Anda di halaman 1dari 6

REVIEW SINGKAT

Emile Durkheim: The Division of Labor in Society

Nama : Marta Dwi Rifka


NPM : 221186518060
Fakultas : Pasca Sarjana Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Politik

Pendahuluan
Setelah mengulas pemikiran Emile Durkheim pada minggu lalu mengenai “The Rules
of Sociological Method”.1 Dalam The Rules, Durkheim mencetuskan sebuah konsep yang
diberi nama fakta sosial yang didefinisikan sebagai cara bertindak, berpikir, atau berperasaan,
kemudian berada di luar individu; namun memiliki kekuatan untuk memaksa individu
tersebut. Bagi Durkheim, fakta sosial merupakan pokok bahasan utama sosiologi yang
membedakan sosiologi dengan disiplin ilmu lain.2 Selain membahas tentang fakta sosial,
Durkheim juga mengulik topik sosial lain yang tak kalah fenomenal dalam mempelajari
tatanan sosial, mulai dari pembagian kerja, teori bunuh diri sampai dengan pembahasan
agama.
Menindaklanjuti pembahasan sebelumnya, minggu ini penulis akan membahas lebih
lanjut mengenai teori dasar sosial yang dikembangkan oleh Durkheim yang berjudul “The
Division of Labor in Society” atau biasa dikenal dengan pembagian kerja. Durkheim
membahas tentang pembagian kerja secara spesifik dengan melihat kondisi solidaritas
masyarakat.

Pemikiran Emile Durkheim (1858–1917)


Kontribusi Durkheim terhadap perkembangan sosiologi dapat dilihat dari empat karya
utamanya: The Rules of Sociological Method, The Division of Labor in Society, Suicide,
dan The Elementary Form of the Religious Life. Artikel “Sosiologi dan Para Nabinya” telah
membahas satu dari empat karya tersebut, yaitu The Rules of Sociological Method. Dalam The
Rules, Durkheim mencetuskan sebuah konsep yang diberi nama fakta sosial. Fakta sosial
didefinisikan sebagai cara bertindak, berpikir, atau berperasaan yang berada di luar individu;
namun memiliki kekuatan untuk memaksa individu tersebut. Bagi Durkheim, fakta sosial
1
Biografi Emile Durkheim, Bapak Sosiologi Modern, diakses melalui
https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/16/090000579/biografi-emile-durkheim-bapak-sosiologi-modern?page=all
pada tanggal 6 Juni 2023

2
Durkheim, Emile, The Rules of Sociological Method, (London: Macmillan, 1982), Halm. 29–163
merupakan pokok bahasan utama sosiologi yang membedakan sosiologi dengan disiplin ilmu
lain. Tiga karya Durkheim lainnya membahas topik yang cukup beragam, mulai dari
pembagian kerja, bunuh diri, hingga agama.

The Division of Labor in Society (1893)

Dalam The Division of Labor in Society adalah salah satu karya Emile Durkheim yang

monumental. Dalam krayanya ini, Durkheim membahas tentang pembagian kerja yang

spesifik dan kondisi solidaritas masyarakat. Mengkaji secara mendalam tentang bagaimana

pekerjaan dibagi dalam masyarakat dan dampaknya terhadap integrasi sosial dan individu.

Durkheim menyatakan bahwa pembagian kerja adalah hal yang positif karena membantu

masyarakat menjadi lebih efisien dan terorganisir, tetapi juga dapat menyebabkan anomie jika

terlalu rigid dan tidak adaptif terhadap perubahan. Ia juga membahas peran institusi sosial,

seperti keluarga dan agama, dalam menjaga integrasi sosial dan memperkuat pembagian kerja

yang adil. Buku ini menjadi salah satu teori klasik sosiologi dan memiliki pengaruh besar

dalam pemahaman tentang bagaimana masyarakat bekerja bersama. 


Pembagian kerja adalah proses di mana tugas dan pekerjaan dibagi secara jelas antar
anggota masyarakat. Durkheim menyatakan bahwa pembagian kerja membantu masyarakat
menjadi lebih efisien dan terorganisir karena setiap individu memiliki tugas yang jelas dan
dapat fokus pada tugas tersebut. Ini membuat kerja bersama menjadi lebih efektif dan
memperkuat integrasi sosial karena setiap individu saling tergantung dan mempererat
hubungan antar anggota masyarakat. Namun, Durkheim juga mengakui bahwa pembagian
kerja yang tidak seimbang dan rigid dapat menyebabkan anomie, atau kondisi ketidakpastian
dan kebingungan sosial. Jika pembagian kerja tidak adaptif terhadap perubahan dan
memperhatikan kebutuhan individu, ini dapat menimbulkan frustrasi dan ketidakadilan.
Dalam kondisi ini, individu tidak memiliki tugas yang jelas atau rasa memiliki terhadap tugas
mereka, yang dapat menimbulkan perasaan tidak terikat dengan masyarakat.
Durkheim juga membahas peran institusi sosial, seperti keluarga dan agama, dalam
menjaga integrasi sosial dan memperkuat pembagian kerja yang adil. Institusi sosial
membantu membuat norma dan nilai yang memandu perilaku individu dan memastikan
bahwa pembagian kerja tidak menimbulkan diskriminasi atau ketidakadilan. Institusi sosial
juga membantu mempertahankan stabilitas dan mengatasi anomie jika terjadi. Buku ini
menjadi salah satu teori klasik sosiologi dan memiliki pengaruh besar dalam pemahaman
tentang bagaimana masyarakat bekerja bersama dan bagaimana pembagian kerja
mempengaruhi integrasi sosial dan individu. "The Division of Labor in Society" oleh Emile
Durkheim membahas tentang bagaimana pembagian kerja dalam masyarakat mempengaruhi
integrasi sosial dan individu. Buku ini memiliki beberapa pembahasan utama:
1. Pembagian kerja sebagai sumber integrasi sosial: Durkheim menyatakan bahwa
pembagian kerja membantu masyarakat menjadi lebih efisien dan terorganisir, sehingga
memperkuat integrasi sosial. Ia menjelaskan bahwa kerja bersama dalam pembagian
tugas yang jelas membuat individu saling tergantung dan mempererat hubungan antar
anggota masyarakat.
2. Anomie dan pembagian kerja yang tidak seimbang: Durkheim juga mengakui bahwa
pembagian kerja yang tidak seimbang dan rigid dapat menyebabkan anomie, atau kondisi
ketidakpastian dan kebingungan sosial. Ia menyatakan bahwa pembagian kerja harus
adaptif terhadap perubahan dan memperhatikan kebutuhan individu agar tidak
menimbulkan anomie.
3. Peran institusi sosial dalam pembagian kerja: Durkheim juga membahas peran institusi
sosial, seperti keluarga dan agama, dalam menjaga integrasi sosial dan memperkuat
pembagian kerja yang adil. Ia menyatakan bahwa institusi sosial membantu membuat
norma dan nilai yang memandu perilaku individu dan memastikan bahwa pembagian
kerja tidak menimbulkan diskriminasi atau ketidakadilan.

Dalam buku The Division of Labor In Society, Durkheim menyebutkan bahwa ada

dua bentuk mayarakat, yaitu masyarakat sederhana dan masyarakat modern. Yang
menjadikan keduanya berbeda adalah “fungsi dari pembagian kerja”. Fungsi pembagian kerja

dalam masyarakat sederhana bersifat mekanis, sedangkan fungsi pembagian kerja dalam

masyarakat modern bersifat organik. Fungsi pembagian kerja dalam masyarakat sederhana

bersifat mekanik, karena kenyataan yang disebabkan faktor individu yang mempunyai

hubungan pekerjaan yang sama, seperti pertanian dan mereka berbagi pengalaman yang sama

dan akhirnya memiliki nilai yang sama artinya bahwa mereka hidup dengan usaha mencukupi

kebutuhan sendiri dan dengan pekerjaan yang sama. Sedangkan pembagian kerja dalam

masyarakat modern bersifat organik tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang

melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat

dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Pembagian kerja memang menjadi
tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas sosial, akan tetapi Durkheim berpendapat bahwa

fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting jika

dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Maka fungsi sesungguhnya dari

pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih.3

Solidaritas Sosial Menurut Durkheim

Durkheim mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil dari sebuah kebersamaan

yang disebut dengan solidaritas sosial, yaitu satu keadaan hubungan antara individu dengan

individu atau kelompok dengan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan

kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Perubahan dalam pembagian kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur

masyarakat. Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara dimana solidaritas sosial

terbentuk, dengan kata lain, perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana

anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh. Untuk menyimpulkan perbedaan

ini, Durkheim membagi konsep solidaritas ke dalam dua tipe, yaitu solidaritas mekanik dan

solidaritas organik. Masing-masing solidaritas dapat dibedakan melalui dua indikator, yaitu

faktor pengikat solidaritas, dan sanksi yang diterapkan oleh tiap kelompok solidaritas terhadap

tindakan kriminal yang dilakukan individu. Durkheim menyatakan bahwa solidaritas mekanik
identik dengan masyarakat tradisional, sedangkan solidaritas organik identik dengan

masyarakat modern.4

Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis adalah menjadi satu dan padu

karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena

mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.

Sedangkan masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis adalah bertahan bersama justru

dengan perbedaan yang ada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki

pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Durkheim berpendapat bahwa masyarakat

dalam masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif lebih kuat yang melingkupi seluruh
3
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (Terjemahan Nurhadi). 2010. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmoder, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Halm 89
4
Ritzer, George, The Wiley-Blackwell Companion to Sociology, (Oxford: Wiley-Blackwell, 2003), Halm 200
masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat rigid, dan isinya sangat

bersifat religius, yaitu pemahaman, norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian

kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. Masyarakat modern lebih mungkin

bertahan bersama dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang dimiliki

orang lain daripada bertahan dengan kesadaran kolektif bersama dan kuat. Kesadaran kolektif

dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang rigid, dan isinya

adalah kepentingan individu yang lebih tinggi daripada pedoman moral. Oleh karena itu,

meskipun masyarakat organis memiliki kesadaran kolektif, namun dia adalah bentuk yang

lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perbedaan individual.

Solidaritas mekanik merupakan dasar kohesi sosial, di sana tingkat perorangan sangat

rendah, karena setiap individu merupakan satu mikrokosmos yang bersifat kolektif, maka

setiap anggota masyarakat semacam ini kesempatan untuk mengembangkan sifat kepribadian

khusus sangat terbatas. Artinya bahwa solidaritas ini telah diperkuat oleh disiplin suatu

komunitas berdasarkan kebersamaan moral dan sosial. Dalam rangka seperti ini, tradisi

sangat berkuasa, individualisme sama sekali tidak ada dan keadilan ditujukan kepada

tunduknya individu kepada kehidupan bersama karena solidaritas ini lahir dari

kesamaankesamaan yang ada dalam diri anggota masyarakat, ia timbul dari kenyataan bahwa

sejumlah keadaan kesadaran dimiliki bersama oleh semua anggota masyarakat itu. Dominasi
kolektivitas terhadap perorangan terlihat dalam hukuman-hukuman yang dijatuhkan kepada

seseorang yang menyimpang dari aturan-aturan atau kode-kode tingkah laku yang ditetapkan

oleh kesadaran kolektif.

Durkheim lebih lanjut mengkaji perbedaan antara hukum dalam masyarakat

solidaritas mekanis yang ditandai oleh masyarakat sederhana dan hukum dalam masyarakat

solidaritas organis yang ditandai oleh masyarakat modern. Masyarakat solidaritas mekanis

yang ditandai oleh masyarakat sederhana dibentuk oleh hukum represif (menekan), karena

anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain dan arena mereka cenderung

sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama

tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu, karena setiap orang dapat merasakan

pelanggaran itu dan sama-sama meyakini moralitas bersama, maka pelanggaran tersebut akan
dihukum atas pelanggarannya terhadap sistem moral kolektif. Sedangkan masyarakat

solidaritas organik yang ditandai oleh masyarakat modern dibentuk oleh hukum restitutif,

dimana seseorang yang melanggar mesti melakukan restitusi untuk kejahatan mereka. Dalam

masyarakat seperti ini, pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau

segmen tertentu dari masyarakat dan bukannya terhadap sistem moral itu sendiri, karena

kurangnya moral bersama kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional

terhadap pelanggaran hukum.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tentang masyarakat tradisional dengan

solidaritas mekanik, maupun masyarakat modern dengan solidaritas organik, mempunyai

eksistensi masing-masing yang berhubungan dengan fakta sosial yang terjadi dalam

masyarakat-masyarakat tersebut, yaitu yang menyangkut bagian luar diri individu dan

mengendalikan individu dalam masyarakat-masyarakat tersebut. Fakta sosial itu terwujud

dari tindakan-tindakan individu untuk membentuk masyarakat tersebut, yang turut

mengendalikan individu dalam membentuk masyarakat-masyarakat itu melalui eksistensinya

masing-masing. Fakta sosial itu pula yang mengikatkan adanya kesadaran kolektif

masyarakat terhadap pemberian hukuman atau sanksi dari suatu keadaan yang menyimpang

dari apa yang telah diputuskan dan yang ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tersebut.

Masyarakat tradisional dengan bentuk solidaritas mekanik memiliki aturan-aturan kolektif


yang mengatur bagaimana mereka berperilaku dengan hukum represif. Masyarakat modern

dengan bentuk solidaritas organik memiliki peraturan-peraturan dan sanksi-sanksi restitutif

(restitutive sanctions). Maka, dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern,

kelangsungan hidup perorangan maupun kelangsungan hidup masyarakat dalam kesadaran

kolektif itu tergantung pada fakta sosial, yang berhubungan langsung dengan peraturan-

peraturan dan sanksi-sanksi tersebut, dimana dengan penerapan dari peraturan-peraturan dan

sanksi-sanksi tersebut terwujud solidaritas-solidaritas sosial, karena masing-masing konsisten

dengan apa yang telah diputuskan dan yang ditentukan oleh masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai