Rumus PKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) × koefisien × tarif pajak.
• Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), NJKP adalah harga atau nilai yang sudah ditetapkan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
yang sebelumnya sudah mendapatkan data dari Agen Pemegang Merek (ATPM).
• Koefisien, NJKP diperoleh dengan rumus: (PKB/2) x 100. Nilai PKB ini tertera pada lembar bagian belakang Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK).
• Tarif pajak progresif, Jika sudah mengetahui hasil NJKB, berikutnya dikalikan dengan persentase pajak progresif kendaraan
bermotornya.
• Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), SWDKLLJ ini ditentukan untuk mendapatkan pajak progresif
tiap kendaraan.
Diketahui pengenaan pajak kendaraan tidak hanya saat pembelian namun juga dalam
pemakaiannya. Merujuk pada UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pengenaan pajak kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif yang
ditetapkan berdasarkan kepemilikan kendaraan atau dengan kata lain semakin banyak
jumlah kendaraan yang dimiliki maka prosentase pajak yang dikenakan semakin naik
apakah itu kendaraan pertama, kedua, ketiga, dst. Mengacu pada pasal 6 UU tsb diatas
tarif pajak progresif kendaraan bermotor ditetapkan sebesar:
• Kepemilikan kendaraan bermotor pertama dikenakan biaya paling sedikit 1%, paling
besar 2%
• Kepemilikan kendaraan bermotor kedua, ketiga, dan seterusnya dibebankan tarif paling
rendah 2% dan paling tinggi 10%
Sumber :
• BMP ADBI4330 – Administrasi Perpajakan
• https://klikpajak.id/blog/perhitungan/cara-menghitung-pajak-kendaraan/
• https://ekonomi.bisnis.com/read/20201229/9/1336538/jangan-bingung-begini-cara-
hitung-tarif-pajak-kendaraan
2. Buatlah contoh cara perhitungan dari Pajak Penghasilan, PPh pasal 21, 22 dan 23
yang anda ketahui !
a) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
PPh 21, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER-32/PJ/2015) adalah pajak atas
penghasilan berupa upah, gaji, tunjangan ,honorarium, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan jabatan atau pekerjaan jasa
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Subjek
pajak PPh 21 adalah orang yang wajib pajak atas penghasilannya atau penerima
penghasilan yang dipotong oleh PPh 21.
Contoh PPh Pasal 21
Bapak Didi bekerja di Bank OMG dengan gaji yang diterima per bulannya Rp10 juta,
dan dia baru bekerja mulai dari bulan Maret sampai dengan November 2018.
Dikarenakan belum genap 1 tahun bekerja, maka Bapak Allan belum berhak untuk
mendapatkan THR. Bapak Allan juga disini belum menikah (TK/0) serta tidak
memiliki NPWP.
Gaji Setahun = 10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 100.000.000
Biaya Jabatan = 5% x Rp. 100.000.000 = Rp. 5.000.000
Penghasilan Netto = Rp. 100.000.000 – Rp. 5.000.000 = Rp. 95.000.000
PTKP (TK/0) belum menikah serta tidak mempunyai tanggungan = Rp. 54.000.000
Penghasilan yang terkena Pajak = Rp. 94.000.000 – Rp. 54.000.000 = Rp. 41.000.000
Tarif PPh 21:
Penghasilan Tarif
sampai Rp. 50.000.000 5%
Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 15%
Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25%
diatas Rp. 500.000.000 30%
Sumber:
• BMP – ADBI4330 - Administrasi Perpajakan
• https://klikpajak.id/blog/tarif-pajak/mengenal-perbedaan-pph-21-pph-23-dan-ppn/
• https://ukirama.com/en/blogs/penjelasan-tarif-dan-contoh-perhitungan-pph-21-pph-23-
dan-ppn
• http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?id=penghitungan+pajak+-++pph+22
• http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?kategori=pajak+penghasilan+%28pph%29
&id=pajak+-+pph+pasal+23
• https://klikpajak.id/blog/perhitungan/perhitungan-pph-23-dan-
contoh/#Dasar_Perhitungan_PPh_Pasal_23_untuk_Cara_Menghitung_PPh_23
.
3. Jelaskanlah yang dimaksud dengan pajak berganda, serta kelemahan dan kelebihan
dari pajak berganda tersebut !
Pajak Berganda adalah pajak yang dikenakan dua kali atas objek yang sama. Hal tersebut
dapat terjadi jika wajib pajak melakukan transaksi dan memperoleh laba di negara tempat
usahanya yang atas laba tersebut dikenakan pajak, kemudian atas penghasilan tersebut wajib
pajak tersebut dikenai pajak di negaranya sendiri. Pajak berganda dibedakan menjadi empat
yakni pajak berganda internal, pajak berganda internasional, pajak berganda secara yuridis,
dan pajak berganda secara ekonomis.
Kelebihan pajak berganda tentu dapat meningkatkan pendapatan negara yang memungut
pajak tersebut, sedangkan kelemahan pajak berganda tentu sangat merugikan secara
ekonomis bagi wajib pajak dan kemungkinan berpotensi menyurutkan iklim investasi di
dalam negeri.
Sumber :
BMP – ADBI4330 - Administrasi Perpajakan
Sumber :
• BMP – ADBI4330 - Administrasi Perpajakan
• https://klikpajak.id/blog/lapor-pajak/3-sistem-pemungutan-pajak-di-indonesia/