Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya bangsa yang baru merdeka biasanya menetapkan pemilihan umum sebagai
program politiknya. Demikian juga Indonesia stelah bebrapa lama berada di bawah kekangan
pemerintah kolonial. Salah satu agenda politik adalah menyelenggarakan pemilihan
umum . Hal ini menunjukan euphoria politik karena sebagai bangsa yang baru merdeka yang
ingin menikmati pesta demokrasi yang belum pernah dialami pada masa- masa sebelumnya.
Pemilihan umum di Indonesia yang pertama diselanggarakan satu setengah bulan setelah
terbentuknya kabinat Burhanuddin Harahap. Sebagai ketua lembaga pemilihan umum adalah
Menteri Dalam Negeri waktu yaitu Mr. Sunaryo, yang berasaskan langsung, umum, bebas dan
rahasia. Dalam pelaksanaanya, puluhan partai politik bersaing memperebutkan kursa dewan
Perwakilan rakyat anggota konstituante. Pada waktu itu wilayah Indonesia dibagi menjadi 16
wilayah pemilihan yang meliputi 208 kabupaten, 2139 ke kecamatan dan 434529 Desa
( Sekretariat NegaraRI, 1986: 88).

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan sistem pemilihan umum di Indonesia pada 1955 – 1999 ?
b. Jelaskan sistem pemilu Indonesia 2004 – sekarang ?

C. Tujuan
a. Mengetahui Jelaskan sistem pemilihan umum di Indonesia pada 1955 – 1999 ?
b. Mengetahui Jelaskan sistem pemilu Indonesia 2004 – sekarang ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pemilu Indonesia (1955-1999)


a. Pemilu 1955
Pemilu 1995 digelar pada masa demokrasi parlementer kabinet Burhanuddin Harahap.
Pada saat itu, Pemilu dilaksanakan dua kali yaitu untuk memilih anggota DPR pada 29
September 1955 dan pemilihan anggota Konstituante pada 25 Desember 1955. Pemilu 1955
diikuti oleh lebih 30-an partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon
perseorangan. Kemudian muncul anggapan, Pemilu 1955 menjadi pemilu paling demokratis
dan sehat dalam sejarah Indonesia.
Pemilu 1955 menggunakan sistem proposional. Pemilihan umum sistem proposional
adalah dimana kursi yang tersedia dibagikan kepada partai politik (organisasi peserta
pemilu) sesuai dengan imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai politik itu. Oleh
karena itu sistem ini disebut juga dengan sistem berimbang, ada 5 Juli 1959 Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden. UUD 1945 dinyatakan sebagai Dasar Negara, serta
penggantian Konstituante dan DPR hasil Pemilu dengan DPR-GR. Kabinet yang ada diganti
dengan Kabinet Gotong Royong dan Ketua DPR, MPR, BPK dan MA diangkat sebagai
pembantu Sukarno dengan jabatan menteri.1
b. Pemilu 1971
Pemilu kedua digelar tahun 1971. Digelar usai Soeharto ditetapkan sebagai Presiden
sesuai hasil Sidang Umum MPRS (TAP MPRS NO. XLIV/MPRS/1968).
Pemilu ini mundur dari jadwal seharusnya karena alasan keamanan. Pemilu ini
berlangsung untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Melansir laman Kemendikbud, pemilu 1971 diikuti 10
partai politik dan 1 ormas, yaitu NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen Indonesia, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, PNI, serta Golkar. Hasil Pemilu 5 Juli 1971 itu menyatakan
Golkar sebagai pemilik suara mayoritas diikuti NU, PNI, dan Parmusi. Pemilu ini kemudian
diikuti oleh Sidang Umum MPR pada bulan Maret tahun 1973 yang melantik Soeharto dan
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

1
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Ha l 317.

2
c. Pemilu 1977
Pemilu berikutnya tahun 1977, menandakan dimulainya kegiatan pemilihan umum secara
periodik tiap lima tahun. Pemilu 1977 yang dilakukan pada masa Orde Baru untuk digelar
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).Pemilu ini dilakukan melalui penyederhanaan atau penggabungan partai (fusi) 1973
peserta pemilu yang semula sepuluh partai politik menjadi tiga. Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) gabungan NU, Parmusi, Perti dan PSII. Partai Demokrasi Indonesia
(PDI), gabungan dari PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai IPKI dan Partai Murba, dan
Golkar. Tiga partai ini, PPP, PDI, Golkar terus dipertahankan hingga Pemilu 1997. Golkar
sebagai mayoritas tunggal terus berlanjut pada pemilu 1982, 1987, 1992 dan 1997. Pemilu
ini kemudian diikuti oleh Sidang Umum MPR yang melantik kembali Soeharto yang
didampingi H. Adam Malik Batubara menjadi Presiden dan Wakil Presiden.2
d. Pemilu 1982, 1989, 1992 dan 1997
Pemilihan pada periode tersebut dilakukan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sementara Presiden dan
Wakil Presiden ditentukan dari hasil Sidang Umum MPR.
Peserta pemilu 1982, 1989, 1992, dan 1997 sama. Yaitu Golkar, PPP dan PDI. Selama
masa pemilu ini, Golkar selalu memenangkan suara terbanyak. Dalam Sidang Umum MPR,
Soeharto juga kembali terpilih menjadi Presiden dan terus menjabat selama 32 tahun. Meski
begitu, Wakil Presiden selalu berganti tiap periode. Mulai dari Umar Wirahadikusumah,
Sudharmono, Try Sutrisno, hingga Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
e. Pemilu 1999
Tumbangnya rezim Soeharto pada 1998 membuat Pemilu dipercepat. Pemilu digelar pada
tahun 1999, lebih cepat dari jadwal sebelumnya tahun 2002. Pemilu 1999 diselenggarakan
pada 7 Juni 1999. Pemilu pada tahun itu terlaksana secara damai tanpa ada kekacauan.
Pemilu serentak di seluruh Indonesia ini diikuti sebanyak 48 partai politik. Cara pembagian
kursi hasil pemilihan kali ini tetap memakai sistem proposional dengan mengikuti varian
Roget. Dalam sistem ini sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang
diperolehnya di daerah pemilihan. Namun, cara penetapan calon terpilih berbeda dengan
pemilu sebelumnya, yakni dengan menentukan peringkat perolehan suara suatu partai di

2
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Hal 317.

3
dapil. Apabila sejak Pemilu 1977 calon nomor urut pertama dalam daftar calon partai
otomatis terpilih apabila partai itu mendapat kursi. Kini calon terpilih ditetapkan
berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah tempat seseorang dicalonkan. Dari 48
partai tersebut hanya 21 partai yang mendapatkan kursi di DPR dan PDI-P keluar sebagai
pemenang mayoritas suara. Sementara, Abdurrahman Wahid (Gusdur) dan Megawati
Soekarnoputri dipilih juga ditetapkan MPR RI sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Setelah
Gusdur mundur, Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi presiden dengan wakilnya
Hamzah Haz berdasarkan Sidang Istimewa MPR RI, 23 Juli 2001, melalui Ketetapan MPR
RI No. II/MPR/2001.

B. Sistem Pemilu Indonesia ( 2004 – Sekarang )


a. Pemilu 2004
Pemilu 2004 menandai sejarah baru karena rakyat berpartisipasi aktif dalam memilih
Presiden dan Wakil Presiden. Aturan itu terjadi perubahan amandemen UUD 1945. Ada dua
hajat pada Pemilu 2004 yaitu rakyat memilih anggota legislatif dan memilih Presiden-Wakil
Presiden. Pemilu DPR, DPD dan DPRD pada 5 April 2004, dilanjutkan dengan Pemilu
Presiden 5 Juli 2004 (putaran I) dan 20 September 2004 (putaran II). Pelaksanaan pemilu
2004 dilakukan bertahap dengan 24 partai politik sebagai peserta. Pemilu 2004
memberlakukan sistem electoral threshold sebesar tiga persen perolehan suara Pemilu 1999.
Pemilu ini diselenggarakan dalam dua putaran, pertama pada 5 Juli 2004, kedua pada 20
September. Ada lima pasangan calon. Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla terpilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 hingga 2009.3
b. Pemilu 2009
Pemilihan umum yang diselenggarakan pada 2009 tidak jauh berbeda dengan Pemilu
2004. Namun, Pemilu 2009 terjadi beberapa perubahan terkait ambang batas pencalonan
Presiden dan parlemen.Ketentuan dalam Pilpres ditentukan bahwa pasangan calon terpilih
adalah pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya
20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia.
Sementara, ambang batas parlemen atau parliamantary threshold menjadi 2,5 persen. Pemilu
DPR, DPD dan DPRD pada 9 April 2009, dilanjutkan dengan Pemilu Presiden pada 8 Juli
3
Sair, Alian. Sejarah Nasional Indonesia VI. Palembang: Perpustakaan Prodi Sejarah FKIP Universitas
Sriwijaya, 2005. Hal 40

4
2009. Pemilu ini diikuti 38 partai Hasilnya, hanya 9 partai yang lolos parliamentary
threshold yaitu Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra dan Hanura.
Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih pada saat itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono
dan Boediono.
c. Pemilu 2014
Setelah periode kedua Presiden SBY, Pemilu kembali digelar. Pemilu DPR, DPD dan
DPRD digelar pada 9 April 2014 (dalam negeri) dan 30 Maret sampai 6 April 2014 (luar
negeri). Sementara, Pemilu Presiden dilaksanakan satu putaran pada 9 Juli 2014. Pemilu
2014 diikuti peserta sebanyak 15 partai politik, tiga di antaranya dari partai lokal Aceh. 12
partai nasional yakni PDI-P, Golkar, Demokrat, PKB, PPP, PAN, PKS, Gerindra, Hanura,
Nasdem, PBB, dan PKPI. Dari 12 partai itu, hanya 10 partai yang memenuhi parliamentary
threshold sebesar 3,5 persen perolehan suara yaitu PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra,
Demokrat, PKB, PAN, PKS, Nasdem, PPP, dan Hanura. Pada Pilpres, ada dua pasangan
calon waktu itu. Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla melawan Prabowo Subianto dan
Hatta Rajasa. Hasilnya, Jokowi-Jusuf Kalla ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden
periode 2014 hingga 2019.4
d. Pemilu 2019
Pemilu 2019 digelar serentak dengan pemilihan presiden pada 17 April. Pemilu 2019
diikuti oleh 14 partai politik nasional dan 4 partai politik lokal Aceh. Sebanyak 9 partai
dinyatakan lolos ke Senayan yaitu PDI-P, Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, PKS,
Demokrat, PAN, dan PPP. Adapun tujuh partai meraih suara di bawah ambang batas
parlemen, yaitu Perindo, Berkarya, PSI, Hanura, PBB, PKPI, dan Garuda. Pada Pilpres,
bertarung dua pasangan calon waktu itu yaitu pasangan Pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf
Amin melawan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Hasilnya, Jokowi-Ma'ruf terpilih
menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019 hingga 2024. Jokowi-Ma'ruf
mendapatkan 85.607.362 atau 55,50 persen suara, sedangkan perolehan suara Prabowo-
Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen suara.

BAB III
PENUTUP
4
Sair, Alian. Sejarah Nasional Indonesia VI. Palembang: Perpustakaan Prodi Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya,
2005. Hal 41-42.

5
A. Kesimpulan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lahir sejak bulan Agustus 1950 mewarisi sistem
multi partai. Jika melihat jumlah partai yang diwakili dalam parlemen. sekurang-kurangnya
terdapat 27 partai politik. Pemilu 1955 berlansung dengan sistem proporsional
(multimember constituency ) yang dikombinasikan dengan sistem daftar (listsystem) diikuti oleh
lebih dari 30 Partai Politik dan lebih dari 100 organisasi atau perkumpulan dan perseorangan
untuk memilih257 anggota DPR. Dariempat partai yang keluar sebagai pemenang dalam Pemilu
1955, PNI,Masyumi, NU dan PKI, semuanya, kecuali PKI, diwakili dalam kabinetAli
Sastroamidjojo. Pada November tahun 1952, Kabinet Wilopo mengajukan rancangan undang-
undang pemilihan umum baru. Sistem perwakilan proporsional diajukan kepada parlemen dan
disetujui secara aklamasi. Undang-undang tersebut membagi Indonesia ke dalam 16 daerah
pemilihan. 

DAFTAR PUSTAKA

6
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008

Sair, Alian. Sejarah Nasional Indonesia VI. Palembang: Perpustakaan Prodi Sejarah FKIP
Universitas Sriwijaya, 2005.

Anda mungkin juga menyukai