Si
MATA KULIAH : Teori – Teori Sosiologi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
MUHAMMAD RIFADLY UTINA E032181005
MUHAMMAD NUR AKBAR T E032181007
AKSAN AMADI E032181011
RIDHA VIVIANTI SAM ACHMAD E032181014
SOSIOLOGI
PASCASARJANA ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
EMILE DURKHEIM
2. Solidaritas organik
Masyarakat solidaritas organik dibentuk oleh hokum restitutif (bertujuan
bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari
suatu masyarakat yang kompleks). Dimana seseorang yang melanggar harus
melakukan restitusi untuk kejahatan mereka, pelanggaran dilihat sebagai serangan
terhadap individu tertentu atau sekmen tertentu dari masyarakat bukannya
terhadap sistem moral itu sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan
orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum.
Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya
mengalami perubahan bukannya hilang. Dalam masyarakat ini, perkembangan
kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan pembagian kerja menimbulkan
kesadaran-kesadaran individual yang lebih mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi
semakin tergantung satu sama lain, karena masing-masing individu hanya
merupakan satu bagian saja dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
Perbedaan mekanis dan organis diantaranya solidaritas mekanis dicirikan
dengan masyarakat tradisional, tersegmentasi, hukum represif dan kesadaran
kolektifnya tinggi. Sedangkan solidaritas organis dicirikan dengan masyarakat
modern, terdiferensiasi, hukum restitutif, dan spesialisasi.
Dalam The Division of Labor, Durkheim menggunakan ide patologi untuk
mengkritik beberapa bentuk “abnormal” yang ada dalam pembagian kerja
masyarakat modern, yaitu:
1. Pembagian kerja anomik
Pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang
menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu
masyarakat tentang apa yang harus mereka kerjakan.
2. Pembagian kerja yang dipaksakan
Patologi kedua ini merujuk pada fatwa bahwa norma yang ketinggalan zaman
dan harapan bisa memaksa individu, kelompok dan kelas masuk ke dalam
posisi yang tidak sesuai bagi mereka. Tradisi, kekuatan ekonomi atau status
bisa men-jadi lebih menentukan pekerjaan yang akan dimiliki ketimbang bakat
dan kualifikasi.
3. Pembagian kerja yang terkoordinasi buruk
Hal ini terjadi katika fungsi-fungsi khusus yang dilakukan oleh orang-orang
yang berbeda-beda dan tidak diatur dengan baik.
b. Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh
kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat
akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita
boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan
demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari
lewat kesadaran-kesadaran partikular”.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini. Pertama, kesadaran
kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut
“keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami
kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta
sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis
material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif baru
bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan
kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan
tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa
masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian,
norma, dan kepercayaan bersama, lebih dari masyarakat modern.
c. Representasi Kolektif
Contoh representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda
populer. Semuanya mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan
mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan klaim kolektif. Representasi
kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari
interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung
berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, atau berhubungan
dengan praktik seperti ritual.
d. Arus Sosial
Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak
menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan
“dengan luapan semangat, amarah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam
kumpulan publik.
e. Pikiran Kelompok
Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan
pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling
bersinggungan dan tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-
menerus berinteraksi melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri
berdasarkan hubungan alami mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka
sendiri. Dalam hal ini terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis,
hal yang tak ada bandingannya di dunia biasa.
3. BunuhDiri Anomic.
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat
terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa
tidak puas karena lemahnya control terhadap nafsu mereka, yang akan
bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama
tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan (tidak ada
pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti
pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerja nya kehilangan pekerjangan,
dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang
tiba-tiba individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka
sebelumnya melekatkan diri.
Doyle P Johnson. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta:
Gramedia
Ritzer George. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana
Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi.
Jakarta: Erlangga