Anda di halaman 1dari 3

Era reformasi menghasilkan perubahan kebijakan hubungan pusat dan daerah.

Kebijakan
desentralisasi ini menekankan pada kemandirian dan otonomi atas kepentingan daerah.
Tidak hanya soal keputusan arah pembangunan daerah, upaya memaksimalkan potensi
daerah yang dimiliki, tetapi juga soal pembagian keuangan yang lebih berpihak kepada
daerah menjadikan kebijakan desentralisasi sebagai titik tolak perubahan politik lokal di
Indonesia yang semakin dinamis. Ini ditunjukkan dengan kemunculan penguasa-penguasa
lokal sebagai hasil dari Pilkada langsung. Arogansi penguasa lokal acapkali muncul dan
menyebabkan hubungan hierarkis penguasa lokal dalam pemerintahan tidak harmonis.
Misalnya banyak Kepala Daerah di tingkat Kota/Kabupaten yang tidak hadir dalam rapat
kerja bersama di tingkat Provinsi.

Diskusikan mengapa hal tersebut dapat terjadi! Fokuskan diskusi pada kekuatan dan
kelemahan politik lokal di Indonesia!

JAWABAN

Indonesia adalah salah satu negara dengan luas wilayah terbesar di dunia, yakni dengan luas
wilayah mencapai 1.919.440 KM2. Dengan wilayah negara yang sedemikian luasnya, negara
kita tetap merupakan negara satu kesatuan: Republik Indonesia. Dalam menjalankan
pemerintahan Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang diimplementasikan dalam
bentuk otonomi daerah.

Sistem hubungan pemerintah pusat-pemerintah daerah ini pada mulanya diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974. UU tersebut merupakan penjabaran dari amanat
UUD 1945 Pasal 18 ayat (2) yang menyatakan “Pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan”. Namun dalam praktik yang terjadi pada masa itu adalah
sistem sentralisi (kontrol dari pusat) masih dipergunakan secara dominan dalam
perencanaan maupun implementasi pembangunan di Indonesia.
Usaha serius untuk melakukan desentralisasi terjadi setelah rezim orde baru tumbang dan
berganti dengan orde reformasi. Pada masa itu, pemerintah Habibie memberlakukan hukum
desentralisasi baru untuk menggantikan

UU No. 5 Tahun 1974, yakni dengan memberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-undang otonomi daerah kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya


Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Setelah itu terjadi kembali beberapa perubahan dalam UU otonomi daerah.

Namun perubahan tersebut meskipun penting namun tidak bersifat substantif dan tidak
terlalu memberikan pengaruh terhadap tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah
karena hanya berkaitan dengan dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah.

Menurut UU NO. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahannya Daerah, otonomi daerah adalah
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Otonomi daerah merupakan sistem perpanjangan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri di
wilayahnya.

Sistem otonomi daerah diharapkan mampu membangun negara secara lebih efisien karena
implementasi pembangunan dilaksanakan di daerah secara langsung. Dengan kewenangan
yang diberikan pemerintah pusat ke pemerintah daerah harusnya dapat memberi layanan
kepada publik dengan lebih baik karena pemerintah berada lebih dekat dengan masyarakat.
Pun, sistem desentralisasi atau otonomi daerah ini mendukung demokrasi sehingga
memunculkan pemimpin pemerintahan baru yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.

SUMBER :
 https://www.google.com/amp/s/yoursay.suara.com/amp/news/
2020/03/24/142551/kebijakan-desentralisasi-di-indonesia-membangun-
demokrasi-atau-dinasti
 MODUL

Anda mungkin juga menyukai