Anda di halaman 1dari 6

REVIEW TEORI SOSIOLOGI – EMILE DURKHEIM

TEUKU MUHAMAD RIZHA - 1906395822

II. KENYATAAN FAKTA SOSIAL

Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim terhadap
sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta
perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, atau yang riil, gejala tersebut
dapat dipelajari dalam metode empirirk. Pandangan ini mengabaikan consensus normative dan
sumber-sumber sosial dari mana individu mendefiniskan kepentingan pribadinya itu. Durkheim
membawa kita ke persoalan mengenai macam struktur sosial yang memperbesar jangkauan
pilihan yang dapat dibuat oleh individu.

1. Fakta Sosial Lawan Fakta Individu

Pertanyaan lain yang muncul dari tekanan Durkheim pada kenyataan gejala sosial yang
obyektif menyangkut sifat dasar kenyataan itu. Dia bertahan pada pendiriannya bahwa fakta
sosial itu tidak dapat direduksikan ke fakta individu, melainkan memiliki eksistensi yang
independen pada tingkat sosial. Meskipun karakteristik kelompok mungkin lebih daripada
jumlah individu yang meliputi kelompok itu, kelompok tidak dapat secara terpisah dari anggota-
anggota individualnya. Namun dalam masa Durkheim hidup di bawah pengaruh positivism, ilmu
dilihat sebagai sesuatu yang berhubungan dengan gejala yang “riil” (factual). Tanpa obyektif riil
sebagai pokok permasalahannya, suatu ilmu tentang masyarakat tidaklah mungkin. Hal ini
membuat Durkheim berulang kali mengemukakan khususnya dalam karir awalnya (The Rules of
Sociological Method ) bahwa gejala sosial itu adalah benda. Artinya, gejala sosial adalah riil
secara obyektif, dengan satu eksistensi yang terlepas dari gejala biologis atau psikologis
individu.

2. Karakteristik Fakta Sosial

Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga katakteristik yang berbeda. Pertama, gejala
sosial bersifat eksternal terhadap individu. Kedua, bahwa fakta sosial itu memaksa individu.
Jelas bahwa Durkheim dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong atau dipengaruhi. Ketiga,
bahwa fakta itu bersifat umum/tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Bagi Durkheim,
pentingnya angka sosial itu adalah bahwa mereka merupakan indikasi dari satu kenyataan
kolektif yang lebih besar yang tunduk dan menjelaskan pelbagai angka itu. Fakta sosial meliputi
gejala seperti norma, ideal moral, kepercayaan, kebiasaan, pola berpikir, perasaan, dan pendapat
umum.

3. Strategi Untuk Menjelaskan Fakta Sosial

Sesudah menemukan sifat fakta sosial, Durkheim menjelaskan dalam bukunya The Rules
of Sociological Method tentang bagaimana orang mengembangkan sosiologi sebagai data
empiris. Karya ini pantas sebagai karya klasik dalam memberikan dasar-dasar metodologi dalam
sosiologi. Salah satu prinsip metodologi dasar yang ditekankan Durkheim adalah bahwa fakta
sosial harus menjelaskan hubungannya dengan fakta sosial lainnya. Prinsip yang kedua adalah
bahwa asal usul suatu gejala sosial dan fungsi-fungsinya merupakan dua masalah yang terpisah.

III. SOLIDARITAS DAN TIPE STRUKTUR SOSIAL

Dalam satu atau lain bentuk, solidaritas sosial membawahi semua karya utamanya.
Singkatnya, solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan kelompok
yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
perasaan emosional bersama. Bab ini seterusnya akan menyajikan analisa Durkheim terhadap
solidaritas menurut : (1) Perbedaan-perbedaan dalam tipe solidaritas yang dinyatakan dalam tipe
struktur sosial yang berbeda. (2) ancaman terhadap solidaritas dan tanggapan masyarakat tentang
analisa ini (3) munculnya dan penegasan solidaritas lewat ritus agama.

1. Solidaritas Mekanik dan Organik

Sumber utama bagi analisa Durkheim mengenai tipe-tipe yang berbeda dalam solidaritas
dan sumber struktur sosialnya diperoleh dari bukunya The Division of Labor in Society. Tujuan
dari karya klasik ini adalah untuk menganalisa pengaruh kompleksitas dan spesialisasi
pembagian kerja dalam struktur sosial dan perubahan-perubahan yang diakibatkannya dalam
bentuk pokok solidaritas sosial. Durkheim menggunakan istilah solidaritas mekanik dan organik
untuk menganalisa masyarakat keseluruhannya, bukan organisasi dalam masyarakatnya. Bagi
Durkheim, indikator paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkuo dan kerasnya
hukum-hukum yang bersifat menekan (repressive). Hukum-hukum ini mendefinisikan setiap
perilaku sebagai sesuatu yang jahat. Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik adalah
bahwa solidaritas itu didasarkan keada suatu tingkat homogenitas yang tinggi pada kepercayaan,
sentimen, dsb. Sementara solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar.

2. Kesadaran Kolektif dalam Masyarakat Organik

Kesadaran kolektif memberikan dasar-dasar moral yang tidak bersifat kontraktual yang
mendasari hubungan kontraktual. Durkheim menekankan pentingnya kesadaran kolektif bersama
yang mungkin ada dalam pelbagai kelompok pekerjan dan profesi. Keserupaan dalam kegiatan
dan kepentingan pekerjaan memperlihatkan suatu homogenitas internal yang memungkinkan
berkembangnya kebiasaan, kepercayaan, perasaan, dan prinsip moral atau kode etik bersama.

3. Evolusi Sosial

Dalam analisa Durkheim mengenai solidaritas mekanik lawan solidaritas organik


terkandung satu model perubahan sosial yang umum. Durkheim mengambil kompleksitas dan
spesialisasi yang semakin meningkat dalam pembagian kerja. Durkheim melihat masyarakat
industri kota yang modern sebagai suatu perwujudan yang paling penuh dari solidaritas organik.
Mengapa pembagian kerja bertambah? Jawaban Durkheim berpusat pada perubahan demografik
serta akibatnya pada frekuensi interaksi antara manusia dan pada perjuangan kompetitif untuk
mempertahankan hidup.

IV. ANCAMAN TERHADAP SOLIDARITAS

Dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, solidaritas sosial
sosia terancm oleh kemungkinan perpecahan kelompok-kelompok kecil yang secara fungsional
bersifat otonom dan oleh jenis perilaku menyimpang apa saja yang merusak kesadaran kolektif
yang kuat. Peralihan dari solidaritas mekanik ke organik tidak selalu merupakan proses yang
lancar dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan-ketegangan. Karena ikatan sosial primodial
yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan omunikasi dirusak oleh meningkatnya
pembagian kerja, mugkin ada ikatan-ikaan lainnya yang tidak berhasil menggantiannya.
Akinatnya masyarakat menjadi terpecah dimana individu terputus ikatan-ikatan sosialnya, dan
dimana kelompok-kelompok yang menjadi perantara individu dengan masyarakat luas tidak
berkembang dengan baik.

1. Sumber-Sumber Ketegangan dalam Masyarakat Organik yang Kompleks

Satu ancaman yang lebih penting lagi terhadap solidaritas organik, berkembang ari
heterogenitas dan individualitas yang semakin besar yang berhubungan dengan pembagian kerja
yang tinggi. Dengan heterogenitas yang tinggi, ikatan bersama yang mempersatukan berbagai
anggota masyarakat menjadi kendor. Individu mula mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok yang lebih terbatas yang terdapat dalam masyarakat itu, seperti kelompok pekerjaan.
Solidaritas dalam kelompok-kelompok kecil separti itu tentu saja bersifat mekanik. Kalau
solidaritas dengan tingkat ini digabungkan dengan melemahnya identifikasi dengan masyarakat
yang lebih luas, maka kemungkinan konflik itu ada, karena kelompok khusus itu mengejar
kepentingannya sendiri dengan merugukan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Alasan yang terdapat dalam hukuman bagi perilaku yang menyimpang yang mengancam
solidaritas organik berbeda dengan alasan untuk menghukumpenyimpangan yang mengancam
solidaritas mekanik. Pada umumnya hukuman terhadap orang yang menyimpang dalam suatu
masyarakat organik cenderung lebih bersifat rasional dan disesuaikan dengan besarnya
pelanggaran itu. Solidaritas organik dapat jaga rusak karena tekanan yang terlampau berlebih-
lebihan terhadap individualisme.

2. Integrasi Sosial dan Angka Bunuh Diri

Manifestasi utama yang dianalisis Durkheim secara intensif adalah perubahan dalam
angka bunuh diri. Proporsi dasar yang digunakan dalam Suicide (penelitian klasik Durkheim)
adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosial. Durkheim
mengidentifikasikan tiga tipe bunuh diri, yaitu: egoistik, anomik, dan altruistik. Untuk kedua tipe
yang pertama itu, angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi sosial, artinya
semakin rendah integrasi, semakin tiggi angka bunuh dir. Bunuh diri egoistik merupakn hasil
dari suatu tekanan yang berlebih-lebihan pada individualisme atau kurangnya ikatan sosial yang
cukup dengan kelompok sosial. Bunuh diri egoistik dapat disebabkan oleh tekanan budaya pada
individualisme maupun oleh kurangnya ikatan pribadi oleh kelompok primer.
Bunuh diri anomik muncul dari tidak adanya pengaturan bagi tujuan dan aspirasi
individu. Kalau bunuh diri egoistik mencerminkan memudarnya integrasi sosial, maka bnuh diri
altruistik merupakan hasil dari suatu tingkatan integrasi sosial yang terlampau kuat. Tingkat
integrasi yang tinggi itu menekankan individualitas ke titik dimana individu dipandang tidak
pantas atau tidak penting dalam kedudukannya sendiri. Bunuh diri altruistik dapat disebabkan
oleh dua sebab, yaitu (1) norma-norma kelompok mungkin penuntut pengorbanan kehidupan
individu, (2) norma-norma kelompok itu menuntut pelaksanaan tugas-tugas yang begitu barat
untuk dapat dicapai sehingga individu itu mengalami kegagalan walaupun mereka sudah mereka
sudah menunjukan usaha yang paling optimal.

3. Kemunculan dan Dukungan terhadap Solidaritas

Perhatian Durkheim terhadap landasan-landasan moral masyarakat merangsang


perkembangan perspektif sosiologi klasiknya pada fungsi agama yang bersifat sosial. Abalisanya
mengenai hubungan timbal balik yang erat antara agama dan masyarakat dapat dikembangkan
panjang lebar dalam The Elementary Forms of The Religious Life. Corak utama dari agama apa
saja dalam pandangan Durkheim adalah berhubungan dengan suatu dunia yang suci. Durkheim
memperbaiki dan menolak beberapa teori yang berlaku yang menjelaskan kepercayaan-
kepercayaan akan suatu dunia yang suci sebagai khayalan belaka atau ilusi yang diperlukan oleh
orang-orang dalam suatu abad prailmiah untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Dia selanjutnya
memperliatkan bahwa hubungan dengan kekuasaan ilahi yang bersifat supranatural yang
dirasakan orang sama dengan hubungan mereka dengan masyarakat.

4. Hubungan antara Orientasi Agama dan Struktur Sosial

Pengalaman agama dan ide tentang yang suci adalah kehidupan kolektif, kepercayaan dan
ritus agama juga memperkuat ikatan sosial dimana kehidupan kolektif itu bersandar. Dengan
kata lain hubungan antara agama dan masyarakat memperlihatkan saling keterangan yang sangat
erat. Pada intinya menurut Durkheim kepercayaan totemik memperlihatkan kenyataan
masyarakat itu sendiri dalam bentuk simbolis. Hubungan antara ritus agama dan kepercayaan
dan kehidupan kolektif tetap ada.
5. Agama dalam Masyarakat Modern

Durkheim mengakui bahwa bentuk-bentuk agama tradisional dimasa hidupnya tidak


memperlihatkan kegairahan hidup yang merupakan sifat agama orang arunta di Australia. Dia
juga merasa bahwa kurangnya gairah hidup dalam bentuk-bentuk agama di masa hidupnya
merupakan gejala rendahnya tingkat solidaritas di dalam masyarakat. Teori Durkheim dapat
dikecam karena terlalu sepihak menekankan solidaritas. Namun pasti bahwa model Durkheim
tidak diharapkan untuk diterapkan dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh perpecahan yang
tajam dan ketidaksepakatan antarkelompok agama yang berbeda.

6. Asal-Usul Bentuk-Bentuk Pengetahuan dalam Masyarakat

Menjelang akhir buku The Elementary Forms, Durkheim memperluas pokok pikiran
utamanya dengan mengemukakan bahwa tidak hanya pemikiran agama melainkan juga
pengetahuan pada umumnya berlandaskan dari dasar sosialnya. Dalam melihat analisa tentang
asal-usul pengetahuan dalam masyarakat, jelaslah bahwa pemikiran agama dan pemikiran ilmiah
ditentukan oleh kondisi dan mencerminkan tipe struktur sosial di mana pemikiran itu muncul.
Meskipun Durkheim tidak mengembangkan perspektif ini dalam sosiologi pengetahuan secara
lengkap, perpektif ini mencerminkan asumsi dasarnya yang berhubungan dengan prioritasnya
pada masyarakat daripada individu, serta proporsinya yang fundamental yang mengatakan bahwa
perkembangan kepribadian individu atau kehidupan subyektif seseorang itu mencerminkan
pengaruh lingkungan sosial secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai