SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing
( )
OLEH:
Surabaya, 2020
Mengesahkan,
Dekan
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyataka bahwa skripsi berjudu “Tindak Pidana Terhadap Pelaku
n l
Pembunuhan Berencana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)” adalah hasil
karya saya sendiri dan saya susun berdasarkan hasil penelitian saya sendiri.
Surabaya, 2020
Yang menyatakan
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan berkahnya
skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan judul “Tindak Pidana Terhadap Pelaku Pembunuhan
Berencana Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)”
Tujuan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan
kemdahan, bekal ilmu pengetahuan, bimbingan, petunjuk dan semangat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan, ialah :
1. Bapak Dr. Bachrul Amiq, SH.,MH. Rektor Universitas DR. Soetomo Surabaya.
2. Bapak Irawan Soerodjo, S.H.,M.Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas DR. Soetomo
Surabaya.
4. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
5. Orang Tua, dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dalam belajar dan
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-temanku fakultas hukum dan yang diluar sana yang selalu mendukung dan
memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan. Akhir
kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal
baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT
Surabaya, 2020
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………..........67
2. Saran……………………………………………………………………………..68
DAFTAR BACAAN
BAB I
PENDAHULUAN
perhatian di dalam kalangan masyarakat. Berita di surat kabar, majalah dan surat
kabar online sudah mulai sering memberitakan terjadi nya pembunuhan. Tindak
faktor. Zaman modern ini tindak pidana pembunuhan malah makin marak terjadi.
Tindak pidana pembunuhan berdasarkan sejarah sudah ada sejak dulu, atau dapat
perbuatan tindak pidana pembunuhan ini terletak pada akibat hukum nya, ketika
direncanakan terlebidahulu maka akibat hukum yaitu sanksi pidana nya akan lebih
berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan tanpa ada
sesuai Pasal 340 KUHP adalah suatu pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP,
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
1
2
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang
pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud Pasal 338 itu dilakukan seketika pada
setelah niat itu timbul, untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu
akan dilaksanakan.
pembunuhan itu masih demikian luang, sehingga pelaku masih dapat berfikir,
apakah pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula merencana dengan
cara bagaimana ia melakukan pembunuhan itu. Perbedaan lain terletak dalam apa
sedangkan pada pembunuhan direncanakan terlebih dulu kedua hal itu terpisah
oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang tentang
seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan di bawah pengaruh hawa nafsu itu
juga dipersiapkan, sehingga dalam pelaksanaan nya pelaku akan lebih mudah
3
1
membunuh korban. Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada
subyektif yaitu dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu dan yang
pelanggaran hak asasi manusia karena teleh menghilangkan suatu hak dasar yang
melekat pada diri seseorang baik sebelum dilahirkan didunia maupun didalam
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang
3
melanggar larangan tersebut. Dampak dari suatu kejahatan/pelanggaran adalah
melakukan perbuatan pidana atau tindak pidana. Manusia mempunyai hak untuk
hidup bahkan pelaku tindak pidana pembunuhan pun mempunyai hak untuk hidup.
1
http://alexanderizki.blogspot.com/2011/03/analisis-pidana-atas-pembunuhan
pokok.html.diakses,pada tanggal 10 Desember 2019 pukul 20.30 Wib
2 http://id.wikipedia.org/wiki/pembunuhan_berencana,diakses pada tanggal 10 Desember 2019
pukul 20.30 wib
3 Roeslan saleh, Perbuatan dan Pertanggungjawaban Pidana. aksara baru, jakarta, 1981, hlm 80
4
terhadap pelaku pembunuhan. Terlihat jelas ada suatu perlindungan hukum yang
diberikan oleh negara untuk melindungi hak untuk hidup, akan tetapi pada pelaku
tindak pidana pembunuhan kebanyakan hanya dihukum lebih ringan dari ancaman
Hukuman yang pantas untuk pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yaitu
hukuman mati, sanksi terberat yang berlaku dalam suatu peraturan. Ketentuan
Hukum Pidana (KUHP) mengatur salah satu nya tentang tindak pidana
pembunuhan ini yang tertuang pada Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Ancaman
Ketika merujuk pada pasal ini jelas ancaman hukuman maximal nya adalah
hukuman mati dan paling rendah yaitu selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun, namun pada kenyataan nya hal tersebut tidak terealisasi sebagai mana
aturan nya. Tindak pidana pembunuhan berencana, termasuk pula dalam masalah
hukum yang sangat penting untuk dikaji secara mendalam. Untuk itu penulis
berikut:
Berencana?
2. Penjelasan Judul
undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi
6
dilakukannya.
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
6
Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia.
Jakarta.2001. hlm. 45
7
pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui Pengaturan Tindak Pidana Terhadap Pelaku
(KUHP).
Berencana.
4. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
manusia.7
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif “Suatu Tinjauan Singkat”,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 14
8
b. Pendekatan Masalah
diperoleh dari:
pakar dan praktisi hukum yang ada di internet dan juga kumpulan
ensiklopedia.
bahan hukum sekunder yaitu pendapat ahli hukum seperti yang tertuang
dalam literatur, buku, atau sumber lainnya, setelah dirasa cukup bahan-
5. Pertanggungjawaban Sistematika
Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, antara bab satu dengan yang lain
saling berkaitan sehingga skripsi ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Pada Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini merupakan gambaran secara umum
Pertanggungjawaban Sistematika.
Berencana. Pada bab ini membahas tentang Tindak Pidana Kejahatan Terhadap
Pada Bab V Kesimpulan Dan saran pada bagian ini terdiri dari kesimpulan
pokok yng diangkat dalam skripsi dan selanjutnya akan memberikan saran sebagai
11
hasil pemikiran penelitian yang dapat memecahkan permasalahan yang ada dan
.
BAB II
HUKUM PIDANA
lebih ringan dari pada kejahatan. Kedua istilah tersebut pada hakikatnya tidak ada
perbedaan yang tegas karena keduanya sama-sama delik atau perbuatan yang
boleh dihukum. Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran
tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan
8
pelanggaran sebagai berikut:
8 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana. . Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 34
12
13
3) Pada pemidanaan terhadap anak dibawah umur tergantung pada apakah itu
dari perbuatan itu menimbulkan adanya sifat melawan hukum dan telah ada aturan
dan atau telah ada Undang-undang yang mengaturnya. Walaupun perbuatan itu
telah menimbulkan suatu sifat yang melanggar hukum, namun belum dapat
perundang-undangan.
9
berikut:
a. Pidana Pokok
1. Pidana Mati
2. Pidana Penjara
3. Kurungan.
4. Denda
b. Pidana Tambahan
1. Pencabutan Hak-hak Tertentu
9
Lamintan P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 1997,
hlm 23
14
merupakan dua faktor penting dalam hukum pidana. Dengan mengetahui dan
berpersepsi sama atas makna pidana dan tujuannya, maka dapat dicapai sasaran
yang dikehendaki dalam melakukan penegakan hukum pidana. Jadi, antara pidana
dan tujuan penjatuhannya mempunyai kaitan yang strategis, juga sifat dan bentuk
umumnya ada 3 (tiga) teori yang sering di gunakan dalam mengkaji tentang tujuan
10
permidanaan yaitu:
Menurut teori absolut ini, setiap kejahatan harus diikuti dengan pidana
Menurut teori ini, suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan suatu
pidana. Untuk ini, tidaklah cukup adanya suatu kejahatan tetapi harus
dipersoalkan perlu dan manfaatnya suatu pidana bagi masyarakat atau bagi
si penjahat sendiri. Teori relatif atau teori tujuan berpangkal pada dasar
bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam
dan asas pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu
menjadi dasar dari tujuan pidana. Teori gabungan ini dapat dibedakan
tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapat
B. Unsur-Unsur Pidan
Dari rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP maka dapat diketahui
11
adanya 2 unsur tindak pidana yaitu:
b. Melawan hukum
b. Dapat dipertanggungjawabkan
Selain itu dalam unsur tindak pidana setidak-tidaknya dibagi menjadi 2 sudut
12
pandang, yakni:
11 P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1997,hlm.43
12
Adami chazawi, pelajaran Hukum Pidana (Stetsel Pidana, TindakPidana, Teori-Teori
Pemidanaan & Batas Berlakunya Hkum Pidana), (Bagian Rja Grafindo Persada. 1 Jakarta 2002).
Hlm 23
17
13
Menurut menurut Moeljatno unsur tindak pidana adalah:
1. Perbuatan.
berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh
bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang
rumusannya adalah :
1) Unsur Subyektif:
a. dengan sengaja.
2) Unsur Obyektif:
Pasal 340 dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur Pasal
338, kemudian ditambah dengan satu unsur lagi yakni “dengan rencana terlebih
dahulu”. Oleh karena itu, maka pembunuhan berencana dapat dianggap sebagai
pembunuhan yang berdiri sendiri (een zelfstanding misdrifj) lepas dan lain dengan
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.
kehendak untuk untuk membunuh itu dilakukan dalam suasana yang tenang, tidak
tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak dalam keadaan terpaksa dan emosi yang tinggi.
Ada tenggang waktu yang cukup antara sejak timbulnya kehendak sampai
pelaksanaan keputusan kehendaknya itu. Waktu yang cukup adalah relatif , tidak
terlalu singkat, karena jika telalu singkat tidak mempunyai kesempatan untuk
berpikir tapi juga tidak terlalu lama. Sebab, jika terlalu lama sudah tidak lagi
tenang maksudnya pada saat melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam suasana
berat jika dibandingkan dengan pembunuhan dalam Pasal 338 maupun 339, yaitu
pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Pasal 340
dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur Pasal 338, maka
(een zelfstanding missdrijf) lepas dan lain dengan pembunuhan biasa salam bentuk
14
pokok.
itu sendiri. Hal ini telah dinyatakan didalam Pasal 1 ayat (3) perubahan ke-4 UUD
1945 bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Tidak dapat dipungkiri hal
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya tingkat kriminalitas yang terjadi di
seluruh wilayah Indonesia. Hal itu menjadi tantangan bagi para pelaku Penegakan
hukum terutama dalam hal memutuskan penjatuhan sanksi pidana oleh hakim.
menjalankan tugas dan fungsinya wajib menjaga kemandirian peradilan (Pasal 3 (1)
dan Undang- undang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang
hakim harus mampu memberikan setiap keadilan yang sama di mata hokum. Hakim
dianggap sebagai wakil Tuhan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
Maha Esa”. Dalam memutus suatu perkara hakim dituntut harus bersikap adil agar
hukum berjalan dengan baik sesuai dengan apa tujuan dari hukum tersebut yaitu
biasa, dapat dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.
hidup bermasyarakat.
Pembunuhan secara yuridis diatur dalam Pasal 338 KUHP yang menyatakan
tahun”.
kematian orang lain, dan kematian itu memang disengaja. Apabila kematian itu tidak
disengaja, tidak dikenakan pasal 338 KUHP, melainkan misalnya dikenakan Pasal
lain), atau Pasal 353 sub 3 (penganiayaan dengan dierencanakan terlebih dahulu,
beratmengakibatkan matinya orang lain) atau Pasal 355 sub 2 (penganiayaan berat
dapat dituntut menurut pasal 338 KUHP, pembunuhan harus dilakukan dengan
segera setelah timbul maksud, dan tidak dipikir pikir lebih lama.
menjadi suatu keprihatinan bahwa hukum yang ada dan ditegakkan oleh para
penegak hukum yang dipilih oleh negara belum mampu memberikan efek jera
bagi pelaku tindak pidana. Pembunuhan juga dapat terjadi di lingkungan keluarga
seperti halnya seorang suami membunuh seorang istri karena dilandaskan dendam
praktek sering terjadi konflik dalam rumah tangga, yang berujung pada
adalah adanya wanita idaman lain atau pria idaman lain di dalam hubungan rumah
tangga, yang menyebabkan amarah seseorang yang tidak dapat terkontrol dan
diatur dalam KUHP Pasal 338-340, Pembunuhan dan Kekerasan dalam lingkup
terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo
22
manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini
harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Putusan hakim seyogyanya
konsisten dan disparitasnya tidak terlalu besar dalam memutus perkara yang
dimaksud adalah terdapat dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
dan dengan rencana terlebih dahulu merampas jiwa orang lain, karena melakukan
hidup atau sementara maksimum dua puluh tahun. Dalam rumusan delik ini dapat
a. Barangsiapa
Delik yang memenuhi ketiga unsur ini diberi nama atau kwalitas pembunuhan
berencana. Rumusan delik ini, merupakan bentuk lain atau bentuk khusus dari
delik atau kejahatan terhadap nyawa yang biasa atau umum ialah pembunuhan
dasarnya adalah tolok ukur dari seluruh kejahatan yang diatur pada pasal 339 s.d
349. Artinya pada pasal-pasal berikutnya selaku harus ternyata ada orang lain
yang terbunuh, namun ada hal atau keadaan lain yang dipandang memberatkan
atau meringankan. Hal yang memberatkan itu dapat berupa tindak pidana lainnya
atau adanya rencana terlebih dahulu. Sedangkan yang meringankan itu dapat
terjadi karena sesuatu yang mempengaruhi subyek atau objeknya, misalnya itu
masih berupa janin atau baru saja lahir ataupun karena kehendak dari objek itu
sendiri. Karenanya apabila hal-hal yang memberatkan atau meringankan itu tidak
ada maka selalu dapat dikembalikan kepada pasal 338 Dasar dari pada semua
a. Barang siapa.
b. Dengan Sengaja.
dengan sengaja merampas nyawa orang lain atau merampas jiwa orang
15
lain.
pada hakekatnya tetapi pada keadaan-keadaan tertentu baik pada cara melakukan
berencana, sedangkan pada pembunuhan anak keadaan khusus adalah pada objek
ialah seorang anak yang baru lahir. Adanya unsur sengaja dikatakan : unsur sengaja
seseorang dengan tindakannya itu. Mengenai unsur kesengajaan ini dikatakan: Dalam
maksud untuk mencapai suatu tujuan. Corak kesengajaan sebagai keharusan ada
apabila perbuatan yang dilakukan itu bukanlah yang dimaksud, tetapi untuk
mencapai yang dimaksud itu harus melakukan perbuatan itu pula. Jalan yang
saja. kalau orang melakukan perbuatan yang dimaksud dengan tidak takut akan
16
perbuatan pidana itu dilakukan dengan kesengajaan sebagai kemungkinan.
16 Ewis Meywan Batas Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Menurut Pasal 340 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, Jurnal Hukum Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
BAB III
PEMBUNUHAN BERENCANA
dimaksud adalah terdapat dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
dan dengan rencana terlebih dahulu merampas jiwa orang lain, karena melakukan
a. Barangsiapa.
Delik yang memenuhi ketiga unsur ini diberi nama atau kwalitas pembunuhan
berencana. Rumusan delik ini, merupakan bentuk lain atau bentuk khusus dari
delik atau kejahatan terhadap nyawa yang biasa atau umum ialah pembunuhan
25
26
Pasal 336 ini pada dasarnya adalah tolok ukur dari seluruh kejahatan yang
diatur pada pasal 339 s.d 349. Artinya pada pasal-pasal berikutnya selaku
harus ternyata ada orang lain yang terbunuh, namun ada hal atau keadaan
lain yang dipandang memberatkan atau meringankan. Hal yang
memberatkan itu dapat berupa tindak pidana lainnya atau adanya rencana
terlebih dahulu. Sedangkan yang meringankan itu dapat terjadi karena
sesuatu yang mempengaruhi subyek atau objeknya itu masih berupa janin
atau baru saja lahir ataupun karena kehendak dari objek itu sendiri.
Karenanya apabila hal-hal yang memberatkan atau meringankan itu tidak
17
ada maka selalu dapat dikembalikan kepada pasal 338 ini.
Dasar dari pada semua tindak pidana pembunuhan dalam Kitab Undang-undang
a. Barangsiapa
b. Dengan sengaja.
c. Merampas jiwa orang lain.
Adanya bentuk-bentuk lain dari tindak pidana pembunuhan, bukan terletak pada
seseorang baik dengan cara melanggar hukum maupun dengan cara tidak
melanggar hukum, hakikat dari tindak pidana pembunuhan yaitu dengan sengaja
merampas nyawa orang lain atau dapat disebut juga menyebabkan orang lain
17 R. Sianturi, SH : Tindak Pidana di KUHP berikut uraiannya, Alumni AHM. PT. HM.
Jakarta, 1983, hal. 489.
27
18
kehilangan nyawanya. tindak pidana pembunuhan dapat dilihat pengaturannya
pada Pasal 338 sampai Pasal 350 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Pasal 340 KUHP yang menyatakan “Barang siapa dengan sengaja dan dengan
pembunuhan dengan rencana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
Pada dasarnya, rumusan didalam Pasal 340 KUHP tersebut sama dengan pasal
338 KUHP, namun perumusannya ditambah lagi dengan satu delik bagian inti yakni
bentuk khusus yang memberatkan, dimana rumusan pada kata khusus tersebut
dahulu” dapat dilihat pada Memorie van Toelichting (MvT) yang menyatakan bahwa
istilah met voorbedachte rade atau “direncanakan terlebih dahulu” menunjuk kepada
19
suatu saat untuk mempertimbangkannya dengan tenang.
18
Ewis Meywan Batas, Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Menurut Pasal 340 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Jurnal Lex Crimen, Vol. V/No.2,Februari, 2016, hal.11
19 Tongat, Hukum Pidana Materiil Tinjauan Atas Tindak Pidana Terhadap Subyek Hukum
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm.23.
28
dahulu”, akan tetapi jangka waktu tersebut harus ada untuk menetapkan apakah
orang yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana tersebut setelah ada
dalam keadaan dapat berfikir telah memikirkan arti dan akibat-akibat yang
ditimbulkan dari perbuatan yang dimaksudkan. Adanya suatu hal dimana pelaku
Tidak diperlukannya tneggang waktu yang lama antara waktu merencanakan dan
20
bergantung kepada keadaan konkret dari setiap peristiwa yang terjadi. Sehingga
pembunuhan yang terlebih dahulu berpotensi terjadi karena adanya tenggang waktu
yang tidak terlalu sedikit antara kehendak atau niat dengan pelaksanaan perbuatan
peluang untuk pelaku untuk berfikir kembali mengenai berbagai kemungkinan dalam
melaksanakan tindak pidana. Pasal 340 KUHP atau pasal pembunuhan berencana
dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur Pasal 338 KUHP atau
pasal pembunuhan, kemudian ditambah dengan satu unsur lagi yaitu “dengan
rencanan terlebih dahulu”. Oleh karena itu, maka pembunuhan berencana dapat
dianggap sebagai kejahatan pembunuhan yang berdiri sendiri, lepas dan lain dengan
pembunuhan biasa dalam bentuk pokoknya yaitu Pasal 338 KUHP. Untuk
20
Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm123.
29
pidana yang direncanakan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam pasal 340
21
KUHP harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Unsur Subjektif
b. Unsur Objektif
tersebut telah dikehendaki (telah ada niat) dari pelaku dan mengetahui akibat dari
perbuatan tersebut, atau dalam pengertian lain yaitu setiap perbuatannya telah
disadari oleh pelaku. Sedangkan dalam unsur direncanakan terlebih dahulu, unsur
jarak waktu yang cukup atau masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan atau
22
membatalkan niat untuk melakukan perbuatan tersebut.
biasa seperti yang tertuang dalam pasal 338 KUHP yang dilakukan dari niat, dan
rencana pembunuhan tersebut dilaksanakan pada saat niat itu timbul, dalam
21
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan,
Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 52.
22
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, Rajawali Pers, Depok, 2017, hlm 83
30
seseorang itu timbul dari hawa nafsu. Adanya tegang waktu dari sejak
Pembunuhan Berencana
berencana perlu kiranya untuk membahas terlebih dahulu siapa saja yang dapat
didakwa dalam tindak pidana pembunuhan berencana. Dari kata “barang siapa”
dalam awal rumusan, dapat diketahui bahwa yang dapat menjadi pelaku tindak
pidana adalah orang atau manusia sebagai subjek hukum. Berdasarkan teori ada
dua mengenai orang yang dapat dikatakan sebagai pelaku yaitu aequialentieleer
menjelaskan:
a. Melakukan (pleger)
baik memakai alat maupun tidak melakukan alat. Misalnya terhadap orang
Berdasarkan dari yang melakukan pembunuhan tersebut tidak tahu dari inti
31
b. Menggerakkan (uitlokker)
berencana tersebut ada orang yang ikut serta atau terlibat secara langsung
bersama pelaku dalam melakukan suatu tindak pidana atas rekrutmen dari
sebagai penyebab dari suatu akibat hanyalah prilaku-prilaku yang secara wajar atau
Apabila kita melihat dari rumusan tersebut, unsur terhadap kesengajaan terletak
dari unsur lainnya yang berarti bahwa semua unsur terletak pada kesengajaan,
bagian unsur yang diantaranya unsur objektif dan unsur subjektif. Adapun
a. Unsur objektif
1) Memberikan sesuatu.
2) Menjanjikan sesuatu
5) Dengan kekerasan.
6) Dengan ancaman.
7) Dengan penyesatan.
b. Unsur subjektif
yakn:
dengan peserta yang lainnya dan bahkan dengan apa yang diperbuat oleh
berencana tersebut.
memberi bagian dalam pelaksanaannya, tidak diperlukan harus selesai dan juga
tidak diperlukan bahwa perbuatan asli harus dihukum pula. Unsur kedua, dengan
persepakatan, hasutan dan pantuan dimaksud oleh kawan berbuat tidak langsung
untuk terjadinya perbuatan tertentu. Kalau tidak ada perbuatan tertentu yang
dimaksudkan maka dianggap turut berbuat pada setiap perbuatan yang terjadi,
apabila dimungkinkan oleh niatnya. Unsur ketiga turut berbuat langsung bisa
a) Persepakatan
34
sebelumnya, maka tidak ada turut berbuat. Jika tidak ada turut berbuat
b) Menyuruh
kejahatan walapun tidak ada bujukan atau hasutan maka bujukan tersebut
pidana.
c) Memberi bantuan
kerja sama yang disadari antara para pelaku dan mereka bersama-sama
sendiri.
Motif atau motivasi dipakai untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri
sesorang yang berasal dari adanya suatu kebutuhan yang mengaktifkan atau
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
Selain unsur-unsur tersebut, unsur motif juga merupakan hal yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau alasan seseorang. Motif dalam
kaitannya dengan Kejahatan berarti dorongan yang terdapat dalam sikap batin
perlu dibuktikan, karena motif harus selalu dijelaskan dalam tindak pidana. Namun
itu tergantung kepada teknik pembuktian, apabila motif dalam kasus tertentu
36
proses penyidikannya tidak dapat digali, maka motif apa yang hendak digunakan
dalam penyidikan.
dalam melakukan kejahatan tersebut? Karena hubungan dari para peserta terhadap
perbuatan kejahatan dapat mempunyai berbagai macam bentuk, maka ajaran dari
juga mempersoalkan peranan atau hubungan dari tiap-tiap pelaku dalam suatu
pelaksanaan tindak pidana, sumbangan apa yang telah diberikan oleh para pelaku
Bentuk penyertaan yang berdiri sendiri ini adalah mereka yang melakukan
Dalam bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri disini adalah pembujuk,
pembantu dan orang yang menyuruh untuk melakukan suatu tindak pidana.
37
23
pelaku yang lainnya.
23 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pres, Jakarta, 2014, hlm 30.
BAB IV
BERENCANA
akibat atau keadaan yang timbul karenanya. Namun juga mungkin tidak
dahulu (Moord). Kejahatan ini diatur dalam pasal 340 KUHP, yang pada pokok
”Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain diancam karena pembunuhan dengan rencana
(Moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
38
39
itu dilaksanakan.
dikemukakan oleh C.S.T Kansil dan berdasarkan teori psikologi kriminal, yaitu:
b. Faktor intelligence.
c. Faktor usia.
a. Faktor pendidikan.
b. Faktor pergaulan.
c. Faktor lingkungan.
d. Faktor Pekerjaan.
2) Teori Psikoanalisa
3) Personality Traits
diwariskan.
nilai-nilai moral anak terdiri atas “lakukan” dan “jangan lakukan” untuk
kebutuhan akan kehangatan dan kasih sayang sejak lahir dan konsekuensinya
jika tidak mendapat hal itu. Remaja biasanya berfikir pada conventional law
24
Lebih jauh lagi, mereka berusaha menegakkan aturan itu.
kejahatan yakni :
24 Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial Tarsito, Bandung, 1981, hlm 41.
42
25
pengaruh diluar pelaku maupun sifat atau bakat si pelaku. Menurut Sugi
pelaku dalam melakukan pembunuhan sudah terencana maka semua pun sudah
terencana dan jika pelaku melakukan pembunuhan biasa maka tidak dapat
dikatakan terencana tetapi pelaku merasa panik setelah ia membunuh dan pelaku
Menurut Adek Suci Febrianto, Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa
ekonomi, faktor dendam, faktor asmara, faktor menghilangkan jejak dan faktor
jiwa. Pertama, psikopat yaitu bentuk kekalutan mental yang ditandai ketiadaan
pengorganisasian diri dari pengintegrasian pribadi. Ciri khas yang melekat adalah
ganas dan buas tanpa sebab jelas serta bertindak kriminal. Kedua, defect, yakni
individu yang jahat, antisosial, tak memahami dan mengendalikan tingkah laku
menjadi pendorong pembunuhan berencana terbagi dalam dua faktor yaitu faktor
dari internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri seseorang
untuk melakukan kejahatan seperti pembunuhan dengan cara mutilasi yang sudah
terlihat dari pelaku itu sejak lahir biasanya terjadi tergantung kepada keadaan
faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor intelligence, dan faktor kebutuhan
kejahatan pembunuhan, faktor dari luar seperti faktor lingkungan pelaku kejahatan
itu tinggal juga dapat membuat seseorang melakukan pembunuhan bahkan sampai
dan pelaku menghilangkan jejak menandakan bahwa pelakunya tidak ingin korban
Bukan hanya karena kepentingan umum dari umat manusia bahwa kejahatan tidak
boleh dilakukan tapi bahwa kejahatan jenis apapun harus berkurang sebanding
dengan keburukan yang dihasilkan untuk masyarakat. Oleh karena itu perangkat yang
bersifatmerusak keamanan dan kebahagiaan public dank arena godaan itu sekarang,
ada proporsi yang tetap antara kejahatan dengan hukuman. Pembunuhan berencana
dan pidana mati dalam syarat hukum pidana merupakan dua komponen permasalahan
yang erat berkaitan.Hal ini tampak dalam berbagai kitab Undang-Undang hukum
26
berbagai ulasan. Para Sarjana yang menyetujui adanya hukuman mati
hukuman ini.
undang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang, seseorang akan
melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan
Tindak pidana jika tidak ada kesalahan adalah merupakan asas pertanggung
jawaban pidana, oleh sebab itu dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan
perbuatan sebagaimana yang telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah
dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan Di dalam suatu tindak
26 J. E Sahetapy, Suatu studi khusus Mengenai ancaman pidana mati terhadap pembunuhan
berencana, Rajawali Jakarta 1982, hlm. 279
45
kejahatan ini di dalam KUHP disebut disebut sebagai pembantu kejahatan. Pada
melakukan kejahatan.
27
Dalam hal ini, tidak boleh merupakan perbuatan pelaksanaan. Jika telah
sehingga terdapat sanksi yang berbeda antara yang melakukan suatu kejahatan
yang membantu kejahatan tersebut selanjutnya diatur pada pasal 57 KUHP yaitu:
dikurangi sepertiga.
2) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
dalam memahami Pasal 56 KUHP, perlu diperhatikan lebih dahulu rumusan Pasal 57
ayat (4) KUHP yang menyatakan “Untuk menentukan hukuman bagi pembantu,
27 Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 90.
46
terdiri atas berbagai bentuk atau jenis, baik materiil maupun immateriil.
menjelaskan:
2) Jika kejahatan itu dapat dihukum dengan hukuman mati atau hukuman
yang dengan sengaja memudahkan atau diperlancar oleh pembantu itu serta
akibatnya. Jadi sanksi pidana terhadap pelaku yang turut serta melakukan tindak
maka para pelaku yang turut serta dikenakan hukuman pidana 15 (lima
penjara seumur hidup, maka para pelaku yang turut serta juga dapat
dalam waktu tertentu paling lama 20 (dua puluh) tahun lamanya, maka
(empat belas) tahun karena telah dikurangi sepertiga dari hukuman pokok
dengan berencana ini masih terbilang kabur atau sanksi yang di jatuhkan kerap
kali berbeda-beda. sesuai yang diatur dalam Pasal 338 KUHP yang berbunyi
“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam kerna pembunuhan berncana, dengan pidana mati atau pidana
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 (dua puluh) tahun”
BAB
1. Kesimpulan
dengan berencana ini masih terbilang kabur atau sanksi yang di jatuhkan
kerap kali berbeda-beda. sesuai yang diatur dalam Pasal 338 KUHP yang
berbunyi “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
berbunyi “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
48
49
dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu,
2. Saran
a. Pemahaman yang baik tentang hukum pidana serta ilmu bantu lainnya
masyarakat lainnya.
ditingkatkan lagi dan lebih memaksimal serta lebih memantapkan kinerja para
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana. . Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001
-----------------------pelajaran Hukum Pidana (Stetsel Pidana, TindakPidana, Teori-
Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hkum Pidana), (Bagian Rja
Grafindo Persada. 1 Jakarta 2002
Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia
Indonesia. Jakarta.2001
J. E Sahetapy, Suatu studi khusus Mengenai ancaman pidana mati terhadap
pembunuhan berencana, Rajawali Jakarta 1982
Lamintan P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung 1997
Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana,
(Bina Aksara, Bandung).1983
-------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2009
Prasetyo, Eko, Guru: Mendidik Itu Melawan, Riset, Jogjakarta, 2005
R.soesilo, Kitab Undang-Undang Pidana ,politea,Bogor,1995,
Roeslan saleh, Perbuatan dan Pertanggungjawaban Pidana. aksara baru, jakarta,
1981
R. Sianturi, SH : Tindak Pidana di KUHP berikut uraiannya, Alumni AHM. PT.
HM. Jakarta, 1983
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif “Suatu Tinjauan
Singkat”, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004
S. R. Sianturi Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Alumni A. H. M. HM,
Jakarta, 1983
Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial Tarsito, Bandung, 1981,
Tongat, Hukum Pidana Materiil Tinjauan Atas Tindak Pidana Terhadap Subyek
Hukum Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Djambatan, Jakarta,
2003
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Rajawali Pres, Jakarta, 2014
Peraturan Perundang-Undangan
Internet
http://alexanderizki.blogspot.com/2011/03/analisis-pidana-atas-pembunuhan
pokok.html.diakses,pada tanggal 10 Desember 2019 pukul 20.30 Wib
http://id.wikipedia.org/wiki/pembunuhan_berencana,diakses pada tanggal 10
Desember 2019 pukul 20.30 wib
https://modusaceh.co/news/terdakwa-kasus-pembunuhan-satu-keluarga-di-
gampong-mulia-didakwa-hukuman-mati/index.html,diakses pada tanggal 10
Desember 2019 pukul 20.30 Wib
Jurnal
Ewis Meywan Batas Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Menurut Pasal 340
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jurnal Hukum Lex Crimen Vol. V/No.
2/Feb/2016