Skripsi
OLEH :
SITI FATIMAH
NIM : 142020100039
Skripsi
“Disusun sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo”
OLEH :
SITI FATIMAH
NIM : 142020100039
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Tetapkan Target dan Capailah Tujuanmu dengan Tekat yang Kuat, Semangat
Pantang Menyerah, Giat Berusaha, dan Selalu Mendekatkan diri
kepada Allah SWT”
“Lakukan Segala Hal yang Sesuai dengan Passion dengan Fokus, Keyakinan,
dan Detail”
“Hidup ini Keras, Maka Saya Akan Berusaha dengan Lebih Keras”
v
KATA PENGANTAR
vi
7. penelitian di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo dan menyempatkan
waktunya untuk wawancara
8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten sidoarjo beserta
stafnya yang telah membantu dan memberikan ijin penelitian
9. Juru Parkir di Puskesmas Tulangan dan Pasar Larangan Sidoarjo yang
bersedia untuk diwawancarai
10. Masyarakat pengguna parkir berlangganan yang bersedia untuk diwawancarai
11. Teman-teman satu perjuangan saya dalam bangku kuliah yang telah banyak
memberikan bantuan selama kuliah
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan menambah wawasan bagi semua pihak
Penulis
vii
ABSTRAK
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang telah
menerapkan kebijakan parkir berlangganan di Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan
parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo masih belum berjalan dengan optimal
karena masih banyak jukir berlangganan yang masih memungut uang parkir,
pengawasan yang kurang, dan sarana prasarana yang kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan : implementasi kebijakan
parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo; sinergitas aktor pelaksana dalam
parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo; dan faktor pendukung dan
penghambat sinergitas aktor pelaksana dalam parkir berlangganan di Kabupaten
Sidoarjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan parkir
berlangganan di Kabupaten Sidoarjo belum berjalan dengan efektif karena standar
operasional prosedur belum dilaksanakan dengan optimal oleh para pengawas dan
jukir berlangganan; sarana dan prasarana belum memadai; dan gaji pengawas dan
jukir berlangganan yang minim.
Pada sinergitas aktor pelaksana kebijakan parkir berlangganan pada
awalnya terdapat permasalahan yaitu pihak Polres tidak menyepakati presentase
bagi hasil dalam retribusi parkir berlangganan karena Polres hanya mendapat
sebanyak 5% sehingga draft kerjasama tidak dapat ditandatangani dan parkir
berlangganan tidak dapat dikenakan menyatu dengan mekanisme Samsat. Hal ini
menyebabkan implementasi kebijakan parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
tidak berjalan dengan efektif. Dinas Perhubungan pada akhirnya dapat melakukan
pemungutan retribusi parkir berlangganan dalam mekanisme Samsat dengan
pembagian hasil yaitu Polres sebanyak 7,5%. Pada sinergitas aktor pelaksana
kebijakan parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo saat ini khususnya dalam
koordinasi dan komunikasi terkait pelaksanaan parkir berlangganan sudah
dilaksanakan dengan baik oleh Samsat, Dinas Perhubungan, DPPKA (Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset); Bapenda (Badan Pendapatan
Daerah) Provinsi Jawa Timur, dan Polresta Sidoarjo dengan melakukan rapat dan
evaluasi bersama karena telah terdapat kesepakatan dan juga sistem bagi hasil
pada berbagai pihak tersebut. Pada faktor pendukung sinergitas aktor pelaksana
kebijakan parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo yaitu adanya kerjasama dari
Bapenda Provinsi Jawa Timur dalam rangka pemungutan bagi hasil sebanyak 13%
dari retribusi parkir berlangganan untuk kas daerah Provinsi Jawa Timur dan
memberikan sebagian tempat di Samsat untuk pemungutan retribusi parkir
berlangganan karena Samsat adalah milik Pemerintah Provinsi serta Polresta
bertugas menindak, menyelidiki, dan menyidik apabila terjadi pelanggaran. Faktor
penghambat yaitu masih banyak jukir yang melakukan pungutan parkir; masih ada
pihak desa yang melakukan parkir dengan melakukan pungutan; masih banyak
kegiatan parkir di tepi jalan nasional/provinsi sebab di Sidoarjo banyak terdapat
kegiatan pertokoan; serta sarana dan prasarana jukir kurang memadai
viii
ABSTRACT
Sidoarjo regency is one of the regencies that has implemented subsidized
parking policy in East Java Province. Implementation of subscription parking in
Sidoarjo regency still not running optimally because there are still many parking
attendants subscribers who still collect parking money, less supervision, and lack
of infrastructure. This study aims to analyze and describe: implementation of
subsidized parking policy in Sidoarjo regency; the synergy of actors in the
parking area in Sidoarjo regency; and the supporting and inhibiting factors of the
actors acting in subsidized parking in Sidoarjo regency. The type of this research
is descriptive research with qualitative approach. The result of the research shows
that the implementation of subsidized parking policy in Sidoarjo regency has not
been effective since the standard operational procedures have not been
implemented optimally by the supervisors and parking attendants subscribers;
facilities and infrastructure are inadequate; and the salary supervisors and
parking attendants subscribers are minimal
In the synergy of the actors implementing the parking policy of
subscribing initially there is a problem that is the Polres does not agree on the
percentage of profit sharing in subscription parking levy because Polres only get
as much as 5% so that the draft cooperation can not be signed and the parking
subscription can not be worn together with Samsat mechanism. This resulted in
the implementation of subsidized parking policy in Sidoarjo regency was not
effective. Transportation Department can ultimately collect subscription parking
levy in Samsat mechanism with revenue sharing that is Polres as much as 7.5%.
In the synergy of actors implementing the current subsidized parking policy in
Sidoarjo Regency especially in coordination and communication related to the
implementation of parking is already well implemented by Samsat, Department of
Transportation, DPPKA (Revenue Service, Financial Management and Asset);
Bapenda (Regional Revenue Board) of East Java Province, and Police of Sidoarjo
by conducting joint meetings and evaluations because there has been agreement
as well as profit-sharing system at various parties. On the supporting factor of the
actors actors acting subsidized parking policy in Sidoarjo regency is the
cooperation of Bapenda of East Java Province in order to collect revenue share
as much as 13% from retribution of subscription parking for regional treasury of
East Java Province and give some place in Samsat for collecting subscription
parking levy because Samsat is owned by the Provincial Government. Police are
charged with cracking down, investigating and investigating in the event of a
violation. The inhibiting factor is that there are still many parking attendants who
conduct parking charges; there are still villages that park by levies; there are still
many parking activities on national / provincial roadside because in Sidoarjo
there are many shopping activities; as well as facilities and infrastructure parking
attendants less adequate
ix
DAFTAR ISI
x
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Objek Penelitian ....................................... 82
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Implementasi Kebijakan Parkir .......................... 104
4.2.2 Sinergitas Aktor Pelaksana Parkir ...................... 130
4.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat ................... 144
4.3 Pembahasan
4.3.1 Implementasi Kebijakan Parkir .......................... 147
4.3.2 Sinergitas Aktor Pelaksana Parkir ...................... 170
4.3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat ................... 184
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................... 189
5.2 Saran .............................................................................. 191
Daftar Pustaka
Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui dari semakin
banyaknya volume kendaraan yang memadati jalan raya setiap harinya terutama
pada hari kerja efektif. Jumlah kendaraan yang terdaftar di Indonesia pada tahun
jumlah sepeda motor yang memberikan kontribusi terbesar sebesar 82% atau
signifikan dimana pada tahun 2017 terdapat sebanyak 102.328.629 unit kendaraan
menurut Korlantas Polri. Populasi kendaraan yang paling banyak terdaftar adalah
di wilayah Pulau Jawa yaitu sebanyak 63,82% dari jumlah kedaraan secara
Perpakiran adalah salah satu masalah yang sering sekali dijumpai dalam
Kondisi ini diperparah dengan adanya jajaran kendaraan yang melakukan parkir
liar di sepanjang jalan protokol. Pemerintah daerah dalam hal ini mempunyai
kewenangan daerah menjadi lebih besar untuk mengelola dan mengurus rumah
1
2
Daerah (APBD). Cara yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Daerah dalam
memaksimalkan penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah yaitu
dengan mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah yang telah
berjalan serta menerapkan jenis pajak dan retribusi daerah yang baru (Ubaya &
Lutfi : 2013)
tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah sedangkan
dalam kurun waktu tertentu (Dunn : 2003). Kebijakan parkir berlangganan telah
Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No.
2
3
fasilitas berupa sarana dan prasarana dalam parkir berlangganan yang kurang
memadai dalam hal identitas juru parkir berlangganan seperti rompi dan baju,
selain itu papan informasi dan papan kawasan parkir berlangganan juga kurang
yaitu gaji yang didapatkan oleh juru parkir berlangganan sebesar Rp 800.000,-
sebesar Rp 2.000.000,- perbulan. Gaji tersebut masih dirasa minim oleh para juru
hukumnya yakni Peraturan Daerah (Perda) No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi
pihak (dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Badan Pendapatan Provinsi
mulai tahun 2006. Tujuan dari diberlakukannya parkir berlangganan yaitu untuk
pengguna jasa parkir dalam setiap kali memarkirkan kendaraannya, biaya yang
lebih murah dan efisien, dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Hal ini
jasa parkir yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Implementasi kebijakan ini tidak
daerah, dan tata ruang kota. Berbagai hal tersebut secara umum merupakan upaya
memperlancar arus lalu lintas karena parkir dapat ditata dengan baik oleh petugas
parkir yang ditunjuk, memperkecil munculnya petugas parkir liar karena petugas
sehingga tidak ada pungutan ganda. Program parkir berlangganan ini juga
resmi dan pengawas yang jumlahnya sampai tahun 2012 yaitu terdapat sebanyak
530 orang juru parkir dan 106 orang pengawas di 236 titik parkir yang tersebar di
pengguna jasa parkir pada saat pembayaran pajak kendaraan bermotor di Kantor
berjalan secara efektif dan optimal karena kurangnya kerjasama antara pengawas
dan juru parkir berlangganan, masih banyak juru parkir berlangganan yang masih
memungut uang parkir, pengawasan yang kurang, dan sarana prasarana yang
Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo. Perda yang telah dikeluarkan oleh pemerintah ini
merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik yang seharusnya bertujuan
untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, akan tetapi setelah melihat
Kerugian ini terjadi karena juru parkir tetap memungut retribusi parkir kepada
jangka waktu satu tahun. Keadaan tersebut menjadi tanggung jawab dinas daerah
yang terkait, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan. Pengawasan terhadap
penyelewengan agar tercapai efektivitas dan efisiensi kerja sehingga bukan target
dan tujuan menaikkan PAD saja yang dapat tercapai melainkan pelayanan kepada
Pihak juru parkir tidak mau disalahkan terkait keluhan masyarakat dan
mengatakan bahwa pihaknya harus menyetor kepada pemilik lahan yang masih
kerap meminta jatah karena parkir di lahan yang diklaim sebagai miliknya
tersebut, sehingga para juru parkir masih harus berbagi dengan pemilik lahan.
Salah seorang juru parkir mengaku setoran kepada pemilik lahan bisa mencapai
juru parkir tersebut masih harus memungut kembali biaya parkir kepada pengguna
terdapat di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir yang meliputi kantor
tersebar di 279 titik parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo, yaitu di sekitar Jl.
Mojopahit, Jl. KH. Mukmin, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Pahlawan,
Jl. Lingkar Barat, Jl. Mayjen Sungkono, Jl. Raya Cemengkalang, Jl. Jaksa Agung
7
Suprapto, Jl. Monginsidi, Jl. Kartini, Jl. Ahmad Yani, Jl. Hangtuah, Jl. KMP M
Duryat, Jl. Raden Wijaya, Jl. Gajah Mada, Jl. Raden Fatah, Jl. Dr. Wahidin, Jl.
Tengku Umar, Jl. Dr. Cipto, Jl. Sultan Agung, Jl. Cokronegoro, Jl. Gubernur
Suryo, Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pasar Ikan, Jl. Lingkar Timur, Jl. Raya Candi, Jl.
Sunandar P. Sudarmo, Jl. Raya Tenggulunan, Jl. Raya Buduran, Jl.Raya Bebekan,
Jl. Raya Wonocolo, Jl. Raya Taman, Jl. Stasiun, Jl. Raya Pepelegi, Jl. Raya
Wadungsari, Jl. Tropodo, Jl. Raya Sedati Gede, Jl. Betro, Jl. Raya Sedati, Jl. Raya
Gedangan, Jl. A. Yani Gedangan, Jl. Raya Sukodono, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Imam
Bonjol, Jl. Setiabudi, Pasar Krian, Jl. Ki Hajar Dewantara, Desa Barongkrajan, Jl.
Raya Watutulis, Jl. Raya Prambon, Jl. Raya Bulang, Jl. Raya Tarik, Jl. Raya
Balongbendo, Jl. Raya Wonoayu, Jl. Raya Tulangan, Jl. Raya Krembung, Jl. Raya
tersebut telah membayar retribusi parkir berlangganan setiap tahunnya dan berada
juru parkir di wilayah parkir berlangganan seperti Krian dan Taman justru
Rp 50.000,- untuk mobil setiap kali mengurus pajak kendaraan adalah sia-sia
8
karena hampir tidak tersedia tempat parkir gratis. Pada sejumlah lokasi parkir,
menarik uang parkir namun tetap saja rambu tersebut seperti hanya sebagai
tuntutan kewajiban untuk memberi jalan keluar terbaik bagi masyarakat, apalagi
sistem pungutan parkir selama ini dinilai banyak terjadi kejanggalan, mulai dari
kebocoran keuangan hasil pungutan parkir, pelayanan dari petugas juru parkir
yang buruk, hingga pada persoalan fasilitas tempat parkir yang tidak wajar.
hubungan antara pemerintah dan masyarakat atau dengan kata lain bahwa dalam
kemampuan mengelola jasa perparkiran secara efisien dan efektif (Anam, Zauhar,
Sinergitas adalah sebuah proses dimana interaksi dari dua atau lebih agen
Komunikasi dibedakan menjadi dua bagian yang mana di satu sisi merupakan
individual dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama yaitu bekerja ke arah tujuan
dari adanya tarik menarik kepentingan antara aktor pelaksana kebijakan yang
lain adalah : (1) Dinas Perhubungan. Instansi pemerintah yang bertugas sebagai
parkir yang nakal atau curang, dan berwenang untuk menindak setiap pelanggaran
yang ada, (2) Samsat Sidoarjo. Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Undang-
parkir berlangganan dan melaporkan kepada Pemkab Sidoarjo hasil dari retribusi
Kabupaten Sidoarjo yaitu pada awalnya pihak Polres Sidoarjo tidak menyepakati
presentase bagi hasil dalam retribusi parkir berlangganan yaitu Polres sebanyak
5%, Pemkab Sidoarjo sebanyak 80%, dan Pemprov Jawa Timur sebanyak 15%
sehingga draft kerjasama yang telah dibuat tidak dapat ditandatangani. Parkir
efektif.
oleh Pemkab Sidoarjo, Pemprov Jawa Timur, dan Kapolres Sidoarjo agar
pembagian hasil yaitu Pemkab Sidoarjo sebanyak 77,5 %, Pemprov Jawa Timur
sebanyak 15%, dan Kepolisian Resort Sidoarjo sebanyak 7,5% dengan biaya
dengan baik oleh Samsat dan Layanan Unggulan, Dinas Perhubungan, DPPKA;
Bapenda Provinsi Jawa Timur, dan Polresta Sidoarjo dengan melakukan rapat
bersama, evaluasi bersama, serta serap aspirasi kepada masyarakat karena telah
terdapat kesepakatan dan juga sistem bagi hasil pada berbagai pihak tersebut.
11
Sidoarjo. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti sekaligus untuk mengetahui
khususnya pengguna parkir berlangganan. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti
parkir kepada juru parkir berlangganan. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi
secara garis besar yang selanjutnya menjadi acuan penelitian ini, sehingga
Sidoarjo?
Kabupaten Sidoarjo?
berikut :
sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Akademisi
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Sinergi Desa Adat dan Desa Dinas dalam Pengelolaan Aset Desa
Desa Adat dan Desa Dinas dalam pengelolaan aset di Desa Sambangan dan
integrasi Desa Adat dan Desa Dinas Sambangan untuk mencapai keharmonisan
kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu Desa Adat dan Desa Dinas
Sambangan sudah bersinergi secara positif dalam hal pengelolaan aset desa yang
yang berfungsi untuk membantu Desa Adat dan Desa Dinas untuk mengatur
parkir dan untuk mengantar tamu ke obyek wisata. Sinergi ini juga terbangun
dalam pengelolaan aset desa yang terjalin dengan baik dan harmonis dengan
melakukan koordinasi satu sama lain baik dari Desa Adat/Pakraman dan Desa
pengelolaan aset desa sehingga hubungan harmonis ini sangat membantu sekali
14
15
Kurniawan, 2017
sinergitas antar stakeholders dalam pengelolaan ruang terbuka hijau taman kota di
dokumentasi. Sumber data diperoleh melalui data primer dan sekunder. Teknik
validitas data menggunakan triangulasi data. Kemudian teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif yang terdiri atas reduksi data,
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu telah terdapat sinergitas
yang baik diantara stakeholders dalam pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
taman kota di Kota Temanggung. Dalam tahap pemeliharaan RTH taman kota,
stakeholders yang terlibat adalah DPUPKP, DLH, dan masyarakat. Dari keempat
komunikasi efektif, umpan balik yang cepat, telah ada kepercayaan, dan
kreativitas yang dihasilkan oleh para stakeholders. Dalam tahap pengamanan RTH
UMKM, Satpol PP, dan Damkar, serta masyarakat. Keempat indikator telah
terpenuhi yaitu komunikasi berjalan efektif, terjadi feedback yang cepat, terdapat
kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu komunikasi yang
namun perlu peningkatan kualitas komunikasi pada target group, yaitu mengenai
titik parkir dan himbauan untuk tidak memberi imbalan pada juru parkir. Pada
sudut pandang sumber daya, jumlah staf pelaksana sudah cukup, penyediaan
fasilitas sudah dilaksanakan secara baik, informasi tugas dan kewajiban sudah
legalitas.
menyediakan kartu kendali dan memberikan karcis parkir pada kendaraan luar
Sidoarjo. Pada sudut pandang struktur organisasi telah dilaksanakan dengan baik.
Fragmentasi telah dilaksanakan dan SOP pelaksana telah tersedia namun perlu
perbaikan mengenai overlapping jabatan dan pertumbuhan jumlah juru parkir liar
17
2016
diperoleh dari penelitian ini yaitu sinergitas aktor kepentingan di Desa Urek-Urek,
pemerintahan desa sudah berjalan baik meski perlu terus dilakukan optimalisasi.
secara formal dalam hal ini berkaitan dengan komunikasi yang dibangun dalam
lingkup internal antara Kepala Desa, perangkat desa, BPD, dan Lembaga
dengan komunikasi yang dijalin Kepala Desa dengan lawan politiknya terdahulu.
kepentingan lainnya telah berjalan dengan baik meski perlu dilakukan optimalisasi
dibangun antar aktor kepentingan telah berjalan dengan baik meski perlu
perencanaan awal dan perumusan wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
18
2016
budaya suku Tengger Bromo serta faktor pendukung dan penghambat pelestarian
metode penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sinergi
di Suku Tengger Bromo sudah berhasil dari peran dan komunikasi aktor
pelaksana, program, sarana dan prasarana. Sinergi pemerintah daerah dan lembaga
membawa hasil positif terhadap kebudayaan Suku Tengger Bromo dari terjaganya
nilai budaya dan perubahan sosial masyarakat ke arah kemajuan dan keberhasilan
peraturan yang dijadikan dasar hukum pelaksanaan sinergi serta penerapan prinsip
sinergi Pemda dan lembaga adat adalah rendahnya kapasitas SDM di Suku
Tengger Bromo; area konservasi; otonomi daerah; dan tidak adanya Perda khusus
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini yaitu Adanya pengelolaan sampah secara terpadu yang dijalankan
oleh KSM Mulyoagung Bersatu atas bimbingan dan arahan dari pemerintah serta
kebijakan yang diambil oleh pihak KSM untuk mencari dana dengan cara menjual
atau alternatif yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan bersama. Keterlibatan
aktif dari pemerintah, masyarakat, dan swasta merupakan proses dari terjalinnya
Bersatu; peran aktif masyarakat Desa Mulyoagung berupa partisipasi pada saat
adalah perilaku masyarakat yang pragmatis terhadap keberadaan sampah dan tidak
2016
diperoleh dari penelitian ini yaitu Semipro merupakan program tahunan yang
Probolinggo ini sebagian besar berasal dari APBD Kota Probolinggo dan beberapa
sumbangan dari swasta namun sayangnya masih dalam jumlah yang sedikit
keuangan.
program Semipro dapat dilihat dari dua hal yaitu komunikasi yang terjadi bersifat
satu arah sehingga tidak terjadi pertukaran informasi antar stakeholders dan dalam
dalam governance tidak akan terpenuhi jika terdapat aktor yang dominan,
kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tahapan mekanisme terkait
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Retribusi Tempat Khusus Parkir baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi ini merupakan langkah awal
dengan parkir, selain itu proses sosialisasi ini juga bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada pengguna layanan parkir dengan dua bentuk sosialisasi, yakni
komunikasi yang terjalin antara Dishubkominfo dengan Kantor Samsat dan antara
aktor dan objek terhadap substansi dari Perda. Faktor penghambat dalam
terhadap keberadaan Perda; pendidikan yang rendah; dan sarana prasarana yang
kurang memadai. Sarana dan prasarana merupakan merupakan salah satu variabel
22
ditingkatkan kembali
dilaksanakan dengan baik, hak pengguna jasa layanan parkir berlangganan belum
mencapai tujuan yang diharapkan oleh masyarakat yaitu menikmati parkir gratis.
yaitu : belum adanya kerjasama yang optimal antar berbagai stakeholder, masih
adanya juru parkir berlangganan yang memungut uang parkir kepada pengguna
23
parkir, jumlah SDM pengawas yang kurang memadai, sistem pengawasan yang
kurang optimal, sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan miss oriented.
menggunakan teori implementasi kebijakan publik dan retribusi daerah. Hal ini
seperti yang digunakan oleh Sanjani Mas Agus Hardian tahun 2016, Syaiful Anam
tahun 2015, dan Ahmad Riyadh U. Balahmar tahun 2013. Demikian juga
penelitian dengan judul sinergi karena selalu menggunakan teori sinergi seperti
yang dilakukan oleh Jovi Andre Kurniawan tahun 2017, I Ketut Teguh Yudha
Satrya tahun 2017, Akbar Pandu Dwinugraha tahun 2016, Ayu Mukhtaromi tahun
2016, Triana Rahmawati tahun 2016, dan Rizky Fajar Wibowo tahun 2016
Semua jurnal yang ada dalam penelitian terdahulu tersebut masih seputar
berlangganan yaitu sering adanya laporan tentang pungutan liar yang dilakukan
akuntabel. Adapun secara rinci hasil penelitian terdahulu sebagaimana yang ada
24
atau organisasi apapun yang dapat komunikasi efektif, penelitian, dan
melakukan klaim atau perhatian, umpan balik yang cepat, lokasi
sumber daya, atau hasil (output) telah ada kepercayaan, penelitian
organisasi, atau dipengaruhi hasil itu serta kreativitas yang
(Bryson, 2005 : 60) dihasilkan para
Ruang Terbuka Hijau stakeholders. Dalam tahap
Ruang Terbuka Hijau adalah pengamanan RTH taman
pengelolaan lahan dan permukaan kota, stakeholders yang
lahan yang ditutupi oleh elemen terlibat adalah DPUPKP,
tanaman alami yang ditanam manusia Disperindagkop dan
(Haq&Ernawati, 2015) UMKM, Satpol PP, dan
Damkar, serta
masyarakat. Komunikasi
berjalan efektif, terjadi
feedback yang cepat,
terdapat kepercayaan
diantara stakeholders, dan
kreativitas telah
dimunculkan.
Implementasi Peraturan Daerah Untuk menganalisis dan Kebijakan Publik Kualitatif Komunikasi yang Membahas Judul
Kabupaten Sidoarjo No. 2 Thun mendeskripsikan Kebijakan publik adalah studi tentang Deskriptif dilakukan oleh pelaksana implementasi parkir penelitian dan
2012 tentang Penyelenggaraan implementasi Perda No. 2 apa yang dilakukan pemerintah, parkir berlangganan berlangganan, lokasi fokus
Parkir di Kabupaten Sidoarjo (Studi Tahun 2012 tentang mengapa pemerintah mengambil sudah dilaksanakan penelitian, dan penelitian
Kasus Parkir Berlanggann di Jl. Penyelenggaraan Parkir di tindakan tersebut, dan apa akibat dari dengan baik namun perlu menggunakan
Gajah Mada Sidoarjo) Jl. Gajah Mada, tindakan tersebut . Dye (dalam peningkatan kualitas metode penelitian
Kabupaten Sidoarjo Parsons, 2005) komunikasi pada target kualitatif
Sanjani Mas Agus Hardian (2016) Implementasi Kebijakan Publik group, yaitu mengenai
Implementasi kebijakan adalah titik parkir dan himbauan
tindakan-tindakan yang dilakukan baik untuk tidak memberi
individu-individu/pejabat-pejabat atau imbalan pada juru parkir.
kelompok-kelompok pemerintah atau Dari sudut pandang
swasta yang diarahkan pada sumber daya, jumlah staf
tercapainya tujuan-tujuan yang telah pelaksana sudah cukup,
digariskan dalam keputusan penyediaan fasilitas sudah
kebijaksanaan (Wahab, 2005 : 65) dilaksanakan secara baik,
Model Implementasi Kebijakan informasi tugas dan
Publik kewajiban sudah dimiliki
Model implementasi kebijakan publik oleh pelaksana dan
menurut Edward III (1980) terdiri dai wewenang masing-
empat variabel yaitu : komunikasi, masing pelaksana sudah
sumber daya, disposisi, dan struktur memiliki legalitas. Pada
birokrasi (Agustino, 2006 : 149) variabel disposisi, masih
memerlukan perbaikan
25
pada pelaksanaannya,
diantaranya mengenai
insentif juru parkir yang
kurang sehingga
mempengaruhi komitmen
juru parkir dalam
melaksanakan
kewajibannya
meyediakan kartu kendali
dan memberikan karcis
parkir pada kendaraan
luar Sidoarjo. Dari
struktur organisasi telah
dilaksanakan dengan baik.
Fragmentasi telah
dilaksanakan dan SOP
pelaksana telah tersedia
namun perlu perbaikan
mengenai overlapping
jabatan dan pertumbuhan
jumlah juru parkir liar
Sinergitas Aktor Kepentingan dalam Untuk menganalisis dan Sinergitas Aktor Kepentingan Kuaitatif Sinergitas aktor Membahas tentang Hasil
Penyelenggaraan Pemerintahan mendeskripsikan Sinergi sebagai operasi gabungan Deskriptif kepentingan di Desa sinergitas aktor penelitian,
Desa (Studi pada Desa Urek-Urek, sinergitas aktor perpaduan unsur untuk menghasilkan Urek-Urek dalam rangka kepentingan, teori lokasi
Kecamatan Gondanglegi, kepentingan dalam output yang lebih baik dan lebih besar. penyelenggaraan yang digunakan, dan penelitian,
Kabupaten Malang) penyelenggaraan Sinergitas dapat terbangun melalui dua pemerintahan desa sudah menggunakan judul
pemerintahan desa di cara yaitu komunikasi dan koordinasi. berjalan baik meski perlu metode penelitian penelitian, dan
Akbar Pandu Dwinugraha (2016) Desa Urek-Urek Najiyati (dalam Rahmawati et al., terus dilakukan kualitatif fokus
2014) optimalisasi. Komunikasi penelitian
Pemerintahan Desa yang telah dibangun oleh
Pemerintahan desa merupakan Pemdes dan aktor
penyelenggaraan urusan pemerintahan kepentingan lainnya telah
negara kesatuan Republik Indonesia berjalan baik meski prlu
(UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa) dilakukan optimalisasi
terutama komunikasi oleh
Pemdes bersama
kelompok perempuan dan
masyarakat yang terkesan
jarang dilakukan.
Koordinasi yang
dibangun antar aktor
kepentingan telah berjalan
26
baik meski perlu
peningkatan terkait sub
indikator hubungan
langsung, perencanaan
awal, perumusan
wewenang, dan
tanggungjawab yang jelas
Sinergi Pemerintah Daerah dan Untuk menganalisis dan Sinergi Kualitatif (1) Sinergi Pemda dan Membahas tentang Lokasi
Lembaga Adat dalam Melaksanakan mendeskripsikan : (1) Persyaratan utama bagi suatu sistem Deskriptif lembaga adat dalam sinergi pemerintah penelitian,
Pelestarian Kebudayaan (Studi pada Sinergi Pemda dan sinergi yang ideal adalah kepercayaan, melaksanakan pelestarian daerah dan teori yang
Budaya Suku Tengger Bromo lembaga adat dalam komunikasi yang efektif, umpan balik kebudayaan di Suku menggunakan digunakan,
Sabrang Kulon Desa Tosari melaksanakan pelestarian yang cepat, dan keativitas (Doctoroff, Tengger Bromo sudah metode penelitian fokus
Kecamatan Tosari Kabupaten kebudayaan pada budaya 1977 : 76) berhasil dari peran dan kualitatif penelitian, dan
Pasuruan) suku tengger Bromo Administrasi Pemerintah Daerah komunikasi aktor judul
Sabrang Kulon Desa Administrasi pemerintah daerah ialah pelaksana, program, penelitian
Ayu Mukhtaromi (2016) Tosari dan (2) Faktor semua kegiatan atau proses yang sarana dan prasarana dan
pendukung dan berhubungan dengan pelaksanaan dari (2) Faktor pendukung
penghambat pelestarian tujuan pemerintah (Sapari, 1970 : 26) sinergi Pemda dan
kebudayaan pada budaya Administrasi Pariwisata lembaga adat dalam
suku tengger Bromo Administrasi pariwisata harus melaksanakan pelestarian
Sabrang Kulon Desa memperhatikan prinsip-prinsip yaitu : kebudayaan di Suku
Tosari pembangunan pariwisata harus Tengger Bromo adalah isi
didasarkan pada kearifan lokal dan peraturan serta penerapan
special local sense yang merefleksikan prinsip sinergi dan
keunikan peninggalan budaya dan ketentuan peraturan oleh
keuikan lingkungan; preservasi, aktor-aktor pelaksana.
proteks, dan peningkatan kualitas Faktor penghambat
sumber daya yang menjadi basis sinergi Pemda dan
pengembangan kawasan pariwisata; lembaga adat dalam
pengembangan atraksi wisata melaksanakan pelestarian
tambahan yang mengakar pada kebudayaan di Suku
kekhasan budaya lokal; dan pelayanan Tengger Bromo adalah
kepada wisatawan yang berbasis rendahnya kapasitas SDM
keunikan budaya dan lingkungan di Suku Tengger Bromo;
lokal. Cox (dalam Dowling&Fennel, area konservasi; otonomi
2003 : 2) daerah; dan tidak adanya
Perda khusus
Sinergitas Stakeholders untuk Untuk menganalisis dan Administrasi Kualitatif (1) Proses terjalinnya Membaha tentang Fokus
Administrasi Publik yang mendeskripsikan : (1) Administrasi sebagai pekerjaan Deskriptif sinergitas stakeholders sinergitas aktor penelitian,
Demokratis dalam Perspektif Teori Sinergitas stakeholders terencana yang dilakukan oleh dalam pengelolaan kepentingan dan teori yang
Governance (Studi pada Tempat untuk administrasi publik sekelompok orang dalam bekerjasama sampah terpadu di TPST menggunakan digunakan,
27
Pengelolaan Sampah Terpadu yang demokratis dalam untuk mencapai tujuan kesejahteraan Mulyoagung Bersatu, metode penelitian lokasi
Mulyoagung Bersatu, Kecamatan perspektif teori bersama, kelompok tersebut dikenal yaitu adanya pengelolaan kualitatif penelitian,
Dau, Kabupaten Malang) governance pada tempat sebagai tiga cabang pemerintahan sampah secara terpadu hasil
pengelolaan sampah yang berperan penting bagi yang dijalankan oleh penelitian, dan
Bayu Rizky Aditya (2016) terpadu Mulyoagung pemenuhan pelayanan bagi masyarakat KSM Mulyoagung judul
Bersatu dan (2) Faktor- atau yang sering disebut dengan pubik Bersatu atas bimbingan penelitian
faktor yang (Pasolong, 2007 : 3) dan arahan dari
mempengaruhi sinergitas Stakeholders pemerintah serta
stakeholders untuk Stakehlders adalah sebuah kelompok kebijakan yang diambil
administrasi publik yang atau individu yang dipengaruhi oleh oleh pihak KSM.
demokratis dalam atau dapat mempengaruhi pencapaian Keterlibatan aktif dari
perspektif teori tujuan sebuah organisasi (Freeman, pemerintah, masyarakat
governance pada tempat 1984 : 2) dan swasta merupakan
pengelolaan sampah Sinergitas proses dari terjalinnya
terpadu Mulyoagung Sinergitas merupakan sebuah interaksi sebuah sinergitas dari
Bersatu dari dua pihak atau lebih yang saling stakeholders dan (2)
berinteraksi dan menjalin hubungan Faktor- pendukung adalah
yang bersifat dinamis guna mencapai adanya dukungan
tujuan bersama (Pamudji, 2985 : 12) pemerintah berupa
kebijakan, bimbingan,
arahan, sarana dan
prasarana kepada TPST
Mulyoagung Bersatu;
peran aktif masyarakat
Desa Mulyoagung berupa
partisipasi pada saat
musyawarah
pembentukan TPST dan
KSM, mengelola sampah,
membayar iuran, dan
menghasilkan sampah;
keterlibatan rekanan lapak
sampah dalam membeli
lapak dan juga memberi
kredit kepada TPST
Mulyoagung Bersatu.
Faktor penghambat
adalah perilaku
masyarakat yang
pragmatis terhadap
keberadaan sampah dan
tidak seluruhnya
masyarakat dapat
28
membayar penuh terkait
iuran sampah.
Sinergitas Stakeholders dalam Untuk menganalisis dan Governance Kualitatif Semipro merupakan Membahas tentang Judul
Inovasi Daerah (Studi pada Program mendeskripsikan Governance adalah mekanisme, Deskriptif program tahunan yang sinergitas aktor penelitian,
Seminggu di Kota Probolinggo sinergitas stakeholders praktek, dan tata cara pemerintah dan dilaksanakan biasanya kepentingan, teori lokasi
(Semipro) dalam inovasi daerah warga mengatur sumber daya serta pada liburan sekolah. yang digunakan, dan penelitian,
pada program Seminggu memecahkan masaah-masalah publik Hingga tahun 2013 menggunakan fokus
Triana Rahmawati (2016) di Kota Probolinggo. (Sumarto, 2003 : 2) Semipro dilaksanakan metode penelitian penelitian, dan
Sinergi sebanyak lima kali. kualitatif judul
Sinergi sebagai operasigabungan atau Semipro bukan penelitian
perpaduan unsur untuk menghasilkan merupakan program
output yang lebih baik. Sinergitas inovasi sebagaimana yang
dapat terbangun melalui dua cara yaitu telah diklaim oleh
komunikasi dan koordinasi pemerintah Kota
(Najiyati&Rahmat, 2011) Probolinggo. Stakeholder
Inovasi yang dominan dalam
Inovasi tidak terlepas dari beberapa hal program Semipro adalah
antara lain : pengetahuan baru, cara pemerintah sedangkan
baru, objek baru, teknologi baru, dan stakeholders lainnya yaitu
penemuan baru (Noor, 2013 : 87) masyarakat dan swasta
diposisikan sebagai
pendukung kegiatan.
Tidak adanya sinergitas
antar pemerintah,
masyarakat, dan swasta
dalam program Seminggu
di Kota Probolinggo dapat
dilihat dari dua hal yaitu
komunikasi yang terjadi
bersifat satu arah
sehingga tidak terjadi
pertukaran informasi
antar stakeholders dan
tidak nampak koordinasi
melainkan hanya sebatas
mengumpulkan bantuan
dari stakeholders lainnya.
Implementasi Kebijakan Retribusi Untuk menganalisis dan Retribusi Pungutan Daerah : Kualitatif (1) Dalam proses Membahas tentang Judul
Pelayanan Parkir di Kabupaten mendeskripsikan : (1) Retribusi pungutan daerah sebagai Deskriptif implementasi terdapat penyelenggaraan penelitian,
Pamekasan Implementasi kebijakan pembayaran atas jasa atau pemberian tahapan mekanisme yang parkir berlangganan, hasil
retribusi pelayanan parkir ijin tertentu yang khusus disediakan masing-masing teori yang penelitian, dan
Syaiful Anam (2015) di Kabupaten Pamekasan atau diberikan oleh Pemda untuk mempunyai tujuan dan digunakan, dan lokasi
29
dan (2) Faktor pendukung kepentingan pribadi orang atau badan target yang berbeda dan menggunakan penelitian
dan faktor penghambat (Febriyanti, 2000:152) (2) Dalam implementasi metode penelitian
dalam pelaksanaan Faktor yang Mempengaruhi Perda No. 6 Tahun 2010 kualitatif
implementasi Perda No. 6 Keberhasilan Implementasi di lapangan terdapat : (a)
Tahun 2010 di lapangan. Kebijakan : Faktor pendukung :
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjalinnya komunikasi
keberhasilan implementasi kebijakan, dan koordinasi serta
yaitu : Komunikasi, Sumber daya, pemahaman yang baik
Disposisi, dan Struktur birokrasi antar aktor dan (b) Faktor
(Edward, 1980:189). penghambat : kurangnya
pengetahuan masyarakat
serta sarana dan prasarana
Implementasi Kebijakan Parkir Untuk menganalisis dan Pendapatan Asli Daerah Kualitatif Kewajiban dan tanggung Membahas tentang Judul
Berlangganan dalam Menunjang mendeskripsikan Pendapatan Asli Daerah adalah Deskriptif jawab penyelenggara penyelenggaraan penelitian dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) implementasi kebijakan penerimaan di daerah dari sektor layanan belum mampu parkir berlangganan, teori yang
Kabupaten Sidoarjo parkir berlanggganan pajak, retribusi daerah, dilaksanakan dengan baik, lokasi penelitian, digunakan
dalam menunjang hasil perusahaan milik daerah, hasil hak pengguna jasa dan menggunakan
Ahmad Riyadh U. Balahmar Pendapatan Asli Daerah pengelolaan kekayaan daerah yang layanan parkir metode penelitian
(2013) di Kabupaten Sidoarjo. dipisahkan, dan lain-lain PAD yang berlangganan belum kualitatif
sah mampu dipenuhi secara
(Mardiasmo, 2002) keseluruhan, capaian
Retribusi Daerah : tujuan penyelenggaraan
Retribusi daerah adalah pungutan layanan parkir
daerah sebagai pembayaran atas jasa berlangganan lebih
atau pemberian izin tertentu yang berorientasi pada
khusus disediakan dan atau diberikan peningkatan PAD dari
oleh Pemda untuk kepentingan orang pada peningkatan
pribadi atau badan. pelayanan parkir, belum
(Siahaan, 2005) ada kerjasama yang
optimal antar berbagai
stakeholder, sarana dan
prasarana minim
Sumber : Hasil Olah Penulis, 2017
30
31
atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk
dibuat oleh badan atau kantor pemerintah (Dunn : 2003). Menurut Dye (1981),
kebijakan publik memiliki makna sebagai sebuah pilihan tindakan apapun yang
tertentu, langkah-langkah yang telah atau sedang diambil (atau gagal diambil)
mengenai apa yang telah terjadi atau tidak terjadi (Wahab : 2012). Menurut Jones
(1996), istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-hari namun
(decision), standar, proposal, dan grand design (Winarno : 2007). Udoji (1981)
mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang
2005).
32
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang dilandasi pemikiran rasional dalam
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
(Muhamad : 2011)
& Sawicki (1993) berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk
merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk
Van Meter & Van Horn (1975) menyatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara
utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi
yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif
kebijakan yang telah diseleksi. Seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif
dan efisien sumber daya, unit-unit, dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan
program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat dan
34
petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang
dilaksanakan
menurut Edward III (1980) karena jabaran konsep-konsep yang dibahasnya jauh
lebih dalam dan operasional serta lebih sederhana dibandingkan dengan variabel-
dua pertanyaan, yaitu : (1) Apa syarat untuk suksesnya kebijakan? dan (2) Apa
menjawab dua pertanyaan tersebut dengan mengkaji empat faktor atau variabel
Gambar 2.2.3
Model Implementasi Kebijakan Publik Menurut Edward III
Edward III (1980) terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yaitu :
(Winarno : 2005). Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa
kontrol yang besar atas program yang bersifat fleksibel lebih dapat
agenda birokrasi yang menumpuk dan (2) Pandangan yang sempit dari
badan yang mungkin juga akan menghambat perubahan, jika suatu badan
(Winarno : 2005)
diberlakukan, layanan tidak akan disediakan, dan peraturan yang masuk akal
a. Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau
(Agustino : 2006)
2005). Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau
dan tindakan penghambatan lainnya. Menurut pendapat Van Meter & Van
Horn (1975), sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan
publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan
dan persoalan yang mereka rasakan. Kebijakan publik biasanya bersifat top
apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil
keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga
ambigu/mendua.
Menurut Edward III (1980), terdapat beberapa hambatan umum yang biasa
Pertentangan seperti ini akan mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung
rantai informasi yang dapat mengakibatkan bias informasi, dan (3) Masalah
2005)
masalah dalam memulai kebijakan yang baru, dan adanya kecenderungan meng-
kebijakan terdiri dari berbagai aktor yang terlibat mulai dari manajemen puncak
sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi yang efektif menuntut proses
terdistorsi.
42
jika semakin banyak maka semakin besar kemungkinan hambatan dan distorsi
yang dihadapi (Winarno : 2005). Dalam mengelola komunikasi yang baik perlu
tujuan informasi oleh pelaku kebijakan atas dasar kepentingan sendiri dengan cara
bahwa terdapat empat faktor dalam model implementasi kebijakan publik yaitu :
2.2.4 Sinergitas
sesuatu yang baru. Sinergitas merupakan hasil dari suatu relasi dialogik antara
berbagai sumber pengetahuan yang berbeda dan merupakan suatu proses yang
hakekatnya adalah hasil dari suatu proses perpaduan dari cara-cara bagaimana
mengatasi masalah dan perpaduan gagasan yang dijalankan oleh pihak-pihak yang
saling percaya dan bersikap saling mendukung menghasilkan suatu gagasan baru
yang benar-benar memberikan kepuasan secara intrinsik bagi semua belah pihak.
Timbulnya gagasan baru dan kepuasan yang mengikutinya tidak akan dapat
strategi budaya, kekuasaan dan budaya, integrasi sistem dan investasi awal untuk
unsur utama dari suatu strategi kerjasama atau kemitraan yang harus berada pada
menjadi antar pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Pada konteks keterkaitan
masing-masing dasar sinergitas berlaku bahwa jika salah satu dari keempat dasar
ini tidak ada pada saat kesepakatan kerjasama dilakukan, maka sinergitaspun akan
dasar sinergitas ini perlu diterapkan tetapi bukan satu-satunya komponen yang
proses dimana interaksi dari dua atau lebih agen atau kekuatan akan
pengaruh mereka secara individual. Sinergitas bukan sesuatu yang dapat kita
pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan pengaruh
44
orang yang bekerja bersama secara sinkron satu sama lain sehingga mereka dapat
bergerak dan berfikir sebagai satu kesatuan. Tindakan sinergitas ini dilakukan
sebagai kegiatan atau operasi gabungan. Sinergitas juga bisa dimaknai sebagai
adanya perasaan kalah. Merujuk pada definisi tersebut, ciri khas sinergitas adalah
kepentingan bisa diartikan sebagai hubungan sinergitas yang dibangun oleh para
merupakan kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan
keluaran lebih baik dan lebih besar. Sinergitas dapat dipahami sebagai operasi
gabungan atau perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik.
(Dwinugraha : 2016).
yang lebih maksimal dengan cara bekerjasama sehingga terhubung oleh beberapa
persepsi, sikap, dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan. Sinergitas adalah
saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil lebih besar
pendapat, dan bersedia saling berbagi. Sinergitas tidak mementingkan diri sendiri,
namun berpikir menang-menang dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa
dirugikan.
2.2.5 Dimensi Sinergitas
Sinergitas dapat terbangun melalui dua cara yaitu : (1) Komunikasi.
Komunikasi menurut Sofyandi & Garniwa (2007) dapat dibedakan atas dua
bagian yaitu : (a) Komunikasi yang berorientasi pada sumber yang menyatakan
2.2.5.1 Koordinasi
46
(Handoko : 2009). Menurut Terry (1986), koordinasi adalah suatu usaha yang
sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan
secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa
sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak
suatu usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas
pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
Tipe koordinasi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal
dan koordinasi horizontal. Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi.
dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama
unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling
bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya
tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab
berikut :
sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan
pengawasan rutin
organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan
(Handoko : 2009)
informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang
untuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melalui informasi atau
pendapat atau pesan atau ide yang disampaikannya kepada orang tersebut.
3. Pembagian kerja. Pembagian kerja adalah perincian tugas dan pekerjaan agar
4. Disiplin. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
sosial yang berlaku. Disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah laku,
apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk dan patuh terhadap
satuan-satuan yang berbeda. Lawrence & Lorch (dalam Handoko, 2003 : 197)
mengungkapkan bahwa terdapat empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja
dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan
yang lain
mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan
51
bentuk seperti :
bersangkutan.
kurang baik, seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit dan
1989).
3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing- masing
unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk
2008)
bahwa koordinasi adalah suatu usaha ke arah keselarasan kerja antara anggota
organisasi sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dan tumpang tindih. Hal ini
berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Koordinasi
adalah proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur
diperintah sehingga di satu sisi semua kegiatan kedua belah pihak terarah pada
tujuan pemerintahan yang ditetapkan bersama dan di sisi lain keberhasilan pihak
sebagai berikut :
pokok dan fungsi, (b) Kesadaran untuk bekerjasama dengan atasan, teman
sejawat, dan bawahan, dan (c) Ada kemauan untuk membantu teman yang
2. Rivalry, yaitu dalam organisasi besar sering diadakan persaingan antar bagian
3. Team Spirit, yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai : (a)
Tingkat ketaatan pelaksana, (b) Ada tidaknya bentuk kesepakatan, dan (c)
bersemangat : (a) Dukungan satu sama lain, (b) Menghargai kebijakan antar
(c) Kemauan untuk menerima kritik dan saran satu sama lain
sebagai berikut :
1. Komunikasi : (a) Ada tidaknya informasi, (b) Ada tidaknya alur informasi,
3. Kompetensi partisipan : (a) Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat dan
kesepakatan, (b) Ada tidaknya pelaksana kegiatan, (c) Ada tidaknya sanksi
bagi pelanggar kesepakatan, dan (d) Ada tidaknya insentif bagi pelaksana
koordinasi
54
5. Kontinuitas perencanaan : (a) Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan
menurut Moekijat (1994) yaitu : (1) Hubungan langsung. Koordinasi dapat lebih
proses yang berlanjut dan harus berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap
mengingat perubahan lingkungan baik intern maupun ekstern, (5) Tujuan yang
jelas. Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang efektif, (6)
koordinasi yang efektif, (7) Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas.
pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu mereka dalam pekerjaan dengan
merupakan salah satu persyaratan untuk koordinasi yang baik, dan (9)
saling bekerja sama dilihat perbagian); rivalry (dalam organisasi besar sering
55
diadakan persaingan antar bagian agar saling berlomba); team spirit (satu sama
lain perbagian harus saling menghargai); dan esprit de corps (bagian yang saling
2.2.5.2 Komunikasi
melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi
juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal, dan sebagainya (Handoko : 2009).
sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka. Cassata & Asante (1979) mengemukakan bahwa
(Wiryanto : 2004).
penyelia (mandor) mereka dan bukan pada manajer pabrik. Keterbatasan ini
sama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan
57
mempunyai cara tertentu yang efektif untuk menangani konflik diantara para
dapat berfungsi lebih efektif daripada lainnya, dan banyak diantara mereka
(Handoko : 2009).
(tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan lain-lain) atau komunikator yang
psikologis)
membosankan
dengan masalah hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar
kelompok
1. Dimensi kemudahan perolehan informasi yang terdiri dari indikator yaitu : (a)
dengan pegawai
2. Dimensi kualitas media yang terdiri dari indikator yaitu efisiensi media dalam
penyajian informasi
dengan baik secara tulisan dan (b) Kemampuan dalam berkomunakasi dengan
dalam bekerja, (b) Adanya semangat kerja yang tinggi, dan (c) Memilih
Dinas Perhubungan, Samsat, dan DPPKA Kabupaten Sidoarjo. Menurut Howlet &
Ramesh (1995), aktor-aktor dalam kebijakan terdiri atas lima kategori, yaitu : (1)
Aparatur yang dipilih (elected official) yaitu berupa eksekutif dan legislatif, (2)
menjadi kunci dasar dan sentral figur dalam proses kebijakan atau subsistem
dan (5) Media massa (mass media) sebagai jaringan hubungan yang krusial
dimana tugas pokoknya adalah memimpin negara, disamping itu ada aktor lain
yang terlibat dan bekerjasama dengan eksekutif dalam membuat suatu kebijakan
masukan terhadap kebijakan yang dibuat sebagai wadah untuk hak bertanya
mengadakan perubahan atas suatu kebijakan, namun fungsi ini terkadang tidak
(Yudha : 2012)
Pada setiap kebijakan yang dirumuskan tidak lepas dari kepentingan para
aktor yang ingin mendapat keuntungan dengan menumpang pada setiap kebijakan
yang dibuat. Menumpangnya para aktor ini dalam setiap kebijakan akan
dijalankan. Dengan berpangkal tolak pada refleksi seperti itu, sebagaimana yang
61
diungkapkan oleh Crehan & Oppen (1988) bahwa proses kebijakan sebaiknya
dipahami sebagai sebuah peristiwa sosial (social event) dan arena perjuangan (an
arena of struggle), tempat dimana para partisipan (aktor atau kelompok) yang
presiden. Departemen ini menjadi sangat penting dan signifikan khususnya yang
publik kedua yang cukup penting dalam penyusunan kebijakan publik adalah
2012)
aktor-aktor lainnya. Aktor yang terlibat dalam proses kebijakan public yakni aktor
inside government. Dalam konteks negara kita (yang bisa jadi berbeda dengan
Menteri, Kepala Daerah) yang umumnya merupakan jabatan politis, (b) Anggota-
anggota dari badan perwakilan rakyat (Legislatif/DPR dan MPR), (c) Badan dan
62
orang-orang Yudikatif secara parsial, dan (d) Birokrasi dari Sekwilda, Kepala
Kanwil sampai level terbawah (misalnya petugas trantip sebagai street level
kelompok yang terlibat dalam kondisi tertentu sebagai suatu subsistem kebijakan
atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Hono : 2016). Pada prinsipnya, retribusi
adalah sama dengan pajak. Unsur-unsur pengertian pajak sama dengan retribusi,
dalam retribusi antara lain : (1) Pungutan retribusi harus berdasarkan Undang-
negara, (4) Digunakan sebagai pengeluaran masyarakat umum, dan (5) Imbalan
atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar retribusi (Patoppoi :
2016).
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
63
retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(Nusa, Fatah, & Wamafima : 2017). Terdapat empat unsur yang melekat pada
Undang, (2) Sifat pungutannya dapat dipaksakan, (3) Pungutannya dilakukan oleh
negara, dan (4) Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum dan kontra
prestasi (imbalan langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi) (Ilyas &
Burton : 2001).
adanya layanan yang diterima oleh masyarakat dari pemerintah atau yang sering
(1) Retribusi dipungut oleh negara, (2) Dalam pemungutannya terdapat paksaan
secara ekonomis, (3) Ada kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk, dan
daerah menurut Waluyo (1999) yaitu : (1) Adanya isu tentang perbedaan public
goods dan private goods. Public goods dibiayai oleh pajak dari masyarakat dan
dari retribusi, banyak variabel yang mempengaruhi, seperti alasan sosial ekonomi,
kegiatannya akan menurun bila dibandingkan bila ada charge. Hal tersebut karena
64
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, (3) Prinsip benefit. Mereka yang
bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk
atas penggunaan pelayanan parkir baik di tempat parkir di tepi jalan umum
berlangganan (Febrianti : 2014). Menurut pasal 5 dan pasal 8 dalam Perbup No. 4
atas penggunaan pelayanan parkir di tepi jalan umum dan di tempat khusus parkir
c. Pergub Jawa Timur No. 47 Tahun 2011 tentang Persetujuan Bersama Fasilitas
Sidoarjo
Kabupaten
Dasar Hukum Sidoarjo No. 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Landasan TeoriParkir di
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 1. Kebijakan publik menurut Budiardjo (2008), Dunn (2003),
Daerah Dye (1981), Wahab (2012), Wilson (2006), Jones (1996),
2. Undang-Undang Kabupaten
No. 28 Tahun 2009Sidoarjo
tentang Pajak Daerah dan Winarno (2007), Udoji (1981), Wahab (2005)
Retribusi Daerah 2. Implementasi kebijakan publik menurut Edward (1980),
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 47 Tahun 2011 tentang Dunn (2003), Setiawan (2004), Harsono (2002), Wahab
i. Bersama
Persetujuan Perbup No.
Fasilitas 46 Tahun
Pemungutan Retribusi 2009
Parkir tentang Pelayanan Parkir& Sabatier
(2001), Mazmanian oleh (1979),
Pemerintah
Wahab (2008),
Berlangganan pada Kantor Bersama Samsat Provinsi Jawa Patton & Sawicki (1993), Tangkilisan (2003), Van Meter &
Timur Van Horn (1975)
4.
Sidoarjo
Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/132/kpts/013/2016 3. Model implementasi kebijakan publik menurut Edward III
tentang Tim Intensifikasi Fasilitasi Pemungutan Retribusi Parkir (1980), Winarno (2005), Tachjan (2006), Agustino (2006),
Berlangganan pada Kantor Bersama Samsat Provinsi Jawa Van Meter & Van Horn (1975)
Timur 4. Sinergitas menurut Hampden-Turner (1990), Sirower
5. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Parkir di (1998), Deardorff & Williams (2006), Najiyati & Rahmat
Kabupaten2.3SidoarjoKerangka Konseptual (2011)
6. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan 5. Dimensi sinergitas menurut Sofyandi & Garniwa (2007)
Parkir di Kabupaten Sidoarjo 6. Aktor pelaksana kebijakan menurut Howlet & Ramesh
7. Peraturan Bupati No. 4 Tahun 2006 tentang Pelayanan Parkir Gambar 2.3 (1995), Crehan & Oppen (1988), Moore (1995), Kingdon
di Kabupaten Sidoarjo (1984)
8. Peraturan Bupati No. 35 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Kerangka Konseptual
7. Koordinasi menurut Handoko (2003), Handoko (2009),
Pelaksanaaan Perda Kabupaten Sidoarjo No. 2 Tahun 2012 Terry (1986), Hasibuan (2006), Ndraha (2003), White
tentang Penyelenggaraan Parkir di Kabupaten Sidoarjo (1957), Kencana (2011), Hasibuan (2011), Handayaningrat
9. Peraturan Bupati No. 46 Tahun 2009 tentang Pelayanan Parkir (1989), Manullang (2008)
oleh Pemerintah Sidoarjo 8. Komunikasi menurut Handoko (2009), Berlo (1965), Rogers
(1997), Cassata & Asante (1979), Mulyana (2007), Bernard
& Steiner (1964), Wiryanto (2004), Wiryanto (2005),
Lesikar (1997), Suranto (2010)
9. Indikator komunikasi menurut Hutapea & Thoha (2008),
Rogers (1998)
10. Retribusi daerah menurut UU No. 24 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Ilyas & Burton
(2001), Riwukaho (1997)
11. Retribusi parkir menurut Perda No. 2 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Parkir di Kabupaten Sidoarjo dan Perbup
No. 4 Tahun 2006 tentang Pelayanan Parkir di Kabupaten
Sidoarjo
66
Dimensi Implementasi
Kebijakan Publik Dimensi Sinergitas
1. Struktur birokrasi 1. Koordinasi
2. Sumber daya 2. Komunikasi
3. Disposisi
4. Komunikasi
Sinergitas Antar
Kerangka konseptual Aktortentang
berisi Pelaksana dalam Penyelenggaraan
hubungan teori Parkir
yang digunakan untuk
Berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo dan Perbup No. 35 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
tahun 1980 dan teori tentang sinergitas menurut Najiyati & Rahmat dalam
kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward III (1980) yaitu : (1) Struktur
birokrasi yang memiliki beberapa indikator yaitu : SOP dan fragmentasi, (2)
Sumber daya yang memiliki beberapa indikator yaitu : staf, informasi, wewenang,
dan fasilitas, (3) Disposisi yang memiliki beberapa indikator yaitu : pengangkatan
birokrasi dan insentif, dan (4) Komunikasi yang memiliki beberapa indikator yaitu
Dwinugraha : 2016) terdiri dari : (1) Koordinasi yang memiliki beberapa indikator
yaitu : sense of cooperation, rivalry, team spirit, dan esprit de corps dan (2)
informasi, kualitas media, dan muatan informasi. Seluruh dasar hukum dan teori
METODE PENELITIAN
tujuan dan kegunaan tertentu yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu
untuk memperoleh data yang valid dan relevan dengan tujuan penelitian. Metode
unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah,
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan
68
69
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
(Muhammad : 2013)
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang dan
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta
ingin mengetahui dan membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual,
Kabupaten Sidoarjo
membatasi penelitian untuk memilih mana data yang relevan dan mana data yang
b. Sumber daya : (1) Staf, (2) Informasi, (3) Wewenang, dan (4) Fasilitas
Sidoarjo
sering diadakan persaingan antar bagian agar saling berlomba, (3) Team
spirit, yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai, dan (4)
bersemangat
Kabupaten Sidoarjo yaitu di Dinas Perhubungan yang terletak di Jl. Raya Candi
penentangan dari masyarakat. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk diteliti
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Tanriono : 2015).
bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Pada penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang
ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari
orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
72
oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel semakin
untuk menggali informasi terkait dengan pokok permasalahan. Pada penelitian ini
1. Key Informan, yaitu orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti.
Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah
yaitu : (a) Juru parkir berlangganan dan (b) Masyarakat pengguna parkir
berlangganan
Tabel 3.4
Daftar Informan
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika
suatu peristiwa terjadi secara langsung. Data primer merupakan sebuah obyek
berupa dokumen asli dari pelaku yang disebut first-hand information. Data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain (Sugiyono :
2011). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
studi pustaka. Contoh sumber data sekunder antara lain : komentar, interpretasi,
Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang, maupun tempat yang
dapat dijadikan sebagai acuan penulis untuk mengumpulkan data yang diinginkan
sesuai dengan masalah dan fokus penelitian. Pada penelitian ini penulis
sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki (Febriani
partisipasi pasif. Observasi partisipan ini digunakan agar data yang diperoleh
lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
dengan alat-alat wawancara seperti buku catatan, alat perekam suara, dan
pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi (Datu : 2014). Cara yang digunakan
penulis agar terhindar dari kehilangan informasi yaitu dengan meminta ijin
2011). Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian,
Pada penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
hasil temuan dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan dalam
digunakan penulis di sini berupa foto, gambar, serta data-data yang didapat
saat melakukan observasi dan wawancara dengan informan yaitu : (1) Kepala
penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat
jurnal, dan media lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian (Febriani :
2013). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Mutmainah : 2013). Analisis data dalam penelitian
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
77
Gambar 3.6
Komponen dalam Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
langkah selanjutnya yang akan diambil oleh peneliti (Sugiyono : 2011). Hal
pertama yang dilakukan adalah observasi lapangan dan survey terhadap lokasi
Sidoarjo. Pengumpulan data yang kedua yaitu dari Juru parkir berlangganan
dari Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo. Data yang
angka. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai (Sugiyono : 2011). Data yang telah direduksi akan memberikan
Struktur birokrasi, (3) Disposisi, dan (4) Komunikasi. Fokus penelitian yang
Teks yang bersifat naratif merupakan penyajian data yang paling sering
disajikan sesuai dengan rumusan masalah. Data yang dibutuhkan dalam tahap
Kabupaten Sidoarjo.
4. Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan, masih bersifat sementara dan akan
berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
akhir secara jelas. Data yang telah disajikan dan dikelompokkan untuk
Gambar 3.7
Alur Berpikir Penelitian
Pelaksanaan kebijakan parkir berlangganan di lapangan
tidak berjalan secara efektif dan optimal karena :
1. Masih banyak juru parkir berlangganan yang
masih memungut uang parkir, pengawasan yang
kurang, dan sarana prasarana yang kurang
2. Kurangnya koordinasi antara Dinas Perhubungan,
Samsat, dan DPPKA Kabupaten Sidoarjo, serta
Bapenda Provinsi Jawa Timur
80
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Sidoarjo menggunakan dasar hukum yaitu Perda No. 2 Tahun 2012 tentang
81
implementasi kebijakan menurut Edward III tahun 1980 dan teori tentang
sinergitas menurut Najiyati & Rahmat dalam Dwinugraha tahun 2016, kemudian
III (1980) yaitu : (1) Struktur birokrasi yang memiliki beberapa indikator yaitu :
SOP dan fragmentasi, (2) Sumber daya yang memiliki beberapa indikator yaitu :
staf, informasi, wewenang, dan fasilitas, (3) Disposisi yang memiliki beberapa
indikator yaitu : pengangkatan birokrasi dan insentif, dan (4) Komunikasi yang
Dwinugraha (2016) terdiri dari : (1) Koordinasi yang memiliki beberapa indikator
yaitu : sense of cooperation, rivalry, team spirit, dan esprit de corps dan (2)
informasi, kualitas media, dan muatan informasi. Seluruh data yang terhimpun
fokus penelitian. Data yang didapatkan saat wawancara mulai disajikan sesuai
dengan rumusan masalah. Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan secara jelas
dan lengkap.
BAB IV
adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap
32 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
daerah yang memiliki potensi unggulan dan kekhasan daerah yang dapat
82
83
Perhubungan Kabupaten Sidoarjo pertama kali berdiri pada tahun 1973 dengan
menggunakan nama Kantor Wilayah Lalu Lintas Darat Surabaya Timur. Pada
tahun 1984 hingga tahun 1995 berubah nama menjadi Cabang Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya. Pada tahun 1995 Cabang Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan
Raya berubah nama menjadi Dinas Lalu Lintas dan Jalan Daerah. Pada bulan
Sidoarjo.
Wahana Tata Nugraha (WTN) selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2012
yang mampu menata transportasi publik dengan baik. Hal tersebut menunjukkan
permasalahan angkutan dan perhubungan sesuai dengan visi dan misi yang
bidang perhubungan tetapi juga dapat memberikan kontribusi besar dalam bidang
perekonomian daerah.
Yang Maha Esa, (2) Tanggap terhadap kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa
yang tertib, teratur, tepat waktu, bersih, dan nyaman, (3) Tangguh menghadapi
tantangan, (4) Terampil dan berperilaku gesit, ramah, sopan serta lugas, dan (5)
1. Urusan Perhubungan : (a) Transportasi Darat, (b) Transportasi Laut, dan (c)
Transportasi Udara
terminal), (c) UPT Parkir (pelayanan parkir berlangganan), dan (d) UPT
Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Jarak dari pusat Kota Sidoarjo sejauh
kurang lebih 3 kilometer ke arah selatan, dengan waktu tempuh kurang lebih 20
maupun jalan regular) karena posisi kantor Dinas Perhubungan berada nol
1. Kepala Dinas
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, dan Kepala Sub Bagian
Keuangan.
Transportasi Darat.
Seksi Usaha Perhubungan Laut, Udara, dan Postel dan Kepala Seksi
Bermotor, (2) Kepala Unit Pelaksana Tugas Terminal, (3) Kepala Unit Pelaksana
Tugas RSPK, dan (4) Kepala Unit Pelaksana Tugas Parkir. Pembinaan terhadap
Sidoarjo adalah merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan organisasi
kondisi internal Dinas Perhubungan sendiri, tentunya sangat ditentukan pula oleh
kondisi lingkungan di luar Dinas Perhubungan. Kondisi eksternal terdiri dari para
Kabupaten Sidoarjo, (6) Mitra kerja sektoral (PT Angkasa Pura I, Administrator
Telkom, dan Perum Damri), (7) Lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi), dan (8)
Tabel 4.1.3
Jumlah Pegawai di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
sebanyak 111 orang; PNS Fungsional sebanyak 15 orang; dan Non PNS sebanyak
759 orang.
(Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasarana) yang memadai, hal ini dapat di
operasional
3. Kondisi fisik terminal dan gedung perkantoran belum memadai dan kurang
Kabupaten Sidoarjo seluas 3,7 hektar di Desa Gebang lingkar timur untuk
terlibat dan peduli terhadap layanan, dan (4) Meningkatkan pembinaan dan
upaya tersebut yaitu sebagai berikut : (1) Kelembagaan dengan membentuk UPTD
bangunan seluas 460,9 m². Berikut adalah tabel fasilitas uji di Dinas Perhubungan
Kabupaten Sidoarjo :
Tabel 4.1.4
Fasilitas Uji di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo terdiri dari : 1 Gedung CIS; 1 Lapangan Parkir Uji; 2 Gedung
dan 1 Jalur Uji Rem semuanya dalam kondisi baik dengan pengoperasian yang
efektif
90
(7) Standar Operasional Surat Masuk, (8) Standar Operasional Surat Keluar, dan
Visi
jasa perhubungan yang handal yang didukung dengan organisasi birokrasi dan
Misi
kepentingan masyarakat
Bagan
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
91
92
memberikan arah dan pedoman yang jelas dalam menjalankan roda organisasi
yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
simplifikasi, serta komunikasi antar unit kerja. Tugas pokok dan fungsi dijelaskan
perjabatan, mulai dari Pejabat Eselon 2 sampai dengan Eselon 4 SKPD. Dinas
Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo,
di bidang perhubungan, dan (4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas
dan (f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
yang tidak ditangani oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
keuangan, dan (d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas
sesuai tugasnya.
tugasnya.
tugasnya.
dinas, dan (d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai
dengan tugasnya.
fungsi yaitu : (a) Penyusunan kebijakan teknis manajemen lalu lintas dan
rekayasa lalu lintas, (b) Pelaksanaan kegiatan teknis manajemen lalu lintas
dan rekayasa lalu lintas, (c) Pelaporan dan pelaksanaan kegiatan teknis
manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas, dan (d) Pelaksanaan tugas lain
jaringan lalu lintas angkutan jalan dan sungai kabupaten, (2) Rencana induk
jaringan lalu lintas sungai dan pengumpan lokal dalam kabupaten, (3)
Rencana induk jaringan jalur kereta api yang jaringannya dalam satu
kabupaten, (4) Rencana penetapan kelas jalan dan jaringan lalu lintas
angkutan barang, (5) Sistem manajemen informasi lalu lintas jalan dan
lalu lintas, (7) Rekomendasi pemeliharaan dan peningkatan jaringan jalan dan
sungai dalam kabupaten, (8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugasnya.
pelaksanaan teknis rekayasa lalu lintas yaitu : (1) Pendataan kinerja lalu lintas
angkutan jalan dan sungai dan (2) Rekayasa lalu lintas dan angkutan jalan
(orang dan barang) serta sungai di wilayah kabupaten, (c) Menyiapkan bahan
ketatausahaan bidang, dan (e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
dalam bidang angkutan jalan dan angkutan sungai, kereta api, dan udara dan
kegiatan bidang angkutan, dan (d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
10. Seksi Angkutan Jalan. Mempunyai tugas : (a) Menyiapkan bahan perumusan
angkutan jalan meliputi : (1) Rencana penyediaan angkutan umum untuk jasa
wilayah operasi angkutan orang tidak dalam trayek dalam wilayah kabupaten,
penerbitan Surat Keputusan Izin Trayek (SKIT) angkutan orang dalam trayek
angkutan trayek tetap dalam wilayah kabupaten, (8) Pemberian izin insidentil
kendaraan angkutan umum dan tidak umum bagi kendaraan wajib uji, (10)
Trayek (SKIT) angkutan orang dalam trayek tetap dan tidak dalam trayek,
usaha angkutan jalan, dan (d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
11. Seksi Angkutan Sungai, Kereta Api dan Udara. Mempunyai tugas : (a)
dan udara, (b) Menyiapkan bahan pelaksanaan teknis angkutan sungai, kereta
api, dan udara meliputi : (1) Rencana penyediaan angkutan sungai untuk jasa
97
kabupaten, (5) Rencana penetapan tarif angkutan sungai untuk orang dan
angkutan sungai yang digunakan untuk barang dan orang, (7) Koordinasi
pengadaan dan pengembangan angkutan sungai, kereta api, dan bandar udara,
perkeretapian khusus, izin operasi, dan penetapan jalur kereta api khusus dan
sungai, kereta api, dan udara, (d) Melaksanakan tugas ketatausahaan bidang,
dan (e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugasnya.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugasnya.
kendaraan angkutan orang dan barang di jalan, sungai, dan terminal tipe c, (3)
Pemeriksaan terhadap persyaratan teknis dan layak jalan di jalan serta berat
bidang lalu lintas dan angkutan jalan sesuai kewenangan, (c) Menyiapkan
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugasnya.
99
analisis pelanggaraan dan kecelakaan lalu lintas di daerah, dan (3) Pembinaan
dan penyuluhan tertib berlalu lintas di jalan, di sungai kepada masyarakat, (c)
kegiatan sarana dan prasarana, dan (d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
sarana dan prasarana, (2) Rencana induk dermaga sungai dan pengumpan
gedung uji kendaraan bermotor, halte angkutan jalan, shelter, terminal tipe c,
pemeliharaan, dan penghapusan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan alat
pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali, dan pengamanan pemakai jalan,
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugasnya.
ketatausahaan bidang, dan (e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
18. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana teknis dinas, yang mempunyai
operasional dan atau penunjang tertentu. Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh
dinas dan pembinaan teknis dilaksanakan oleh kepala bidang sesuai tugasnya
sebagai berikut :
3. Surat Edaran Menteri Pehubungan No. SE.7 Tahun 2000 tentang Rincian
kewenangan
4. Surat Edaran Menteri Perhubungan No. SE.8 Tahun 2000 tentang Pedoman
Kabupaten/Kota
Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo
dengan dasar hukum yaitu Peraturan Bupati Sidoarjo No. 79 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas
berikut :
Daerah
3. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
7. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Umum
9. Keputusan Menteri Perhubungan No. 4 Tahun 1994 tentang Tata Cara Parkir
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo
menuntut adanya kerjasama banyak pihak, ketika strukur birokrasi tidak kondusif
Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk
cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi maka semakin besar pula probabilitas
perencanaan yang luwes dan kontrol yang besar atas program yang bersifat
Hal ini dinyatakan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir
“Kita hanya mengatur sepeda kayak enak keluarnya gitu kan. Kalau juru
parkir berlangganan, ya kita nggak terlalu memaksa lah sama yang parkir.
Kalau diberi nggak papa diterima, nggak diberi juga nggak papa”
(Wawancara, 6 Februari 2018, Pukul 08.30 WIB, di Pasar Larangan
Kabupaten Sidoarjo)
Hal serupa disampaikan oleh Pak Sulis selaku juru parkir berlangganan di
adalah hasil wawancara penulis dengan Febrina Dewi Fitrianti selaku pengguna
parkir berlangganan :
berlaku untuk 1 tahun. Jadi, tidak perlu bayar parkir lagi di tiap titik parkir.
Tapi saya selalu membayar parkir dimanapun, tidak terkecuali di titik
parkir berlangganan. Jadi, tetap bayar parkir ganda walau sudah bayar Rp
25.000,-. Saya juga pernah ditarik oleh juru parkir resmi yang
menggunakan rompi. Harusnya pemerintah segera menyelesaikan
permasalahan parkir berlangganan sesuai peraturan agar pembayaran
retribusi parkir tidak sia-sia” (Wawancara, 31 Januari 2018, Pukul 11.00
WIB, di Rumah Pewawancara)
Jawaban dari Febrina Dewi Fitrianti juga diperkuat dengan jawaban Pak
Hal serupa juga dinyatakan oleh Pak Sodik selaku pengguna parkir
peningkatan. Hal ini juga dipertegas oleh data empiris yang penulis dapat ketika di
Tabel 4.2.1.1
107
berlangganan keseluruhan mulai tahun 2014 sampai tahun 2016 terus mengalami
peningkatan baik kendaraan roda-2 maupun kendaraan roda-4, yaitu pada tahun
2014 jumlah keseluruhan sebanyak 1.221.508 kendaraan, pada tahun 2015 jumlah
2011 sampai tahun 2013, namun mengalami penurunan pada tahun 2014, akan
tetapi kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015 sampai tahun 2017. Hal
ini juga dipertegas oleh data empiris yang penulis dapat ketika di lapangan
sebagai berikut :
Tabel 4.2.1.2
Data Obyek Kendaraan Bermotor Parkir Berlangganan
(Yang Bayar Retribusi)
yang membayar retribusi parkir berlangganan pada tahun 2011 yaitu sebanyak
741.019 unit, pada tahun 2012 sebanyak 820.448 unit, pada tahun 2013 sebanyak
910.258 unit, pada tahun 2014 sebanyak 884.013 unit, pada tahun 2015 sebanyak
984.447 unit, pada tahun 2016 sebanyak 1.008.947 unit, dan pada tahun 217
kendaraan baru, mutasi masuk, dan mutasi keluar pada tahun 2011 sampai tahun
2013 terus mengalami peningkatan, pada tahun 2014 mengalami penurunan, dan
pada tahun 2015 sampai tahun 2017 terus mengalami peningkatan yang
signifikan.
masih terdapat broker. Nomor yang digunakan oleh juru parkir berlangganan
sebagai media bukti milik kendaraan terlihat terorganisir walaupun hanya berupa
kertas dan nomor saja. Terdapat pengelola yang memberi nomor tersebut kepada
dengan Pak Oni selaku juru parkir berlangganan di Pasar Larangan sebagai
berikut :
menyetor kepada pemilik lahan yang masih kerap meminta jatah karena parkir di
lahan yang diklaim sebagai miliknya tersebut, sehingga para juru parkir masih
harus berbagi dengan pemilik lahan dan untuk mencukupi target tersebut maka
juru parkir berlangganan harus memungut kembali biaya parkir kepada pengguna
Sidoarjo terdapat di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir yang meliputi
tersebar di 279 titik parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo, yaitu di sekitar Jl.
Mojopahit, Jl. KH. Mukmin, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Pahlawan,
Jl. Lingkar Barat, Jl. Mayjen Sungkono, Jl. Raya Cemengkalang, Jl. Jaksa Agung
Suprapto, Jl. Monginsidi, Jl. Kartini, Jl. Ahmad Yani, Jl. Hangtuah, Jl. KMP M
Duryat, Jl. Raden Wijaya, Jl. Gajah Mada, Jl. Raden Fatah, Jl. Dr. Wahidin, Jl.
Tengku Umar, Jl. Dr. Cipto, Jl. Sultan Agung, Jl. Cokronegoro, Jl. Gubernur
Suryo, Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pasar Ikan, Jl. Lingkar Timur, Jl. Raya Candi, Jl.
Sunandar P. Sudarmo, Jl. Raya Tenggulunan, Jl. Raya Buduran, Jl.Raya Bebekan,
Jl. Raya Wonocolo, Jl. Raya Taman, Jl. Stasiun, Jl. Raya Pepelegi, Jl. Raya
110
Wadungsari, Jl. Tropodo, Jl. Raya Sedati Gede, Jl. Betro, Jl. Raya Sedati, Jl. Raya
Gedangan, Jl. A. Yani Gedangan, Jl. Raya Sukodono, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Imam
Bonjol, Jl. Setiabudi, Pasar Krian, Jl. Ki Hajar Dewantara, Desa Barongkrajan, Jl.
Raya Watutulis, Jl. Raya Prambon, Jl. Raya Bulang, Jl. Raya Tarik, Jl. Raya
Balongbendo, Jl. Raya Wonoayu, Jl. Raya Tulangan, Jl. Raya Krembung, Jl. Raya
tersebut telah membayar retribusi parkir berlangganan setiap tahunnya dan berada
juru parkir di wilayah parkir berlangganan seperti Krian dan Taman justru
Rp 50.000,- untuk mobil setiap kali mengurus pajak kendaraan adalah sia-sia
karena hampir tidak tersedia tempat parkir gratis. Pada sejumlah lokasi parkir,
menarik uang parkir namun tetap saja rambu tersebut seperti hanya sebagai
seperti contoh kasus di Alun-Alun Sidoarjo, yaitu saat ada pengguna parkir
tetap harus membayar parkir di wilayah yang notabene termasuk kawasan parkir
berlangganan. Pada sepanjang Jl. Jaksa Agung dan Alun-Alun Sidoarjo masih
banyak terdapat juru parkir liar yang menarik pungutan parkir sebanyak Rp 2000,-
untuk kendaraan roda dua, bahkan salah satu juru parkir liar dapat mendapatkan
dengan para juru parkir lain. Banyak titik-titik parkir berlangganan yang ditempati
oleh juru parkir liar namun tidak ada tindakan dari petugas pengawas parkir
berlangganan
Pada Jl. Sultan Agung di depan Kantor Dispendukcapil, para juru parkir
liar selalu menarik biaya parkir dari masyarakat yang memarkirkan kendaraannya.
warga yang mengurus administrasi kependudukan disana. Juru parkir liar selalu
menarik uang parkir sebesar Rp 2000,- untuk roda dua kepada setiap pengguna
parkir yang memarkirkan kendaraannya. Setiap hari Senin sampai Jum’at sesuai
tersebut selalu ramai. Juru parkir liar tersebut dapat mengumpulkan uang hingga
kawasan 24 jam dan merupakan pasar paling ramai di wilayah Sidoarjo. Pada
pelaksanaan parkir di Pasar Larangan setiap kendaraan baik roda dua maupun
roda empat yang memarkirkan kendaraannya diberikan nomor tanda parkir, satu
untuk diletakkan di motor dan satu untuk dipegang. Nomor tersebut berfungsi
untuk mengambil kendaraan dan para juru parkir masih menarik uang parkir
kepada para pengguna parkir. Nomor yang digunakan oleh juru parkir tersebut
sebagai media bukti milik kendaraan yang terlihat terorganisir walaupun hanya
berupa kertas dan nomor saja. Hal tersebut dikarenakan terdapat pengelola yang
memberi nomor tersebut kepada para juru parkir. Masih banyak broker yang
menguasai daerah milik Pemkab Sidoarjo walaupun telah terdapat banyak rambu
parkir berlangganan
birokrasi. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pokok yang merugikan bagi
sebagaimana hasil wawancara dengan Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT
lagi oleh Pak Khoirul selaku pengguna parkir berlangganan sebagai berikut :
Pernyataan dari Febrina Dewi Fitrianti dan Pak Khoirul di atas didukung
dengan pernyataan dari Pak Sodik selaku pengguna parkir berlangganan sebagai
berikut :
114
UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo telah memiliki SOP yang
pengguna parkir berlangganan selalu dipungut uang parkir oleh juru parkir
Kabupaten Sidoarjo, dan Bapenda Provinsi Jawa Timur telah berjalan dengan baik
daya (resources). Sumber daya dalam pelaksanaan parkir berlangganan yang tidak
tidak akan disediakan, dan peraturan yang masuk akal tidak akan dikembangkan.
adalah staf atau pegawai. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi
115
mengimplementasikan kebijakan.
anggaran. Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan dari Pak Feri Prasetyo selaku
Pernyataan tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Pak Oni selaku
Pasar Larangan disampaikan oleh Pak Sulis selaku juru parkir berlangganan di
“Kalau disini sebagai jukir kita kan shift-shiftan, kalau pagi saya, nanti
kalau sore ada teman saya. Kalau pengawas dari Dinas Perhubungan ndak
pernah kesini” (Wawancara, 5 Februari 2018, Pukul 09.00 WIB, di
Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo)
Kabupaten Sidoarjo untuk menambah jumlah juru parkir, pengawas, dan titik
dua bentuk yaitu : (1) Informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan dan (2) Informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana
berlangganan yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini disampaikan oleh Pak
Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
sebagai berikut :
penjelasan dari Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan
melibatkan pengawas juga disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir
Hal serupa disampaikan oleh Pak Sulis selaku juru parkir berlangganan di
“Kalau yang saya tau untuk parkir berlangganan kan sudah peraturan dari
Pemda, jadi semuanya ya seharusnya itu semuanya memang harus gratis
yang saya tau, Cuma prakteknya kan nggak seperti itu. Parkir di pasar,
dimanapun kita itu mbayar. Kewajiban saya, satu menata, mengawasi
kendaraan yang parkir” (Wawancara, 5 Februari 2018, Pukul 09.00 WIB,
di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo)
kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang tidak ada maka
disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
kapabel, dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan
prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Sarana dan
dikarenakan keterbatasan anggaran. Hal ini dinyatakan oleh Pak Feri Prasetyo
berikut :
Kabupaten Sidoarjo bersifat formal. Kepatuhan dari para juru parkir berlangganan
terhadap peraturan masih sangat rendah. Selain itu, sarana dan prasarana dalam
Sidoarjo kurang memadai dalam hal identitas juru parkir berlangganan seperti
rompi dan baju serta papan informasi dan papan kawasan parkir berlangganan
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo terdapat di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir yang
yaitu di sekitar Jl. Mojopahit, Jl. KH. Mukmin, Jl. Diponegoro, Jl.
Sisingamangaraja, Jl. Pahlawan, Jl. Lingkar Barat, Jl. Mayjen Sungkono, Jl. Raya
Cemengkalang, Jl. Jaksa Agung Suprapto, Jl. Monginsidi, Jl. Kartini, Jl. Ahmad
Yani, Jl. Hangtuah, Jl. KMP M Duryat, Jl. Raden Wijaya, Jl. Gajah Mada, Jl.
Raden Fatah, Jl. Dr. Wahidin, Jl. Tengku Umar, Jl. Dr. Cipto, Jl. Sultan Agung, Jl.
Cokronegoro, Jl. Gubernur Suryo, Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pasar Ikan, Jl. Lingkar
Timur, Jl. Raya Candi, Jl. Sunandar P. Sudarmo, Jl. Raya Tenggulunan, Jl. Raya
Buduran, Jl.Raya Bebekan, Jl. Raya Wonocolo, Jl. Raya Taman, Jl. Stasiun, Jl.
Raya Pepelegi, Jl. Raya Wadungsari, Jl. Tropodo, Jl. Raya Sedati Gede, Jl. Betro,
Jl. Raya Sedati, Jl. Raya Gedangan, Jl. A. Yani Gedangan, Jl. Raya Sukodono, Jl.
Basuki Rahmat, Jl. Imam Bonjol, Jl. Setiabudi, Pasar Krian, Jl. Ki Hajar
Dewantara, Desa Barongkrajan, Jl. Raya Watutulis, Jl. Raya Prambon, Jl. Raya
Bulang, Jl. Raya Tarik, Jl. Raya Balongbendo, Jl. Raya Wonoayu, Jl. Raya
Tulangan, Jl. Raya Krembung, Jl. Raya Tanggulangin, Jl. Raya Porong, Jl. Raya
parkir dan masih banyak kegiatan parkir yang dilakukan di tepi jalan
4.2.1.3 Disposisi
kendala yang serius. Bentuk penolakan dapat berupa para pelaksana kebijakan
terhadap implementasi kebijakan parkir berlangganan jika personel yang ada tidak
diharuskan pada orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah
beberapa persyaratan dengan sistem kontrak. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri
sebagai berikut :
123
“Untuk pengangkatan petugas parkir, jukir yang ada kita angkat sebagai
jukir berlangganan karena sebelum diberlakukan parkir berlangganan dia
sudah markir di kawasan itu. Untuk pengangkatan itu persyaratannya yaitu
: KTP, fotokopi KSK, SKCK, foto, dan surat lamaran. Setelah itu
dilakukan, pengangkatan kontrak kerja itu 6 bulan sekali. Per awal Januari
ini sampai dengan Juni. Nanti Juni kita perpanjang lagi apabila dianggap
dedikasinya baik kita angkat lagi sampai dengan Desember. Nggak perlu
waktu panjang apabila yang bersangkutan dedikasinya nggak bagus ya
otomatis 6 bulan berikutnya kita tidak akan perpanjang. Jukir
berlangganan sebagai mitra ya harus konsekuen dengan apa yang
diinginkan oleh pemerintah. Kalau pengawas parkir berlangganan direkrut
langsung oleh Dishub, dimulai dari tes administrasi berupa kelengkapan
berkas dengan syarat pendidikan minimal SMA atau SMK, terus
dilanjutkan tes tulis, tes fisik, dan diakhiri dengan interview” (Wawancara,
31 Januari 2018, Pukul 07.30 WIB, di Dinas Perhubungan Kabupaten
Sidoarjo)
Hal yang berkaitan juga diperkuat lagi oleh Pak Sulis terkait jam terbang
“Saya jadi jukir sudah 2 tahun” (Wawancara, 5 Februari 2018, Pukul 09.00
WIB, di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo)
:
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir
“Saya jadi jukir sudah lama mbak, ya semasa bawa sepeda sudah
berlangganan, sekitar tahun 2012” (Wawancara, 6 Februari 2018, Pukul
08.30 WIB, di Pasar Larangan Kabupaten Sidoarjo)
masih sangat rendah. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala
Pada waktu yang berbeda penulis juga menanyakan kepada Pak Oni selaku
berlangganan di Kabupaten Sidoarjo masih sangat rendah, oleh karena itu UPT
Pada waktu yang sama penulis juga menanyakan kepada Pak Feri Prasetyo
selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo tentang sanksi
bagi juru parkir berlangganan yang melanggar aturan yaitu sebagai berikut :
“Sanksinya, kalau dari pihak kepolisian itu pada saat pelaksanaan kalau
ada jukir yang nakal bisa ditindaklanjuti, jadi dilakukan pembinaan dulu,
tapi kalau masih tetep sekali dua kali diperingatkan nggak bisa ya jukir
harus membuat surat pernyataan, kalau mengulangi lagi maka akan
diserahkan ke pihak kepolisian. Ini ada kasus di “Sop Pak Min”. Nanti
kalau dijumpai lagi seperti nakal lagi ya otomatis kita laporkan. Kalau
pengguna parkir memberikan uang parkir dengan ikhlas lain, tapi kalau
sudah berlangganan tapi tetap ditarik ini yang harus kita luruskan, kita
tindaklanjuti. Ada sedikitpun informasi langsung kita tindak, jadi tidak ada
main-main. Sekali dua kali nggak bisa, pemutusan kerja, urusannya nanti
ke ranah hukum gitu lho. Akhirnya nanti ada solusi, kalau jukir seperti itu
terus maka akan dikeluarkan tidak boleh parkir disini, jadi kita tegas,
nggak ada rasa takut lagi” (Wawancara, 23 April 2018, Pukul 07.30 WIB,
di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
125
berlangganan. Hal ini disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir berlangganan
“Mengenai hak dan kewajiban pengguna parkir ya kita menurut aturan dari
kantornya aja. Kalau sanksi dalam parkir berlangganan saya belum tau”
(Wawancara, 6 Februari 2018, Pukul 08.30 WIB, di Pasar Larangan
Kabupaten Sidoarjo)
Senada dengan Pak Oni hal ini juga disampaikan oleh Pak Sulis selaku
apabila terjadi pelanggaran terhadap Perda No. 2 Tahun 2012 terkait parkir
pihak kepolisian. Salah satu contohnya adalah pada kasus pungutan parkir di “Sop
Pak Min” yaitu seorang juru parkir berlangganan telah masuk ke dalam ranah
Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka para
menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
juru parkir berlangganan pada tahun 2018 dengan harapan dapat memperbaiki
pelaksanaan parkir berlangganan di lapangan. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri
sebagai berikut :
“Pemberian gaji kepada petugas parkir sementara ini tahun 2017 itu untuk
jukir Rp 750.000,- untuk yang tahun 2018 dari yang Rp 750.000,- ini
dinaikkan menjadi Rp 800.000,- perbulan. Kalau pengawas awalnya dari
Rp 1.400.000,- menjadi Rp 2.000.000,- kerjanya ngawasi dari pagi sampai
malam. Nantinya jam kerja itu akan dikepras. Jukir bekerja mulai pukul
07.00-16.00 WIB” (Wawancara, 31 Januari 2018, Pukul 07.30 WIB, di
Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
Hal yang berkaitan juga diperkuat lagi oleh Pak Oni terkait sikap sebagai
“Kalau uang parkir itu kita nggak memaksa diberi ya. Kalau diberi nggak
papa diterima, nggak diberi juga nggak papa” (Wawancara, 6 Februari
2018, Pukul 08.30 WIB, di Pasar Larangan Kabupaten Sidoarjo)
127
Senada dengan pernyataan dari Pak Oni di atas diperkuat lagi oleh Pak
“Selama saya disini nggak pernah narik sama sekali, makanya karena itu
sudah aturan dari Bupati waktu itu, itu semuanya gratis kalau disini. Kalau
ada yang ngasih ya saya terima” (Wawancara, 5 Februari 2018, Pukul
09.00 WIB, di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo)
sangat rendah, oleh karena itu UPT Parkir Dinas Perhubungan akan melakukan
yang didapatkan oleh pengawas dan juru parkir berlangganan dari Dinas
Perhubungan masih sangat rendah. Minimnya gaji yang didapatkan oleh juru
4.2.1.4 Komunikasi
terlaksana jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan
mereka kerjakan. Informasi yang diketahui oleh para pengambil keputusan hanya
harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu/mendua. Perintah yang
atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah maka dapat
memberikan informasi secara jelas dan konsisten kepada juru parkir berlangganan
dan masyarakat pengguna parkir berlangganan. Hal ini disampaikan olehi Pak
Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
sebagai berikut :
disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir
untuk kejelasan dan konsistensi komunikasi maka Kepala UPT Parkir Dinas
juga dilakukan melalui media elektronik berupa media elektronik yaitu radio,
Kabupaten Sidoarjo
hasil yang lebih maksimal dengan cara bekerjasama sehingga terhubung oleh
yang produktif serta kemitraan yang harmonis antar para pemangku kepentingan
berkualitas.
4.2.2.1 Koordinasi
kesimpangsiuran dan tumpang tindih. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat
bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur (yang terlihat dalam
fungsi, dan kepentingan antar pemerintah yang diperintah sehingga di satu sisi
semua kegiatan kedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan yang telah
ditetapkan secara bersama dan di sisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak
pihak Polres Sidoarjo tidak menyepakati presentase bagi hasil dalam retribusi
parkir berlangganan yaitu Polres sebanyak 5%, Pemkab Sidoarjo sebanyak 80%,
dan Pemprov Jawa Timur sebanyak 15% sehingga draft kerjasama yang telah
Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten
“Awalnya polisinya nggak setuju, jadi dibatalkan dan waktu itu ada surat
bahwa nggak boleh untuk parkir berlangganan. Kegagalannya seperti itu.
Jadi 100% itu, 15% untuk Bapenda Provinsi Jatim, 5% untuk Polisi,
sisanya untuk Pemkab Sidoarjo. Tapi Polisinya nggak mau, akhirnya
diteruskan saja, tapi ternyata di Samsat Polisinya tidak mendukung”
(Wawancara, 23 April 2018, Pukul 07.30 WIB, di Dinas Perhubungan
Kabupaten Sidoarjo)
Kabupaten Sidoarjo yaitu pada awalnya pihak Polres Sidoarjo tidak menyepakati
presentase bagi hasil dalam retribusi parkir berlangganan yaitu Polres sebanyak
5%, Pemkab Sidoarjo sebanyak 80%, dan Pemprov Jawa Timur sebanyak 15%
sehingga draft kerjasama yang telah dibuat tidak dapat ditandatangani. Parkir
Kantor Samsat Sidoarjo. Larangan itu resmi dikirim oleh Dirlantas Polda Jawa
Timur kepada Kasatlantas Polres Sidoarjo. Perintah tersebut berupa surat dari
Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Timur Kombes Pol. Budi Suprayitno
tidak diperhatikan oleh masyarakat, sehingga loket yang berada di Samsat ditutup.
sebesar 15%, dan Kepolisian Resort Sidoarjo sebesar 7,5% dengan biaya
secara rutin setiap harinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Pak Feri
dua minggu, tiga minggu, satu bulan tergantung kondisi, kalau diperlukan
koordinasi maka kita musyawarah. Koordinasi sama kepolisian itu untuk
pengurusan administrasinya” (Wawancara, 23 April 2018, Pukul 07.30
WIB, di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
jumlah pendapatan dari retribusi parkir berlangganan. Setiap satu minggu sekali,
pihak dari UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo selalu mengadakan
pertemuan dengan pihak DPPKA dan Samsat Sidoarjo untuk melakukan rekap
data dan pencocokan data agar koordinasi terkait retribusi parkir berlangganan
terus berjalan dengan optimal, apabila terdapat ketidakcocokan data maka dapat
musyawarah antara UPT Parkir Dinas Perhubungan dengan DPPKA dan Samsat
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT
“Kita koordinasinya pada saat rekonsiliasi. Jadi pencocokan data pada saat
penghitungan perolehan retribusi parkir berlangganan yang mana dipungut
pada saat itu, Bank Jatim sama DPPKA” (Wawancara, 23 April 2018,
Pukul 07.30 WIB, di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
Provinsi Jawa Timur dan Kepolisian Resort Sidoarjo. Hal ini disampaikan oleh
Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten
“Bentuk kesepakatan parkir itu untuk tata cara atau prosedur penarikan
dari implementasi kebijakan itu sudah bekerjasama berdasarkan MoU
dengan Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) Provinsi Jawa Timur dan
Polresta Sidoarjo dalam rangka membantu dalam pemungutan retribusi
parkir berlangganan di kantor-kantor Samsat pada saat pengguna parkir
berlangganan itu membayar pajak kendaraan” (Wawancara, 23 April 2018,
Pukul 07.30 WIB, di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
Pemerintah Provinsi yang juga terdiri dari Polresta dan jasa raharja. Hal ini
disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
“Kalau Polresta disana kan ngurus STNK dan sebagainya, kan ada orang
polisi di Samsat. Kapolres tau jukir mungut, itu kan termasuk pungli,
harusnya nangkeplah” (Wawancara, 23 April 2018, Pukul 07.30 WIB, di
Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
136
hasil antara Bapenda Provinsi Jawa Timur, Polresta Sidoarjo, dan Kas Daerah
Kabupaten Sidoarjo. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala
yaitu berupa sistem bagi hasil antara Bapenda Provinsi Jawa Timur, Polresta
berlangganan yang masih kurang memadai dikarenakan tidak terdapat lahan parkir
sama mlakukan serap aspirasi kepada masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Pak
Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
sebagai berikut :
Kabupaten Sidoarjo. Hal ini juga dipertegas oleh data empiris yang penulis dapat
Tabel 4.2.2.1
Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi Parkir Berlangganan
berlangganan sebesar 97,08%. Pada tahun 2016 target pendapatan retribusi parkir
98,14%. Pada tahun 2017 target pendapatan retribusi parkir berlangganan yaitu
sebesar 6%, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 5%.
Timur dan Polresta Sidoarjo berdasarkan MoU atau Kesepakatan Bersama antara
sekali, pihak dari UPT Parkir Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo selalu
melakukan rekap data dan rekonsiliasi atau pencocokan data agar koordinasi
dalam parkir berlangganan berupa sistem bagi hasil antara Bapenda Provinsi Jawa
4.2.2.2 Komunikasi
yaitu setiap bulan saat pengambilan upah kerja dan setiap hari setelah proses
pelaporan tugas, para pengawas dan juru parkir berlangganan dikumpulkan untuk
dilakukan pada saat penyetoran hasil retribusi parkir berlangganan. Hal ini
disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT Parkir Dinas
Pernyataan ini diperkuat oleh Pak Oni selaku juru parkir berlangganan di
Pasar Larangan mengenai informasi yang didapatkan dari UPT Parkir Dinas
Pada waktu yang sama penulis juga menanyakan kepada Pak Feri Prasetyo
sebagai berikut :
Kabupaten Sidoarjo saat ini tidak melibatkan pihak swasta. Dinas Perhubungan
melibatkan pihak swasta yaitu PT Valensi pada tahun 2006-2007 dan PT SIC pada
tahun 2008 saat sistem pemungutan parkir dipihakketigakan melalui badan usaha.
Efisiensi media dalam penyajian data dalam parkir berlangganan yaitu dengan
lain sebagainya. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT
Sidoarjo hal ini juga disampaikan oleh Pak Oni selaku juru parkir berlangganan di
berlangganan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri
Hal yang berkaitan juga diperkuat lagi oleh Pak Khoirul selaku pengguna
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pak Sodik selaku pengguna
kelancaran informasi dari pimpinan yaitu setiap bulan saat pengambilan upah
kerja dan setiap hari setelah proses pelaporan tugas, para pengawas dan juru
dalam parkir berlangganan dilakukan pada saat penyetoran hasil retribusi parkir
pemungutan retribusi parkir berlangganan dapat berjalan dengan lancar, selain itu
Kabupaten Sidoarjo.
berlangganan yang nakal atau curang serta berwenang untuk menindak setiap
pelanggaran yang ada, (2) Samsat Sidoarjo sebagai lokasi pembayaran retribusi
dan (3) DPPKA Kabupaten Sidoarjo sebagai pengelola hasil dari penarikan
berlangganan. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT
berlangganan. Hal ini disampaikan oleh Pak Feri Prasetyo selaku Kepala UPT
“Kalau faktor penghambat itu kan nggak semua jukir nurut, ada satu dua
orang yang notabene yang memang pendidikannya, SDMnya kurang, itu
mau nggak mau kan gimana. Masak harus disekolahkan dulu itu kan bukan
arahnya kesitu kan gitu. Tetep kita bersabar ya namanya kalau kita
diberikan jukir yang enak semua kan pastinya nyaman. Tapi pastinya anak
kan karakternya nggak sama, ini yang kita upayakan, meskipun biasanya
nakal harus dibina. Beberapa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo yaitu : masih ada jukir yang
melakukan pungutan; masih ada Karang Taruna/pihak desa yang
menguasai/melakukan parkir dengan melakukan pungutan; masih banyak
kegiatan parkir yang parkir di tepi jalan nasional/provinsi sebab di
Sidoarjo jalan provinsi/nasional banyak kegiatan pertokoan; sarana
prasarana jukir kurang memadai; kondisi/jumlah jukir yang ada di
lapangan kurang, jumlah 530 orang harus melayani 279 titik parkir se-
Kabupaten Sidoarjo; dan masih ada jukir yang beranggapan bahwa lahan
parkir merupakan haknya” (Wawancara, 31 Januari 2018, Pukul 07.30
WIB, di Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo)
berikut :
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pak Khoirul selaku
kepentingan masyarakat kayak di Pasar, di Mall itu nggak ada yang gratis”
(Wawancara, 6 Februari 2018, Pukul 10.00 WIB, di Rumah Informan)
Jawaban dari Febrina Dewi Fitrianti dan Pak Khoirul di atas juga diperkuat
dengan jawaban Pak Sodik selaku pengguna parkir berlangganan sebagai berikut :
“Mengenai tarif parkir berlangganan kalau bisa ya nggak perlu, tapi kan ini
programnya pemerintah” (Wawancara, 7 Februari 2018, Pukul 09.00 WIB,
di Rumah Informan)
yaitu adanya dukungan dan kerjasama dari Bapenda Provinsi Jawa Timur dalam
rangka pemungutan bagi hasil yaitu sebanyak 13% dari penerimaan retribusi
parkir berlangganan untuk kas daerah Provinsi Jawa Timur dan memberikan
karena Samsat adalah milik Pemerintah Provinsi yang juga terdiri dari Polresta
pungutan parkir, banyak juru parkir berlangganan yang tidak taat terhadap aturan
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah; masih ada juru parkir
melakukan pungutan parkir; masih banyak kegiatan parkir yang dilakukan di tepi
prasarana juru parkir berlangganan masih kurang memadai; dan jumlah juru parkir
dan pengawas parkir berlangganan yang ada di lapangan masih kurang memadai,
hal ini dikarenakan 530 orang juru parkir berlangganan dan 106 orang pengawas
parkir berlangganan harus melayani di 279 titik parkir yang tersebar di Kabupaten
Sidoarjo
4.3 Pembahasan
Kabupaten Sidoarjo telah memiliki SOP yang jelas terkait pelaksanaan parkir
berlangganan, namun belum dilaksanakan dengan optimal oleh pengawas dan juru
Sidoarjo dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kepolisian Resort Sidoarjo
dengan Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) Provinsi Jawa Timur dan Polresta
untuk KR-4 (kendaraan roda-4) sebesar Rp 50.000,-; dan untuk KR-6 (kendaraan
uang parkir kepada para pengguna parkir berlangganan, namun para juru parkir
tidak menolak apabila ada pengguna parkir berlangganan yang memberi uang
dipungut uang parkir oleh juru parkir berlangganan meskipun berada di wilayah
parkir berlangganan dan telah membayar retribusi parkir berlangganan, di sisi lain
karena kendaraannya telah dijaga oleh juru parkir dan hal ini telah menjadi
kebiasaan di masyarakat.
implementasi kebijakan publik telah sesuai dengan pendapat Winarno (2005) yang
perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya, serta
kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Ukuran
dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan-
keadaan umum di berbagai sektor publik dan swasta. Semakin besar kebijakan
seperti ini.
150
Daerah ini secara teknis dan operasional ditugaskan kepada Kepala Dinas
Perhubungan Kabupaten Sidoarjo” dan pada pasal 10 ayat 3 yaitu, “Struktur dan
ditetapkan sebagai berikut : sepeda, sebesar Rp 15.000,00 (lima belas ribu rupiah);
sepeda motor, sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah); mobil
penumpang dan mobil barang dengan JBB < 3500 kg, sebesar Rp 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah); mobil bus dan mobil barang dengan JBB > 3500 kg, kereta
gandengan dan kereta tempelan sebesar Rp 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)”.
pada pada pasal 15 tentang Tata Cara Pembayaran dan Tempat Pembayaran ayat
dokumen lain yang dipersamakan pada saat mendapatkan pelayanan parkir, (2)
Samsat dan pada pasal 16 ayat (1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
parkir dilakukan oleh dinas dan tim terkait dan (2) Pembinaan pengawasan berupa
penelitian Hardian & Rahaju (2013) dengan judul Implementasi Peraturan Daerah
memiliki SOP yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
Sidoarjo terdapat di tepi jalan umum dan tempat khusus parkir yang meliputi
tersebar di 279 titik parkir berlangganan di Kabupaten Sidoarjo, yaitu di sekitar Jl.
Mojopahit, Jl. KH. Mukmin, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Pahlawan,
Jl. Lingkar Barat, Jl. Mayjen Sungkono, Jl. Raya Cemengkalang, Jl. Jaksa Agung
Suprapto, Jl. Monginsidi, Jl. Kartini, Jl. Ahmad Yani, Jl. Hangtuah, Jl. KMP M
Duryat, Jl. Raden Wijaya, Jl. Gajah Mada, Jl. Raden Fatah, Jl. Dr. Wahidin, Jl.
Tengku Umar, Jl. Dr. Cipto, Jl. Sultan Agung, Jl. Cokronegoro, Jl. Gubernur
Suryo, Jl. Dr. Soetomo, Jl. Pasar Ikan, Jl. Lingkar Timur, Jl. Raya Candi, Jl.
Sunandar P. Sudarmo, Jl. Raya Tenggulunan, Jl. Raya Buduran, Jl.Raya Bebekan,
Jl. Raya Wonocolo, Jl. Raya Taman, Jl. Stasiun, Jl. Raya Pepelegi, Jl. Raya
Wadungsari, Jl. Tropodo, Jl. Raya Sedati Gede, Jl. Betro, Jl. Raya Sedati, Jl. Raya
Gedangan, Jl. A. Yani Gedangan, Jl. Raya Sukodono, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Imam
Bonjol, Jl. Setiabudi, Pasar Krian, Jl. Ki Hajar Dewantara, Desa Barongkrajan, Jl.
152
Raya Watutulis, Jl. Raya Prambon, Jl. Raya Bulang, Jl. Raya Tarik, Jl. Raya
Balongbendo, Jl. Raya Wonoayu, Jl. Raya Tulangan, Jl. Raya Krembung, Jl. Raya
tersebut telah membayar retribusi parkir berlangganan setiap tahunnya dan berada
juru parkir di wilayah parkir berlangganan seperti Krian dan Taman justru
Rp 50.000,- untuk mobil setiap kali mengurus pajak kendaraan adalah sia-sia
karena hampir tidak tersedia tempat parkir gratis. Pada sejumlah lokasi parkir,
menarik uang parkir namun tetap saja rambu tersebut seperti hanya sebagai
seperti contoh kasus di Alun-Alun Sidoarjo, yaitu saat ada pengguna parkir
tetap harus membayar parkir di wilayah yang notabene termasuk kawasan parkir
berlangganan
Pada sepanjang Jl. Jaksa Agung dan Alun-Alun Sidoarjo masih banyak
terdapat juru parkir liar yang menarik pungutan parkir sebanyak Rp 2000,- untuk
kendaraan roda dua, bahkan salah satu juru parkir liar dapat mendapatkan
dengan para juru parkir lain. Banyak titik-titik parkir berlangganan yang ditempati
oleh juru parkir liar namun tidak ada tindakan dari petugas pengawas parkir
berlangganan. Pada Jl. Sultan Agung di depan Kantor Dispendukcapil, para juru
parkir liar selalu menarik biaya parkir dari masyarakat yang memarkirkan
Juru parkir liar selalu menarik uang parkir sebesar Rp 2000,- untuk roda dua
Senin sampai Jum’at sesuai dengan hari kerja terlihat kondisi perparkiran di depan
Kantor Dispendukcapil tersebut selalu ramai. Juru parkir liar tersebut dapat
kawasan 24 jam dan merupakan pasar paling ramai di wilayah Sidoarjo. Pada
pelaksanaan parkir di Pasar Larangan setiap kendaraan baik roda dua maupun
roda empat yang memarkirkan kendaraannya diberikan nomor tanda parkir, satu
untuk diletakkan di motor dan satu untuk dipegang. Nomor tersebut berfungsi
untuk mengambil kendaraan dan para juru parkir masih menarik uang parkir
kepada para pengguna parkir. Nomor yang digunakan oleh juru parkir tersebut
sebagai media bukti milik kendaraan yang terlihat terorganisir walaupun hanya
berupa kertas dan nomor saja. Hal tersebut dikarenakan terdapat pengelola yang
memberi nomor tersebut kepada para juru parkir. Masih banyak broker yang
menguasai daerah milik Pemkab Sidoarjo walaupun telah terdapat banyak rambu
parkir berlangganan
Sidoarjo, DPPKA Kabupaten Sidoarjo, dan Bapenda Provinsi Jawa Timur telah
berlangganan, dan mengawasi juru parkir berlangganan yang nakal atau curang,
dengan pembayaran pajak kendaraan bermotor; dan Bapenda Provinsi Jawa Timur
berlangganan karena Samsat adalah milik Pemerintah Provinsi yang juga terdiri
dari Polresta dan Jasa Raharja; serta Polresta Sidoarjo bertugas menindak,
berlangganan
Jawa Timur dalam pelaksanaan parkir berlangganan jika dikaitkan dengan teori
implementasi kebijakan publik telah sesuai dengan pendapat Edward III (1980)
pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi. Hal ini akan menimbulkan
(Winarno : 2005)
hanya terdapat sebanyak 106 orang pengawas parkir berlangganan yang harus
mengawasi sebanyak 530 orang juru parkir berlangganan yang tersebar di 279
jumlah juru parkir, pengawas, dan titik parkir berlangganan di seluruh pelosok
kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo untuk saat ini masih terkendala
dengan anggaran.
menurut Edward III (1980) yaitu sumber daya utama dalam implementasi
dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan pelaksana saja tidak cukup
kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan
kebijakan dan informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan (Agustino : 2006). Hasil
157
retribusi parkir berlangganan di Samsat Sidoarjo. Hal tersebut dilakukan oleh UPT
pengguna parkir berlangganan untuk memberikan uang parkir kepada juru parkir
tertulis II, dan teguran tertulis III, serta membuat surat pernyataan. Apabila juru
Kabupaten Sidoarjo pada pasal 13 tentang Pengawasan Juru Parkir ayat (1)
Pengawasan rutin terhadap juru parkir dilaksanakan oleh dinas, (2) Dalam
parkir non berlangganan, (4) Juru parkir yang lalai dalam menjalankan tugas dan
teguran tertulis II, dan teguran tertulis III, dan (6) Apabila setelah dilakukan
dengan tarif yang ditentukan dari wajib retribusi parkir yang tidak berlangganan;
dan menyetorkan uang retribusi parkir kepada bendahara penerima pada Dinas
159
Perbup tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK). Perbup tersebut
mengatur tentang tugas pokok dan fungsi dari UPT Parkir Dinas Perhubungan
yang notabene menjadi UPT tipe A yang dijabat oleh Kepala UPT.
menurut Edward III (1980) yaitu kewenangan harus bersifat formal agar perintah
politik. Ketika wewenang tidak ada maka kekuatan para pelaksana di mata publik
tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersedia maka sering
penelitian Hardian & Rahaju (2013) dengan judul Implementasi Peraturan Daerah
umum dan tempat khusus parkir yang meliputi kantor pemerintahan, Puskesmas,
Pasar, Alun-Alun, dan jalan-jalan protokol yang tersebar di 279 titik parkir
Mukmin, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Pahlawan, Jl. Lingkar Barat, Jl.
Mayjen Sungkono, Jl. Raya Cemengkalang, Jl. Jaksa Agung Suprapto, Jl.
Monginsidi, Jl. Kartini, Jl. Ahmad Yani, Jl. Hangtuah, Jl. KMP M Duryat, Jl.
Raden Wijaya, Jl. Gajah Mada, Jl. Raden Fatah, Jl. Dr. Wahidin, Jl. Tengku Umar,
Jl. Dr. Cipto, Jl. Sultan Agung, Jl. Cokronegoro, Jl. Gubernur Suryo, Jl. Dr.
Soetomo, Jl. Pasar Ikan, Jl. Lingkar Timur, Jl. Raya Candi, Jl. Sunandar P.
Sudarmo, Jl. Raya Tenggulunan, Jl. Raya Buduran, Jl.Raya Bebekan, Jl. Raya
Wonocolo, Jl. Raya Taman, Jl. Stasiun, Jl. Raya Pepelegi, Jl. Raya Wadungsari, Jl.
Tropodo, Jl. Raya Sedati Gede, Jl. Betro, Jl. Raya Sedati, Jl. Raya Gedangan, Jl.
A. Yani Gedangan, Jl. Raya Sukodono, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Imam Bonjol, Jl.
Setiabudi, Pasar Krian, Jl. Ki Hajar Dewantara, Desa Barongkrajan, Jl. Raya
Watutulis, Jl. Raya Prambon, Jl. Raya Bulang, Jl. Raya Tarik, Jl. Raya
Balongbendo, Jl. Raya Wonoayu, Jl. Raya Tulangan, Jl. Raya Krembung, Jl. Raya
pungutan parkir dan masih banyak kegiatan parkir yang dilakukan di tepi jalan
Perhubungan Kabupaten Sidoarjo kurang memadai dalam hal identitas juru parkir
informasi dan papan kawasan parkir berlangganan juga kurang memadai karena
hanya terdapat di 10 titik di Kabupaten Sidoarjo. Hal tersebut kurang ideal untuk
menurut Agustino (2006) yaitu bahwa fasilitas fisik merupakan faktor penting
(sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil
rambu himbauan parkir agar juru parkir berlangganan tidak menarik uang parkir
Pelayanan Parkir di Kabupaten Sidoarjo pada pasal 14 ayat (1) Lokasi parkir di
162
tepi jalan umum harus dilengkapi dengan fasilitas parkir berupa rambu parkir dan
marka parkir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ayat (2)
Lokasi parkir di tempat khusus parkir harus dilengkapi dengan fasilitas parkir
berupa pintu masuk dan/atau pintu keluar, lampu penerangan, bantalan pembatas
roda depan kendaraan, rambu parkir, dan marka parkir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pada pasal 5 ayat (3) Hak petugas parkir yaitu
perlengkapan dan ayat (5) Besaran honorarium, seragam, dan alat perlengkapan
daerah.
4.3.1.3 Disposisi
juru parkir berlangganan berasal dari beberapa juru parkir yang telah ada sebelum
Langkah tersebut bertujuan untuk menghindari konflik dengan juru parkir lama.
dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh juru parkir yaitu : KTP,
fotokopi KSK, SKCK, foto, dan surat lamaran. Kontrak kerja dilakukan dalam
enam bulan sekali, yaitu pada bulan Januari sampai bulan Juni dan pada bulan
Juni sampai bulan Desember. Perpanjangan kontrak kerja dapat dilakukan jika
namun apabila juru parkir tidak mempunyai dedikasi yang baik terhadap
pekerjaannya maka kontrak kerja tidak akan diperpanjang untuk enam bulan
163
Perhubungan melalui mekanisme yang ketat yaitu meliputi tes administrasi berupa
kelengkapan berkas dengan syarat pendidikan minimal SMA atau SMK; tes tulis;
tes fisik; dan diakhiri dengan interview untuk memperoleh pengawas parkir
masih sangat rendah, oleh karena itu UPT Parkir Dinas Perhubungan akan
berlangganan
Sanksi bagi juru parkir berlangganan yang melanggar aturan yaitu berupa
Tahun 2012 terkait parkir berlangganan. Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan
yang tetap melanggar aturan walaupun telah diberikan pembinaan terkait parkir
pihak kepolisian. Salah satu contohnya adalah pada kasus pungutan parkir di “Sop
Pak Min” yaitu seorang juru parkir berlangganan telah masuk ke dalam ranah
tertulis II, dan teguran tertulis III, serta membuat surat pernyataan Apabila juru
implementasi kebijakan publik telah sesuai dengan pendapat Winarno (2006) yang
hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada
kebijakan publik. Hal tersebut karena kebijakan yang diterapkan bukan hasil
perumusan dari warga setempat yang mana benar-benar memahami persoalan dan
permasalahan yang mereka alami. Kebijakan publik yang bersifat top down
165
kebutuhan, keinginan, dan juga berbagai macam permasalahan yang harus segera
Kabupaten Sidoarjo pada pasal 13 tentang Pengawasan Juru Parkir ayat (1)
Pengawasan rutin terhadap juru parkir dilaksanakan oleh dinas, (2) Dalam
parkir non berlangganan, (4) Juru parkir yang lalai dalam menjalankan tugas dan
teguran tertulis II, dan teguran tertulis III, dan (6) Apabila setelah dilakukan
dengan tarif yang ditentukan dari wajib retribusi parkir yang tidak berlangganan;
pasal 5 ayat 6 yaitu, “Bagi petugas parkir yang melanggar kewajiban dikenakan
sanksi administratif dengan mekanisme diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas
juru parkir berlangganan pada tahun 2018 dengan harapan dapat memperbaiki
perbulan. Jam kerja dari juru parkir berlangganan dimulai pada pukul 07.00
sampai pada pukul 16.00 WIB, setelah pukul 16.00 WIB sistem parkir
tersebut masih dirasa minim oleh para juru parkir berlangganan sehingga
teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan.
167
Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri, maka para
dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau
organisasi
Sidoarjo diperkuat dengan Perbup No. 46 Tahun 2009 tentang Pelayanan Parkir di
Kabupaten Sidoarjo pada pasal 5 ayat 4 yaitu, “Kompensasi bagi petugas parkir
4.3.1.4 Komunikasi
yang harus dilalui dalam proses komunikasi sehingga apa yang diharapkan
elektronik berupa media elektronik yaitu radio, media cetak, dan spanduk di
dengan optimal
Edward III (1980), yaitu terdapat hambatan umum yang biasa terjadi dalam
ini akan mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung dalam komunikasi
kebijakan dan masalah penangkapan informasi juga diakibatkan oleh persepsi dan
Kabupaten Sidoarjo pada pasal 13 tentang Pengawasan Juru Parkir ayat (1)
Pengawasan rutin terhadap Juru Parkir dilaksanakan oleh dinas, (2) Dalam
pengawas parkir dan pada pasal 16 ayat (1) Pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan parkir dilakukan oleh dinas dan tim terkait dan (2) Pembinaan
operasional
169
publik telah sesuai dengan pendapat menurut Winarno (2005) yang mengatakan
bahwa proses implementasi kebijakan terdiri dari berbagai aktor yang terlibat
mulai dari manajemen puncak sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi
tahap. Jika terdapat pertentangan dari pelaksana maka kebijakan tersebut akan
suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika
Kabupaten Sidoarjo
4.3.2.1 Koordinasi
Kabupaten Sidoarjo yaitu pada awalnya pihak Polres Sidoarjo tidak menyepakati
presentase bagi hasil dalam retribusi parkir berlangganan yaitu Polres sebanyak
5%, Pemkab Sidoarjo sebanyak 80%, dan Pemprov Jawa Timur sebanyak 15%
sehingga draft kerjasama yang telah dibuat tidak dapat ditandatangani. Parkir
efektif.
Pemkab Sidoarjo, Pemprov Jawa Timur, dan Kapolres Sidoarjo agar pelaksanaan
Pemerintah Provinsi yang juga terdiri dari Polresta dan Jasa Raharja. Polresta
171
mekanisme Samsat dengan pembagian hasil yaitu Pemkab Sidoarjo sebanyak 77,5
%, Pemprov Jawa Timur sebanyak 15%, dan Kepolisian Resort Sidoarjo sebanyak
Kabupaten Sidoarjo saat ini khususnya dalam koordinasi dan komunikasi terkait
Aset); Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) Provinsi Jawa Timur, serta Polresta
Sidoarjo dengan melakukan rapat bersama, evaluasi bersama, serta serap aspirasi
kepada masyarakat karena telah terdapat kesepakatan dan juga sistem bagi hasil
berlangganan. Setiap satu minggu sekali, pihak dari UPT Parkir Dinas
DPPKA dan Samsat Sidoarjo untuk melakukan rekap data dan pencocokan data
UPT Parkir Dinas Perhubungan dengan DPPKA dan Samsat Sidoarjo dilakukan
parkir dalam setiap kali memarkirkan kendaraannya, biaya yang lebih murah dan
sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi dan
teori sinergitas menurut Deardorff & Williams (2006) yang menyatakan bahwa
sinergitas adalah sebuah proses dimana interaksi dari dua atau lebih agen atau
jumlah dari pengaruh mereka secara individual. Sinergitas bukan sesuatu yang
dapat kita pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan
Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No. 2 Tahun 2012 tentang
pada saat mendapatkan pelayanan parkir dan (2) Pembayaran Retribusi Parkir
Bapenda Provinsi Jawa Timur dan Polresta Sidoarjo berdasarkan MoU atau
berlangganan karena Samsat adalah milik Pemerintah Provinsi yang juga terdiri
dari Polresta dan Jasa Raharja. Polresta Sidoarjo bertugas menindak, menyelidiki,
unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua
kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan
dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain
Sidoarjo diperkuat dengan Perbup No. 46 Tahun 2009 tentang Pelayanan Parkir di
Kabupaten Sidoarjo pada pasal 8 ayat (1) Pemungutan retribusi pelayanan parkir
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kepolisian Resort Sidoarjo dan (2)
sebanyak 13% untuk Bapenda Provinsi Jawa Timur, 5% untuk Polresta Sidoarjo
termasuk PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak), dan 82% untuk Kas Daerah
parkir berlangganan yang belum berjalan dengan optimal dan masih terdapat
banyak permasalahan. Legislatif memberikan tiga opsi, yaitu : (1) Jika kebijakan
Pemkab harus segera menyiapkan program pengganti, dan (3) Jika kebijakan
parkir berlangganan dikelola oleh pihak swasta, maka seluruh kegiatan parkir
diserahkan kepada pihak ketiga dan Pemkab setiap tahun tinggal mendapat
setoran dari hasil retribusi parkir tersebut. Keputusan yang diambil oleh Dinas
175
operasionalnya saja.
berlangganan yang masih kurang memadai dikarenakan tidak terdapat lahan parkir
khusus untuk parkir berlangganan, oleh karena itu Dinas Perhubungan telah
awal, Dinas Perhubungan menyiapkan satu lahan di Jl. Gajah Mada sebab jalan
Perhubungan akan membangun lahan parkir di atas Sungai Bok Legi, tepat di atas
Sungai Bok Legi tersebut akan ditutup dengan box culvert agar dapat digunakan
yaitu bahwa sinergitas bisa dimaknai sebagai bentuk kerjasama yang dihasilkan
pada definisi tersebut, ciri khas sinergitas adalah keragaman atau perbedaan bukan
keseragaman
Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada pasal 4 ayat (1) Besarnya bagian hasil
176
Bagian untuk Pemerintah Provinsi sebesar 13% dari penerimaan bruto retribusi
Kabupaten/Kota, (2) Bagian Pemerintah Provinsi Jawa Timur disetor secara bruto
sebesar 10% dan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur sebesar
3%. Pada pasal 6 yaitu bagi hasil untuk Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur pada tahun berjalan
plat nomor Sidoarjo yang berada di luar Kabupaten Sidoarjo, dalam hal ini
dilakukan di Samsat yang bersangkutan. Uang hasil link tersebut disetor ke BPD
Jatim setempat dimana kendaraan tersebut berada, oleh BPD di luar Kabupaten
Sidoarjo kemudian disetor ke BPD Kabupaten Sidoarjo. Slip dari link tersebut
177
data berupa jumlah wajib retribusi dengan uang hasil retribusi parkir berlangganan
dilakukan setiap hari oleh petugas Samsat dan petugas Dinas Perhubungan
Hal ini bisa terjadi karena Samsat System merupakan perangkat yang
tersistem se-Provinsi Jawa Timur. Samsat terdiri dari beberapa jenis, yaitu Kantor
Bersama Samsat, Samsat Drive Thru, Samsat Corner, dan Samsat Payment Point.
Pada setiap Samsat pasti ada pembayaran yang dilakukan oleh pemilik kendaraan
dengan plat nomer Sidoarjo di Kantor Bersama Samsat yang terdapat di dua
tempat, yaitu Samsat Kota dan Samsat Krian. Perpanjangan STNK bukan hanya
dilakukan oleh kendaraan berplat nomor Sidoarjo saja, kendaraan dari daerah lain
Samsat System, sehingga pada akhir jam kerja setiap harinya dapat terlihat
penerimaan retribusi parkir berlangganan, baik secara lokal maupun link. Pada
setiap akhir jam kerja, petugas dari Dinas Perhubungan yang ditempatkan di
Kantor Bersama Samsat mengambil print out laporan penerimaan retribusi parkir
berlangganan yang lokal saja (data kendaraan berplat nomor Sidoarjo yang
tersebut membuat slip setoran dua rangkap atas print hasil pemungutan retribusi
parkir berlangganan tersebut. Slip tersebut dibagi menjadi dua, yaitu untuk
178
dipegang oleh Kantor Dinas Perhubungan dan untuk arsip petugas Dinas
Pada Samsat Drive Thru, Samsat Corner, dan Samsat Payment Point, yang
bertugas untuk memprint laporan dan membuat slip setoran adalah kasir Samsat.
Uang dan slip setoran tersebut harus diserahkan ke Kantor Bersama Samsat Kota.
Bagi Samsat Drive Thru yang jam bukanya sampai dengan jam 21.00 WIB, maka
uang yang didapatkan mulai dari jam 16.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB
disetorkan sendiri oleh petugas Samsat Drive Thru, kemudian menyerahkan slip
kasir di Samsat yang menerima pembayaran PKB, BBN, Jasa Raharja, dan parkir
Bank Jatim akan mengeluarkan tiga nota kredit yang akan diberikan kepada Dinas
akan menginput penerimaan retribusi parkir berlangganan dari nota kredit yang
diberikan untuk Bagian Akuntansi DPPKA Kabupaten Sidoarjo. Setiap hari Dinas
Perhubungan mendapatkan laporan dari slip setoran yang dibuat atas laporan yang
menandatangani nota kredit tersebut dan membuat slip. Kepala UPT Parkir Dinas
Perhubungan juga selalu mengecek secara tertulis kesesuaian nota kredit tersebut
Kantor Bersama Samsat, Samsat Drive Thru, dan Samsat Payment Point
179
penghitungan dan pencocokkan laporan nota kredit dari slip setoran yang dibuat
atas laporan yang ada di sistem Samsat dengan uang yang ada di Bank Jatim.
Apabila hasilnya sudah sama baru dibawa ke TU untuk pencairan bagi hasil
sedangkan bagi hasil untuk Pemkab Sidoarjo masuk ke rekening Kas Daerah yaitu
di Bank Jatim
(2008) yaitu koordinasi dapat dilakukan dengan cara utama dalam usaha
atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan
mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu tujuan
sinergitas menurut Najiyati & Rahmat (2011) yang menyatakan bahwa sinergitas
merupakan kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat menghasilkan
keluaran lebih baik dan lebih besar. Sinergitas dapat dipahami sebagai operasi
gabungan atau perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik
(Dwinugraha : 2016)
180
Berdasarkan hasil temuan penulis tersebut telah sesuai dengan Perbup No.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo” dan pada
berlangganan dilakukan oleh petugas Kantor Bersama Samsat ke Kas Daerah dan
pasal 15 tentang Tata Cara Pembayaran dan Tempat Pembayaran ayat (1)
lain yang dipersamakan pada saat mendapatkan pelayanan parkir, (2) Pembayaran
retribusi parkir berlangganan dilaksanakan pada saat orang pribadi atau badan
dan pada pasal 16 ayat (1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan parkir
dilakukan oleh dinas dan tim terkait dan (2) Pembinaan pengawasan berupa
4.3.2.2 Komunikasi
keterlibatan informasi dari pimpinan yaitu setiap bulan saat pengambilan upah
kerja dan setiap hari setelah proses pelaporan tugas, para pengawas dan juru parkir
Parkir Dinas Perhubungan. Setiap hari Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan
Mekanisme retribusi dan bagi hasil parkir berlangganan yaitu : (1) Pemilik
dan Polresta Sidoarjo setelah hasil rekonsiliasi perbulan paling akhir tanggal 20
bulan berikutnya..
Parkir di Kabupaten Sidoarjo pada pasal 13 tentang Pengawasan Juru Parkir ayat
(1) Pengawasan rutin terhadap juru parkir dilaksanakan oleh dinas, (2) Dalam
parkir non berlangganan, (4) Juru parkir yang lalai dalam menjalankan tugas dan
I, teguran tertulis II, dan teguran tertulis III, dan (6) Apabila setelah dilakukan
pemberhentian tetap. Pada pasal 15 tentang Tata Cara Pembayaran dan Tempat
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan pada saat mendapatkan pelayanan
parkir, (2) Pembayaran retribusi parkir berlangganan dilaksanakan pada saat orang
penyelenggaraan parkir dilakukan oleh dinas dan tim terkait dan (2) Pembinaan
operasional
efisiensi media dalam penyajian data dalam parkir berlangganan yaitu dengan
menarik uang parkir di wilayah parkir berlangganan kepada Kepala UPT Parkir
(1998) bahwa dimensi kualitas media terdiri dari efisiensi media dalam penyajian
informasi
Sidoarjo yang bertugas dalam mengelola hasil dari pemungutan retribusi parkir
Provinsi Jawa Timur yang bertugas memberikan informasi mengenai data obyek
pencapaian visi misi organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
yang sudah dimiliki atau seharusnya dimiliki, mekanisme atau sistem yang sudah
pelayanan yang sudah ada atau yang seharusnya ada. Adapun faktor eksternal
dapat berupa adanya komitmen pemerintah yang seharusnya ada yang diwujudkan
adanya dukungan dan kerjasama dari Bapenda Provinsi Jawa Timur dalam rangka
pemungutan bagi hasil yaitu sebanyak 13% dari penerimaan retribusi parkir
berlangganan untuk kas daerah Provinsi Jawa Timur dan memberikan sebagian
adalah milik Pemerintah Provinsi yang juga terdiri dari Polresta dan Jasa Raharja;
telah sesuai dengan pendapat Ndraha (2003) mengatakan bahwa koordinasi dapat
kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu
semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah
ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang
lain
pungutan parkir, banyak juru parkir berlangganan yang tidak taat terhadap aturan
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah; masih ada juru parkir
melakukan pungutan parkir; masih banyak kegiatan parkir yang dilakukan di tepi
prasarana juru parkir berlangganan masih kurang memadai; serta jumlah juru
parkir dan pengawas parkir berlangganan yang ada di lapangan masih kurang
memadai, hal ini dikarenakan 530 orang juru parkir berlangganan dan 106 orang
pengawas parkir berlangganan harus melayani di 279 titik parkir yang tersebar di
Kabupaten Sidoarjo
pembagian potensi. Fenomena yang terjadi di lapangan jika dikaitkan dengan teori
implementasi kebijakan publik telah sesuai dengan pendapat Edward III (1980)
menuntut adanya kerjasama banyak pihak, ketika strukur birokrasi tidak kondusif
layanan tidak akan disediakan, dan peraturan yang masuk akal tidak akan
keputusan awal. Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau
Edward III (1980) tentang ”zona ketidakacuhan” dimana para pelaksana kebijakan
penghambatan lainnya. Menurut pendapat Van Meter & Van Horn (1975), sikap
warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka
rasakan. Kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para
2006). Implementasi yang efektif akan terlaksana jika para pembuat keputusan
mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui
para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik.
perintah yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan. Pertentangan seperti ini akan
masalah dalam memulai kebijakan yang baru, dan adanya kecenderungan meng-
kebijakan terdiri dari berbagai aktor yang terlibat mulai dari manajemen puncak
sampai pada birokrasi tingkat bawah. Komunikasi yang efektif menuntut proses
informasi oleh pelaku kebijakan atas dasar kepentingan sendiri dengan cara
5.1 Kesimpulan
jelas namun belum dilaksanakan dengan optimal oleh pengawas dan juru
189
190
saat ini koordinasi telah dilaksanakan dengan baik oleh Samsat, Dinas
dengan melakukan rapat bersama dan evaluasi bersama karena telah terdapat
kesepakatan dan juga sistem bagi hasil pada berbagai pihak tersebut.
dengan pihak Samsat dan DPPKA Kabupaten Sidoarjo baik secara langsung
Provinsi Jawa Timur dalam rangka pemungutan bagi hasil yaitu sebanyak
13% dari penerimaan retribusi parkir berlangganan untuk kas daerah Provinsi
berlangganan yang ada di lapangan masih kurang memadai dari segi jumlah
5.2 Saran
berlangganan
dengan optimal dan meningkatkan pembinaan terkait disiplin dan tugas pokok
himbauan atau larangan kepada pihak Karang Taruna/pihak desa yang masih
di tepi jalan; dan pengecatan marka parkir pada lokasi/titik parkir; serta
Gambar 1
Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
Gambar 2
Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo
Gambar 3
Wawancara dengan Kepala UPT Parkir Dishub Kabupaten Sidoarjo
Gambar 4
Kartu Parkir Berlangganan untuk Motor
Gambar 5
Kartu Parkir Berlangganan untuk Mobil
\\\\\\\
Gambar 6
Wawancara dengan Masyarakat Pengguna Parkir Berlangganan
Gambar 7
Wawancara dengan Juru Parkir Berlangganan
Gambar 8
Wawancara dengan Masyarakat Pengguna Parkir Berlangganan
Gambar 9
Wilayah Parkir Berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
Gambar 10
Wilayah Parkir Berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
Gambar 11
Wilayah Parkir Berlangganan di Kabupaten Sidoarjo
Gambar 12
Berita Acara Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN SERTIFIKAT