Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Irwan Budyarsana


……………………………………..............

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041950471


………………………………………..........

Kode/NamaMataKuliah : HKUM4205/ KRIMIINOLOGI


………………………………………………

Kode / NamaUPBJJ : UPBJJ : 86 / Ambon


………………………………………………

Masa Ujian : 2020/21.1 (2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Bila mendengar peristiwa bunuh diri, membuat hati merasa miris. Bagaimana tidak, sosok seseorang
yang tadinya memiliki peran dalam masyarakat, apakah sebagai seorang anak, orangtua, teman,
tetangga, keluarga, kerabat tiba-tiba terputus kehidupannya dengan dunia melalui cara yang
menyedihkan, yakni menghilangkan nyawanya sendiri. Betapa keputusan yang diambil tidak
melihat keberadaan Sang Pencipta sebagai satu-satunya yang mempunyai hak untuk mengambil
nyawa seseorang. Ketika bunuh diri itu dilakukan tidak saja oleh satu atau dua orang, dengan jangka
waktu tertentu, lalu diikuti oleh orang lain dengan motivasi dan cara berbeda, tentunya kenyataan ini
merupakan suatu fenomena atau fakta sosial meski untuk melihat kecenderungannya didasarkan
pada angka atau jumlah. Kita pernah mendengar ada orang yang bunuh diri di sebuah mall
terkemuka di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia meski tidak pernah tahu apa motivasinya untuk
melakukannya ditempat keramaian, sebab tidak pernah mendapatkan jawabannya, yang kita ketahui
mungkin masalah yang dihadapi berdasarkan informasi dari keluaganya, seperti berita di Kompas,
Sabtu 26 November 2011 hlm 26 yang memuat berita bunuh diri yang dilakukan oleh seorang
mahasiswi UPH yang mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 9 Kondominium Golf
Lippo Karawaci, Tangerang

Uraian fenomena bunuh diri dengan pendekatan Teori Anomi:


Pada anomic suicide yaitu bunuh diri yang terjadi karena ketidakjelasan norma pengaturan cara
berpikir, bertindak dan berperasaan individu. Keadaan anomie ini terlihat baik dalam konteks
ekonomis maupun domistik. Dalam konteks ekonomi, analisis statistik memperlihatkan bahwa
dalam krisis ekonomi orang menjadi kehilangan arah sejalan dengan penurunan kondisi sosial
ekonominya. Karena krisis ini mereka harus mengurangi pengeluaran, membatasi kebutuhan, dan
meningkatkan pengekangan diri. Pertumbuhan kemakmuran yang mendadak dalam masyarakat juga
mempunyai dampak terhadap peningkatan angka bunuh diri dalam suatu masyarakat. Pertumbuhan
secara mendadak ini membuat relevansi tatanan moral runtuh secara mendadak, sementara
pembentukan tatanan moral yang baru tidak berjalan cepat untuk mengganti tatanan moral yang ada
dalam upaya penyesuaian terhadap situasi yang mendadak itu. Dalam konteks kolektivitas domestik,
hal serupa pun terlihat. Keluarga punya signifikasi penting sebagai institusi yang menyandang pola-
pola normative yang berlaku dalam masyarakat. Sejalan dengan hal ini, lepasnya seseorang dari
ikatan keluarga baik karena tidak menikah atau karena sebab ain, membuat orang kehilangan
pegangan untuk bertindak, berpikir, dan berperasaan. Karena itulah tingkat bunuh diri dikalangan
mereka yang tidak terikat lebih tinggi daripada mereka yang terikat dalam perkawinan dan
kekeluargaan.

2 Berdasarkan ilustrasi diatas teori Diferrerential Association dari Sutherland dikelompokkan sebagai
teori yang membahas proses sosial dan kejahatan karena sebagai berikut:
Teori Sutherland ini menunjukkan dengan jelas sifat dan dampak dari pengaruh kelompok
lingkungan terhadap individu. Teori ini mencoba untuk memberikan suatu perumusan yang logis
dan sistematis dari rangkaian hubungan-hubungan yang memungkinkan kejahatan dapat diterima
dan dimengerti sebagai tingkah laku yang normal di pelajari, tanpa menyinggung-nyinggung teori-
teori kelaianan biologis atau psikologis. Asosiasi diferensiasi adalah bahwa, orang yang bergaul
dengan pencuri kemungkinan besar akan menjadi pencuri juga. Sebaliknya orang yang lebih sering
bergaul dengan orang yang taat beribadah makan akan menjadi orang yang taat beribadah pula. Hal
ini disebabkan karena masyarakat kita secara berbeda dibagi dalam kelompok-kelompok, yang
dalam konteks ini adalah kelompok kriminal dan mereka yang taat beribadah, ditambah lagi dengan
berlakunya prinsip asosiasi berbeda. Jadi, prinsip asosiasi berbeda ini berlaku baik bagi kelompok-
kelompok kriminal maupun bagi kelompok anti kriminal. Sutherland mencoba untuk memberikan
dasar yang objektif dan ilmiah kepada teorinya dengan menghubungkannya dengan aspek-aspek
lahiriah yang dapat dilihat pada asosiasi, dan yang diperhitungkan didalam asosiasi seseorang
dengan teman-sepergaulannya.

3 Perbedaan perspektif konflik dan perspektif fungsional menurut Ralf Dahrendorf adalah sebagai
berikut:

1. Perspektif fungsional salah satu dari asumsi dasarnya adalah adanya suatu konfigurasi yang tetap
dilakukan dalam masyarakat sehingga membuat kondisi masyarakat relatif stabil. Sebaliknya apa
yang diliat dari perspektif konflik bahwa di dalam masyarakat selalu muncul konflik yang
tersebar dalam seluruh komponen masyarakat yang bersangkutan.
2. Perspektif fungsional percaya bahwa masyarakat dibangun pada suatu bentuk wujud unsur-unsur
yang terintegrasi dengan baik. Sementara, perspektif konflik melihat tiap masyarakat setiap saat
mengalami konflik dan konflik itu terus berlanjut. Anehnya, konflik sosial yang berlanjut itulah
yang membentuk masyarakat.
3. Perspektif fungsional dijelaskan bahwa tiap unsur didalam masyarakat berperan untuk melakukan
fungsi yang dibutuhkan oleh masyarakat itu. Sedangkan perspektif konflik percaya bahwa tiap
unsur didalam suatu masyarakat menyumbah kearah perubahan di dalam masyarakat itu.
4. Perspektif fungsional adalah bahwa masyarakat percaya pada, dan selalu bersandarkan pada
konsensus. Sementara itu ahli teori konflik membantah hal itu, dan menyatakan bahwa
masyarakat itu tunduk terhadap kekuasaan akibat kemenangan suatu pihak melalui suatu konflik
social.

Anda mungkin juga menyukai