Pernyataan 1
Adolph Wagner mengemukakan mengenai hukum tentang selalu meningkatnya kegiatan
pemerintah, sehingga belanja pemerintah juga cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahunApakah hukum Adolph Wagner tersebut berlaku di Indonesia?
Ada tiga interpretasidari hukum Wagner yang sering dirujuk, sejak dikeluarkan tahun 1883
hingga dicapai final statement pada tahun 1911. Rangkuman dari formulasi yang dikemukakan
Wagner disajikan oleh Peacock & Scott sebagai beriku:
1. Wagner mempertimbangkan bahwa beliau mengamati semacam pola keteraturan dari
pertumbuhan pengeluaran pemerintah, dengan mendefinisikan pemerintah sebagai
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan oleh Peacock &Scott ditambahkan termasuk
Badan Usaha Milik Negara. Adanya keteraturan ini, oleh Wagner dipandang sebagai
suatu hukum, yang mungkin berlaku di beberapa negara, namun tidak berlaku di
beberapa negara yang lain.
2. Wagner menyatakan hukum tentang pengeluaran pemerintah, dan ini bisa diartikan
sebagai perkembangan pengeluaran pemerintah baik secara absolut dan secara relatif.
Wagner juga menyatakan adanya kemungkinan bahwa perkembangan pengeluaran
pemerintah mungkin berbeda-beda antara level pemerintah pusat dan level pemerintah
daerah. Perbedaan ini menyangkut fungsi dasar dari pemerintah yaitu, pengeluaran untuk
bidang pertahanan dan keamanan, termasuk dalam tanggung jawab pemerintah dalam
konsep welfare stateseperti akses pendidikan, jaminan pensiun, dan tunjangan pada
pengangguran.
3. Wagner menyadari bahwa hukum yang menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
pengeluaran pemerintah seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat,
mungkin akan menimbulkan pertanyaan apakah ada threshold sampai kapan hal ini akan
berlaku? Timm (1961: I.3) dalam Peacock & Scott (2000) yang khusus melakukan kajian
analisis pada buku dari Wagner menyatakan bahwa Wagner sendiri tidak yakin dengan
hukum ini akan berlaku sampai kapan. Yang jelas, Wagner melakukan pengamatan
panjang pada masa negara-negara di Eropa mengalami proses industrialisasi. Wagner
juga menyadari bahwa tentu ada batas dari pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Hal ini
dikarenakan bahwa peningkatan G pasti akan diikuti dengan peningkatan pajak (T), dan
para pembayar pajak tentu keberatan jika harus menanggung pajak yang semakin tinggi
untuk membiayai kenaikan
Pertanyaan 2
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara : sebelumnya
anggaranbelanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti
pentingnya pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang
terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.
Pertanyaan untuk didiskusikan adalah : menurut anda, bagaimanakah reformasi yang
telah dilakukan pemerintah dalam merubah anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan tersebut ?
Pada dasarnya, setiap orang berhak untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 UUD 1945.
Undang-undang Dasar 1945 merupakan produk hukum tertinggi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. UU ASN merupakan pruduk hukum turunan dari Undang-undang
Dasar 1945, dalam pembuatan dan pengesahan setiap UU yang ditetapkan menjadi
produk hukum pastinya tidak boleh bertentangan dengan produk hukum diatasnya yaitu
Undang-undang Dasar 1945.
Tanggapan saya, dalam UU ASN tidak tercantum secara spesifik memberikan ruang
bagi bawahan untuk mengkritisi, tetapi pada pasal 2 UU No 5 Tahun 2014 tercantum:
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan pada asas:
kepastian hukum;
profesionalitas;
proporsionalitas;
keterpaduan;
delegasi;
netralitas;
akuntabilitas;
efektif dan efisien;
keterbukaan;
nondiskriminatif;
persatuan dan kesatuan;
keadilan dan kesetaraan;
kesejahteraan.
Jadi setiap ASN walaupun dalam posisi sebagai bawahan dapat memberikan masukan
maupun mengkritisi atasannya atas dasar asas profesional dan proporsional sesuai
dengan keahlian dan kecakapan tupoksi kerja bawahan tersebut.
Seorang bawahan yang memberikan masukan atau mengkritisi atasannya dalam batas
keahlian dan kecakapan tupoksi kerjanya sesuai asas profesional dan proporsional
pastinya diberikan ruang oleh UU ASN.
Jadi dapat saya simpulkan UU ASN selaras dengan pasal 28 UUD 1945.
Sumber referensi:
Buku Materi Pokok ADPU4332 Hukum Administrasi Negara
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/5TAHUN2014UU.HTM
Analisis jabatan adalah suatu cara sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi
tentang isi pekerjaan dan kebutuhan tenaga manusia, serta konteks pelaksanaan pekerjaan
(Mathis dan Jackson – 2001). Informasi pekerjaan tersebut dapat membedakan aktivitas dan
perilaku pekerjaan, interaksi, standar kinerja, rencana anggaran, peralatan dan teknologi yang
digunakan, kondisi pekerjaan, supervisi yang diberikan dan diterima, seta pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan.
Analisi jabatan merupakan hal mendasar dalam aktivitas manajemen SDA. Dengan data yang
akurat dan rinci tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-jenis kemampuan dan
keterampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang dipersyaratkan
untuk menduduki jabatan tersebut, maka perencanaan SDA akan menjadi lebih mudah. Selain
itu, rekrutmen, seleksi dan penempatan akan berjalan lancar karena diimbangi dengan informasi
yang memadai dan akurat, pengembangan dan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
begitu juga halnya dengan penilaian kinerja dan manajemen kinerja serta pengembangan
karier.Analisis jabatan yang rinci dan komperhensif diperlukan untuk perekrutan dan seleksi
secara efektif. Agar dapat menentukan calon karyawan seperti apa yang dibutuhkan, dan di mana
mencari calon karyawan, apakan calon karyawan diperoleh dari dalam atau dari luar organisasi.
Analisis jabatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan deskripsi jabatan dan
spesifikasi jabatan yang akurat.
Sumber :
BMP EKMA4214/MODUL4 Manajemen Sumber Daya Manusia - UT
PERKOPERASIAN
Menurut saya UU no. 17 tahun 2012 lebih baik dalam hal kekonsistensian kata dibandingkan
dengan UU. 25 tahun 1992 meskipun pengertian koperas dipersempit menjadi hanya badan
hukum saja. Diharapkan pada UU no. 17 tahun 2012 koperasi mempunyai pelayanan yang lebih
prima sesuai dengan prinsip koperasi pada UU no. 25 tahun 1992 sehingga penekanan tentang
balas jasa dari sisa hasil usaha menjadi kurang diutamakan. Akan tetapi menjadi tidak jelas
karena tidak menguraikan definisi koperasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan pada UU
no. 17 tahun 2012. UU No. 17 tahun 2012 ini di satu sisi tujuanya ingin mengatur koperasi di sisi
lain membatasi proses kapitalisasi modal koperasi, mempersempit ruang kompetisi koperasi
diantara lembaga keuangan yang nyata-nyata lebih besar, Menurut saya UU ini adalah
kepentingan kapitalisme. Dalam UU 17 tahun 2012, ada yang patut diapresiasi karena berinisiatif
mendirikan LPS atau Lembaga Penjaminan Simpanan untuk anggota koperasi, walau entah
kapan akan direalisasikan, hal ini akan meningkatkan kepercayaan anggota. Namun, UU No.17
Tahun 2012 yang disatu ini bertujuan membedakan bank dan koperasi di sisi lain aspek
permodalannya sama dengan mekanisme Bank (pasal 66) sungguh merupakan tidak rasional dan
sangat keliru.
3. Jelaskan mengapa koperasi selama ini masih jauh dari harapan dan belum bisa mengikuti
perkembangan jaman?
Karena Sistem administrasi koperasi di Indonesia masih tergolong buruk sehingga membuat
koperasi sulit didongkrak untuk menjadi bisnis berskala besar. Salah satu yang menjadi
penghalang koperasi menjadi bisnis skala besar secara internal adalah pada kualitas sumber daya
manusia, pelaksanaan prinsip koperasi, dan sistem administrasi dan bisnis yang masih rendah.
Administrasi koperasi yang belum tertata dengan baik. Secara eksternal, kemampuan koperasi di
Indonesia masih tergolong rendah dalam memanfaatkan peluang. Kurang berkembangnya
koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Banyak
anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi.
Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan koperasi harus
memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha.