Anda di halaman 1dari 10

ADMINISTRASI KEUANGAN

Pernyataan 1
Adolph Wagner mengemukakan mengenai hukum tentang selalu meningkatnya kegiatan
pemerintah, sehingga belanja pemerintah juga cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahunApakah hukum Adolph Wagner tersebut berlaku di Indonesia?
Ada tiga interpretasidari hukum Wagner yang sering dirujuk, sejak dikeluarkan tahun 1883
hingga dicapai final statement pada tahun 1911. Rangkuman dari formulasi yang dikemukakan
Wagner disajikan oleh Peacock & Scott sebagai beriku:
1. Wagner mempertimbangkan bahwa beliau mengamati semacam pola keteraturan dari
pertumbuhan pengeluaran pemerintah, dengan mendefinisikan pemerintah sebagai
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan oleh Peacock &Scott ditambahkan termasuk
Badan Usaha Milik Negara. Adanya keteraturan ini, oleh Wagner dipandang sebagai
suatu hukum, yang mungkin berlaku di beberapa negara, namun tidak berlaku di
beberapa negara yang lain.
2. Wagner menyatakan hukum tentang pengeluaran pemerintah, dan ini bisa diartikan
sebagai perkembangan pengeluaran pemerintah baik secara absolut dan secara relatif.
Wagner juga menyatakan adanya kemungkinan bahwa perkembangan pengeluaran
pemerintah mungkin berbeda-beda antara level pemerintah pusat dan level pemerintah
daerah. Perbedaan ini menyangkut fungsi dasar dari pemerintah yaitu, pengeluaran untuk
bidang pertahanan dan keamanan, termasuk dalam tanggung jawab pemerintah dalam
konsep welfare stateseperti akses pendidikan, jaminan pensiun, dan tunjangan pada
pengangguran.
3. Wagner menyadari bahwa hukum yang menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
pengeluaran pemerintah seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat,
mungkin akan menimbulkan pertanyaan apakah ada threshold sampai kapan hal ini akan
berlaku? Timm (1961: I.3) dalam Peacock & Scott (2000) yang khusus melakukan kajian
analisis pada buku dari Wagner menyatakan bahwa Wagner sendiri tidak yakin dengan
hukum ini akan berlaku sampai kapan. Yang jelas, Wagner melakukan pengamatan
panjang pada masa negara-negara di Eropa mengalami proses industrialisasi. Wagner
juga menyadari bahwa tentu ada batas dari pertumbuhan pengeluaran pemerintah. Hal ini
dikarenakan bahwa peningkatan G pasti akan diikuti dengan peningkatan pajak (T), dan
para pembayar pajak tentu keberatan jika harus menanggung pajak yang semakin tinggi
untuk membiayai kenaikan

Pertanyaan 2
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara :  sebelumnya
anggaranbelanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti
pentingnya pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang
terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.
Pertanyaan untuk didiskusikan adalah : menurut anda, bagaimanakah reformasi yang
telah dilakukan pemerintah dalam merubah anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan tersebut ?

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN


Pasal 11
1)   APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan
undang- undang.
2)   APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
3)   Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
4)   Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat
dan pelak- sanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
5)   Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
pasal 12
1)      APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan Negara
2)      Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada
rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
3)      Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.
4)      Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana
penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
pasal 13
1)      Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangkaekonomi
makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan
2)      Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangkaekonomi makro dan
pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
3)      Berdasarkan kerangkaekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat
bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk
dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
pasal 14
1)      Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga
tahun berikutnya.
2)      Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan
prestasi kerja yang akan dicapai.
3)      Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan
prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
4)      Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.
5)      Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.
6)      Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
1)      Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota
keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan
Agustus tahun sebelumnya.
2)      Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-
undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.
3)      Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
4)      Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-
undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilak- sanakan.
5)      APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja.
6)      Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Dengan diterbitkannya Perpres tersebut, pemerintah mengubah perkiraan anggaran pendapatan
negara menjadi Rp 1.760,8 triliun. Nilainya turun Rp 472,3 triliun dari sebelumnya Rp 2.540
triliun. Sedangkan anggaran belanja negara meningkat Rp 73 triliun menjadi Rp 2.233,19 triliun.
Alhasil, defisit anggaran ditetapkan Rp 852,93 triliun atau 5,07% dari PDB. Angka ini naik dari
sebelumnya Rp 307,2 triliun atau 1,76% dari PDB. Defisit keseimbangan primer juga meningkat,
dari Rp 12 triliun menjadi Rp 517,7 triliun. (Baca: Dampak dan Risiko Defisit Anggaran hingga
5,07% untuk Atasi Corona).
Secara rinci, pendapatan negara dari perpajakan Rp 1.462 triliun, penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) Rp 297,7 triliun, dan hibah Rp 498,74 triliun. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3)
Perpres tersebut. Sedangkan anggaran belanja negara terdiri dari pemerintah pusat Rp 1.851
triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) Rp 762,7 triliun. Hal ini tercantum dalam
Pasal 1 ayat (4). Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa anggaran belanja pemerintah pusat akan
diutamakan untuk penanganan virus corona. Selain itu, dipakai untuk mengatasi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional.
Sumber : https://katadata.co.id/berita/2020/04/06/jokowi-teken-perpres-perubahan-postur-
apbn-2020-untuk-atasi-corona
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/24167-ID-pengujian-hukum-wagner-
dalam-perekonomian-indonesia-kajian-pengeluaran-pemerinta.pdf
https://www.kemenkeu.go.id/media/14041/nota-keuangan-beserta-apbn-ta-2020.pdf
ADPU 4333. Administrasi keuangan  KB.1, Hal 3.10

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

1. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat


dalam prosesnya melibatkan rakyat. Menurut para ahli Sumarsono perencanaan partisipatif
adalah metode perencanaan pembangunan dengan cara melibatkan warga masyarakat yang
diposisikan sebagai subjek pembangunan. Tujuan perencanaan partisipatif agar masyarakat
diharapkan mampu mengetahui permasalahan nya sendiri di lingkungannya, menilai potensi
SDM dan SDA yang tersedia dan merumuskan solusi menguntungkan. Perencanaan partisipatif
digunakan untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan karena mengingat berbentuk geografis
Indonesia terdiri dari pulau suku dan bahasa. Perencanaan merupakan sebuah istilah yang sangat
umum di dunia pemerintahan. Perencanaan dibagi dua yakni perencanaan dari atas dan bawah.
Perencanaan partisipatif saat ini terdukung dengan adanya otonomi daerah. manfaat perencanaan
partisipatif yaitu memberikan transparansi akibat terbuka lebar nya informasi dan wewenang
serta penyebab masyarakat dalam rumah kebutuhan masyarakat dari keinginan menjadi nyata
sehingga pelaksanaan program lebih berfokus pada kebutuhan masyarakat. Contoh penerapan
partisipatif masyarakat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yaitu gotong royong di Jawa,
budaya konsensus dalam kehidupan masyarakat Indonesia, serta mapalus di Minahasa. salah satu
upaya pemerintah daerah mewujudkan perencanaan partisipatif adalah dengan musrenbangdes. 
2. Musrenbangdes merupakan forum publik perencanaan program pembangunan yang
diselenggarakan oleh lembaga publik, yaitu pemerintah Desa bekerja sama dengan warga dan
para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang desa merupakan salah satu tugas
pemerintah Desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Musrenbang desa yang bermakna akan membangun kesepahaman tentang
kepentingan dan kemajuan desa dengan memotret potensi dan sumber sumber pembangunan
yang tersedia baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar desa. Pembangunan tidak akan
bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan tidak berperan
karena itu musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari
pemerintahan dan pembangunan. Perencanaan pembangunan desa harus didasarkan pada data
dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan yang mencakup informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa, organisasi dan tatalaksana pemerintahan desa, keuangan
desa , profil desa informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa dan
pemberdayaan masyarakat. Untuk menyusun RPJMDesa diselenggarakan musrembang tingkat
desa yang dilaksanakan 5 tahun sekali yang sekarang berubah menjadi 6 tahun sekali yang
disusun tiga bulan setelah kepala Desa terpilih dilantik oleh pejabat yang berwenang. Sedangkan
untuk menyusun RKP-Desa diselenggarakan melalui musrenbang Desa tahunan mengikuti
jadwal penyusunan dokumen rencana pemerintahan Supra desa. musrembang tahunan akan
menghasilkan dua jenis program yaitu program pembangunan yang akan diteruskan kepada
pemerintah tingkat atasnya melalui musrenbang kecamatan dan musrenbang Kabupaten. Dalam
praktiknya musrenbang Desa seringkali berisi rapat yang membahas mengenai daftar keinginan
masyarakat bukan daftar kebutuhan. mengingat keterbatasan anggaran Desa maka prioritas
rencana desa adalah memenuhi kebutuhan pokok dulu baru kemudian bicara kebutuhan
pengembangan. musrembangdes dilakukan mulai dari tingkat kelurahan dan desa sampai dengan
tingkat nasional. 
a) Tujuan Pelaksanaan Musrenbangdes : 
- menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari masyarakat perencanaan pada
tingkat desa. 
- menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai dana alokasi desa yang berasal dari
APBD Kabupaten. 
- menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada musrenbang desa. 
b) Tahapan Pelaksanaan : 
- prosesi pembuka musrenbang desa 
- pemaparan kepala desa
- pemaparan tim pemandu musrenbang terkait from rencana RKPDes 
- tanggapan pihak Kecamatan mengenai paparan desa
- tanggapan dan masukan peserta musrenbang tentang pemaparan kepala desa 
- rumusan pokok-pokok penting hasil diskusi peserta musrenbang
- musyawarah penentuan tim delegasi desa yang mengikuti musrenbang kecamatan.
c) Musrenbang Terdiri Atas Beberapa Tahapan Yang Bertingkat: 
- musrenbang nasional 
- musrenbang provinsi
- musrenbang kota/kabupaten 
- musrenbang kecamatan
- musrenbang kelurahan / desa
Sumber Referensi : 
- Buku Modul Admnistrasi Pemerintahan Desa
- https://id.m.wikipedia.com
- nuswantorotejo.blogspot.com
- bagasimamsyah.blogspot.com

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pada dasarnya, setiap orang berhak untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 UUD 1945.
Undang-undang Dasar 1945 merupakan produk hukum tertinggi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. UU ASN merupakan pruduk hukum turunan dari Undang-undang
Dasar 1945, dalam pembuatan dan pengesahan setiap UU yang ditetapkan menjadi
produk hukum pastinya tidak boleh bertentangan dengan produk hukum diatasnya yaitu
Undang-undang Dasar 1945.
Tanggapan saya, dalam UU ASN tidak tercantum secara spesifik memberikan ruang
bagi bawahan untuk mengkritisi, tetapi pada pasal 2 UU No 5 Tahun 2014 tercantum:
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan pada asas:
 kepastian hukum;
 profesionalitas;
 proporsionalitas;
 keterpaduan;
 delegasi;
 netralitas;
 akuntabilitas;
 efektif dan efisien;
 keterbukaan;
 nondiskriminatif;
 persatuan dan kesatuan;
 keadilan dan kesetaraan; 
 kesejahteraan.

Jadi setiap ASN walaupun dalam posisi sebagai bawahan dapat memberikan masukan
maupun mengkritisi atasannya atas dasar asas profesional dan proporsional sesuai
dengan keahlian dan kecakapan tupoksi kerja bawahan tersebut.
Seorang bawahan yang memberikan masukan atau mengkritisi atasannya dalam batas
keahlian dan kecakapan tupoksi kerjanya sesuai asas profesional dan proporsional
pastinya diberikan ruang oleh UU ASN.
Jadi dapat saya simpulkan UU ASN selaras dengan pasal 28 UUD 1945.
 
Sumber referensi:
Buku Materi Pokok ADPU4332 Hukum Administrasi Negara
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/5TAHUN2014UU.HTM

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Analisis jabatan adalah suatu cara sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi
tentang isi pekerjaan dan kebutuhan tenaga manusia, serta konteks pelaksanaan pekerjaan
(Mathis dan Jackson – 2001). Informasi pekerjaan tersebut dapat membedakan aktivitas dan
perilaku pekerjaan, interaksi, standar kinerja, rencana anggaran, peralatan dan teknologi yang
digunakan, kondisi pekerjaan, supervisi yang diberikan dan diterima, seta pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan.
Analisi jabatan merupakan hal mendasar dalam aktivitas manajemen SDA. Dengan data yang
akurat dan rinci tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-jenis kemampuan dan
keterampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang dipersyaratkan
untuk menduduki jabatan tersebut, maka perencanaan SDA akan menjadi lebih mudah. Selain
itu, rekrutmen, seleksi dan penempatan akan berjalan lancar karena diimbangi dengan informasi
yang memadai dan akurat, pengembangan dan pelatihan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
begitu juga halnya dengan penilaian kinerja dan manajemen kinerja serta pengembangan
karier.Analisis jabatan yang rinci dan komperhensif diperlukan untuk perekrutan dan seleksi
secara efektif. Agar dapat menentukan calon karyawan seperti apa yang dibutuhkan, dan di mana
mencari calon karyawan, apakan calon karyawan diperoleh dari dalam atau dari luar organisasi.
Analisis jabatan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan deskripsi jabatan dan
spesifikasi jabatan yang akurat.
Sumber :
BMP EKMA4214/MODUL4 Manajemen Sumber Daya Manusia - UT

PENGANTAR ILMU EKONOMI


Jawab
Misalkan :
Makanan = x
Pakaian = y
Diketahui 
Px = 500
Py = 50.000
MUx = 10 
MUy = 50
Harga barang apakah yang harus dibelanjakan konsumen?
Penyelesaian
MUx/Px = MUy/Py
10/500 = 50/50.000
0,02 = 0,001
dari nilai guna makanan dan pakaian diatas bisa disimpulkan berdasarkan Pendekatan
Ordinal.
    Yaitu besarnya nilai guna bagi seorang konsumen tidak perlu diketahui. Jadi
pendekatan nilai guna adalah tingkat kepuasan seseorang dapat mengkonsumsi
barang atau jasa tidak dapat diukur dengan uang atau angka tetapi dapat dikatakan
lebih tinggi atau lebih rendah (ke1, ke2, ke3, dan seterusnya)
 Asumsi yang digunakan :
1. Konsumen akan selalu memilih kombinasi barang yang akan dikonsumsi yang akan
mendatangkan kepuasan maksimum.
2. Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang yang tersedia
baginya serta informasi tentang harga pasar.
3.Konsumen perlu mempunyai preferensi yang disusun atas besarnya nilai guna,
walaupun besarnya nilai guna itu secara absolute tidak perlu diketahui.
jadi menurut saya barang yang harus dibelanjakan konsumen yaitu makanan karena 
konsumen perlu mempunyai  preferensi yang disusun atas besarnya nilai guna,
walaupun besarnya nilai guna itu secara absolute tidak perlu diketahui.

PERKOPERASIAN

1. Apa yang menjadi alasan MK membatalkan pemberlakuan UU yang baru?

Mahkamah Konstitusi menyatakan UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian


bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pengertian
koperasi ternyata telah dielaborasi dalam pasal-pasal lain dalam UU No. 17 tahun 2012, sehingga
di satu sisi mereduksi atau bahkan menegasikan hak dan kewajiban anggota dengan menjadikan
kewenangan pengawas terlalu luas. UU No.17 Tahun 2012 ini juga mengutamakan skema
permodalan materiil dan finansial yang mengesampingkan modal sosial yang menjadi ciri
fundamental koperasi sebagai suatu entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945. Pada
sisi lain, koperasi menjadi sama dan tidak berbeda dengan perseroan terbatas, sehingga
kehilangan roh konstitusionalnya sebagai entitas pelaku ekonomi khas bagi bangsa yang
berfilosofi gotong royong.
2. Bagaimana pendapat anda menyikapi perubahan ini, yang mengharuskan landasan hukum
perkoperasian harus kembali ke UU 25 Tahun 1992?

Menurut saya UU no. 17 tahun 2012 lebih baik dalam hal kekonsistensian kata dibandingkan
dengan UU. 25 tahun 1992 meskipun pengertian koperas dipersempit menjadi hanya badan
hukum saja. Diharapkan pada UU no. 17 tahun 2012 koperasi mempunyai pelayanan yang lebih
prima sesuai dengan prinsip koperasi pada UU no. 25 tahun 1992 sehingga penekanan tentang
balas jasa dari sisa hasil usaha menjadi kurang diutamakan. Akan tetapi menjadi tidak jelas
karena tidak menguraikan definisi koperasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan pada UU
no. 17 tahun 2012. UU No. 17 tahun 2012 ini di satu sisi tujuanya ingin mengatur koperasi di sisi
lain membatasi proses kapitalisasi modal koperasi, mempersempit ruang kompetisi koperasi
diantara lembaga keuangan yang nyata-nyata lebih besar, Menurut saya UU ini adalah
kepentingan kapitalisme. Dalam UU 17 tahun 2012, ada yang patut diapresiasi karena berinisiatif
mendirikan LPS atau Lembaga Penjaminan Simpanan untuk anggota koperasi, walau entah
kapan akan direalisasikan, hal ini akan meningkatkan kepercayaan anggota. Namun, UU No.17
Tahun 2012 yang disatu ini bertujuan membedakan bank dan koperasi di sisi lain aspek
permodalannya sama dengan mekanisme Bank (pasal 66) sungguh merupakan tidak rasional dan
sangat keliru.
3. Jelaskan mengapa koperasi selama ini masih jauh dari harapan dan belum bisa mengikuti
perkembangan jaman?

Karena Sistem administrasi koperasi di Indonesia masih tergolong buruk sehingga membuat
koperasi sulit didongkrak untuk menjadi bisnis berskala besar. Salah satu yang menjadi
penghalang koperasi menjadi bisnis skala besar secara internal adalah pada kualitas sumber daya
manusia, pelaksanaan prinsip koperasi, dan sistem administrasi dan bisnis yang masih rendah.
Administrasi koperasi yang belum tertata dengan baik. Secara eksternal, kemampuan koperasi di
Indonesia masih tergolong rendah dalam memanfaatkan peluang. Kurang berkembangnya
koperasi juga berkaitan sekali dengan kondisi modal keuangan badan usaha tersebut. Banyak
anggota, pengurus maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi.
Manajemen koperasi harus diarahkan pada orientasi strategik dan gerakan koperasi harus
memiliki manusia-manusia yang mampu menghimpun dan memobilisasikan berbagai sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha.

SISTEM EKONOMI INDONESIA


Dalam sistem perekonomian Indonesia pemerintah memiliki peranan yang cukup besar
yaitu sebagai pelaku sekaligus sebagai pengatur kegiatan ekonomi. Secara garis besar
peranan pemerintah dalam perekonomian sebagai berikut:
1) Pemerintah berperan dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara
efisien.
2) Pemerintah berperan dalam distribusi pendapatan dari golongan mampu ke
golongan kurang mampu.
3) Pemerintah berperan dalam menstabilkan perekonomian.
Peran negara dalam SEI sebenarnya sudah ideal, hanya saja masih mempunyai
kekurangan seperti dalam menyediakan lapangan kerja karena saat ini banyak
pengangguran di Indonesia. Terlebih yang menganggur kebanyakan sudah bergelar
sarjana. Seandainya pemerintah bisa menyediakan lapangan kerja lebih banyak lagi
maka pertumbuhan ekonomi Indonesia otomatis akan mengalami peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai