Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : HAFIZH ALBAREZ

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044655085

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4205/Kriminologi

Kode/Nama UPBJJ : 49 / BANJARMASIN

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban

1. Bila kita merujuk ke kasus tersebut bahwasanya menurut penelusuran saya bahwa
Diduga mahasiswi semester empat jurusan Bahasa Inggris ini mengakhiri hidup karena
perselisihan dengan orang tuanya. "Diduga korban sengaja bunuh diri karena hubungan
cintanya tidak disetujui kedua orangtua korban," kata Kepala Polsek Kelapa Dua Ajun
Komisaris Bambang Hari Wibowo, Jumat (25/11/2011).
dan itu cocok dengan teori Emile Durkheim yaitu Bunuh diri Egoistik(Bunuh diri yang
dilakukan seseorang karena merasa kepentingan sendri lebih besar dari kepentingan
kesatuan sosialnya).
yang mana Mencerminkan rasa berkepanjangan tidak memiliki, tidak terintegrasi dalam
sebuah komunitas , pengalaman , tidak harus menambatkan , ketidakhadiran yang dapat
menimbulkan kesia-siaan , apatis , melankolis , dan depresi . Ini adalah hasil dari
melemahnya obligasi yang biasanya mengintegrasikan individu ke dalam kolektivitas :
dengan kata lain kerusakan atau penurunan integrasi sosial . Durkheim mengacu pada
jenis bunuh diri sebagai hasil dari " individualistik berlebihan " , yang berarti bahwa
individu menjadi semakin terpisah dari anggota lain dari komunitasnya . Orang-orang
yang tidak cukup terikat untuk kelompok sosial ( dan karena itu nilai - didefinisikan
dengan baik , tradisi , norma , dan tujuan ) yang tersisa dengan sedikit dukungan sosial
atau bimbingan , dan karena itu cenderung untuk bunuh diri secara meningkat. Contoh
Durkheim temukan adalah bahwa orang-orang yang belum menikah , terutama laki-laki
yang kurang untuk mengikat dan menghubungkan mereka dengan norma-norma sosial
yang stabil dan tujuan , bunuh diri pada tingkat ini yang lebih tinggi daripada orang yang
menikah .

2. Teori kontrol sosial menyatakan bahwa kontrol sosial yang kuat dalam masyarakat dapat
mencegah terjadinya perilaku menyimpang, termasuk bunuh diri. Berikut ini beberapa
argumentasi yang dapat digunakan untuk menghubungkan teori kontrol sosial dengan
fenomena bunuh diri:

- Ikatan sosial: Teori kontrol sosial menekankan pentingnya ikatan sosial yang kuat
dalam mencegah perilaku menyimpang. Individu yang memiliki hubungan yang positif
dan erat dengan keluarga, teman, dan komunitas mereka cenderung memiliki ikatan
sosial yang kuat. Hal ini dapat memberikan dukungan emosional, koneksi sosial, dan
rasa memiliki, yang dapat menjadi faktor perlindungan dari bunuh diri. Dalam konteks
ini, keluarga yang stabil, hubungan interpersonal yang positif, dan keterlibatan dalam
komunitas dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri.

- Norma sosial: Norma-norma sosial yang melarang dan menghukum bunuh diri juga
merupakan bagian dari kontrol sosial. Norma-norma ini mencerminkan keyakinan dan
nilai-nilai masyarakat terkait pentingnya menjaga hidup dan mengatasi masalah dengan
cara yang lebih konstruktif. Adanya norma sosial yang kuat yang melarang bunuh diri
dapat memberikan tekanan sosial dan mencegah individu untuk melakukan tindakan
tersebut.
- Pengendalian diri: Teori kontrol sosial menekankan pentingnya kemampuan individu
untuk mengendalikan diri dan menahan diri dari perilaku menyimpang. Individu yang
memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik cenderung lebih mampu mengatasi
tekanan dan stres dalam hidup mereka. Dalam konteks bunuh diri, kemampuan individu
untuk mengelola emosi, menemukan solusi yang konstruktif, dan mencari bantuan
ketika diperlukan dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri.

- Akses terhadap sumber-sumber dukungan: Kontrol sosial juga berhubungan dengan


akses individu terhadap sumber-sumber dukungan, seperti layanan kesehatan mental,
konseling, dan dukungan sosial. Jika individu memiliki akses yang terbatas terhadap
sumber-sumber ini, mereka mungkin merasa terisolasi dan tidak memiliki jaringan sosial
yang kuat untuk mendukung mereka dalam menghadapi masalah hidup. Dalam hal ini,
meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental dan dukungan sosial dapat
berperan dalam pencegahan bunuh diri.

Dalam kesimpulannya, teori kontrol sosial dapat digunakan sebagai kerangka kerja
untuk memahami fenomena bunuh diri. Dengan memperkuat ikatan sosial,
mempromosikan norma-norma sosial yang melarang bunuh diri, meningkatkan
pengendalian diri individu, dan menyediakan akses terhadap sumber-sumber dukungan

3. Perspektif Konflik:
- Perspektif konflik melihat permasalahan sosial sebagai hasil dari ketidakadilan,
ketegangan, dan pertentangan kepentingan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Dalam konteks bunuh diri, perspektif konflik mungkin menyoroti faktor-
faktor seperti kesenjangan sosial, ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya dan
peluang, tekanan ekonomi, atau sistem yang memperkuat ketidakadilan sosial.
Perspektif ini mungkin menekankan pentingnya mengidentifikasi dan mengatasi akar
masalah struktural yang mempengaruhi tingkat bunuh diri, serta perlunya perubahan
sosial yang lebih luas untuk mengurangi faktor-faktor yang berkontribusi pada
permasalahan tersebut.

Perspektif Fungsional:
- Perspektif fungsional melihat permasalahan sosial sebagai gangguan terhadap fungsi-
fungsi sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam hal bunuh diri, perspektif fungsional
mungkin menyoroti bagaimana perilaku bunuh diri dapat dianggap sebagai disfungsi
sosial yang merusak stabilitas dan keseimbangan sosial. Perspektif ini mungkin
menekankan perlunya intervensi untuk menjaga stabilitas sosial, seperti pencegahan
bunuh diri, dukungan emosional, dan layanan kesehatan mental yang memadai.
Pendekatan ini juga dapat menyoroti peran keluarga, agama, atau lembaga sosial
lainnya dalam memberikan jaring pengaman dan dukungan sosial yang mencegah bunuh
diri.

Anda mungkin juga menyukai