Anda di halaman 1dari 93

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN


WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LANJUT USIA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana terapan pemasyarakatan

PRAKA AVIEN ICHSANI


STB.3125

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN


DEPOK
MARET 2020
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : PRAKA AVIEN ICHSANI


STB 3125
Judul Skripsi : “KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LANJUT USIA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG”

Depok, 11 Maret 2020

Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Manajemen Pemasyarakatan

Dr. SYAHRIAL YUSKA, Bc.IP., S.H., M.H KUSMIYANTI, A.Md.IP., S.Sos., M.Si
NIP.196412181985031001 NIP.197909182000122001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ii


LEMBAR PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Praka Avien Ichsani
STB 3125
Judul Skripsi : Kualitas Pelayanan Kesehatan Warga Binaan
Pemasyarakatan Lanjut Usia Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Terapan Pemasyarakatan pada Program Studi : Manajemen
Pemasyarakatan (Crash Program) Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.

Dewan Penguji

Pembimbing : Kusmiyanti, A.Md.IP., S.Sos., M.Si. ( ……............ )


Penguji : Dr. Padmono Wibowo, S.Sos., M.Si. ( …………… )
Penguji : Denny Nazaria Rifani, M.Si. ( …………… )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 11 Maret 2020
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. RACHMAYANTHY, Bc.IP.,S.H.,M.Si


NIP. 19690426 199203 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Praka Avien Ichsani


STB 3125
Tempat Tanggal Lahir : Banyumas, 27 April 1994

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Kualitas Pelayanan


Kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang” adalah hasil karya saya sebenar-benarnya
yang orisinal dan otentik.
Skripsi ini bukan plagiarisme, pencurian hasil karya orang lain. Seluruh
ide, pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan
referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.

Depok, 11 Maret 2020

PRAKA AVIEN ICHSANI STB. 3125


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (POLTEKIP), saya


yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Praka Avien Ichsani
STB 3125
Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan (Crash Program)

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


POLTEKIP Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Kualitas Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Lanjut Usia
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini POLTEKIP berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan skripsi saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 11 Maret 2020

Yang Menyatakan

PRAKA AVIEN ICHSANI


STB. 3125
ABSTRAK

Nama : Praka Avien Ichsani


Program Studi : Manajemen Pemasyarakatan (Crash Program)
Judul Skripsi : Kualitas Pelayanan Kesehatan Warga Binaan
Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang

Penelitian ini berfokus pada kualitas pelayanan kesehatan bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) Lansia. Berdasarkan data pada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan (Ditjenpas) terdapat WBP Lansia di seluruh UPT
Pemasyarakatan berjumlah 4.755 orang, sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Kelas I Semarang terdapat 35 WBP Lansia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas pelayanan kesehatan bagi WBP Lanjut Usia di Lapas Kelas I
Semarang. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Teori yang digunakan guna mengetahui kualitas pelayanan
kesehatan menggunakan teori kualitas pelayanan yang memiliki 5 dimensi yaitu
tangible, responsiveness, reliability, assurance, dan empathy. Hasil penelitian
menggunakan 35 responden mendapatkan hasil bahwa hampir semua dimensi
masuk dalam kategori baik, hanya ada satu dimensi yang masuk dalam kategori
buruk yaitu dimensi responsiveness. Dimensi responsiveness tersebut
mendapatkan hasil yang buruk karena kurangnya tenaga perawat yang seharusnya
dapat membantu mobilitas kegiatan WBP Lansia yang tidak mampu beraktifitas
dan merespon keluhan WBP Lansia. Dengan adanya keadaan tersebut, perlu
dilakukan penambahan tenaga perawat sehingga mampu untuk mengakomodir
seluruh keluhan dan keperluan WBP Lansia yang berkaitan dengan kesehatan
mereka.

Kata Kunci : Pelayanan, Kesehatan, Lansia, Narapidana


ABSTRACT

Name : Praka Avien Ichsani


Study Programe : Correctional Management (Crash Program)
Title : Quality Of Health Services For Elderly Prisoners At Class I
Correctional Institution Semarang

This research focuses on the quality of health services for inmates Elderly. Based
on data from Ditjenpas there are 4,755 inmates Elderly in indonesia, while in
Class I Correctional Institution in Semarang there are 35 Elderly inmates. This
study aims to determine the quality of health services for Elderly inmates in Class
I Correctional Institution Semarang. The research method used in this study is a
quantitative approach. The theory used to determine the quality of health services
using the theory of service quality which has 5 dimensions, namely tangible,
responsiveness, reliability, assurance, and empathy. The results of the study using
35 respondents get the result that almost all dimensions fall into the good
category, there is only one dimension that falls into the bad category that is the
responsiveness dimension. The dimension of responsiveness is getting poor
results due to the lack of nurses who should be able to help the mobility of elderly
inmates activities that are unable to carry out activities and respond to the
complaints of Elderly WBP. With this situation, it is necessary to add nurses so
that they are able to accommodate all complaints and needs of elderly WBP
related to their health.

Key words: Services, Health, Elderly, Prisoners


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kasih sayang dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dalam rangka memenuhi syarat ujian pada Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan skripsi ini banyak pihak yang
telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu izinkan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanty, Bc.IP., SH., M.Si selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Ibu Kusmiyanti, A.Md.IP., S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing
penyusunan skripsi.
3. Bapak Dadi Mulyadi., Bc.IP., S.H., M.H selaku Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
4. Bapak Nahrowi., S.H selaku Kepala Bagian Tata Usaha Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
5. Bapak Dapat Sembiring., S.H selaku Kepala Bidang Pembinaan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
6. Bapak Suparno., A.Md.IP., S.H., M.Si selaku Kepala Kesatuan Pengamanan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
7. Bapak/Ibu Pengajar/Dosen dan Pembina, serta seluruh staf dan karyawan
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang telah banyak memberikan bekal ilmu
pengetahuan, pengajaran, pelatihan dan pengasuhan kepada penulis.
8. Bapak dan Ibuku tercinta, Bambang Hadi Pramono dan Sitta Ervin
Rokhana, adikku tersayang, yang telah memberikan banyak bantuan baik
moral dan spiritual bagi penulis.
9. Rekan-rekan Taruna Crash Program Akademi Ilmu Pemasyarakatan
Angkatan L, khususnya kepada teman-teman yang banyak memberikan
saran pada skripsi ini.
10. Adik-adikku Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Angkatan LI, LII, LIII
dan LIV yang banyak memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebuskripsin namanya satu per
satu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa di
dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Depok, 11 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………..………..………....... ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………..….....……………..... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..…..…………………....... iv
LEMBAR PUBLIKASI ..................................................................... v
ABSTRAK …………………………………………………………. vi
ABSTRACT ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR………………………………………………. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL....………………………………………………... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori ............... ............................................... 8
B. Konsep dan Teori. ........................................................ 11
C. Kerangka Berpikir ........................................................ 14

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian… ………………………….….. 15
B. Populasi dan Sampel ..................................................... 16
C. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................16
D. Teknik Pengumpulan Data................................................17
E. Teknik Analisis Data .................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian...............................................21
B. Karakteristik Responden ................................................. 35
C. Analisis Univariat .......................................................... 40
D. Analisis Data .................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………... 63
B. Saran…………………………………………………. 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Hal.
2.1. Kerangka Berpikir...................................................................................... 14
4.1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang............ 23
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Hal.


1.1 Jumlah WBP Lansia di Indonesia.............................................. 4
3.1 Kategori Jawaban Responden.................................................... 18
3.2 Operasional Konsep................................................................... 18
4.1 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan...................................... 33
4.2 Data Pegawai berdasarkan golongan.......................................... 33
4.3 Jumlah Narapidana berdasarkan tindak pidana.......................... 36
4.4 Usia responden........................................................................... 37
4.5 Agama responden....................................................................... 38
4.6 Suku responden.......................................................................... 38
4.7 Pendidikan responden................................................................ 39
4.8 Tindak pidana responden........................................................... 39
4.9 Lama pidana responden............................................................. 40
4.10 Responden mendapatkan fasilitas memadai di Poliklinik......... 41
4.11 Responden mendapatkan ruang tunggu yang nyaman.............. 41
4.12 Responden mendapatkan penyuluhan dari petugas................... 42
4.13 Ruangan poliklinik tertata rapi dan bersih................................. 42
4.14 Responden menempati raung perawatan yang bersih ............... 43
4.15 Petugas medis berpakaian dengan rapi...................................... 43
4.16 Tersedia kursi roda bagi WBP Lansia....................................... 44
4.17 Analisis butir dimensi tangible.................................................. 45
4.18 Petugas medis memiliki inisatif menanyakan keluhan pasien... 46
4.19 Responden mendapatkan bantuan dari petugas ketika tidak
mampu beraktifitas.................................................................... 46
4.20 Petugas medis siap/tanggap dalam merespon keluhan
narapidana lansia........................................................................ 47
4.21 Petugas merespon WBP yang ingin mendapatkan pelayanan.... 47
4.22 Analisis butir dimensi responsiveness....................................... 48
4.23 Responden mendapatkan penanganan oleh tenaga medis yang
ahli di bidangnya........................................................................ 49
4.24 Penanganan yang diberikan kepada lansia tepat waktu............. 49
4.25 Petugas medis memberikan informasi sebelum mengambil
tindakan...................................................................................... 50
4.26 Petugas memberikan penanganan secara akurat........................ 50
4.27 Responden mendapatkan informasi yang jelas terkait jenis
penyakit, cara perawatan dan cara minum obat........................ 51
4.28 Analisis butir dimensi reliability............................................... 51
4.29 Petugas mampu meyakinkan pasien atas tindakan yang
dilakukan.................................................................................. 52
4.30 Perilaku petugas medis menimbulkan rasa aman..................... 53
4.31 Petugas medis memberikan rasa nyaman saat memberikan
perawatan.................................................................................. 53
4.32 Terdapat petugas medis khusus yang menangani narapidana
lansia........................................................................................ 54
4.33 Analisis butir dimensi Assurance.............................................. 54
4.34 Responden mendapatkan perhatian dari petugas poliklinik...... 55
4.35 Petugas memberikan perhatian secara personal terhadap
narapidana lanjut usia............................................................... 56
4.36 Responden mendapatkan keramah tamahan dari petugas dalam
memberikan pelayanan.............................................................. 56
4.37 Petugas mengerti dan memahami apa yang dibutuhkan oleh
narapidana lanjut usia ............................................................... 57
4.38 Petugas murah senyum dalam memberikan penanganan dan
perawatan terhadap lansia.......................................................... 57
4.39 Analisis butir dimensi empathy................................................. 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan diselenggarakannya
pemerintahan yang dilaksanakan oleh
Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu bertujuan
untuk memberikan Pelayanan Publik kepada
masyarakat sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Dari pengertian diatas menjelaskan
bahwa kegiatan pelayanan dilaksanakan oleh
Pemerintah guna memenuhi kebutuhan warga
negaranya dalam bentuk barang, jasa maupun
pelayanan administratif. Pelayanan publik
merupakan salah satu wujud peran penting
Pemerintahan dalam mewujudkan
perekonomian yang lebih berkualitas dengan
cara mensejahterakan seluruh masyarakat
agar dapat hidup sejahtera dan makmur.
Pelayanan publik yang diberikan
pemerintah terhadap masyarakat sudah
mengedepankan kepada peningkatan mutu
pelayanan, yaitu ditandakan dengan adanya
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 1995 tentang Perbaikan Dan
Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 1
Pemeri Menurut Undang-Undang Nomor 25
ntah Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 1
Kepad ayat 1, layanan publik ditujukan masyarakat.
a Masyarakat
Masyar
akat.
Instruk
si
tersebu
t
menjad
i
pedom
an bagi
pemeri
ntahan
untuk
terus
melaku
kan
perbaik
an dan
pembe
nahan
pada
mutu
pelaya
nan
yang
diberik
an
kepada
masyar
akat.
Upaya
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 2
tersebut adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai
orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan
sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Di Instansi Pemasyarakatan, kelompok masyarakat yang
menjadi penerima layanan publik adalah Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP), yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan terdiri dari narapidana, anak, dan klien pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) bertujuan untuk membentuk
WBP agar dapat diterima kembali sebagai anggota masyarakat sebagimana
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan pasal 2 bahwa “Sistem pemasyarakatan diselenggarakan
dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara
wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa Pemasyarakatan
merupakan suatu upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial warga binaan
pemasyarakatan, yaitu pulihnya kesatuan hubungan warga binaan
pemasyarakatan baik secara pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai
insan Tuhan. Pemidanaannya hanyalah salah satu upaya agar narapidana
sadar akan kesalahannya dan kembali sebagai warga masyarakat yang baik,
taat kepada hukum, menjunjung nilai-nilai moral sosial dan keagamaan,
sehingga tercapai keseimbangan kehidupan masyarakat yang tertib dan
damai.
Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia bagi narapidana
dalam bentuk hak-hak narapidana sangat dihargai dan diperhatikan.
Perlakukan terhadap narapidana harus menjunjung hak-hak narapidana
dengan berdasarkan kepada Hak Asasi Manusia karena bagaimanapun
narapidana adalah manusia dan harus diperhatikan sebagaimana manusia
selayaknya. Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan pelayanan publik
terhadap narapidana yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur
Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Pemasyarakatan.
Dengan diberlakukan standar pelayanan tersebut maka pelayanan
terhadap hak-hak narapidana tidak bisa diabaikan dan menjadi salah satu hal
yang perlu diperhatikan. Salah satu hak narapidana yaitu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 ayat 1 butir (d)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang
menyatakan bahwa “Narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
dan makanan yang layak”.
Layanan kesehatan yang diberikan Lapas merupakan salah satu wujud
dari pelayanan publik yang diberikan kepada WBP dalam rangka pemenuhan
haknya sebagai warga negara. WBP di dalam Lapas sangat berfariatif, mulai
dari latar belakang tindak pidana, suku, pendidikan dan juga usia. Ada yang
menarik dari latar belakang usia, yaitu salah satunya adalah narapidana yang
sudah memasuki lanjut usia yang familiar dengan sebutan lansia.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia menjelaskan bahwa, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah berusia 60
tahun keatas. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses yang alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua (Kholifah, 2016).
Kelompok narapidana lanjut usia harus mendapatkan pelayanan kesehatan
secara berkala dan optimal karena mereka sangat rentan untuk terserang
penyakit baik yang menular ataupun tidak menular.
Perlakuan khusus bagi WBP lansia menjadi pokok bahasan dalam
pertemuan yang dilaksakan pada tanggal 18 desember 2018 dalam rangka
diseminasi The Jakarta Statement on the Treatment of Elderly Prisoners
sebagaimana dilansir pada www.sindonews.com. Direktur Jenderal
Pemasyarakatan, Ibu Sri Puguh Budi Utami mengatakan saat ini jumlah
narapidana lanjut usia yang ada di dalam LAPAS di Indonesia mencapai
4.755 orang. Narapidana lanjut usia memiliki kebutuhan perlakuan yang
berbeda dibandingkan dengan narapidana lain yang lebih muda. Maka dari itu
perlu diberlakukan perlakuan khusus bagi narapidana lanjut usia. Pentingnya
hal ini dilakukan mengingat belum adanya sebuah standar Internasional
mengenai narapidana lanjut usia. Perlakuan terhadap narapidana lanjut usia
merupakan upaya dalam rangka menghormati, melindungi dan memenuhi
hak-hak yang mereka miliki. Data menunjukkan bahwa jumlah WBP Lansia
mengalami peningkatan setiap tahunnya, berikut merupakan data WBP
Lansia 3 tahun terakhir yang saya peroleh dari Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
Tabel 1.1 Jumlah WBP Lansia di Indonesia

Tahun Jumlah Lansia


2017 2.654
2018 3.853
2019 4.755
Sumber : Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi

Jumlah WBP Lansia di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya,


sebagaimana data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
yaitu pada tahun 2017 terdapat 2.654 WBP Lansia, pada tahun 2018 terdapat
3.853 WBP Lansia dan di tahun 2019 terdapat 4.755 WBP Lansia.
Meningkatknya jumlah populasi WBP Lansia di Indonesia menjadi perhatian
khusus guna diberikan perlakuan yang khusus bagi WBP Lansia, hal ini
dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
Nomor 32 Tahun 2018 tentang Perlakuan Bagi Tahanan dan Narapidana
Lanjut Usia. Peraturan ini menjelaskan bahwa perlakuan khusus adalah upaya
yang ditunjukan untuk memberikan kemudahan pelayanan guna membantu
lanjut usia dalam memulihkan dan mengembangkan diri agar dapat
meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.
Perlakuan khusus yang diberikan kepada narapidana lansia yaitu dalam
bentuk :
a. pemberian bantuan akses keadilan
b. pemulihan dan pengembangan fungsi sosial
c. pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
d. perlindungan keamanan dan keselamatan.

Idealnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Lapas kepada


narapidana lanjut usia yaitu dengan memberikan penyuluhan maupun
informasi terkait dengan kesehatan bagi narapidana lanjut usia, memberikan
perawatan secara berkala, memberikan pemenuhan gizi dan kebutuhan nutrisi
dan juga memberikan kebutuhan perlemgkapan sehari-hari. Peraturan telah
mengatur dalam rangka memberikan pemeliharaan dan peningkatan kualitas
kesehatan narapidana lanjut usia, Kepala Lapas membentuk suatu tim medis
khusus untuk menangani narapidana lanjut usia tersebut.
Narapidana lanjut usia sebagai penerima pelayanan dari Lapas
mengharapkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang berkualitas. Namun
kenyataannya, masih ada beberapa peristiwa di Lapas yang berkaitan dengan
pelayanan narapidana yang masih bermasalah, seperti disebutkan pada berita
yang dimuat oleh jawapos.com pada tanggal 09 November 2018 yang
menjelaskan bahwa :

“Lapas Kelas IIB Tabanan Over Kapasitas, Napi Lansia Tersiksa,


Masyarakat yang terjerat kasus hukum hingga harus mendekam dibalik
jeruji besi berasal dari berbagai kalangan. Termasuk lanjut usia (lansia).
Sayangnya lansia yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Kelas IIB harus rela berdesak-desakan di dalam kamar yang sempit,
karena kondisi Lapas yang over kapasitas.”

Dimuat juga dalam media law-justice.co pada tanggal 08 Mei 2018


yang menjelaskan bahwa :

“Tingginya angka kematian napi karena pelayanan kesehatan yang buruk,


Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat menilai, buruknya layanan
kesehatan menjadi penyebab tingginya angka kematian narapidana.
Mereka meminta Ombudsman RI melakukan penyelidikan mengenai hal
itu. LBH Masyarakat merilis hasil pemantauan mereka di berita-berita
media massa tentang angka kematian narapidana pada tahun 2016 dan
2017. Ditemukan ada 302 kasus kematian yang terjadi di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan (Rutan), dan di Ruang tahanan
Polri. Sebagian besar, kasus kematian narapidana disebabkan oleh
penyakit yang diderita selama menjalani masa hukuman, yakni 47,5%
kasus di 2016 dan 60.25% kasus di 2017. Angka kematian terbesar juga
disebabkan tindakan bunuh diri narapidana, yakni 43 kasus. Karena itu,
LBH Masyarakat meminta kepada Ombudsman RI untuk menyelidiki
kasus maladministrasi yang terjadi pada Lapas maupun Rutan terkait
tingginya angka kematian tersebut.”

Dari beberapa peristiwa di atas menunjukkan bahwa kondisi yang ada


di Lapas saat ini dapat dikatakan belum baik dalam hal pemenuhan hak-hak
pelayanan terutama pelayanan kesehatan kepada narapidana.
Berdasarkan data pada website www.smslap.ditjenpas.go pada tanggal
20 Februari 2020 menunjukkan bahwa jumlah total penghuni di Lapas Kelas I
Semarang berjumlah 1899 orang, 1367 orang adalah narapidana, sedangkan
532 orang berstatus tahanan. Data menunjukkan bahwa jumlah isi penghuni
di Lapas mengalami Over Kapasitas sebanyak 186% dimana kapasitas dari
Lapas Semarang adalah 663 orang. Over kapasitas membuat berbagai jenis
pelayanan dan pembinaan yang ada di Lapas terhambat, baik dari segi sarana
dan prasarana, anggaran, dan juga tenaga ahli yang sesuai dengan bidang
tersebut. Dari jumlah keseluruhan penghuni Lapas Semarang yang berjumlah
1899 orang, terdapat narapidana yang masuk dalam kategori lanjut usia yaitu
sebanyak 35 orang, sedangkan jumlah keseluruhan narapidana lanjut usia di
seluruh UPT Pemasyarakatan se-Indonesia berjumlah 4.755 orang.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang tentang
“Kualitas Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Lanjut
Usia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang”.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
masalah yang ingin diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana Kualitas Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kualitas Pelayanan Kesehatan Bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
Sebagai bahan masukan khususnya dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi warga binaan pemasyarakatan
lanjut usia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
b. Bagi Peneliti
Sebagai pengetahuan tambahan khususnya bagi yang
tertarik dalam pelayanan kesehatan terhadap narapidana lanjut usia
di Lapas.
c. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
maupun informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian di bidang pelayanan kesehatan bagi narapidana lanjut
usia.
2. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca yang tertarik di bidang
pelayanan kesehatan khususnya bagi narapidana lanjut usia.

BAB II
TINJAUAN
A. Tinjauan Teori PUSTAKA

1. Kajian Penelitian Sebidang


Artikel yang penulis jadikan referensi dalam penelitian ini antara
lain, yang pertama dalam artikel yang berjudul Implementasi Pemberian
Hak Pelayanan Kesehatan Dan Makanan Yang Layak Bagi Narapidana
Menurut Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan oleh
Satria Nurul Suci pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan serta kendala yang dihadapi Lapas Kelas IIB
Nunukan. Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan yang dilakukan oleh pihak lapas sudah
cukup baik dengan adanya pemeriksaan secara rutin yang dilakukan oleh
pihak dinas kesehatan, tetapi untuk pemberian makanan yang layak masih
belum berjalan dengan baik karena pengolahan bahan makanan yang tidak
dilakukan oleh juru masak, serta anggaran dana yang kurang karena adanya
over kapasitas sehingga mengakibatkan kurangnya asupan gizi harian untuk
narapidana.
Selanjutnya dalam artikel yang berjudul Responsivitas Pelayanan
Publik Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Pematangsiantar dalam
Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan
Yang Layak oleh Fetrik Etman Komul pada tahun 2019. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui responsivitas pelayanan publik dalam pemenuhan hak
narapidana untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Metode
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini meunjukkan
bahwa responsivitas pelayanan publik di Lapas Pematangsiantar belum baik
karena masih mendapati beberapa kendala yaitu fasilitas yang kurang
memadai dan juga ketersediaan obat yang terbatas, masih belum disiplinnya
narapidana dalam mengikuti alur yang sudah ditentutkan, dan belum
kondusifnya klinik yang ada di Lapas karena ketidaksabaran narapidana
sdalam menunggu antrian.
Ketiga, dalam skripsi yang berjudul Pelaksanaan Sistem Layanan
Kunjungan bagi WBP di Rutan Wonogiri, dalam rangka Peningkatan
Pelayanan Kepada Publik berdasarkan UU No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan oleh Ryan Adi Permana dan Rudyanto Hadi Mahmud pada
tahun 2017. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pelaksanaan
sistem layanan kunjungan bagi wbp di rutan wonogiri, dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada publik berdasarkan uu no. 12 tahun 1995
tentang pemasyarakatan. Metode yang digunakan ialah hukum sosiologis
dan empiris yang menjelaskan bahwa narapidana berhak untuk mendapatkan
hak nya sebagai narapidana yaitu salah satunya adalah layanan kunjungan
keluarga, layanan yang diberikan oleh Rutan Wonogiri sudah sesuai dengan
SOP yang ada. Dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa kendala
dalam pelaksanan pelayanan kunjungan yaitu sarana dan prasarana yang
kuang mendukung, pengunjung terlalu banyak membawa barang bawaan
yang membuat penggeledahan barang bawaan menjadi kurang optimal,
kruangnya pengawasan dalam pelaksanaan layanan kunjungan.
Keempat, dalam artikel yang berjudul Pengaruh Kualitas Pelayanan
Kunjungan Pada Tahanan dan WBP terhadap Kepuasan Pengunjung di
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Samarinda oleh Yogi Satria
Nugraha, Abdullah Karim, dan Santi Rande pada Tahun 2019. Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan
kunjungan terhadap kepuasan pengunjung di Rutan Samarinda. Penelitian
ini menggunakan penelitian pendekatan kuantitatif yang menjelaskan bahwa
kualitas layanan kunjungan memiliki pengaruh terhadap kepuasan
pengunjung, inti dari penelitiannya yaitu bahwa kualitas pelayanan
menentukan kepuasan dari pelanggan. Penelitian yang menggunakan
metode penelitian kuantitatif ini menyimpulkan bahwa fasilitas ruang
kunjungan masih belum memadai, masih ditemukannya pungutan liar
kepada pengunjung yang ingin membesuk keluarganya di Rutan, adanya
sikap diskriminatif dari petugas yang mendahulukan orang yang tidak
mengambil nomor antrian untuk masuk terlebih dahulu, dan jadwal
pelayanan yang dirasa masih belum jelas.
2. Teori
Kualitas pelayanan (service quality) ini asal mulanya dari dunia
bisnis, walaupun kemudian tidak sedikit diadopsi untuk organisasi publik.
Teori tentang servqual yang terkenal adalah servqual milik Zeithaml,
Parasurahman, dan Berry. Menurut Sinambela kualitas pelayanan adalah
segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan
pelanggan. Menurut Zeithaml, Parasuraman,dan Berrydalam
Pasolong (2011:135) mengangemukakan bahwa untuk
mengetahui kualitas suatu pelayanan yang dirasakan langsung oleh
konsumen, terdapat beberapa indikator ukuran kepuasan konsumen yang
terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan
konsume. Kelima dimensi
tersebut adalah :
a. Tangible , yaitu kualitas pelayanan berupa sarana secara fisik dalam
bentuk kantor, komputerisasi, administrasi, ruang tunggu, dan tempat
informasi.
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dan keandalan untuk
menyediakan pelayanan yang terpercaya.
c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesanggupan untuk membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap
keinginan konsumen.
d. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan
santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.
e. Emphaty (empati), yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai
terhadap konsumen, dan kemudahan dalam berinteraksi, komunikasi
yang baik, memberikan perhatian secara pribadi serta memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Teori Servqual dari Zeithaml, Parasurahman, dan Berry tersebut
menjadi dasar pemikiran untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan
publik dalam bentuk pelayanan kesehatan bagi WBP lansia yang diberikan
oleh Lapas Kelas I Semarang. Guna mengetahui suatu kualitas pelayanan
sudah sesuai dengan teori yang ada, maka penulis akan menggunakan
dimensi
tangible, dimensi responsiveness, dimensi reliability, dimensi assurance, dan
dimensi empathy di Lapas Kelas I Semarang.

B. Konsep dan Teori


1. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Pelayanan
Moenir (2010:26) menjelaskan bahwa pelayanan merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
landasan faktor materi melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam
rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Menurut Sampara dalam Sinambela (2011:5) pelayanan adalah suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan
kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Ratminto dan Winarsih (2015:18)
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kualitas pelayanan menurut Tjiptono & Chandra
(2011:164) sebagai ukuran kesempurnaan sebuah produk atau jasa yang
terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Yang dimaksud kualitas
apabila beberapa faktor dapat memenuhi harapan konsumen. Dapat
disimpulkan bahwa kualitas merupakan sebuah bentuk pengukuran terhadap
suatu nilai layanan yang telah diterima oleh konsumen dan kondisi yang
dinamis suatu produk ataupun jasa dalam memenuhi harapan konsumen.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dalam tinjauan pelayanan
adalah pelayanan kesehatan bagi WBP lansia yang diberikan oleh Lapas
Semarang.

2. Tinjauan Umum Tentang Layanan Kesehatan


Pada dasarnya pelayanan kesehatan merupakan salah satu dari aspek
pelayanan publik dimana menurut undang-undang nomor 25 tahun 1999
tentang pelayanan publik, dimana pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut Daryanto dan
Ismanto Setyabudi (2014) menjelaskan bahwa kesehatan merupakan salah
satu kebutuhan dasar masyarakat, maka kesehatan adalah hak bagi setiap
warga masyarakat yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar.
Konsep pelayanan kesehatan didasarkan pada Standard Minimum
Rules mengenai Perawatan kesehatan Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi pada
tiap-tiap lembaga hendaknya selalu tersedia pelayanan dari sekurang-
kurangnya satu petugas medis berkualifikasi yang hendaknya memiliki
sekedar pengetahuan psikiatri. Bagian-bagian kesehatan hendaknya disusun
dengan berhubungan erat dengan jawatan-jawatan kesehatan umum dari
masyarakat atau negara. Dalam bagian kesehatan hendaknya termasuk juga
suatu bagian yang menentukan diagnose taraf penyakit jiwa dan
perawatanya, dalam hal–hal yang sederhana.
Sampai saat ini pelayanan kesehatan di UPT Pemasyarakatan
pelayanannya masih berbasis kepada pelayanan dasar, yaitu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada tahanan/narapidana dengan standar
pelayanan yang dilaksanakan oleh dokter yang dibantu oleh perawat.
Dasar pelayanan kesehatan dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Promotif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan di bidang kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi.
b. Pelayanan Kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan di bidang kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat pencegahan.
c. Pelayanan Kesehatan Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan di bidang kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat pengobatan.
d. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif adalah suatu serangkaian kegiatan
di bidang kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat pemulihan.
3. Tinjauan Umum Tentang Lanjut Usia
Konsep lanjut usia berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menjelaskan bahwa lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut azizah
(2011) proses menua adalah proses alami yang disertai adanya perubahan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulka masalah kesehatan
secara umum kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Fatmah (2010) menyatakan bahwa lansia dibedakan menjadi 2
macam, yaitu lansia kronologis dan lansia biologis. Lansia kronologis
mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada
keadaan jaringan tubuh. Seseorang yang berusia muda tetapi secara biologis
dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
Sedangkan menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, lansia
adalah seseorang yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan
bilogis, fisik, dan sosial.
World Health Organitation (WHO) menyebutkan bahwa lanjut usia
meliputi :
a. Usia Pertengahan (Middle Age) adalaha orang yang berusia
45-59 tahun
b. Usia lanjut (Olderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (Old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) adalah orang yang berusia > 90
tahun
C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

PELAYANAN KESEHATAN WBP LANSIA

5 DIMENSI POKOK

TANGIBLE RESPONSIVENESS ASSURANCE EMPHATY


RELIABILITY

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN WBP LANSIA


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan peneliti gunakan adalah pendekatan
penelitian kuantitatif. Pendekatan ini penulis pilih karena penelitian ini
tentang kualitas pelayanan kesehatan yang ada di Lapas bagi narapidana
lanjut usia yang memerlukan suatu skala pengukuran terhadap kualitas
pelayanan yang ditanyakan kepada responden. Sugiyono (2011:04)
menjelaskan metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism; metode yang digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu; teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Martono (2011:20) menjelaskan bahwa pendekatan
kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data
yang berupa angka kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan
suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.

2. Teknik penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah tipe penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau
gejala sosial yang terjadi di masyarakat (Martono, 2011:17). Caranya
adalah dengan menginput data dari kuesioner yang telah disebarkan
dengan menggunakan program SPSS, kemudian melakukan analisis
berdasarkan data yang ada.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berbeda pada
suatu wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup yang akan diteliti (Martono, 2011:15). Populasi dari penelitian
ini adalah Narapidana lanjut usia yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang yang berjumlah 35 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti, atau sebagai anggota populasi yang
dipilih menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat
mewakili populasi (Martono, 2011:15). Dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2015:103). Hal ini sering dilakukan apabila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 35 orang. Isitilah lain dari sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampel
yang diambil untuk penelitian ini yaitu 35 orang sesuai dengan populasi
yang ada.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai kualitas pelayanan kesehatan bagi narapidana
lanjut usia dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
penulis memilih melakukan penelitian di lokasi tersebut karena terdapat
35 orang narapidana yang masuk dalam kategori lanjut usia.
2. Waktu Penelitian
Penelitian mengenai kualitas pelayanan kesehatan bagi narapidana
lanjut usia dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2020 sampai tanggal
22 Februari 2020.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan
untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian yang berbentuk kuesioner atau daftar
pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang disampaikan kepada
responden. Pengukuran data dilakukan oleh penulis yaitu dengan skala
likert. Pertanyaan ini mempunyai skor tertinggi 5 (lima) dan terkecil 1
(satu) yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kategori Jawaban Responden
No. Kategori Jawaban Skor
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Netral 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1

Tabel diatas menggambarkan bahwa kategori jawaban sangat


setuju mendapatkan skor 5, setuju mendapatkan skor 4, netral
mendapatkan skor 3, tidak setuju mendapatkan skor 2 dan sangat tidak
setuju mendapatkan skor 1.
Adapun operasional konsep yang saya gunakan untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Operasional Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan Narapidana Lansia

Variabel Dimensi Indikator Skala


Kualitas Tangible 1. Fasilitas yang tersedia Ordinal
Pelayanan (berwujud) 2. Penanganan khusus
Kesehatan 3. Tempat informasi
4. Kebersihan ruangan
5. Kenyamanan ruangan
6. Kerapihan petugas
7. Tersedia kursi roda
Responsiveness 1. Respon petugas
(Ketanggapan) 2. Pelayanan diberikan dengan
cepat dan tepat
3. Tanggap keluhan
4. Kesediaan petugas
membantu lansia

Reability 1. Kehandalan petugas


(Keandalan) 2. Ketepatan waktu
3. Keakuratan penanganan
Assurance 1. Keyakinan atas pelayanan
(Keyakinan) yang diberikan
2. Perasaan aman
3. Perasaan nyaman
4. Petugas medis khusus lansia

Empathy 1. Perhatian poliklinik terhadap


(Perhatian) lansia
2. Perhatian secara personal
oleh petugas terhadap
narapidana lansia
3. Pemahaman petugas akan
kebutuhan/perasaan
narapidana lanjut usia

E. Teknik Analisis Data


1. Jenis Analisis
Wiratna Sujarweni (2014:103) Teknik analisis data dapat diartikan
sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan
mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
adalah bentuk tabulasi dengan transformasi data, sehingga mudah untuk
dipahami. Analisis statistic deskriptif digunakan untuk mempelajari tata
cara pengumpulan, pencatatan, penyajian, penyusunan data penelitian
dalam berbagai bentuk terutama bentuk grafik dan frekuensi. Proses ini
akan dibantu dengan aplikasi SPSS (Statistic Package Social Science).
Tujuan analisi data kuantitatif dengan bantuan SPSS ini adalah untuk
dapat mencapai akurasi data yang diinginkan serta data yang disajikan
dapat lebih mudah dipahami. Dalam menganalisis hasil data output SPSS
tersebut, dikenal istilah yaitu Frekuensi. Frekuensi yang dijelaskan dapat
berupa tabel dan diagram/grafik, digunakan sebagai analisis data yang
paling awal dan sederhana. Frekuensi berfungsi untuk melihat jumlah
persentase (berdasarkan di dalam kolom percent) dan frekuensi (terlihat
dalam kolom frequency) jawaban responden terhadap suatu pernyataan,
sehingga dapat memudahkan dalam membaca dan menyajikan hasil
pengolahan data.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang merupakan salah satu
UPT pemasyarakatan pada wilayah kerja Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah. Dalam sejarahnya, Lapas
ini telah dibangun dan berdiri sejak zaman Belanda tepatnya pada tahun
1938 di Jalan Dr.Cipto Kota Semarangdan dikenal dengan nama Lapas
Mlaten, yang kala itu masih menganut sistem kepenjaraan. Kemudian
pada tanggal 14 Mei 1991 Penjara ini mengalami pemindahan ke Jalan
Raya Semarang Boja Km.4 Kelurahan Wates dan diresmikan secara
langsung oleh Bapak Ismael Saleh pada tanggal 13 Maret 1993.
Pemindahan Lapas tersebut dilaksanakan karena bangunan lama Lapas
Mlaten dianggap tidak lagi memadai denganpertimbangan lahan penjara
yang sempit serta di jalan tersebut yang kurang strategis terutama untuk
situasi kondisi keamaan dan ketertiban di daerah tersebut. Maka pada
tahun 1991 dipindahkan ke lahan yang cukup luas dan strategis.
Dalam upaya peningkatan kinerja pemasyarakatan dan pelayanan
publik, Lapas Kelas I Semarang ditunjuk sebagai Lapas Besar
Percontohan di Pulau Jawa dalam mengimplementasikan sistem
pemasyarakatan dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SMR
(Standart Minimum Rule of Prisoner) dan terpenuhinya hak-hak
narapidana melalui implementasi standart minimum perlakuan tahanan
dan berjalannya partisipasi publik yang efektif.
Penulis memilih Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
sebagai Lokasi pengamatan atau penelitian karena penulis ingin
mencari kebenaran di Lapas tersebut yang menurut penuturan beberapa
petugas disana Lapas Kedung pane ini punya ciri khas tersendiri dengan
kehidupan warga binaan lapas yang terkesan harmonis dan tentram
walaupun dengan kondisi penghuni yang over crowded.
a) Demografi
1. Nama UPT : Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang.
2. Tahun berdiri : 1993
3. Kapasitas hunian : 174 orang
4. Alamat lengkap : Jalan Raya Semarang Boja Km.4
Kelurahan Wates, Kecamatan
Ngaliyan, Kota Semarang.
5. Kode pos : 50188
6. Telepon/Faksimili : 024-7628283

b) Struktur Bangunan
1. Luas Tanah : 45.636 m2
2. Luas bangunan : 13.073 m2
3. Status Tanah : Hak Pakai berdasarkan SK Kepala Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Jawa
Tengah No: SK
DA.II/HP/350/1/5975/1989 tanggal 19-
03-1991.
4. Jumlah Blok : A. Blok hunian ada 12 (dua belas) terdiri
atas:
1. 11 (sebelas) blok untuk hunian
2. 1 (satu) blok terdiri dari :
a) Straf sell terdiri dari : 10
(sepuluh) sel
b) 1 (satu) kamar untuk
Mapenaling
B. Unit Pelayanan :
1. Musholla
2. Gereja
3. Perpustakaan
4. Ruang konseling
5. Poliklinik
6. Ruang besukan

C. Unit Perkantoran
D. Balai Pertemuan (BP)

c) Struktur Organisasi dan Tata Kerja


Adapun Tata Kerja Stuktur Lapas Kelas 1 Semarang sebagai
berikut :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Lapas Kelas I Semarang

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Lapas kelas 1 Semarang ,18 Februari 2020
1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Dalam pelaksanaan tugas kepala lembaga pemasyarakatan
mempunyai tugas dan tanggung jawab anatara lain :
a) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas tahun lalu dan
menyusun rencana kerja
b) Mengkoordinir pembinaan narapidana
c) Mengkoordinir bimker, social/kerohanian narapidana
d) Mengkoordinir penyiapan sarana dan pengelolaan hasil
karya
e) Mengkoordinir pemeliharaan keamanan dan ketertiban
Lapas
f) Mengkoordinir pemeliharaan keamanan dan ketertiban
Lapas
g) Mengkoordinir urusan tata usaha Lapas
h) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait
i) Memberikan penilaian hasil kerja bawahan
j) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas
2. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan tugas penatausahaan keuangan,
kepegawaian, surat menyurat, perlengkapan/inventaris kantor, dan
rumah tangga di Lembaga Pemasyarakatan. Bagian Tata Usaha,
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 sub bagian yaitu :
a) Sub Bagian Umum
Bertugas melaksanakan urusan tata persuratan,
perlengkapan/inventaris kantor dan kerumahtanggaan
Lembaga Pemasyarakatan untuk memberikan pelayanan
administratif dan fasilitatif.
b) Sub Bagian Keuangan
Bertugas melaksanakan administrasi pelaksanaan anggaran,
perbendaharaan, pembayaran gaji pegawai, penatausahaan
keuangan dan laporan keuangan dalam rangka pelayanan
administratif dan fasilitatif Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Semarang.
c) Sub Bagian Kepegawaian
Bertugas melaksanakan pengajuan usulan formasi pegawai,
KARPEG, KARIS, KARSU, ASKES, TASPEN,
menyiapkan Daftar urut kepangkatan, bezzeting, bahan
pengajuan usulan mutasi, promosi jabatan, kenaikan
pangkat, kenaikan gaji berkala, usulan penghargaan,
hukuman disiplin, pensiun dan pelantikan/pengambilan
sumpah pegawai/pejabat sesuai dengan Ketentuan dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku agar tercapai
tertib Administrasi Kepegawaian.
3. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan ( KPLP )
Bertugas Mengkoordinir dan mengawasi penjagaan dan
pengawasan terhadap narapidana serta pemeliharaan kebersihan,
keamanan dan ketertiban Lembaga Pemasyarakatan sebagai berikut
:
a) Mengkoordinir pengawalan penerimaan
b) penempatan dan pengeluaran narapidana;
c) Melaksanakan tindakan pengamanan dan pemeriksaan
terhadap pelanggaran keamanan dan ketertiban di
lingkungan LAPAS
d) Mengkoordinir pembuatan laporan harian dan berita acara
pelaksanaan pengamanan;
Bidang ini dipimpin oleh seorang Kepala yang mengkoordinasi 4
regu petugas pengamanan dan 4 regu petugas P2U didalam
melaksanakan penjagaan / pengamanan Lapas.
Kekuatan Regu Pengamanan meliputi:
 1 (satu) Regu Pengamanan berjumlah
 14 anggota 1 (satu) Regu P2U berjumlah 2 Anggota
Jumlah Pos Pengamanan :
 7 (tujuh) unit pos atas
 4 (empat) unit pos blok dengan jumlah blok 12 unit.
 1(satu) unit Straf Sel
 Pintu Utama (Portir)
 Pintu III dan IV (PosKo)
4. Bidang Pembinaan
Bidang Pembinaan Narapidana bertugas melakukan registrasi,
membuat statistik dan dokumentasi, sidik jari narapidana,
memberikan bimbingan pemasyarakatan, melayani kesehatan dan
memberikan perawatan bagi narapidana. Bidang Pembinaan
dibantu oleh tiga seksi yaitu :
a) Seksi Registrasi
Bertugas melakukan pendaftaran, pengambilan sidik jari,
pemberian nomor register bagi narapidana baru, mencatat
dan menyimpan barang-barang milik narapidana/anak
didik, mencatat pentahapan pelaksanaan hukuman
narapidana dan pengusulan pemberian pemotongan
hukuman (remisi) serta melakukan proses administrasi
pemindahan narapidana dan pemulangan narapidana yang
bebas.
b) Seksi Bimbingan Kemasyarakatan
Bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan mental
spiritual (rohani keagamaan), memberikan bimbingan dan
penyuluhan hukum serta masalah-masalah sosial,
memberikan bimbingan dan pengembangan intelektual dan
pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara,
memberikan pembinaan jasmani/olah raga dan kesenian,
memberikan pelayanan hak bersyarat (asimilasi, cuti
bersyarat/CB, cuti menjelang bebas/CMB, cuti
mengunjungi keluarga/CMK, dan pembebasan
bersyarat/PB) bagi narapidana.
Untuk Seksi Bimbingan Kemasyarakatan memiliki
beberapa bimbingan dalam Lapas kelas 1 semarang yakni ,
Pembinaan Kepribadian meliputi:
 Upacara Kesadaran Nasional
 LKBB (Latihan Keterampilan Baris Berbaris)
 Pembinaan kerohanian
 Kejar paket A, B, C
 Kesenian melalui gamelan, ketoprak, seni tari
(karawitan)
 Kesenian Rebana/ marawis
 Kesenian Lukis
 Kesenian Musik (Band dan dangdut)
 Membaca buku (perpustakaan keliling)
 Mendengarkan radio
 Mendapatkan media sosial yang tidak dilarang
 Olah Raga Volly, futsal,catur, tenis meja, tenis
lapangan, bulu tangkis
 Sosialisasi hak-hak Warga Binaan serta tata tertib
penghuni Lapas
 Kursus Komputer/ bahasa Inggris/ perpustakaan
c) Seksi Keperawatan
Bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan bagi
narapidana baru dan pelayanan kesehatan bagi narapidana
sebagai berikut :
 Melakukan pemeriksaan badan, lingkungan,
pengobatan secara berkala kepada narapida;
 Melakukan rujukan bagi narapidana yang sakit dan
harus dirawat di RS luar LAPAS;
 Melakukan penyiapan dan pemberian makan,
minum, dan pakaian serta perlengkapan bagi
narapidana/anak didik;
 Mengatur jadwal petugas penyiapan dan pemberian
makan dan minum, dan
 pengawasan narapidana yang bertugas dalam proses
penyiapan dan pemberian makan dan minum;
melakukan pemakaman bagi narapidana yang
meninggal dunia
Makanan narapidana mendapat perhatian yang diutamakan
melalui pengolahan, penyajian penyantapan makanan.
Menu makanan disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No: M.HH-01.PK.07.2
Tahun 2009 tentang Daftar Kebutuhan Makanan Per orang
per hari dalam siklus 10(sepuluh) hari.
Pelayanan Kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Semarang meliputi : Poli Umum, Poli Gigi, Poli Psikologi,
Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual), Klinik VCT
(Voluntary Counselling and Testing) HIV/AIDS, dan Panti
Rehabilitasi Narkoba.
5. Bidang Kegiatan Kerja
Bertugas melaksanakan penyiapan dan pemeliharaan prasarana dan
sarana kerja; Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana
dan memilih narapidana/anak didik yang terampil; Melakukan
usulan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka praktek kerja;
Melaksanakan pengelolaan hasil kerja; Bidang ini dibantu 3 seksi
yaitu:
a) Seksi Sarana dan Prasarana
Melakukan penyiapan prasarana dan sarana kerja;
Melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana kerja;
Melakukan inventarisasi sarana kerja;
b) Seksi Bimbingan Kerja
Melakukan seleksi terhadap narapidana yang akan
mengikuti bimbingan kerja berdasarkan minat dan bakat;
Melakukan persiapan dan pelaksanaan pelatihan bimbingan
kerja bagi narapidana; Melakukan bimbingan dan motivasi
kerja, serta penilaian hasil kerja bagi narapidana pekerja;
Melakukan
pembagian tugas/kerja berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh narapidana pekerja sebagai bentuk pelatihan
praktek;
Dalam seksi bimbingan kerja ada beberapa kegiatan
kemandirian di Lapas kelas 1 semarang ada beberapa
progam pembinaan kemandirian antara lain kegiatan kerja
produktif dan kegiatan bersih lingkungan.
Kerja produktif meliputi :
 Pertanian
 Bengkel Perkayuan
 Kerajinan Kerupuk
 Kerajinan Tempe
 Pembuatan Cuttonbud
 Pembuatan Sol Sepatu
 Pembuatan Kursi Rotan
 Pembuatan Keset
 Pembuatan Kain Batik
 Kerajinan Kaligrafi
 Jasa Cuci dan Setrika (Laundry)
 Jasa Potong Rambut
 Jasa Las Listrik
 Penjahitan, Sablon dan Bordir
 Kerajinan Tangan (Handycraft)
 Pertanian dan Perkebunan
 Produksi Es Batu
 Budidaya Perikanan
 Pembuatan Kasur, Bantal dan Guling Dakron

Kegiatan bersih lingkungan antara lain :


 Warga binaan pemasyarakatan wajib menjaga
Kebersihan kamar dan blok hunian
 Warga binaan pemasyarakatan wajib merawat dan
memelihara pertamanan blok dan lingkungan
kantor
 Seluruh elemen baik dari petugas, warga binaan
pemasyarakatan selalu mejaga Kebersihan dalam
kantor
 Kebersihan lingkungan halaman luar kantor
c) Seksi Pengolahan Hasil kerja
Bertugas Melakukan pengelolaan hasil kerja narapidana;
Melakukan inventarisasi hasil kerja narapidana; Membuat
konsep usulan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka
praktek kerja;
6. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Terdib
Adapun dalam pelaksanaanya bidang administrasi keamanan dan
tata terdib memiliki beberapa tugas yakni sebagai berikut :
 Bertugas menyusun jadwal tugas, penggunaan
perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, serta
membuat usulan insentif petugas jaga malam;
 Memberikan petunjuk kepada petugas pengamanan tentang
tatacara menggunakan peralatan pengamanan jam kontrol
secara tepat, mengecek hasil jam kontrol, serta
mengkoordinir pemeliharaan perlengkapan/peralatan dan
sarana pengamanan;
 Menyusun konsep pembentukan tim penggeledahan terpadu
dan menginventarisir barang hasil penggeledahan, serta
pengawasan dan pengurusan izin pemakaian senjata api;
 Melakukan administrasi pemeriksaan terhadap narapidana
yang melakukan pelanggaran hukum dan tata tertib
LAPAS;
 Mengkoordinir pengaduan dari masyarakat lewat layanan
SMS dan kotak saran;
Dalam pelaksanaan tugas di atas bidang administrasi keamanan
dan tata terdib di bantu dengan dua seksi yakni :
a) Seksi Keamanan
Tugas dari seksi keamanan dalam pelaksanaanya antara lain:
 Menyusun konsep jadwal tugas pengamanan
narapidana;
 Membuat surat permohonan penggunaan
perlengkapan pengamanan;
 Membuat konsep surat permohonan ijin dan
perpanjangn ijin pemakaian senjata api;
 Memelihara perlengkapan/peralatan dan sarana
pengamanan;
 Mencatat administrasi pelanggaran narapidana/anak
didik;
 Mencatat administrasi pelaksanaan pengawalan
bagi narapidana yang keluar LAPAS dengan alasan
tertentu;
Dengan dibantu dukungan sarana peralatan dan
perlengkapan keamanan :
 Senjata Laras Panjang dan Senjata Laras Pendek
 Borgol Tangan, Rencong, dan Gembok
 Tongkat Kejut Dan Hand Metal Detector
 10 unit Perangkat Anti Huru-Hara dan15 unit
Rompi Anti Senjata Tajam
 CCTV dan Control Clock
b) Seksi Pelaporan Tata Terdib
Tugas dari seksi Pelaporan Tata Terdib dalam
pelaksanaanya antara lain :
 Bertugas Menerima laporan harian dan berita acara
dari satuan pengamanan yang bertugas, dan
membuat laporan berkala pengamanan;
 Mencatat kehadiran petugas pengamanan;
 Menerima dan melaporkan pengaduan dari
narapidana;
 Membuat laporan bulanan persediaan senjata api
dan alat keamanan lainnya;
 Membuat konsep usulan insentif petugas jaga
malam;

Lapas mempunyai tugas melaksanakan pemasyarakatan


narapidana/anak didik. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut
Lapas mempunyai tugas pokok antara lain :
1) Melaksanakan Pemasyarakatan narapidana/anak didik, sejak
ditahan pada Rutan/Lapas hingga dilalui empat tahapan dari
proses pemasyarakatan yaitu tahap pembinaan awal
(mapenaling), tahap pembinaan lanjutan, tahap asimilasi, dan
tahap reintegrasisosial.
2) Memberikan pembimbingan kepribadian melalui
pembimbingan mental rohani, pembentukan sikap mental yang
sesuai dengan norma- norma sosial maupun dalam kedudukan
hukum.
3) Memberikan pembimbingan kemandirian melalui pembinaan
keterampilan diberbagai kegiatan kerja.
4) Mengikutsertakan secara penuh berbagi unsur masyarakat
dalam program pembinaan WBP, karena Lapas Kelas I
Semarang menyadari segala keterbatasan yang dimiliki,
sehingga dipandang perlu untuk menjalin kerjasama dengan
instansi, LSM dan organisasi masyarakat yang berkaitan
dengan pembinaan narapidana.
Selain itu dalam melaksanakan tugasnya tersebut Lapas
juga mempunyai fungsi di antaranya :
a) Melakukan pembinaan narapidana/anak didik.
b) Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan megelola
hasil kerja.
c) Melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana/anakdidik.
d) Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lapas Kelas
I Semarang.
e) Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Tugas dan fungsi Lapas harus dapat dibagi habis
tugasnya kepada semua pejabat strukturalnya serta pegawai
lainnya dengan uraian tugasnya masing-masing berdasarkan
struktur organisasi Lapas. Oleh karena itu, kepala lapas selaku
pimpinan tertinggi pada UPT Lapas yang bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan pembinaan narapidana, anak didik
pemasyarakatan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seluruh
pejabat yang ada dengan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

2. Data Substantif Pegawai dan Penghuni


a) Data Pegawai
Seorang Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang di
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dibantu oleh para
pegawai dan staf bawahannya yang seluruhnya berjumlah 133 Orang.
Dengan Jumlah Pegawai Pria 113 orang dan Wanita 20 orang, dibawah
adalah tabel pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
menurut pangkat dan/golongan dan pendidikannya, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan di


Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang

Pendidikan Jenis Kelamin

SD SMP SMA/SMK D3 S1 S2 L P

- - 77 0 39 11 113 20

Jumlah 133

Sumber :Sub Bagian Kepegawaian Lapas Kelas I Semarang 18 Februari 2020


Tabel 4.2 Data Pegawai Berdasarkan Golongan
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Semarang

GOLONGAN/RUANG JUMLAH
II/a 36
II/b 2
II/c 4
II/d 6
III/a 10
III/b 35
III/c 11
III/d 21
IV/a 4
IV/b 2
IV/c 2
JUMLAH 133
Sumber :Sub Bagian Kepegawaian Lapas Kelas I Semarang 18 Februari 2020

Berdasarkan tabel 4.1 dan table 4.2 diatas dapat diklasifikasikan


bahwa keadaan pegawai Lapas Kelas I Semarang sudah memiliki latar
belakang pendidikan yang baik. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa
latar belakang pendidikan yang terdiri dari Pendidikan SLTA 77 orang,
S1 sejumlah 39 orang, dan S2 sejumlah 11 orang. Hal ini diharapkan
membawa Lapas Kelas I Semarang ke arah yang lebih baik kedepanya.
b) Data Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang mempunyai kapasitas
hunian untuk 663 orang, namun pada saat penulis melakukan
pengamatan pada bulan Februari 2020 berjumlah 1924 orang penghuni.
1. Warga Binaan Pemasyarakatan memiliki beberapa klasifikasi, yang
antara lain :
a. B.I ( Narapidana dengan Lama Vonis hakim diatas 1 Tahun )
b. B.I ( Narapidana dengan Lama Vonis hakim dari 3 bulan sampai
dengan 1 Tahun )
c. B.IIb ( Narapidana dengan Lama Vonis hakim sampai dengan 3
Bulan )
d. B.III ( Narapidana yang menjalani pidana kurungan )
e. Seumur Hidup
f. Hukuman Mati

a) PROGRAM PEMBINAAN
Jenis Program Pembinaan, antara lain :
1) Pembinaan Kepribadian, meliputi pelaksanaan ibadah menurut
agama yang dipeluknya, mendapatkan pendidikan dan
pengajaran, rekreasi dan kunjungan keluarga.
2) Pembinaan Kemandirian, meliputi kegiatan yang memberikan
bekal keterampilan yang bermanfaat nantinya dalam kehidupan
bermasyarakat.
3) Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti
Menjelang Bebas (CMB) dan Cuti Bersyarat (CB).
4) Kegiatan Rehabilitasi
b) Kerjasama dengan instansi terkait :
1) Kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam Program
Rehabilitasi WBP.
2) Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam
Program Pelayanan Kesehatan WBP.
3) Kerja sama dengan Kementerian Agama dalam Program
Pembinaan kerohanian.
4) Kerja sama dengan Yayasan Pendidikan Muslim Indonesia dalam
Kegiatan Asimilasi.
Adapun data penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang
penulis dapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Jumlah Narapidana Berdasarkan Tindak Pidana
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang

Jenis Kelamin
No. Tindak Pidana Jumlah
L P

1. Teroris 4 - 4

2. Narkoba 1152 - 1152

3. Korupsi 143 - 143

4. Pencucian Uang 3 - 3

5. Perdagangan Orang 3 - 3

6. Pidana Umum 616 - 616

7. Pidana Mati 9 - 9

8. Pidana SH 18 - 18

9. WNA 37 - 37

Jumlah 1924 - 1924


Sumber : Registrasi Lapas Kelas I Semarang 19 Februari 2020

Dari tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa data pada tanggal 19
Februari 2020 jumlah penghuni di Lapas Kelas I Semarang berjumlah 1924
orang. Narapidana di Lapas berjumlah 1368 orang. Sedangkan tahanan
berjumlah 556 orang. Terdiri dari Narapidana teroris 4 orang, narapidana
narkoba 1152 orang, narapidana korupsi 143 orang, narapidana kasus
pencucian uang 3 orang, narapidana kasus perdagangan orang 3 orang,
narapidana umum 616 orang, narapidana mati 9 orang, narapidana seumur
hidup 18 orang, dan narapidana WNA sebanyak 37 orang dari berbagai
negara.
Lembaga Pemasyaraktan Kelas I Semarang yang dihuni 1924 orang
tersebut memiliki 133 orang petugas pemasyarakatan, dimana pengawasan
dilakukan oleh petugas keamanan sejumlah 14 orang dan 2 Petugas Pintu
Utama (P2U) setiap regu dengan regu terdiri dari 4 regu.

B. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Warga Binaan
Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
yang dapat dikategorikan dalam beberapa karakteristik responden antara lain
usia, agama, suku, pendidikan, tindak pidana, dan lama pidana.
Uraian dibawah ini merupakan penjelasan demografis mengenai
karakteristik WBP Lansia yang berupakan responden penelitian ini.

1. Usia

Tabel 4.4 Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

60 12 34,3 34,3 34,3


61 5 14,3 14,3 48,6

62 1 2,9 2,9 51,4

63 4 11,4 11,4 62,9

64 2 5,7 5,7 68,6


65 5 14,3 14,3 82,9
Valid
66 1 2,9 2,9 85,7
68 2 5,7 5,7 91,4

70 1 2,9 2,9 94,3

73 1 2,9 2,9 97,1

76 1 2,9 2,9 100,0


Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS tersebut dapat ditarik kesimpulan


bahwa usia responden yang paling dominan berumur 60 Tahun yaitu
12 orang atau sebanyak 34,3%, yang berusia 61 Tahun berjumlah 5
orang, usia 62 tahun berjumlah 1 orang, usia 63 Tahun berjumlah 4
orang, usia
65 Tahun berjumlah 5 Orang, usia 66 Tahun berjumlah 1 orang, usia 68
Tahun berjumlah 2 orang, usia 70 berjumlah 1 orang, usia 73 tahun
berjumlah 1 orang, sedangkan usia 76 tahun berjumlah 1 orang. Dari
data tersebut menyatakan bahwa seluruh responden merupakan WBP
yang sudah memasuki usia lanjut.
2. Agama

Tabel 4.5 Agama Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ISLAM 24 68,6 68,6 68,6


KRISTEN 2 5,7 5,7 74,3

Valid KATOLIK 6 17,1 17,1 91,4

BUDDHA 3 8,6 8,6 100,0


Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS tersebut dapat disimpulkan


bahwa mayoritas responden beragama Islam dengan jumlah 24 orang
atau 68,6%, sedangkan yang beragama kristen berjumlah 2 orang,
katolik berjumlah 6 orang, sedangkan yang beragama budha
berjumlah 3 orang.

3. Suku

Tabel 4.6 Suku Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BATAK 1 2,9 2,9 2,9


JAWA 28 80,0 80,0 82,9
Valid
MELAYU 6 17,1 17,1 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS tersebut dapat dilihat suku


responden yang paling banyak adalah jawa yaitu berjumlah 28 orang,
sedangkan batak berjumlah 1 orang dan melayu berjumlah 6 orang.
4. Pendidikan

Tabel 4.7 Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SMP 1 2,9 2,9 2,9


SMA 14 40,0 40,0 42,9
Valid
S1 20 57,1 57,1 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS tersebut menunjukkan bahwa


pendidikan terakhir yang terbanyak yaitu S1 dengan jumlah 20 orang,
sedangkan SMP berjumlah 1 orang, dan SMA berjumlah 14 Orang.

5. Tindak pidana

Tabel 4.8 Tindak Pidana

Jenis Tindak Pidana Jumlah

Narkotika 8
Perbankan 1
Perlindungan Anak 6
Pembunuhan 1
Valid Korupsi 14
1
Penadahan
1
Kepabeanan
1
Perjudian
2
Penipuan
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan data SDP Ditjenpas menunjukkan bahwa tindak


pidana Narkotika berjumlah 8 orang, perbankan 1 orang, perlindungan
anak 6 orang, pembunuhan 1 orang, penadahan 1 orang, kepabeanan 1
orang, perjudian 1 orang, penipuan 2 orang, dan yang paling banyak
adalah korupsi yaitu 14 orang.
6. Lama pidana

Tabel 4.9 Lama Pidana Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

< 1TAHUN 5 14,3 14,3 14,3


1TH-3TH 6 17,1 17,1 31,4
3TH-7TH 17 48,6 48,6 80,0
Valid
7TH-10TH 2 5,7 5,7 85,7
> 10TAHUN 5 14,3 14,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS tersebut menunjukkan bahwa


lama pidana yang paling banyak adalah 3 – 7 tahun dengan jumlah 17
orang, sedangkan kurang dari 1 tahun berjumlah 5 orang, 1-3 tahun
berjumlah 6 orang, 7-10 tahun berjumlah 2 orang, dan diatas 10 tahun
berjumlah 5 orang.

C. Analisis Univariat
Hasil perolehan data primer dari penyebaran kuesioner yang diberikan
kepada WBP lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sebanyak
35 responden, maka diperoleh data sebagai berikut :
1. Deskripsi Dimensi Tangible
Deskripsi dimensi tangible pada kualitas pelayanan kesehatan WBP Lansia
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10 Saya mendapatkan fasilitas yang memadai di poliklinik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 12 34,3 34,3 34,3


S 12 34,3 34,3 68,6
Valid
SS 11 31,4 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 11 orang (31,4%) memilih sangat setuju, 12 orang (34,4%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 12 orang (34,4%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan fasilitas yang memadai di
poliklinik. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas yang ada di poliklinik
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang dapat dikatakan baik.

Tabel 4.11 Saya mendapatkan ruang tunggu yang nyaman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 5 14,3 14,3 14,3


S 23 65,7 65,7 80,0
Valid
SS 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,
sebanyak 7 orang (20,0%) memilih sangat setuju, 23 orang (65,7%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 5 orang (14,3%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan ruang tunggu yang nyaman.
Hal ini menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang
memiliki ruang tunggu di poliklinik yang nyaman.
Tabel 4.12 Saya mendapatkan penyuluhan dari petugas medis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 10 28,6 28,6 28,6


S 22 62,9 62,9 91,4
Valid
SS 3 8,6 8,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 3 orang (8,6%) memilih sangat setuju, 22 orang (62,9%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (28,6%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan penyuluhan dari petugas
medis. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis sudah memberikan
penyuluhan terkait kesehatan WBP lansia di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang.

Tabel 4.13 Ruangan poliklinik tertata rapi dan bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 5 14,3 14,3 14,3
S 17 48,6 48,6 62,9
Valid
SS 13 37,1 37,1 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 13 orang (37,1,4%) memilih sangat setuju, 17 orang (48,6%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 5 orang (14,3%) memilih netral
terhadap pernyataan ruangan poliklinik yang tertata rapih dan bersih. Hal
ini menunjukkan bahwa poliklinik yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang tertata rapih.
Tabel 4.14 Saya menempati ruang perawatan yang bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 2 5,7 5,7 5,7


S 19 54,3 54,3 60,0
Valid
SS 14 40,0 40,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 14 orang (40,0%) memilih sangat setuju, 19 orang (54,3%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 2 orang (5,7%) memilih netral
terhadap pernyataan responden yang menempati ruang perawatan yang
bersih. Hal ini menunjukkan bahwa ruang perawatan bagi WBP di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang dikatakan higienis.

Tabel 4.15 Petugas medis berpakaian dengan rapi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 5 14,3 14,3 14,3


S 19 54,3 54,3 68,6
Valid
SS 11 31,4 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 11 orang (31,4%) memilih sangat setuju, 19 orang (54,3%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 5 orang (14,3%) memilih netral
terhadap pernyataan petugas medis berpakian rapih. Hal ini menunjukkan
bahwa petugas medis di poliklinik Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang sudah melaksanakan salah satu dimensi pelayanan yang
berwujud.
Tabel 4.16 Tersedia kursi roda yang diperuntukan bagi
narapidana lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 10 28,6 28,6 28,6


S 14 40,0 40,0 68,6
Valid
SS 11 31,4 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 11 orang (31,4%) memilih sangat setuju, 14 orang (40,0%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (28,6%) memilih netral
terhadap pernyataan tersedia kursi roda yang diperuntukan bagi
narapidana lansia. Hal ini menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang menyediakan kursi roda khusus narapidana lansia yang
membutuhkannya.
Tabel 4.17 Analisis Butir Dimensi Tangible

Nama Variabel Total Presentase Keterangan


Skor
Saya mendapatkan fasilitas yang 139 79,4% Baik
memadai di poliklinik
Saya mendapatkan ruang tunggu yang 142 81,1% Sangat Baik
nyaman
Saya mendapatkan penyuluhan dari 133 76% Baik
petugas medis
Ruangan poliklinik tertata rapi dan 148 84,5% Sangat Baik
bersih
Saya menempati ruang perawatan yang 152 86,8% Sangat Baik
bersih
Petugas medis berpakaian dengan rapi 146 83,4% Sangat Baik
Tersedia kursi roda yang diperuntukan 141 80,5% Sangat Baik
bagi narapidana lansia
Sumber : Data Primer SPSS

Data tabel analisis total skor setiap butir indikator kualitas


pelayanan melalui dimensi tangible didapatkan jawaban dari setiap
responden kemudian dikonfersikan kedalam presentase yang selanjutnya
dikategorikan sesuai dengan skala likert. Hasil menunjukkan bahwa
sebagian besar butir tersebut termasuk dalam kategroi sangat baik,
bahkan pada butir responden menempati ruang perawatan yang bersih
mendapatkan nilai terbesar yaitu 86,8%. Dengan hasil tersebut dapat
diasumsikan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sudah
memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik, dibuktikan dengan
bukti fisik ruang poliklinik yang bersih dan rapi dan juga tersedia
fasilitas yang lengkap guna menunjang kegiatan pelayanan kesehatan
bagi WBP Lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
2. Deskripsi Dimensi Responsiveness

Tabel 4.18 Petugas medis memiliki inisatif menanyakan keluhan


pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
STS 7 20,0 20,0 20,0
TS 22 62,9 62,9 82,9
Valid
N 6 17,1 17,1 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 7 orang (20,0%) memilih sangat tidak setuju, 22 orang (62,9%)
menjawab tidak setuju, dan sisanya sebanyak 7 orang (20,0%) memilih
netral terhadap pernyataan petugas medis memiliki inisiatif menanyakan
keluhan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang masih kurang memiliki inisiatif untuk
menanyakan keluhan pasien.

Tabel 4.19 Saya mendapatkan bantuan dari petugas ketika tidak


mampu beraktifitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

STS 10 28,6 28,6 28,6


TS 21 60,0 60,0 88,6
Valid
N 4 11,4 11,4 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 10 orang (28,6%) memilih sangat tidak setuju, 21 orang
(60,0%) menjawab tidak setuju, dan sisanya sebanyak 4 orang (11,4%)
memilih netral terhadap pernyataan responden mendapatkan bantuan dari
petugas medis. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang masih kurang responsif untuk
membantu pasien dalam beraktivitas.
Tabel 4.20 Petugas medis siap/tanggap dalam merespon keluhan
narapidana lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

STS 8 22,9 22,9 22,9


TS 19 54,3 54,3 77,1
Valid
N 8 22,9 22,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 8 orang (22,9%) memilih sangat tidak setuju, 19 orang (54,3%)
menjawab tidak setuju, dan sisanya sebanyak 8 orang (22,9%) memilih
netral terhadap pernyataan petugas medis siap/tanggap dalam merespon
keluhan narapidana lansia. Hal ini menunjukkan bahwa kurang
tanggapnya petugas medis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang untuk merespon keluhan narapidana lansia.

Tabel 4.21 Petugas merespon WBP yang ingin mendapatkan


pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

STS 13 37,1 37,1 37,1


TS 15 42,9 42,9 80,0
Valid
N 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 13 orang (37,1%) memilih sangat tidak setuju, 15 orang
(42,9%) menjawab tidak setuju, dan sisanya sebanyak 7 orang (20,0%)
memilih netral terhadap pernyataan petugas merespon WBP yang ingin
mendapatkan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya respon
petugas dalam merespon WBP yang ingin mendapatkan pelayanan.
Tabel 4.22 Analisis Butir Dimensi Responsiveness

Nama Variabel Total Presentase Keterangan


Skor
Petugas medis memiliki insiatif 69 39,4% Buruk
menanyakan keluhan pasien
Saya mendapatkan bantuan dari 64 36,5% Buruk
petugas ketika tidak mampu
beraktifitas
Petugas medis siap dan tanggap dalam 74 42,2% Cukup
merespon keluhan narapidana lansia
Petugas merespon WBP yang ingin 64 36,5% Buruk
mendapatkan pelayanan
Sumber : Data Primer SPSS

Data tabel analisis total skor setiap butir indikator kualitas


pelayanan melalui dimensi responsiveness (ketanggapan) didapatkan
jawaban dari setiap responden kemudian dikonfersikan kedalam
presentase yang selanjutnya dikategorikan sesuai dengan skala likert.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar butir tersebut termasuk dalam
kategroi buruk, hanya ada satu butir yang masuk dalam kategori cukup
yaitu ketanggapan petugas medis dalam merespon keluhan WBP Lansia,
sedangkan tiga butir lainnya masuk dalam kategori buruk. Dengan hasil
tersebut dapat diasumsikan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang masih kurang responsif dalam merespon keluhan WBP Lansia
dan responden merasa petugas kurang membantu ketika WBP tidak
mampu beraktifitas dengan normal.
3. Deskripsi Dimensi Reliability

Tabel 4.23 Saya mendapatkan penanganan oleh tenaga medis yang


ahli di bidangnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 6 17,1 17,1 17,1
S 19 54,3 54,3 71,4
Valid
SS 10 28,6 28,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 10 orang (28,6%) memilih sangat setuju, 19 orang (54,3%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 6 orang (17,1%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan penanganan oleh tenaga
medis yang ahli di bidangnya. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan
terhadap narapidana lansia dilakukan oleh petugas yang sudah
berkompeten di bidangnya.

Tabel 4.24 Penanganan yang diberikan kepada lansia tepat waktu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 9 25,7 25,7 25,7
S 24 68,6 68,6 94,3
Valid
SS 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 2 orang (5,7%) memilih sangat setuju, 24 orang (68,6%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 9 orang (25,7%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan penanganan yang tepat
waktu. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan petugas medis terhadap
pasien di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sudah tepat waktu.
Tabel 4.25 Petugas medis memberikan informasi sebelum
mengambil tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 2 5,7 5,7 5,7


S 19 54,3 54,3 60,0
Valid
SS 14 40,0 40,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 14 orang (40,0%) memilih sangat setuju, 19 orang (54,3%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 2 orang (5,7%) memilih netral
terhadap pernyataan bahwa petugas medis memberikan informasi
sebelum mengambil tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang memiliki memiliki
kemampuan dalam mengambil tindakan.

Tabel 4.26 Petugas memberikan penanganan secara akurat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 7 20,0 20,0 20,0
S 25 71,4 71,4 91,4
Valid
SS 3 8,6 8,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 3 orang (8,6%) memilih sangat setuju, 25 orang (71,4%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 7 orang (20,0%) memilih netral
terhadap pernyataan petugas memberikan penanganan secara akurat
terhadap pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga medis yang
ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sangat berkompeten
di bidangnya.
Tabel 4.27 Saya mendapatkan informasi yang jelas terkait jenis
penyakit, cara perawatan dan cara minum obat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 10 28,6 28,6 28,6


S 18 51,4 51,4 80,0
Valid
SS 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 7 orang (20,0%) memilih sangat setuju, 18 orang (51,4%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (28,6%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan informasi yang jelas terkait
jenis penyakit, cara perawatan dan cara minum obat. Hal ini
menunjukkan tenaga medis memiliki keterbukaan informasi yang jelas
terkait jenis penyakit wbp dan cara perawatannya.

Tabel 4.28 Analisis Butir Dimensi Reliability

Nama Variabel Total Presentase Keterangan


Skor
Saya mendapatkan penanganan oleh 144 82,2% Sangat Baik
tenaga medis yang ahli di bidangnya
Penanganan yang diberikan kepada 133 76% Baik
lansia tepat waktu
Petugas medis memberikan informasi 152 86,8% Sangat Baik
sebelum mengambil tindakan
Petugas memberikan penanganan 136 77,7% Baik
secara akurat
Saya mendapatkan informasi yang jelas 137 78,2% Baik
terkait jenis penyakit, cara perawatan
dan cara minum obat
Sumber : Data Primer SPSS
Data tabel analisis total skor setiap butir indikator kualitas
pelayanan melalui dimensi reliability didapatkan jawaban dari setiap
responden kemudian dikonfersikan kedalam presentase yang selanjutnya
dikategorikan sesuai dengan skala likert. Hasil menunjukkan bahwa
sebagian besar butir tersebut termasuk dalam kategori baik. Dengan hasil
tersebut dapat diasumsikan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang sudah memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik,
dibuktikan dengan keandalan petugas medis dalam menangani para
pasiennya dan juga keakuratan dalam mengambil tindakan yang sesuai
dengan keluhan pasien WBP Lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang.

4. Deskripsi Dimensi Assurance

Tabel 4.29 Petugas mampu meyakinkan pasien atas tindakan yang


dilakukan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 11 31,4 31,4 31,4


S 22 62,9 62,9 94,3
Valid
SS 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 2 orang (5,7%) memilih sangat setuju, 22 orang (62,9%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 11 orang (31,4%) memilih netral
terhadap pernyataan petugas mampu meyakinkan pasien atas tindakan
yang dilakukan. Hal ini menunjukkan petugas mampu untuk meyakinkan
atas tindakan yang dilakukan terhadap pasien di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
Tabel 4.30 Perilaku petugas medis menimbulkan rasa aman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 4 11,4 11,4 11,4
S 22 62,9 62,9 74,3
Valid
SS 9 25,7 25,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 9 orang (25,7%) memilih sangat setuju, 22 orang (62,9%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 4 orang (11,4%) memilih netral
terhadap pernyataan bahwa perilaku petugas medis memberikan rasa
aman. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang memberikan perlakuan terhadap
pasien sehingga mereka merasa aman dalam menjalani perawatan.

Tabel 4.31 Petugas medis memberikan rasa nyaman saat


memberikan perawatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 9 25,7 25,7 25,7


Valid S 26 74,3 74,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 26 orang (74,3%) memilih setuju, dan sisanya sebanyak 9
orang (25,7%) memilih netral terhadap pernyataan petugas medis
memberikan rasa nyaman saat memberikan perawatan. Hal ini
menunjukkan bahwa petugas medis memberikan rasa nyaman kepada
pasien saat melakukan perawatan terhadap narapidana lansia.
Tabel 4.32 Terdapat petugas medis khusus yang menangani
narapidana lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 11 31,4 31,4 31,4


S 17 48,6 48,6 80,0
Valid
SS 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 7 orang (20,0%) memilih sangat setuju, 17 orang (48,6%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 11 orang (31,4%) memilih netral
terhadap pernyataan tersedianya petugas medis khusus yang menangani
wbp lansia. Hal ini menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas
I Semarang memberikan jaminan terhadap kesehatan WBP Lansia.

Tabel 4.33 Analisis Butir Dimensi Assurance

Nama Variabel Total Presentase Keterangan


Skor
Petugas mampu meyakinkan pasien 131 74,8% Baik
atas tindakan yang dilakukan
Perilaku petugas medis menimbulkan 145 82,8% Sangat Baik
rasa aman
Petugas medis memberikan rasa 131 74,8% Baik
nyaman saat memberikan perawatan
Terdapat petugas medis khusus yang 136 77,7% Baik
menangani narapidana lansia
Sumber : Data Primer SPSS

Data tabel analisis total skor setiap butir indikator kualitas


pelayanan melalui dimensi assurance (jaminan) didapatkan jawaban dari
setiap responden kemudian dikonfersikan kedalam presentase yang
selanjutnya dikategorikan sesuai dengan skala likert. Hasil menunjukkan
bahwa sebagian besar butir tersebut termasuk dalam kategori baik,
bahkan pada
butir perilaku petugas medis menimbulkan rasa aman mendapatkan nilai
terbesar yaitu 82,8%. Dengan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sudah memberikan kualitas
pelayanan kesehatan yang baik, dibuktikan dengan jaminan yang
diberikan oleh petugas kepada pasiennya sehingga dapat menimbulkan
rasa aman dan nyaman kepada pasien WBP Lansia di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.

5. Deskripsi Dimensi Empathy

Tabel 4.34 Saya mendapatkan perhatian dari petugas poliklinik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 10 28,6 28,6 28,6


S 22 62,9 62,9 91,4
Valid
SS 3 8,6 8,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 3 orang (8,6%) memilih sangat setuju, 22 orang (62,9%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (28,6%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan perhatian dari petugas
poliklinik. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis memberikan
perhatian lebih terhadap wbp lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang.
Tabel 4.35 Petugas memberikan perhatian secara personal
terhadap narapidana lanjut usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 11 31,4 31,4 31,4


S 23 65,7 65,7 97,1
Valid
SS 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 1 orang (2,9%) memilih sangat setuju, 23 orang (65,7%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 11 orang (31,4%) memilih netral
terhadap pernyataan petugas memberikan perhatian secara personal
terhadap narapidana lansia. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis
memberikan perhatian kepada seluruh narapidana lansia di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.

Tabel 4.36 Saya mendapatkan keramah tamahan dari petugas


dalam memberikan pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 10 28,6 28,6 28,6
S 18 51,4 51,4 80,0
Valid
SS 7 20,0 20,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 7 orang (20,0%) memilih sangat setuju, 18 orang (51,4%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (28,6%) memilih netral
terhadap pernyataan responden mendapatkan keramah tamahan dari
petugas medis. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis bersikap
ramah kepada wbp lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
Tabel 4.37 Petugas mengerti dan memahami apa yang dibutuhkan
oleh narapidana lanjut usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

N 7 20,0 20,0 20,0


S 23 65,7 65,7 85,7
Valid
SS 5 14,3 14,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,


sebanyak 5 orang (14,3%) memilih sangat setuju, 23 orang (65,7%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 7 orang (20,0%) memilih netral
terhadap pernyataan bahwa petugas memahami apa yang diperlukan wbp
lansia. Hal ini menunjukkan petugas medis memahami apa yang
diperlukan oleh wbp lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang.

Tabel 4.38 Petugas medis murah senyum dalam memberikan


penanganan dan perawatan terhadap lansia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
N 4 11,4 11,4 11,4
S 18 51,4 51,4 62,9
Valid
SS 13 37,1 37,1 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Primer SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 35 responden,
sebanyak 13 orang (37,1%) memilih sangat setuju, 18 orang (51,4%)
menjawab setuju, dan sisanya sebanyak 4 orang (11,4%) memilih netral
terhadap pernyataan petugas murah senyum dalam memberikan
pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa petugas medis di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang murah senyum dalam menjalankan
tugasnya.
Tabel 4.39 Analisis Butir Dimensi Empathy

Nama Variabel Total Presentase Keterangan


Skor
Saya mendapatkan perhatian dari 133 76% Baik
petugas poliklinik
Petugas memberikan perhatian secara 130 74,2% Baik
personal terhadap narapidana lanjut
usia
Saya mendapatkan keramah tamahan 137 78,2% Baik
dari petugas dalam memberikan
pelayanan
Petugas mengerti dan memahami apa 138 78,8% Baik
yang dibutuhkan oleh narapidana lansia
Petugas murah senyum dalam 149 85,1% Sangat Baik
memberikan penanganan dan
perawatan terhadap lansia
Sumber : Data Primer SPSS

Data tabel analisis total skor setiap butir indikator kualitas


pelayanan melalui dimensi empathy (perhatian) didapatkan jawaban dari
setiap responden kemudian dikonfersikan kedalam presentase yang
selanjutnya dikategorikan sesuai dengan skala likert. Hasil menunjukkan
bahwa sebagian besar butir tersebut termasuk dalam kategori baik,
bahkan pada butir petugas murah senyum dalam memberikan
penanganan dan perawatan mendapatkan nilai terbesar yaitu 85,1%.
Dengan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang sudah memberikan kualitas pelayanan
kesehatan yang baik, dibuktikan dengan perhatian petugas kepada WBP
Lansia dan keramah tamahan yang diberikan oleh petugas di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
D. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data dari SPSS diatas mengenai kualitas
pelayanan kesehatan bagi WBP Lansia di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang menunjukkan bahwa dimensi tangible (berwujud) berada pada
kategori sangat baik dengan rata-rata skor berjumlah 143 atau sebesar 81,6%,
dimensi responsiveness (ketanggapan) berada pada kategori buruk dengan
rata- rata skor berjumlah 67,7% atau sebesar 38,6%, dimensi reliability
(keandalan) berada pada kategori sangat baik dengan rata-rata skor berjumlah
140,4 atau sebesar 80,1%, dimensi assurance (jaminan) berada pada kategori
baik dengan rata-rata skor berjumlah 137,7 atau sebesar 77,5%, dan dimensi
empathy (perhatian) berada pada kategori baik dengan rata-rata skor
berjumlah 137,4 atau sebesar 78,4%.
1. Dimensi Tangible (Berwujud)
Dimensi tangible bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu
pelayanan melalui kondisi fisik suatu bangunan atau pelayanan yang
diberikan yang terlihat dan berwujud dalam suatu pelaksana pelayanan
yang diberikan kepada konsumennya. Dimensi yang berwujud dalam hal
ini memiliki beberapa indikator yang menentukan kualitas pelayanan
yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang dalam
hal ini adalah pelayanan kesehatan bagi WBP lansia. Indikator yang saya
gunakan untuk mengukur dimensi yang berwujud yaitu fasilitas yang
memadai yang akan menunjang pelayanan kesehatan yang diberikan di
poliklinik lapas, tersedia ruang tunggu yang nyaman, diberikannya
penyuluhan terkait kesehatan lansia, ruang poliklinik yang tertata rapi
dan bersih, ruang perawatan yang rapi, petugas yang berpenampilan rapi,
dan tersedianya kursi roda yang sangat membantu bagi WBP Lansia yang
sudah tidak mampu beraktifitas dengan normal.
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan bahwa dimensi kualitas pelayanan yang berwujud
sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat
bahwa dalam mengukur kualitas suatu pelayanan yaitu menggunakan
dimensi tangible telah dilakukan dengan baik dan dapat dilihat dari hasil
survei terhadap WBP lansia di Lapas Kelas I Semarang.
2. Dimensi Responsiveness (Ketanggapan)
Dimensi ketanggapan bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu
pelayanan melalui ketanggapan yang diberikan oleh petugas dalam
melaksanakan suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Ketanggapan petugas terhadap WBP lansia akan meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan. Dimensi ketanggapan memiliki beberapa
indikator yang akan menentukan baik buruknya suatu pelayanan yang
diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Indikator yang
saya gunakan dalam mengukur kualitas pelayanan kesehatan bagi WBP
lansia melalui dimensi ketanggapan yaitu petugas medis memiliki
inisiatif untuk menanyakan keluhan pasien, petugas memberikan bantuan
kepada pasien yang tidak mampu beraktifitas, petugas medis siap dan
tanggap dalam merespon keluhan WBP lansia, dan petugas merespon
WBP yang ingin mendapatkan pelayanan.
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa responden
menyatakan bahwa kualitas pelayanan melalui dimensi ketanggapan
masih buruk, hal ini dikarenakan kurangnya inisiatif petugas untuk
menanyakan keluhan pasien, pasien merasa petugas tidak banyak
membantu ketika mereka tidak mampu beraktifitas, hal ini dikarenakan
kurangnya petugas yang bertugas di poliklinik Lapas Semarang, karena
perawat di Lapas Semarang hanya satu orang sehingga pasien merasa
petugas medis tidak banyak membantu ketika mereka tidak mampu
beraktifitas, selanjutnya WBP lansia merasa petugas kurang tanggap
dalam merespon keluhan WBP, hal ini juga karena terbatasnya petugas
yang berada di poliklinik,selanjutnya petugas kurang merespon WBP
yang ingin mendapatkan pelayanan.

3. Dimensi Reliability (Keandalan)


Dimensi keandalan bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu
pelayanan melalui keandalan yang dimiliki oleh petugas dalam
melaksanakan suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Keandalan petugas dalam memberikan pelayanan terhadap WBP lansia
akan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Dimensi
keandalan
memiliki beberapa indikator yang akan menentukan baik buruknya suatu
pelayanan yang diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang. Indikator yang saya gunakan dalam mengukur kualitas
pelayanan kesehatan bagi WBP lansia melalui dimensi keandalan yaitu
responden mendapatkan penanganan oleh tenaga medis yang memang
ahli di bidangnya, penanganan yang diberikan sudah tepat waktu, petugas
medis memberikan informasi sebelum mengambil tindakan, petugas
memberikan penanganan secara akurat, petugas mendapatkan informasi
yang jelas terkait jenis penyakit, cara perawatan dan cara minum obat.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa
mayoritas responden menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan
melalui dimensi keandalan sudah baik, hal ini dikarenakan narapidana
merasa penanganan yang diberikan oleh tenaga medis yang memang
sudah ahli di bidangnya, penanganan yang diberikan sudah tepat waktu,
petugas memberikan informasi terlebih dahulu sebelum mengambil
tindakan, petugas memberikan penanganan secara akurat, dan juga
petugas memberikan informasi yang jelas terkait jenis penyakit, cara
perawatan dan cara minum obat.

4. Dimensi Assurance (Jaminan)


Dimensi jaminan bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu
pelayanan melalui jaminan yang diberikan petugas dalam melaksanakan
suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Jaminan yang
diberikan petugas dalam memberikan pelayanan terhadap WBP lansia
akan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Dimensi jaminan
memiliki beberapa indikator yang akan menentukan baik buruknya suatu
pelayanan yang diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Semarang. Indikator yang saya gunakan dalam mengukur kualitas
pelayanan kesehatan bagi WBP lansia melalui jaminan yaitu petugas
mampu meyakinkan pasien atas tindakan yang dilakukan, perilaku
petugas memberikan rasa aman, petugas medis memberikan rasa nyaman
saat memberikan perawatan, dan terdapat petugas medis khusus yang
menangani WBP lansia.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, mayoritas responden
menyatakan bahwa indikator dimensi jaminan yang diberikan petugas
terhadap pasien sudah baik, hal ini karena petugas mampu meyakinkan
pasien atas tindakan yang dilakukan, pasie merasa aman dengan
perlakuan petugas, petugas memberiken rasa nyaman, dan tersedia
petugas medis khusus yang menangani WBP Lansia.

5. Dimensi Empathy (Perhatian)


Dimensi perhatian bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu
pelayanan melalui perhatian yang diberikan oleh petugas kepada
konsumen dalam melaksanakan suatu pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Perhatian petugas dalam memberikan pelayanan terhadap
WBP lansia akan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Dimensi perhatian memiliki beberapa indikator yang akan menentukan
baik buruknya suatu pelayanan yang diberikan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Indikator yang saya gunakan dalam
mengukur kualitas pelayanan kesehatan bagi WBP lansia melalui
dimensi perhatian yaitu responden mendapatkan perhatian dari petugas
medis, petugas memberikan perhatian secara personal terhadap WBP
lansia, petugas medis ramah tamah, petugas mengerti kebutuhan WBP
lansia, dan petugas murah senyum dalam menjalankan tugasnya.
Berdasarkan hasil survei dilakukan, mayoritas responden
menyatakan bahwa perhatian yang diberikan petugas sudah baik, hal ini
dibuktikan dengan responden mendapatkan perhatian dari petugas,
petugas memberikan perhatian secara personal terhadap WBP Lansia,
petugas ramah tamah, memahami kebutuhan WBP, dan petugas murah
senyum dalam melaksanakan tugasnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kualitas pelayanan terdiri dari lima dimensi, yaitu berwujud,
ketanggapan, keandalan, jaminan dan empati dapat menunjukkan besarnya
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas
I Semaranag terhadap WBP Lansia.
Kesimpulan setelah dilakukan analisis data yang mengacu pada
pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian diperoleh hasil temuan penelitian
yang dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang sudah cukup baik, namun jika
dilihat dari masing-masing dimensi kualitas pelayanan, terdapat satu dimensi
kualitas pelayanan yang masih buruk berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, yaitu dimensi ketanggapan yang memiliki presentase hanya
38,6%, sedangkan tangible (81,6%), reliability (80,1%), assurance (77,5%),
dan empathy (78,4%). Dimensi tangible sudah masuk dalam kategori sangat
baik, hal ini dibuktikan dengan kondisi bangunan poliklinik yang sudah
tertata rapi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada WBP Lansia tentunya
membuktikan bahwa Lapas Semarang sudah menjalankan dimensi tangible
dengan sangat baik, dimensi reliability atau ketanggapan juga mendapatkan
hasil yang sangat baik karena petugas di poliklinik memang ahli dibidangnya
dan melakukan penanganan secara tepat waktu dan akurat, dimensi assurance
dikatakan baik karena petugas yang bertugas menangani para WBP Lansia
memberikan rasa aman dan nyaman sehingga mereka yakin akan tindakan
yang dilakukan oleh para petugasnya, dimensi empathy juga sudah
mendapatkan kategori baik karena WBP merasakan keramah tamahan dan
kesopan santunan yang diberikan oleh para petugas ketika merawat WBP dan
juga memberikan perhatian lebih akan kesehatan WBP lansia, sedangkan
dimensi responsiveness masih mendapatkan kategori yang rendah karena
kurangnya inisiatif petugas dalam menanyakan keluhan WBP, kurangnya
bantuan yang diberikan oleh petugas ketika WBP Lansia tidak mampu
beraktifitas dengan normal dan kurang responsif dalam merespon keluhan
yang dirasakan oleh WBP Lansia. Berdasarkan hasil yang
saya dapatkan, nilai buruk tersebut karena kurangnya tenaga medis yang
tersedia di Lapas tidak sebanding dengan jumlah WBP yang ada di Lapas
Semarang, terlebih tenaga perawat di Lapas Semarang hanya ada satu
sedangkan tenaga dokter umum berjumlah 3 orang dan 1 orang dokter gigi,
padahal hampir setiap hari ada WBP yang dirujuk ke rumah sakit yang
membutuhkan pendampingan baik dari dokter itu sendiri ataupun perawat.

B. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, terdapat satu dimensi yang masuk dalam
kategori buruk yaitu dimensi ketanggapan petugas terhadap WBP lansia di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang, sedangkan empat dimensi
lainnya masuk dalam kategori baik, bahkan ada beberapa butir yang sudah
mencapai kategori sangat baik, dengan adanya kesimpulan diatas, maka perlu
meningkatkan ketanggapan petugas medis dalam menjalankan tugasnya baik
itu merespon keluhan WBP ataupun ketanggapan dalam memberikan
pelayanan dengan sepenuh hati. Hasil negatif dari dimensi ketanggapan ini
dikarenakan minimnya tenaga medis yang bertugas sebagai tenaga perawat
yang seharusnya membantu dan melayani WBP yang memiliki keluhan
terkait kesehatannya baik fisik maupun psikis, oleh sebab itu perlu menambah
tenaga perawat yang khusus menangani WBP Lansia sehingga dapat
mengakomodir WBP Lansia yang memiliki keluhan terkait kesehatannya.
Karena jumlah tenaga perawat yang hanya satu orang tidak mungkin
mengakomodir setiap WBP Lansia yang memiliki keluhan sehingga hal ini
tentu saja akan memberikan persepsi buruk terhadap ketanggapan petugas
terhadap keluhan WBP dan juga merespon WBP yang ingin mendapat
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Daryanto, & Setyobudi, I. (2014). Konsumen dan Pelayanan Prima.
Yogyakarta : Gava Media.
Fatmah. (2010). Gizi Lanjut Usia. Jakarta : Erlangga.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan :
Kemenkes RI.
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raya
Grafindo Persada.
Moenir, A.S. (2010). Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Pasolong, Harbani. (2011). Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Ratminto & Atik S.W. (2015). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. (2011). Reformasi Pelayanan Publik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, Wiranta. (2014). Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan
Mudah dipahami. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Jurnal :
Suci, Satria Nurul. (2017). Implementasi Pemberian Hak Pelayanan
Kesehatan Dan Makanan Yang Layak Bagi Narapidana Menurut
Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Komul, Fetrik Etman. (2019). Responsivitas Pelayanan Publik Lembaga


Pemasyarakatan Kelas I Pematangsiantar Dalam Pemenuhan Hak
Narapidana Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan Yang Layak.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra
Utara Medan.

Permana. Ryan Adi, & Mahmud, Rudyanto Hadi. (2017). Pelaksanaan Sistem
Layanan Kunjungan Bagi Wbp Di Rutan Wonogiri, Dalam Rangka
Peningkatan Pelayanan Kepada Publik Berdasarkan Uu No. 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Artikel. Fakultas Hukum
Universitas Islam Batik Surakarta.
Nugraha, Yogi Satria. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan Kunjungan
Pada Tahanan Dan Wbp Terhadap Kepuasan Pengunjung Di
Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas Ii A Samarinda. Artikel.
Fakultas Ilmu Administrasi Negara Universitas Mulawarman
Samarinda.
Wardani, Tri Ulfa. (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Konsumen Pada Bisnis Jasa Transportasi Gojek.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan.

Herwanto, Heri. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan


Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Simeulue Timur.
Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Terbuka Jakarta.

Fitri, Anis Mustika. (2017). Implementasi Kualitas Pelayanan Kesehatan


Terhadap Pasien Di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI. Skripsi.
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Simatupang, Taufik H. (2009). Pelayanan Publik Pada Lembaga


Pemasyarakatan (Analisis Hukum : Peningkatan Kualitas Sistem
Kunjungan Di Lapas). Artikel. Pusat Pengkajian Dan
Pengembangan Kebijakan Kementerian Hukum Dan Ham Ri.

Sinlae, Ronny Adrianus. (2016). Pemberian Hak Atas Pelayanan


Kesehatan Bagi Narapidana Yang Menderita Sakit Berat Di
Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Dompu. Skripsi. Fakultas
Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Vabriningtyas, Dessy. (2012). Kualitas Pelayanan Kesehatan Lansia.


Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Airlangga.

Khozin, Muhammad, & Nur Fitri M. (2018). Kualitas Pelayanan


Kesehatan Terhadap Lansia Di Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta. Artikel. Fakultas Ekonomi Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.

Internet :
Purwadi, M. (2019). Ditjenpas Sosialisasikan Standar Internasional
Perlakuan Narapidana Lansia.
https://nasional.sindonews.com/read/1473892/13/ditjenpas-
sosialisasikan-standar-internasional-perlakuan-narapidana-lansia-
1576680397.

Suyatra, I Putu. (2018). Lapas Kelas IIB Tabanan Over Kapasitas, Napi
Lansia Tersiksa.
https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/11/09/102720/lapas-
kelas-ii-b-tabanan-over-kapasitas-napi-lansia-tersiksa.
Husin, Januardi. (2018). Tingginya Angka Kematian Napi Karena
Pelayanan Kesehatan yang Buruk. https://www.law-
justice.co/artikel/45582/tingginya-angka-kematian-napi-karena-
pelayanan-kesehatan-yang-buruk/.
LAMPIRAN

POSYANDU LANSIA BEKERJASAMA DENGAN PUSKESMAS NGALIYAN

SENAM PAGI RUTIN WBP LANSIA BEKERJASAMA DENGAN UNDIP


PENGAMBILAN DATA DENGAN RESPONDEN

KONDISI FISIK BANGUNAN POLIKLINIK


BUKU KESEHATAN LANSIA
KUESIONER

Nama : Praka Avien Ichsani


Judul : Kualitas Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Binaan
Penelitian Pemasyarakatan Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Semarang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Perkenalkan saya Praka Avien Ichsani dari Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas pelayanan kesehatan bagi WBP lansia di Lapas Kelas I
Semarang. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
skripsi di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
Saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk memberikan jawaban
sesuai dengan perasaan yang berkenaan dengan keadaaan yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan
jawaban Saudara, informasi yang Saudara berikan hanya akan digunakan untuk
penelitian dan tidak akan digunakan untuk maksud yang lain.
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela karena Saudara
dapat menyetujui menjadi responden ataupun menolak menjadi responden dalam
penelitian ini. Jika Saudara bersedia menjadi responden penelitian, silahkan
menandatangani surat persetujuan ini pada kolom yang telah disediakan sebagai
bukti kesediaan dan kesukarelaan Saudara.
Terima kasih.
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah kolom data responden dibawah ini
2. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik.
3. Semua jawaban tidak ada yang benar maupun salah
4. Berilah tanda check (√) atau silang (X) dalam kolom yang sesuai dengan
pendapat
saudara

Apakah saudara bersedia menjadi responden/orang yang diteliti dalam penelitian ini ?
a. Yab. Tidak (berhenti sampai disini)

1. Identitas Responden
Usia :

Agama : Islam Buddha

Kristen Lainnya

Katolik Sebutkan .........

Hindu

Suku : Batak Nias

Jawa Lainnya

Padang Sebutkan ..........

Melayu

Pendidikan : SD

SMP S1

SMA S2

Tindakan Kriminal yang :

dilakukan
Lama Pidana : <1 tahun 7 th – 10 th

1 th- 3 th

3 th- 7 th > 10 th

2. Kualitas Pelayanan Kesehatan bagi WBP Lansia di Lapas Kelas I


Semarang
a. Berilah tanda check (√) atau silang (X) dalam kolom yang sesuai dengan
pendapat
saudara
a. Ada 5 alternatif jawaban yang dapat Anda pilih, yaitu :
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Pernyataan Jawaban
No
Berwujud (Tangible) 1 2 3 4 5
1. Saya mendapatkan fasilitas yang memadai di poliklinik
2. Saya mendapatkan ruang tunggu yang nyaman
3. Saya mendapatkan penyuluhan dari petugas medis
4. Ruangan poliklinik tertata rapi dan bersih
5. Saya menempati ruang perawatan yang bersih
6. Petugas medis berpakaian dengan rapi
7. Tersedia kursi roda yang diperuntukan bagi narapidana lansia
Pernyataan Jawaban
No
Ketanggapan ( Responsiveness ) 1 2 3 4 5
8. Petugas medis memiliki insiatif menanyakan keluhan pasien
Saya mendapatkan bantuan dari petugas ketika tidak mampu
9.
beraktifitas
Petugas medis siap dan tanggap dalam merespon keluhan
10.
narapidana lansia
11. Petugas merespon WBP yang ingin mendapatkan pelayanan

Pernyataan Jawaban
No
Keandalan ( Reliability ) 1 2 3 4 5
Saya mendapatkan penanganan oleh tenaga medis yang ahli di
12.
bidangnya
13. Penanganan yang diberikan kepada lansia tepat waktu
14. Petugas medis memberikan informasi sebelum mengambil tindakan
15. Petugas memberikan penanganan secara akurat
Saya mendapatkan informasi yang jelas terkait jenis penyakit, cara
16.
perawatan dan cara minum obat

Pernyataan Jawaban
No
Jaminan ( Assurance ) 1 2 3 4 5
17. Petugas mampu meyakinkan pasien atas tindakan yang dilakukan
18. Perilaku petugas medis menimbulkan rasa aman
Petugas medis memberikan rasa nyaman saat memberikan
19.
perawatan
20. Terdapat petugas medis khusus yang menangani narapidana lansia
Pernyataan Jawaban
No
Perhatian ( Empathy ) 1 2 3 4 5
21. Saya mendapatkan perhatian dari petugas poliklinik
Petugas memberikan perhatian secara personal terhadap narapidana
22.
lanjut usia
Saya mendapatkan keramah tamahan dari petugas dalam
23.
memberikan pelayanan
Petugas mengerti dan memahami apa yang dibutuhkan oleh
24.
narapidana lanjut usia
Petugas murah senyum dalam memberikan penanganan dan
25.
perawatan terhadap lansia

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
,717 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's


Item Deleted Variance if Item- Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item
Deleted
Saya mendapatkan fasilitas
180,6400 164,073 ,341 ,707
yang memadai di poliklinik
Saya mendapatkan ruang
180,4400 163,923 ,438 ,706
tunggu yang nyaman
Saya mendapatkan
penyuluhan dari petugas 180,6400 168,073 ,232 ,713
medis
Ruangan poliklinik tertata
180,2400 165,023 ,357 ,708
rapi dan bersih
Saya menempati ruang
180,0800 168,993 ,195 ,715
perawatan yang bersih
Petugas medis berpakaian
180,5200 162,677 ,505 ,703
dengan rapi
Tersedia kursi roda yang
diperuntukan bagi 180,6000 164,917 ,311 ,709
narapidana lansia
Petugas medis memiliki
insiatif menanyakan 182,5200 163,593 ,504 ,704
keluhan pasien
Saya mendapatkan bantuan
dari petugas ketika tidak 182,8000 170,250 ,057 ,719
mampu beraktifitas
Petugas medis siap dan
tanggap dalam merespon 182,6000 162,000 ,497 ,702
keluhan narapidana lansia
Petugas merespon WBP
yang ingin mendapatkan 182,7200 168,043 ,167 ,715
pelayanan
Saya mendapatkan
penanganan oleh tenaga
180,3600 166,323 ,306 ,710
medis yang ahli di
bidangnya
Penanganan yang diberikan
180,6800 168,310 ,238 ,713
kepada lansia tepat waktu
Petugas medis memberikan
informasi sebelum 180,0800 168,993 ,195 ,715
mengambil tindakan
Petugas memberikan
180,7200 168,793 ,190 ,714
penanganan secara akurat
Saya mendapatkan
informasi yang jelas terkait
jenis penyakit, cara 180,5600 158,507 ,721 ,695
perawatan dan cara minum
obat
Petugas mampu
meyakinkan pasien atas 180,8000 167,917 ,230 ,713
tindakan yang dilakukan
Perilaku petugas medis
180,3200 168,393 ,234 ,713
menimbulkan rasa aman
Petugas medis memberikan
rasa nyaman saat 180,7600 169,773 ,179 ,715
memberikan perawatan
Terdapat petugas medis
khusus yang menangani 180,6000 157,500 ,748 ,693
narapidana lansia
Saya mendapatkan
perhatian dari petugas 180,6400 168,073 ,232 ,713
poliklinik
Petugas memberikan
perhatian secara personal
180,8400 167,973 ,255 ,713
terhadap narapidana lanjut
usia
Saya mendapatkan
keramah tamahan dari
180,5600 158,507 ,721 ,695
petugas dalam memberikan
pelayanan
Petugas mengerti dan
memahami apa yang
180,6400 167,157 ,258 ,712
dibutuhkan oleh narapidana
lanjut usia
Petugas murah senyum
dalam memberikan
180,3600 156,740 ,825 ,691
penanganan dan perawatan
terhadap lansia

Anda mungkin juga menyukai