjukan ekspresi dari narapidana Lansia baik dalam bentuk positif ataupun
negative, sehingga mereka akan lebih bisa menghargai diri mereka sendiri dan
lingkungan sekitar, menerima pendapat atau masukkan dari lingkungan sekitar,
dan juga bisa dapat merasa lebih berguna nantinya ketika mereka keluar.

Sedikides (dalam Baron & Byrne, 2004) mengemukakan bahwa ada tiga
kemungkinan motivasi untuk evaluasi diri, yaitu individu mencari evaluasi diri
(memperoleh pengetahuan yang jelas tentang diri mereka sendiri), peningkatan
diri (memperoleh informasi positif tentang diri mereka sendiri) atau diri sendiri.
Verifikasi (untuk mengkonfirmasi apa yang telah mereka ketahui tentang diri
mereka sendiri). Nantinya pemahaman tentang harga diri akan berkembang lebih
jauh. Setelah itu, pemahaman mengenai self esteem akan makin berkembang.
Self-Assesment narapidana Lansia bisa mendapatkan pengetahuan yang pasti
mengenai dirinya sendiri agar bisa mengontrol segala sesuatu yang ada pada
narapidana Lansia, seperti dalam hal kegiatan fisik yang membutuhkan tenaga
lebih bagi Lansia, dan mental Lansia yang kadang tidak stabil harus bisa di jaga.
Self-enhancement pada narapidana Lansia untuk memperoleh informasi positif
mengenai diri sendiri sehingga hal-hal positif tadi bisa meningkatkan rasa
percaya diri dan memotivasi narapidana Lansia menjadi manusia seutuhnya yang
berguna. Self-verification kepada narapidana Lansia untuk mengkonfirmasi apa
yang telah mereka ketahui mengenai diri mereka sendiri sehingga Lansia bisa
mengontrol kegiatan, dengan tetap di lakukan pengawasan oleh petugas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narapidana Lansia yang


berinisial M yaitu tentang bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan :

“Itu sangat bagus sekali Pak, upaya petugas dalam memberikan


program pembinaan kepada kami itu diberikan motivasi-motivasi tentang
agama, tentang kehidupan yang lebih baik, sehingga kami dapat berubah dan
memberikan kebaikan kepada orang lain, ini cukup baik Pak.”

Pelaksanaan program pembinaan khususnya dalam upaya optimalisasi


program yang ada petugas selalu memberikan motivasi dan dorongan agar para
narapidana Lansia semangat dalam pelaksanaan pembinaan mereka. Petugas
memberikan semangat dengan tujuan agar bisa merubah perilaku narapidana
yang sebelumnya menyimpang menjadi lebih baik lagi dan juga narapidana
Lansia setelah keluar nantinya juga bisa diterima Kembali oleh masyarakat.
Narapidana Lansia juga bisa memberikan ilmu yang mereka dapat dari
pembinaan kepribadian mereka khususnya tentang ilmu agama seperti belajar
sholat, mengaji dan ilmu fiqih ataupun lainnya ke masyarakat luar nantinya
sehingga masyarakat juga akan percaya dan menerima mereka dengan hasil yang
baik.

C. Kendala Dalam Pelaksanan Pembinaan Narapidana Lansia


Pembinaan kepada narapidana Lansia mengalami beberapa kendala yang harus
di selesaikan sehingga proses pembinaan terhadap narapidana Lansia dapat berjalan
dengan optimal. Dengan demikian hambatan-hambatan yang ditemukan selama
melakukan penelitian di Lapas Cilacap sebagai berikut:
1. Sarana Dan Prasarana
Pembinaan narapidana Lansia mengalami beberapa masalah yang bisa
menghambat dalam proses pelaksanaan pembinaan antara lain kamar hunian
yang belum memadai dan masih sangat terbatas, tetapi jumlah narapidana
Lansia yang lumayan banyak sehingga mengakibatkan beberapa narapidana
Lansia tidak nyaman pada kamar khusus Lansia. Begitu juga kondisi kamar
khusus Lansia masih terbatas dalam sisi fasilitas seperti kondisi sanitasi udara
yang mengakibatkan kuatlitas kamar yang tidak sehat. Sebagaimana hasil
wawancara kepada narapidana yang berada pada kamar khusus Lansia yang
berinisial S pada tanggal 17 Juli 2021
“kamar hunian khusus yang masih sangat terbatas mengakibatkan
beberapa narapidana yang sudah tergolong lanjut usia tidak berada pada
kamar lanjut usia, terlebih lagi kondisi kamar yang berada pada bagian paling
samping dan terhalangi dari sinar matahari langsung mengakibatkan kualitas
udara yang kurang baik bagi narapidana lanjut usia”
Dari hasil wawancara dan observasi pada Lapas Cilacap penulis
mendapati masih ada kekurangan dari sisi sarana dan prasarana dalam
pemenuhan kebutuhan narapidana yang mengakibatkan program pembinaan
belum berjalan dengan optimal.
Narapidana Lansia mempunyai kebutuhan khusus sehingga perlu
diberikan fasilitas khusus yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan sehari-
hari narapidana Lansia. Kondisi kamar narapidana Lansia yang melebihi
kapasitas dan tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat
memberi pengaruh buruk dalam kondisi kesehatannya. Pemenuhan sarana dan
prasarana yang dapat menunjang kegiatanan pembinaan idealnya dilengkapi
dengan sarana berupa WC duduk, Handrail (pegangan tangan), grab bar, serta
tempat tidur dan sirkulasi udara yang layak sehingga kondisi kesehatan
narapidana dapat tetep terjaga dan pelaksanaan program pembinaan dapat
berjalan dengan optimal.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari salah satu petugas
Lapas Cilacap yaitu dengan Adesa Praja tentang harapan atau tujuan setelah
pemberian program pembinaan kepada narapidana Lansia :
“kami berharap kalau ada tempat yang lebih khusus itu yang kami
utamakan, ya ruangan, karena kendala dengan isi Lapas yang begitu banyak,
kita tidak bisa melakukan bongkar pasang dengan mudah, terus juga ini bukan
kerja kita sendiri, tapi kerja dari semua pihak, warga binaan itu sendiri,
petugas, dan masyarakat.”
Sarana dan prasarana dalam hal untuk narapidana Lansia khususnya
dalam pelaksanaan pemberian program pembinaan masih terbatas, masih
kurangnya ruangan khusus yang bisa di gunakan untuk kegiatan pembinaan.
Apa lagi pada masa pandemi seperti sekarang yang membutuhkan tempat yang
cukup agar para narapidana bisa menerapkan protokol kesehatan yang sesuai
dengan peraturan yang ada. Kendala ini juga tidak bisa hanya di atasi dari pihak
petugas saja namun diperlukan dukungan dari berbagai orang, baik dari
narapidana, petugas ataupun dari lingkungan sekitar atau masyarakat.
2. Narapidana
Pemasyarakatan dengan konsep reintegrasi sosial mengembalikan
hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan yang dilaksanakan baik dari
petugas, masyarakat, dan narapidana itu sendiri. Pada dasarnya apabila
narapidana mengikuti pembinaan dengan baik maka pembinaan tersebut dapat
berjalan dengan optimal. Dalam mewujudkan tujuan tersebut pelaksanaan
program pembinaan narapidana Lansia masih mengalami permasalahan dari
narapidana itu sendiri tidak terdapat motivasi dan kemauan tersendiri dalam
melaksakanakan program pembinaan. Sebagaimana hasil wawancara dengan
salah satu narapidana Lansia yang berinisial T pada tanggal 17 Juli 2021
“ada beberapa narapidana lanjut usia yang masih kurang untuk
melaksanakan program pembinaan, terlebih lagi narapidana lanjut usia yang
tidak berada pada kamar khusus lanjut usia. Karna narapidana lanjut usia
lebih memilih menghabiskan waktu didalam kamar hunian saja”
Terdapat beberapa narapidana Lansia yang dalam program pembinaan
belum bisa mengikuti kegiatan dengan baik, hal ini disebabkan karena mereka
lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan di dalam kamar saja.
Karena mereka lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar saja hal ini
bisa menyebabkan hambatan dalam proses pembinaan mereka sendiri nantinya,
selain terhambat dalam proses pembinaan mereka juga dapat terganggu
kesehatan baik fisik ataupun psikologi mereka nantinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petugas Lapas cilacap,
yaitu Adesa Praja selaku staf subsie registrasi dan bimkemas tentang apa yang
menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan bagi narapidana
Lansia :
“Kesadaran untuk melaksanakan pembinaan kepribadian berupa
keagama nya masih ada beberapa narapidana Lanjut usia yang kurang dan
ditambah sekarang masa pandemi sehingga menyulitkan mendatangkan pihak
ketiga dalam pelaksanaan pembinaan”
Salah satu kendala yang ada dalam proses pelaksanaan pembinaan yaitu
dari narapidana Lansia itu sendiri, mereka masih kurang sadar dalam pembinaan
yang ditujukkan kepeda mereka. Masih ada beberapa dari mereka yang hanya
ikut-ikutan saja dalam pelaksanaan pembinaan, sehingga dalam proses
pelaksanaan pembinaan mereka jika ada salah satu yang menghambat atau
hanya ikut-ikutan saja maka akan menyebabkan masalah lanjutan. Apalagi
ditambah sekarang pada masa pandemi Covid-19 seperti ini yang mengharuskan
untuk mematuhi peraturan yang diterapkan, seperti halnya mendatangkan pihak
ketiga yang biasanya dating langsung karena kondisi seperti ini menyebabkan
kesulitan bagi petugas itu sendiri ataupun dari pihak ketiganya untuk masuk ke
dalam.
3. Petugas
Pelaksanaan pembinaan narapidana Lansia petugas memiliki peran yang
sangat penting serta dapat dijadikan motivator atau dimana petugas bisa menjadi
penggerak atau penyemangat dalam melakukan perubahan atau inovasi dengan
menjadikan pembinaan berjalan dengan baik. Petugas mempunyai keahlian dan
keterampilan yang berguna untuk membina dan menunjang kegiatan pembinaan
yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsi Registrasi &
Bimkemas Bapak Rizal Afif K,Amd.IP tanggal 20 Juli 2021
“dalam pelaksanaan pembinaan Lapas Cilacap masih megalami
kekurangan dari sisi petugas, baik petugas penjagaan maupun petugas yang
benar-benar sesuai pada bidangnya”
Berdasarkan hasil pengamatan data wawancara perlu adanya petugas yang
benar-benar berkompeten dibidangnya untuk mengoptimalkan kemampuan dari
setiap narapidana Lansia. Terlebih lagi dalam pelaksanaanya jumlah tenaga
petugas pada bidangnya jika dibandingkan dengan jumlah narapidana masih
sangat kurang. Seperti halnya petugas kesehatan yang ada masih terbatas, dan
belum adanya petugas yang benar-benar paham tentang psikologi narapidana.
Hal ini menjadi salah satu kendala yang belum diselesaikan, sehingga
menyebabkan proses pembinaan bisa terhambat.
Kurangnya petugas yang ahli dalam bidangnya menyebabkan kurang
optimalnya dalam pelaksanaan tugas dan program pembinaan. Dari regu
penjagaan sendiri masih sangat membutuhkan penambahan personil, karena
dalam satu regu penjagaan hanya terdiri dari 4 orang dan sudah termasuk
komandan regu, hal ini menyebabkan kurang maksimalnya pengawasan dan
pembinaan kepada para narapidana.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narapidana Lansia yang
berinisial S tentang bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan yaitu :
“Tetapi kalau kamar lansia ini cuma diperhatikan yang mau sholat
silahkan yang tidak mau ya sudah,belum ada perhatian khusus dari petugas.”
Menurut hasil observasi dan wawancara penulis yang dimana sebenarnya
petugas telah melaksanakan tugas sebagaimana mestinya namun ada beberapa
petugas yang dilihat oleh narapidana kurang perhatian kepada para narapidana
Lansia, sehingga seperti kegiatan sholat berjamaah di masjid yang dilakukan
oleh narapidana Lansia petugas tidak ingin memaksakan kehendak mereka
karena faktor umur, kesehatan dan sebagainya.

D. Upaya Mengoptimalkan Pembinaan Narapidana Lansia


Optimalisai program pembinaan terhadap narapidana Lansia dilakukan karena
narapidana Lansia tergolong kelompok rentan sehingga memerlukan perlakuan
secara khusus dan program pembinaan khusus demi mewujudkan suatu pembinaan
secara optimal. Jumlah narapidana Lansia pada Lapas Cilacap merupakan hanya
sebagai minoritas, dimana terdiri atas 12 narapidana dari total keseluruhan penghuni,
yaitu sebanyak 490 orang. Berikut grafik yang mengambarkan jumlah populasi
narapidana Lansia.

Jumlah Narapidana Berdasarkan Tingkatan Usia


Ju m l ah N ar ap id an a Be r d asar kan Ti n gkat an u si a

425

53

3
< 5 0 Tah u n 5 0 - 5 9 Tah u n 6 0 - 7 0 Tah u n 7 1 - 8 0 Tah u n
JUMLAH NARAPIDANA

Sumber: Sistem Data Base Pemasyarakatan tanggal 24 Juli 2021


Jumlah narapidana yang masih tergolong usia produktif dibandingkan dengan
jumlah narapidana Lansia sangat berbeda jauh dari pada jumlah secara keseluruhan
narapidana Lapas Cilacap. Program pembinaan narapidana Lansia masih sama
dengan narapidana yang berusia produktif sehingga perlu adanya upaya untuk
mengoptimalisasikan program pembinaan yang diberikan secara khusus kepada para
narapidana Lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan
observasi dan wawancara dengan narapidana juga petugas pada Lapas Cilacap
diperoleh langkah optimalisasi yang bisa dilakukan sebagai berikut:

1. Optimalisasi Program Pembinaan


Program pembinaan yang ada dalam mewujudkan tujuan dari
Pemasyarakatan yaitu reintegrasi sosial dimana memulihkan hubungan antara
hidup kehidupan dan penghidupan dari setiap narapidana. Sebagaimana hasil
wawancara dengan salah satu responden narapidana Lansia yang berinisial S
pada tanggal 17 Juli 2021
“yaaa bagaimana lagi pak kondisi kesehatan yang sudah tidak
memungkinkan mengikuti porgram pembinaan yang berat, jadi kita dikamar
lansia rata-rata mengikuti porgram pembinaan kesadaran beragama
dimasjid”
Melakukan optimalisasi program pembinaan yang sesuai dengan kondisi
kesehatan dan psikologi narapidana Lansia yang sudah mulai menurun
sehingga perlu adanya penyesuaian program pembinaan serta alternatif
aktifitas yang dapat dijadikan bekal setelah menjalani masa pidana. Kegiatan-
kegiatan pembinaan yang dilaksanakan di masjid disarankan untuk narapidana
Lansia yang beragama muslim agar bisa mengikutinya, karena selain untuk
memperdalam ilmu agama mereka, juga bisa membuat mereka ada kegiatan
dan tidak bosan di kamar saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsi
Registrasi & Bimkemas Bapak Rizal Afif K ,Amd.IP tanggal 20 Juli 2021
“pembinaan bagi narapidana lanjut usia kita optimalakan pada
pembinaan kesadaran beragama mempertimbangkan kondisi kesehatan
narapidana juga yang sudah tidak memungkinkan untuk diikutkan pembinaan
kemandirian.”
Dalam teori Reintegrative shaming dijelaskan mengenai perlu dilakukan
pembatasan kegiatan seseorang sehingga dilakukan alternatif kegiatan yang
lain yang bermanfaat bagi narapidana Lansia. Dalam hal ini pembatasan
kegiatan berupa penjatuhan hukuman pidana hilang kemerdekaan sehingga
dilakukan alternatif aktifitas yaitu berupa upaya optimalisasi program
pembinaan kesadaran beragama dimasjid. Optimalisasi juga dilakukan dengan
cara memberikan dan mengajukan program pembinaan berupa Asimilasi,
Pembebasan bersyarat ,Cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat lebih cepat
sebagai upaya dalam pengoptimalan porgram pembinaan bagi narapidana
Lansia.

2. Penempatan Kamar Narapidana Lansia


Dalam pelaksanaan optimalisasi program pembinaan serta mengatasi
kendala dalam proses pembinaan narapidana Lansia sehingga dilakukan upaya
yaitu dengan melakukan pemenuhan hak-hak narapidana yang dimana kamar
khusus lansia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsi Registrasi &
Bimkemas Bapak Rizal Afif K ,Amd.IP tanggal 20 Juli 2021
“ Dalam hal pemenuhan hak-hak narapidana lanjut usia berupa kamar
khusus lanjut usia memang masih sangat kurang sehingga dilakukan upaya
pengoptimalan dengan melakukan kordinasi dengan pihak KPLP untuk dapat
menyediakan kamar tambahan secara khusus untuk narapidana lanjut usia”
Pemisahan kamar khusus Lansia sangat efektif dirasakan narapidana
Lansia, terdapat perbedaan dimana terdapat motivasi tersendiri yang dirasakan
oleh narapidana dimana terdapat kesamaan pemikiran serta rasa kebersamaan,
serta untuk menunjang itu semua dilakukan perbaikan fasilitas kamar berupa
kamar mandi serta sirkulasi udara agar kondisi kesehatan dari narapidana dapat
terjaga dan pelaksanaan program pembinaan dapat berjalan dengan optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu narapidana Lansia yang
berinisial S tentang apakah terdapat perubahan program pembinaan secara
khusus bagi narapidana Lansia :
“Kalo untuk perubahan sendiri tidak ada pak, paling kaya kamar
kemaren yang sebelumnya campur sekarang sudah sama usia di atas 50 tahun
dan saya bisa ngaji serta sholat Pak. “
Penempatan kamar yang sebelumnya sempat tidak terpusat khususnya
narapidana Lansia sekarang sudah sama walaupun tidak semuanya juga Lansia
namun usia di atas 50 tahun ke atas, hal ini bermanfaat bagi mereka karena
bisa melaksanakan kegiatan keagamaan seperti mengaji dan sholat dengan
narapidana yang sudah berumur lainnya sehingga pemikiran mereka bisa
bersatu untuk pendekatan diri kepada Allah Swt. Sedangkan untuk perubahan
program pembinaan secara khusus tidak ada.

3. Kejasama Dengan Pihak Ketiga


Dalam pelaksanaan program pembinaan sudah dilakukan upaya
dengan bekerjasama dengan pihak ketiga diantaranya dalam program
pembinaan keagamaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Staff Kasubsi
Registrasi & Bimkemas Adesa Praja pada tanggal 20 Juli 2021 tentang
bagaimana metode pembinaan bagi narapidana Lansia.
“Tidak ada metode tertentu tetapi ada jadwal dan melibatkan pihak
ketiga sebagai pihak yang melaksanakan kegiiatan kepribadian tersebut pihak
ketiganya seperti Kemenag yang dulu sebelum covid-19 biasanya di
laksanakan secara langsung”
Dilakukannya kerjasama dengan Kemenag yang dilakukan pihak Lapas
Cilacap masih terbatas pada kegiatan secara besar saja untuk saat ini yang di
karenakan Covid-19 contohnya kegiatan-kegiatan keagaman seperti tahun baru
islam, nuzul quran, Maulid nabi, isra Mi’raj dan lain sebagainya. Sehingga
perlu dilakukan suatu upaya yaitu membuat program pembinaan kesadaran
beragama dengan cara khusus bagi narapidana Lansia yaitu dilakukan dengan
pembuatan kurikulum dan jadwal baru dalam pelaksanaan kegiatan seperti
belajar mengaji atau dengan melakukan pengajaran antar sesama narapidana
dengan pengawasan oleh petugas demikian pelaksanaan program pembinaan
dapat lebih optimal.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan oleh penulis,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembinaan yang diberikan terhadap narapidana Lansia lebih optimal pada
pembinaan kesadaran beragama dengan pendeketan kepada Tuhan YME,
karena narapidana Lansia yang sudah tidak memungkinan untuk diikutkan
dalam pelaksanaan program pembinaan kemandirian yang memerlukan
banyak tenaga.
2. Pembinaaan narapidana Lansia mengalami kendala sehingga pelaksanaan
program pembinaan masih belum optimal, kendala tersebut berasal dari
sarana dan prasarana khusus Lansia yang masih belum terpenuhi, rendahnya
kemauan beberapa narapidana Lansia untuk mengikuti program pembinaan,
serta jumlah petugas yang belum berkompeten pada bidangnya.
3. Pelaksanaan optimalisasi program pembinaan dilakukan dengan
melaksanakan pemenuhan kebutuhan bagi narapidana Lansia mulai
pelaksanaan optimalisasi program pembinaan yang difokuskan pada
kesadaran beragama, penempatan kamar khusus kepada para narapidana
Lansia, serta melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
B. Saran
Sebagai upaya untuk mengoptimalkan program pembinaan bagi narapidana
Lansia, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Memfokuskan program pembinaan kepribadian kepada program pembinaan
kesadaran beragama dengan cara pembuatan kurikulum dan jadwal baru
sehingga pelaksanaan program pembinaan dapat berjalan dengan lebih baik.
2. Penambahan sarana dan prasarana seperti fasilitas pendukung gerak
narapidana Lansia seperti penambahan kipas angin, toilet duduk, serta
pembuatan grab-handle.
3. Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dan membuat program pembinaan
khusus bagi narapidana Lansia
4. Pemberian reward kepada narapidana Lansia yang mengikuti program
pembinaan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Baron & Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Creswell,J.W.(2010).Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.


Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Darmojo & Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: FKUI.
Esterberg,K.G. 2002. Qualitative Methods in Social Research. Boston: McGraw-
Hill.

H.Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Alfabeta.


Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba empat

Romli Atmasasmita. 1982. Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum Dalam Konteks


Penegakan Hukum di Indonesia. Bandung: PT Alumni.

Sarwono & Eko A.Meinarno. 2011. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba.

Humanika. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

W.J.S Poerwadarminta. 2016. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Balai


Pustaka.

Jurnal
Adi Hermansyah & Masitoh. 2020. Pemenuhan Hak Narapidana Lanjut Usia
Bidang Kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Banda Aceh. Syiah
Kuala Law Journal Volume 4 Nomor 1.

I Wayan Diva Adi Pradipta, I Ketut Sukadana dan Ni Made Sukaryati Karma. 2020.
Pembinaan Terhadap Narapidana Lanjut Usia di Lapas Klas II A Denpasar.
Jurnal Analogi Hukum: Volume 2 Nomor 2.

Kleri Cindi R.S. 2018. “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Lanjut Usia


( LANSIA) Di Lembaga Pemasyarakatan ( Studi Di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II A Mataram ).
Khotimah, K. 2016. “proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
pemasyarakatan kelas iia wirogunan yogyakarta.” Elektronik mahasiswa pend.
Luar sekolah-s1 311–19.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia(Edisi


Kelima). Jakarta: Balai Pustaka.

Parasari, Gusti ayu trisna dan Lestari, made indah. 2015. “hubungan dukungan sosial
keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di kelurahan sading.” Journal of
psikologi udayana 2(1):68–77

Rif’atul Husniah, Eny Harjati & Ardi Ferdian. 2015. Pembinaan Kepribadian
Narapidana Yang Ditempatkan di Rumah Tahanan Negara Kaitannya Dalam
Pencapaian Tujuan Pemasyarakatan. Jurnal Hukum.

Sitinjak, labora. 2015. “tingkat pengetahuan lansia terhadap stres akibat penurunan
fungsi fisik di panti werda kristen hana, tangerang, banten, 2014.” Akademik
keperawatan husada karya jaya 1(1):17–20.

S.H. Sondak. 2019. “Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai di Dinas Pendidikan Daerah


Provinsi Sulawesi Utara”. Jurnal EMBAVol.7No.1

Suwendra, I. W. (2018). "Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,


Pendidikan, Kebudayaan". In Nilacakra.
Peraturan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.


Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan Lansia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan
Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Permenkumham Nomor 32 Tahun 2018 Tentang Perlakuan Bagi Tahanan Dan
Narapidana Lanjut Usia.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere, Depok
Telepon : 021-7545096
Website: www.poltekip.ac.id

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL


NAMA TARUNA : AFIQ AMHAR ANWAR
STB : 3298
PEMBIMBING : MITRO SUBROTO, Bc.IP., S.IP., M.Si.
PROGRAM STUDI : TEKNIK PEMASYARAKATAN A
JUDUL SKRIPSI : OPTIMALISASI PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA
LANJUT USIA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB
CILACAP

NO. JUDUL METODE LOKASI TINJUAN

1. Optimalisasi Pembinaan Kualitatif Lapas Klas 1. Teori


Kepribadian Narapidana IIB Cilacap Reintegrative
Shaming
Lanjut Usia Di Lembaga
2. Teori Self Esteem
Pemasyarakatan Klas IIB
Cilacap

Mengetahui Menyetujui,
Ketua Program studi Pembimbing

Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si. Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si.
NIP. 196309041990011001 NIP. 196309041990011001
Lampiran 2. Berita Acara Bimbingan Skripsi

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : AFIQ AMHAR ANWAR


STB : 3298
PEMBIMBING : MITRO SUBROTO, Bc.IP., S.IP.,M.Si.
PROGRAM STUDI : TEKNIK PEMASYARAKATAN
JUDUL SKRIPSI : OPTIMALISASI PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA
LANJUT USIA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN CILACAP.
TANGGAL
NO KETERANGAN PARAF PEMBIMBING
KONSULITASI
Pemberian pengarahan
Mitro dan
Subroto, Bc. IP., S.I.P., M.Si.
25 Agustus 2021 saran dosen NIP 196309041990011001
pembimbing
1.
terkait pengerjaan skripsi yang
akan dikerjakan

Perbaikan Bab 1 sampai


2. 17 September 2021
dengan Bab 3

3. 15 Oktober 2021 Pengajuan hasil Bab 4

4. 22 Oktober 2021 Pengajuan hasil Bab 5

5. 25 Oktober 2021 Perbaikan hasil Bab 5


Perbaikan Bab 1 sampai
6. 29 Oktober 2021
dengan Bab 5

Pengajuan hasil perbaikan Bab


7. 30 Oktober 2021
1-5

Depok, 02 November 2021


Pembimbing,

Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si.


NIP. 196309041990011001
Lampiran 3. Instrumen Wawancara
INSTRUMEN WAWANCARA

Pertanyaan wawancara kepada petugas :


1. Apakah pelaksanaan program pembinaan bagi narapidana lanjut usia berjalan
dengan baik?
2. Apakah program pembinaan narapidana lanjut usia yang dilakukan sama
dengan narapidana pada umum yang usia masih dalam produktif ?
3. Bagaimana metode pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
4. Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
5. Jenis-jenis program pembinaan apa saja yang diberikan kepada narapidan
lanjut usia?
6. Apakah terdapat pengawasan khusus bagi narapidana lanjut usia?
7. Apakah keuntungan bagi narapidana lanjut usia dari program pembinaan?
8. Apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pembinaan narapidana
lanjut usia?
9. Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
10. Apakah terdapat evaluasi dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
11. Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi hambatan dalam
pemberian program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
12. Bagaimana perkembangan narapidana sebelum dan sesudah diberikan program
pembinaan?
13. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia?
14. Bagaimana pendapat bapak terhadap program pembinaan telah diberikan
kepada narapidana lanjut usia?
15. Bagaimana harapan serta tujuan bapak setelah memberikan program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Pertanyaan wawancara kepada narapidana Lansia :
1. Bagaimana proses sehingga menyebabkan anda berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
2. Sudah berapa lama anda menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIB Cilacap?
3. Apakah anda mengikuti program pembinaan yang diberikan terhadap
narapidana lanjut usia?
4. Pembinaan khusus apa yang anda ikuti selama berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
5. Bagaimana intensitasi pelaksanaan program pembinaan dilaksanakan?
6. Bagaimana dampak dan manfaat selama anda mengikuti program pembinaan?
7. Menurut anda bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan?
8. Apakah selama anda menjalani program pembinaan hubungan anda dengan
petugas berjalan cukup baik?
9. Apakah selama ini yang menjadi penghambat dalam menjalani program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
10. Selama anda menjalani program pembinaan apakah terdapat perubahan
program pembinaan secara khusus bagi narapidana lanjut usia?
11. Apakah keluarga anda mendukung dalam mengikuti program pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
12. Bagaimana harapan anda mengenai pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIB Cilacap?
Lampiran 4. Hasil Wawancara

A. Hasil Wawancara Dengan Petugas Optimalisasi Pembinaan Kepribadian Narapidana


Lanjut Usia Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap

Identitas Informan 1
a. Nama : Rizal Afif Kurniawan, A.Md.IP
b. Umur : 27 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Jabatan : Kasubsie Reg & Bimkemas
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Apakah pelaksanaan program pembinaan bagi narapidana lanjut usia
berjalan dengan baik?
Narasumber : Baik atau engganya kita bisa liat sendiri lah program pembinaan yang
ada disini berjalan baik atau tidak, semua program pembinaan disini telah
berjalan baik pembinaan kemandirian atau pembinaan kepribadian namun
tetap ada beberapa kekurangan yang ada. Pada prinsipnya pola pembinaan
pada warga binaan itu tidak jauh berbeda pada pola-pola pembinaan yaitu
kemandirian maupun pola pembinaan kepribadian. Kalau kemandirian,
mungkin kita itu karena pola pembinaan kepada warga binaan yang lansia
mungkin kita kurang tepat ya karena bagaimanapun juga mereka sudah
berusia lewat dari produktif. Mereka ya diharapkan untuk tetap rajin
beribadah, mungkin dalam kegiatan kerohanian dan bidang-bidang
keagamaan ini lebih rajin dan kalaupun ada kegiatan-kegiatan yang
bersifat kemandirian, ya kita tidak ada pemaksaan buat mereka karena
kalau ada pemaksaan-pemaksaan ya mereka kan sudah lansia, kita tidak
berani ya, adapun terdapat aturan-aturan tertentu. Tentu usia lansia ini
seharusnya ada Lembaga Pemasyarakatan yang khusus lansia, dan itu kita
tidak ada ya, anak sudah ada, dewasa ada, pemuda ada, tapi kita tidak
terlalu mempersalahkan itu mereka tetap dapat bergabung di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap. Permasalahan yang timbul adalah
banyaknya usia yang lansia, dan kamar hunian yang kita siapkan juga
terbatas. Kenapa terbatas, karena memang isi hunian saat ini di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap sudah mencapai lima ratus lebih orang
kalau tidak salah ya, dan juga kegiatan-kegiatan yang harus diberikan
kepada mereka-mereka itu tentu bersifat tidak banyak mengadakan fisik
karena mereka sudah usia uzur lah ya, yang kami tekankan kepada mereka
ya bagaimana mereka tetap dapat menjalankan ibadah ini sesuai dengan
syariatnya, sesuai dengan keyakinannya, agar mereka bisa lebih tenang.
Permasalahan lagi apa, Pak bagaimana dengan kami yang beragama
nasrani ataupun yang beragama lain. Di Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIB Cilacap, tetap lebih memprioritaskan bagi mereka-mereka agar bisa
menjalankan ibadah, karena muslim mayoritas ya mereka tetap berada di
aula atau di mesjid At-Taubah. Lalu bagaimana dengan yang nasrani, ya
silahkan kalau mereka memang mau beribadah, kita juga memberikan
kesempatan di Gereja kita ajak mereka untuk bisa melakukan ibadah, ya
mungkin pada saat teman-teman yang muslim itu masuk masjid, secara
bergantian mereka mengoptimalkannya untuk berkumpul di Gereja dan
beribadah. Berapa banyak sih yang ada di sini ya, kalau kita lihat lebih
kurang tiga puluh orang ya, bahkan empat puluh tiga lebih kurang ya,
empat puluh tiga orang. Saat ini memang sangat terbatas, kalau mereka
kita gabungkan dengan ruang santri, ya mereka sudah tua, kalau
digabungkan dengan yang lansia juga jumlahnya sangat padat ya, tapi ya
memang itulah kondisi dan keadaan kita disini. Nah kembali lagi disini
ada permasalahan lain, tingkat kesehatan kali ya. Usia lansia ini tetap kita
perhatikan ya, dan kita prioritaskan. Kita punya satu program pembinaan
kesehatan secara jemput bola, jadi lebih mendekatkan, bukan warga
binaan yang merapat ke kami tapi kamilah yang merapat pada warga
binaan itu sendiri. Pada hari-hari tertentu atau dalam seminggu kita
melaksanakan pengobatan atau pemeriksaan kesehatan seminggu dua kali
atau tiga kali, dua sampai tiga kali. Dan itu digilir, tetapi bagi mereka yang
berusia lansia mereka mendapatkan prioritas untuk mendapatkan
pengobatan dan pelayanan kesehatan lebih utama. Bagaimana dengan
penanganan kasus, kasus-kasus yang mereka hadapi tetap saja, kita tetap
pada panduan yang ada, tetapi kami lebih memprioritaskan karena kan ada
remisi lansia, kami tetap mengusulkan kepada mereka-mereka yang
berusia lanjut untuk mendapatkan remisi lansia sebagai bentuk perhatian
khusus dari Pemerintah untuk mereka yang berusia lanjut. Jadi
dipercepatlah prosesnya, dan itupun nanti memang bukan suatu perhatian
pasif ya, karena kita langsung mengusulkan kepada Dirjen dan hasilnya
kita tinggal menunggu saja untuk mereka lebih cepat kembali bersama
keluarga.
Pewawancara : Apakah program pembinaan narapidana lanjut usia yang dilakukan sama
dengan narapidana pada umum yang usia masih dalam produktif ?
Narasumber : Untuk pola pembinaan yang lansia ini, sudah pasti yang utama adalah
kita akan lebih mengedepankan pola pembinaan kerohanian yaitu kembali
lagi kepada iman ataupun agama yang dianut oleh mereka, syukur
Alhamdulillah kerohanian ini hampir sebagian besar warga binaan yang
lansia ini adalah mereka beragama muslim. Mereka kita libatkan atau kita
ajak untuk bergabung bersama di majelis taqlim At-Taubah atau juga
rumah tahfis At-Taubah yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB
Cilacap. Kita tidak banyak menekankan berlebihan kepada mereka, karena
kita menghormati mereka adalah orang-orang yang sudah lansia. Namun
kita tetap berusaha agar para narapidana lansia ini yang beragama islam
bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT agar dalam program
pembinaan kepribadian mereka akan masuk secara rohani dengan bantuan
para petugas yang ada.
Pewawancara : Bagaimana metode pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalau secara khusus tidak ada ya, secara umum saja. Hanya saja kita
lebih banyak memahami ya, kalau khusus kan misalnya orang tua itu harus
ditempatkan, ya ditempatkan kita sudah laksanakan ya, cuma lebih
cenderung kita memahami bahwa mereka adalah orang-orang lanjut usia.
Ya disini ya, memang ada khususnya adalah ruang khusus ya, pelayanan
kesehatan lebih diperhatikan, itu khususnya. Ya juga kalau mereka ingin
mendapatkan bantuan hukum kita juga akan melayani ya, tetapi secara
umum, tidak jauh berbeda tetaplah kasur kapas dan yang paling utama
khususnya lagi, kalau ada kesempatan mereka diusulkan ya kita usulkan,
itu khusus termasuk itu. Untuk fasilitas-fasilitas khususnya yaitu tadi, kita
tetap memprioritaskan saja, Pak misalkan, saya membutuhkan pelayanan
kesehatan, itu cepat-cepat kita layani, bahkan kalau mereka memang barus
di rawat di poliklinik ya kita lebih optimalkan mereka, ada kok yang di
poliklinik karena sudah sakit menahun ya, khusus itu, tapi kalau mereka
rata-rata ya tidak mau Pak, mereka mau kembali lagi di komunitas di
kamarnya mereka sendiri karena kenapa ya, kembali lagi mereka juga
membutuhkan komunikasi, membutuhkan sosialisasi dengan sesama
warga binaan.
Pewawancara : Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tahapan-tahapan pembinaan masih sama dengan narapidana pada
umumnya dimulai sejak pertama narapidana masuk kedalam hingga sampe
selesai menjalani masa pidananya, belum ada perbedaan yang siknifikan
mengenai pembinaan lansia masih terbatas pada kamar khusus narapidana
lansia. Dari segi pembinaan oleh petugas juga agak sedikit berbeda
terhadap narapidana umumnya jika terhadap lansia petugas akan lebih
mengurangi sesuatu yang berhubungan dengan fisik. Seperti contohnya
ketika narapidana lain senam dan olahraga berlari 3 putaran lapangan
narapidana lansia hanya 2 atau bahkan 1 kali lari memutar lapangan saja.
Pewawancara : Jenis-jenis program pembinaan apa saja yang diberikan kepada narapidan
lanjut usia?
Narasumber : Semua program pembinaan kita berikan atau dilakukan tetapi kita lebih
memfokuskan kepada pembinaan kesadaran beragaman yang dalam hal ini
kita bekerjasama dengan pihak ketiga untuk program pembinaanya. Ya
kalo program pembinaan kemandirian ya kita tidak akan memaksakan
mereka mau ikut atau tidak, namun lebih di sarakan ke program
pembinaan kepribadian saja karena di lihat dari kondisi fisiknya para
lansia yang kurang di bandingkan narapidana umum yang lain.
Pewawancara : Apakah terdapat pengawasan khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Untuk pengawasan belum dilakukan secara khusus namun kita sudah
mengelompokkan narapidana lanjut usia pada 2 kamar hunian walaupun
masih terdapat narapidana lanjut usia yang tidak berada pada kamar
tersebut karena beberapa alasan yang membuat narapidana lansia tidak
berada di kamar lansia. Seperti faktor kesehatan, keamanan dan faktor
lainnya. Ya ini merupakan salah satu masalah dalam pelaksanaan
pembinaan Lapas Cilacap masih megalami kekurangan dari sisi petugas,
baik petugas penjagaan maupun petugas yang benar-benar sesuai pada
bidangnya.
Pewawancara : Apakah keuntungan bagi narapidana lanjut usia dari program
pembinaan?
Narasumber : keuntungan sangat dirasakan bagi narapidana lanjut usia karena sudah
dikelompokkan pada kamar lanjut usia mereka dapat melakukan
pembinaan secara bersama sebagaimana dapat menjadi pacuan dalam
pelaksanaan pembinaan
Pewawancara : Apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pembinaan
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Faktor pendukung dalam upaya pembinaan lansia masih terbatas pada
kamar hunian belum ada faktor yang secara khusus mendukung
pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut usia. Pembinaan bagi
narapidana lanjut usia kita optimalakan pada pembinaan kesadaran
beragama mempertimbangkan kondisi kesehatan narapidana juga yang
sudah tidak memungkinkan untuk diikutkan pembinaan kemandirian.
Pewawancara : Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan
bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : hambatan atau kendala saat ini ditambah masa pandemi covid-19 yaitu
berupa sarana dan prasarana berupa fasilitas yang sangat terbatas dan
kemauan dari narapidana itu sendiri yang masih sangat kurang. Dalam hal
pemenuhan hak-hak narapidana lanjut usia berupa kamar khusus lanjut
usia memang masih sangat kurang sehingga dilakukan upaya
pengoptimalan dengan melakukan kordinasi dengan pihak KPLP untuk
dapat menyediakan kamar tambahan secara khusus untuk narapidana
lanjut usia
Pewawancara : Apakah terdapat evaluasi dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kita evaluasinya tidak tiap bulan, tetapi tetap kita mengadakan
monitoring ya, monitoring ini bisa saja tiap bulan, apalagi kalau mereka
ada suatu keluhan, kami berusaha untuk secepat mungkin, keluhan yang
mereka sampaikan itu kita tanggapi ya, tidak perlu sampai mereka
menunggu sekian lama, yang pasti sebetulnya bukan hanya buat lansia,
semua warga binaan disini jika ada keluhan ya kita akan terima. Kita akan
mengoptimalkan pelayanan warga binaan apalagi bagi yang lansia karena
memang saat ini dan mudah-mudahan sampai kedepan kita terus
melakukan peningkatan, bagaimana sih bentuk pelayanan publik yang
baik kepada mereka.
Pewawancara : Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi hambatan
dalam pemberian program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah kita lakukan upaya optimalisasi mengatasi hambatan dan kendala
dengan memenuhi sarana dan parasarana seperti kamar hunian bagi
narapidana lanjut usia serta memberikan motivasi kepada narapidana
Pewawancara : Bagaimana perkembangan narapidana sebelum dan sesudah diberikan
program pembinaan?
Narasumber : Perkembangan narapidana sangat siknifikan terutama setelah kita
gabungkan pada kamar khusus narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut
usia?
Narasumber : semua petugas kita libatkan dalam pelaksanaan pembinaan, namun kita
masih memiliki kendala dimana belum terdapat petugas yang memang
khusus dalam pelaksanaan pembinaan tersebut.
Pewawancara : Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap program pembinaan telah
diberikan kepada narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan sebenarnya sudah sanggat baik tetapi memang kita masih
terdapat kendala dalam pelaksanaaya, dan terkhusus narapidana lanjut usia
kita belum memiliki pembinaan yang memang benar khusus untuk
narapidana lanjut usia tersebut.
Pewawancara : Bagaimana harapan serta tujuan bapak/ibu setelah memberikan program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : kami tetap menginginkan, kalau mereka sudah berusia lanjut, agar bisa
mendapatkan secara cepat untuk proses program PB, CB, ataupun bentuk
perhatian kepada mereka misal, lebih optimal ya, kalau memang kita
usulkan sekian, apa salahnya agar cepat terealisasi itu satu. Juga kami
berharap, kalau memang sudah mereka memenuhi persyaratan ya selain
yang kita usulkan, tolonglah mungkin dalam proses pengurusan program
PB, CB, ataupun program yang lain tidak perlu sampai harus bertele-tele,
ya mudah-mudahan seperti itu paling tidak juga kelengkapan kita harus
lengkap ya. Selanjutnya lagi kami berharap, sampai detik hari ini masih
juga kekurangan tentang pelayanan kesehatan,ya memang itu global ya,
bisa kendalanya seperti itu, tapi kita mengoptimalkan, tapi kalau andaikata
misalnya ada bantuan khusus kepada mereka, ya kami sangat bersyukur
sekali. Terus juga, sayangnya dalam kondisi Covid saat ini, kalau tidak
dalam situasi Covid, kami mencoba lebih membijaksanakan andaikata
mereka agar bisa ketemu dengan keluarga lebih cepat. Kalaupun
kunjungan misalnya kembali normal, kami tetap memprioritaskan,
kesehatan, kunjungan, maupun kegiatan-kegiatan yang lain, kami lebih
mengutamakan.

Identitas Informan 2
a. Nama : Adesa Praja
b. Umur : 21
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Jabatan : Staf Kasubsie Reg & Bimkemas
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : ada dua jenis pembinaan yang dilaksanakan di Lapas Klas IIB Cilacap
ini, yang pertama pembinaan kepribadian dan yang kedua pembinaan
kemandirian yang biasanya dilaksanakan di bawah kegiatan kerja.
Pembinaan kepribadian ini dibagi lagi menjadi dua yaitu pribadi dan
kerohanian yang bersifat fisik. Kegiatan kerohanian ini seperti kegiatan
yang dilaksanakan di masjid kegiatan yang bersifat fisik itu seperti
olahraga, ada seni ( Musik)
Pewawancara : Apakah program pembinaan narapidana lanjut usia dilakukan sama
dengan narapidana pada umum yang usia masih dalam produktif ?
Narasumber : kegiatan pembinaan di sini tidak membedakan usia, tapi berdasarkan
kemauan dan kesadaran dari warga binaan.
Pewawancara : Bagaimana metode pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tidak ada metode tertentu tetapi ada jadwal dan melibatkan pihak ketiga
sebagai pihak yang melaksanakan kegiiatan kepribadian tersebut pihak
ketiganya seperti Kemenag yang dulu sebelum covid-19 biasanya di
laksanakan secara langsung.
Pewawancara : Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Tahapan nya seperti tahapan pembinaan yang biasanya seperti 1/3, 1/2
dan 2/3 dan programnya sesuai dengan kriteria sesuai narapidana
tersebut.jika kriminal bertahap hingga integrasi, narapidana narkoba sama
namun terbatas hanya pada saat tertentu dan kasusnya
Pewawancara : Jenis-jenis program pembinaan apa saja yang diberikan kepada
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan yang diberikan masih sama saja seperti narapidana pada
umumnya belum ada kekhususan pembinaan bagi narapidana lanjut usia
Pewawancara : Apakah terdapat pengawasan khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Diletakkan pada tempat khusus dan memiliki kamar sendiri dan terdapat
pengawasan dari pihak kerohanian.
Pewawancara : Apakah keuntungan bagi narapidana lanjut usia dari program
pembinaan?
Narasumber : Banyak sekali keuntungan yang didapatkan dari pembinaan salah satunya
menjadi bekal ketika narapidana tersebut selesai menjalani masa
pidananya terlebih lagi untuk narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Apakah faktor pendukung dalam pelaksanaan program pembinaan
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Untuk sementara sama dengan narapidana lain, hanya kamarnya yang
khusus tersendiri dan di batasi.
Pewawancara : Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian program pembinaan
bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kesadaran untuk melaksanakan pembinaan kepribadian berupa keagama
nya masih ada beberapa narapidana Lansia yang kurang dan ditambah
sekarang masa pandemi sehingga menyulitkan mendatangkan pihak ketiga
dalam pelaksanaan pembinaan
Pewawancara : Apakah terdapat evaluasi dalam pemberian program pembinaan bagi
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan masih terganjal pandemi covid yang menyebabkan terhambat
nya pihak ketiga datang yang sekarang digantikan oleh pegawai dan WBP
yang mampu.
Pewawancara : Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi hambatan
dalam pemberian program pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah kita lakukan upaya optimalisasi mengatasi hambatan dan kendala
dengan memenuhi sarana dan parasarana seperti kamar hunian bagi
narapidana lanjut usia
Pewawancara : Bagaimana perkembangan narapidana sebelum dan sesudah diberikan
program pembinaan?
Narasumber : Perkembangan narapidana sangat siknifikan terutama setelah kita
gabungkan pada kamar khusus narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana lanjut
usia?
Narasumber : Semua bagian terlibat khususnya petugas pada bidang pembinaan, serta
masyarakat dan pihak ketiga. Kita sudah menjalin kerjasama dengan pihak
ketiga dalam pelaksanaan pembinaan agar dapat benar-benar bermanfaat
bagi narapidana lanjut usia.
Pewawancara : Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap program pembinaan telah
diberikan kepada narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan sebenarnya sudah sanggat baik tetapi memang kita masih
terdapat kendala dalam pelaksanaaya, dan terkhusus narapidana lanjut usia
kita belum memiliki pembinaan yang memang benar khusus untuk
narapidana lanjut usia tersebut.
Pewawancara : Bagaimana harapan serta tujuan bapak/ibu setelah memberikan program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Harapannya pembinaan yang dilakukan kepada narapidana yang berusia
lanjut lebih di khusus kan lagi dan lebih berfokus ke agama karena
pentingnya pembinaan agama melihat kasus narappidana usia lanjut ini
adalah kasus kriminal dan kasus yang dibenci masyarakat ( pencabulan ).
Yang terakhir juga, kami berharap kalau ada tempat yang lebih khusus itu
yang kami utamakan, ya ruangan, karena kendala dengan isi Lapas yang
begitu banyak, kita tidak bisa melakukan bongkar pasang dengan mudah,
terus juga ini bukan kerja kita sendiri, tapi kerja dari semua pihak, warga
binaan itu sendiri, petugas, dan masyarakat. Nah paling tidak kalau
memang kita membuat suatu penelitian kemasyarakatan, buat data-data
awal Litmas ya betul-betul bisa dapat dukungan dari masyarakat, karena
memang orang sudah tua, jadi kita harus juga memaklumi bagaimana
kondisi itu terjadi pada diri kita.

B. Pedoman Wawancara Narapidana Lanjut Usia


Identitas Informan 1
a. Nama : Radi Sanmuhajir Als Mbah Radi Bin Alm. Sankasdi
b. Umur : 60
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pasal/Pidana : Pasal 82-UU No. 17 TAHUN 2016
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Bagaimana proses sehingga menyebabkan anda berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Iya waktu itu saya melakukan kesalahan pak, niat saya mau membantu
anak tetangga tapi saya khilaf habis itu
Pewawancara :Sudah berapa lama anda menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIB Cilacap?
Narasumber : ya saya disini kira kira sudah ada sekitar 3 tahunan lah pak
Pewawancara : Apakah anda mengikuti program pembinaan yang diberikan terhadap
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Pembinaan bagi lansia belum ada sama sekali. kami cuma di anjurkan
untuk ke masjid. Saya belum mengerti program pembinaan lanjut usia itu
bagaimana
Pewawancara : Pembinaan khusus apa yang anda ikuti selama berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : pembinaan paling senam dan kerohanian saja pak, kerohaniannya sendiri
paling pegajian Pak dan untuk insensitanya tiap minggu pengajian yang di
laksanakan di masjid.
Pewawancara : Bagaimana intensitasi pelaksanaan program pembinaan dilaksanakan?
Narasumber : pembinaan disini lumayan bagusla pak yang namanya intensitasi saya
belum begitu mengerti pak.
Pewawancara : Bagaimana dampak dan manfaat selama anda mengikuti program
pembinaan?
Narasumber : Dampak nya begitu banyak pak saya bisa disiplin la sekarang mengikuti
pengajian dan sholat berjamaah di masjid. Dengan begitu InsyaAllah ilmu
agama yang saya dapat dari sini bisa bermanfaat di luar ketika saya sudah
bebas juga nanti pak
Pewawancara : Menurut anda bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan?
Narasumber : Program pembinaan di sini sudah sangat baik arahan petugas pun kalo
kami tidak mengerti segera di kasih tau dengan jelas. Dan juga petugas
selalu memberikan pembinaan-pembinaan kepada kami dan mengajarakan
banyak hal pak
Pewawancara : Apakah selama anda menjalani program pembinaan hubungan anda
dengan petugas berjalan cukup baik?
Narasumber : Berjalan dengan baik pak selagi kita tidak melakukan kesalahan petugas
disini sangat baik dan mengayomi. Mereka memberikam dorongan dan
semangat agar kita bisa bangkit untuk menghadapi masalah yang ada ini.
Namun ketika ada yang bermasalah mereka akan mendapatkan sanksi dan
hukuman seperti biasanya mereka di masukkan ke straft cell sehingga
mereka juga di kurangi dalam pemenuhan hak-hak mereka biasanya.
Pewawancara : Apakah selama ini yang menjadi penghambat dalam menjalani program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Karena perogram pembinaan lanjut usia di sini belum optimal pak tetapi
tidak ada penghambat bagi kami dan semoga kedepannya lebih baik lagi
disini.
Pewawancara : Selama anda menjalani program pembinaan apakah terdapat perubahan
program pembinaan secara khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : selama saya disini belum ada perubahan perogram pembinaan secara
khusus tetapi sudah sangat baik lah pak pembinaan disini kita belajar
tentang keagamaan yang di utamakan.
Pewawancara : Apakah keluarga anda mendukung dalam mengikuti program pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Saya sudah tidak mempunyai keluarga lagi pak soalnya kami sudah pisah
paling saudara saya saja yang sering membesuk saya disini. Ya dia sendiri
selalu menyarankan saya agar untuk tidak macam-macam dan mengikuti
program atau kegiatan yang ada disini dengan baik.
Pewawancara : Bagaimana harapan anda mengenai pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Harapan saya pembinaan dengan narapidana sudah baik semoga bisa
memotivasi narapidana lainnya agar tidak melakukan kesalahan lagi jika
sudah bebas nanti.

Identitas Informan 2
a. Nama : SISWOTO BIN ALM JOKO PAWIROREJO
b. Umur : 61 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pasal/Pidana : UU NO. 35 Tahun 2014 / Perlindungan Anak
Daftar Pertanyaan
Pewawancara : Bagaimana proses sehingga menyebabkan anda berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : bisa masuk sini karena melanggar hukum 285 pemerkosaan anak di
bawah umur
Pewawancara : Sudah berapa lama anda menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIB Cilacap?
Narasumber : saya sudah didalam sini 5 tahun 4 bulan
Pewawancara : Apakah anda mengikuti program pembinaan yang diberikan terhadap
narapidana lanjut usia?
Narasumber : Sudah Pak ,disini program pembinaan yaitu pegajian di masjid dan
olahraga. yaaa bagaimana lagi pak kondisi kesehatan yang sudah tidak
memungkinkan mengikuti porgram pembinaan yang berat, jadi kita
dikamar lansia rata-rata mengikuti porgram pembinaan kesadaran
beragama dimasjid saja paling pak.
Pewawancara : Pembinaan khusus apa yang anda ikuti selama berada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Kegiatan khusunya pegajian Pak dan untuk insensitanya pak tiaphari ikut
pengajian ada juga mengikuti hatam quran 30 jus,ikut kegiatan robana.
Pewawancara : Bagaimana intensitasi pelaksanaan program pembinaan dilaksanakan?
Narasumber : Pak untuk insensitanya pak tiap hari ikut pengajian di masjid
Pewawancara : Bagaimana dampak dan manfaat selama anda mengikuti program
pembinaan?
Narasumber : Dampak dan manfaatnya banyak Pak disini seperti aku bisa ngaji, bisa
sholat, tau agama pak
Pewawancara : Menurut anda bagaimana upaya petugas dalam memberikan program
pembinaan?
Narasumber : Peran penting petugas bagus berjalan dengan baik Pak . mereka selalu
membantu ketika saya tidak paham dengan sesuatu, mereka menjelaskan
Pewawancara : Apakah selama anda menjalani program pembinaan hubungan anda
dengan petugas berjalan cukup baik?
Narasumber : Berjalan dengan baik Pak, kita ikutin setiap kegiatan bersama petugas.
Pewawancara : Apakah selama ini yang menjadi penghambat dalam menjalani program
pembinaan bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalo penghambat selama saya ada disini belum ada pak, paling kamar
hunian khusus yang masih sangat terbatas mengakibatkan beberapa
narapidana yang sudah tergolong lanjut usia tidak berada pada kamar
lanjut usia, terlebih lagi kondisi kamar yang berada pada bagian paling
samping dan terhalangi dari sinar matahari langsung mengakibatkan
kualitas udara yang kurang baik bagi kami pak.
Pewawancara : Selama anda menjalani program pembinaan apakah terdapat perubahan
program pembinaan secara khusus bagi narapidana lanjut usia?
Narasumber : Kalo untuk perubahan sendiri tidak ada pak, paling kaya kamar kemaren
yang sebelumnya campur sekarang sudah sama usia di atas 50 tahun dan
saya bisa ngaji serta sholat Pak.
Pewawancara : Apakah keluarga anda mendukung dalam mengikuti program pembinaan
di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Untuk kelurga sendiri tau pak dan mendukung karena kita sering cerita
kegiatan di dalam sini dan perubahnya cukup besar pak, alhamdulilah
mereka juga selalu mendukung saya untuk selalu berbuat baik, mengikuti
segala kegiatan yang ada disini lah pak.
Pewawancara : Bagaimana harapan anda mengenai pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap?
Narasumber : Kalau untuk lansia saya rasa sudah cukup Pak karena kondisi juga sudah
tua dan kegiatan pembinaan berjalan lancar seperti pembetuk tingka laku
setiap sabtu dan selasa
Lampiran 4. Hasil Plagiat Checker dengan Aplikasi Turnitin Poltekip
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Dokumentasi Kegiatan Penelitian

1. kegiatan tadarus Al-Quran secara Bersama narapidana umum dan Lansia

2. Pengawasan dan pemberian vitamin pada kamar Lansia


3. Kegiatan sholat 5 waktu dan Sholat Ju’mat

4. Kegiatan sholat Idul Fitri dan Pemberian Remisi


5. Wawancara dengan narapidana Lansia
6. Wawancara dengan Kasubsie Reg dan Bimkemas
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Afiq Amhar Anwar


2. Tempat/Tanggal Lahir : Cilacap, 13 Februari 1999
3. Alamat : Dusun. Karya Mekar Rt 05/Rw 03 Des. Bojong,
Kec. Kawunganten, Kab. Cilacap
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Status : Belum Menikah
7. Pendidikan : 1. SD Negeri Bojong 05 , Lulus
dan Berijazah Tahun 2011
2. SMP N 01 Kawunganten, Lulus dan
Berijazah Tahun 2014
3. SMAN 01 Cilacap, Lulus dan
Berijazah Tahun 2017
4. Taruna Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai