RUU Pemilu yang diusulkan oleh pemerintah terdiri dari 19 bab dan 148
pasal. Dalam RUU itu beberapa permasalahan pokok materi antara lain mengenai
sistem pemilihan umum. Dalam hal ini penyelenggaraan pemilu dilakukan dalam
dua sistem yaitu sistem proporsional dengan daftar terbuka untuk memilih anggota
DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta sistem kedua yaitu sistem distrik
berwakil banyak untuk memilih anggota DPD. Kedua, mengenai daerah pemilihan
dan jumlah kursi. Pemerintah menefinisikan Dapil sebagai suatu wilayah yang
ditetapkan berdasarkan jumlah kuota kursi didaerah pemilihan yang bersangkutan
serta mempertimbangkan jumlah penduduk. Untuk jumlah kursi pemerintah
mengusulkan menambah jumlah kursi untuk anggota DPR sebanyak 550 kursi,
DPRD Provinsi antara 35-100 wakil dan DPRD Kabupaten/Kota antara 15-45
kursi.Hal tersebut dengan mempertimbangkan penambahan penduduk dan luasnya
jangkauan komunikasi wakilnya terhadap konstituen. Ketiga, mengenai pesaerta
pemilu dan pencalonan pemerintah mengusulkan keikutsertaan Parpol dalam
Pemilu harus memenuhi syarat a. Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya
di 2/3 (dua pertiga) dari dari jumlah provinsi. b. Memiliki sekurang-kurangnya 1000
(seribu) anggota pada setiap pengurusan partai politik yang dibuktikan dengan kartu
tanda tangan anggota partai politik dan mempunyai kantor tetap. Pemerintah juga
mendorong untuk mendorong sistem multipartai sederhana melalui seleksi alami.
Pemerintah dalam hal ini threshold yang digunakan adalah Electoral Threshold
(ET) yaitu syarat partai agar dapat mengikuti pemilu berikutnya bukan
Parliamentary Threshold (PT) syarat partai untuk memperoleh kursi di lembaga
perwakilan (parlemen). Keempat mengenai metode pemilihan yang meliputi 1
pemberian suara dengan memilih partai dan memilih sejumlah calon yang diajukan
partai sesuai dengan jumlah kursi yang diperebutkan pada Dapil yang bersangkutan.
Pemberian suara dilakukan dengan cara mencoblos salah satu tanda gambar parpol
dan memberi tanda pilihan atau mencoblos kolom segi empat di samping nama
calon yang dipilih. Pemungutan suara dilakukan di TPS di tempat yang terjangkau,
serta manjamin asa Luber serta dilakukan sesuai urutan kehadiran dan dilakukan
sesuai dengan jadwal uyang ditetapkan oleh KPU. Penghitungan suara dilakukan
dari tingkat TPS, Panitian Kabupaten/Kota (untuk DPRD Kabupaten/Kota), Panitia
Pemilihan Provinsi (untuk DPRD Provinsi), dan KPU (untuk DPR RI). (Khairul
Fahmi, 2012, 151-156).