Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KRIMINOLOGI

NAMA : Rahmadea Soleman

NPM : 01011811221

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2021
RESUME TEORI-TEORI KRIMILOGI :

1. TEORI ARUS UTAMA SOSIOLOGI


2. TEORI KRITIS SOSIOLOGI
3. TEORI TERINTEGRASI

TEORI-TEORI KRIMINOLOGI :

1. TEORI ARUS UTAMA KRIMINOLOGI

Dalam teori ini, kita mempelajari, meneliti dan membahas hubungan antara
masyarakat serta anggotanya, antara kelompok-kelompok baik karena hubungan tempat
maupun etnis dari anggotanya, antara kelompok dengan kelompok, sepanjang hubungan
tersebut dapat menimbulkan kejahatan. Selain dari itu dipelajari, diteliti dan dibahas juga
mengenai hubungan seks dan umur dengan perasaan sosialnya yang dapat menghasilkan
kejahatan. Salah satu curu masyarakat adalah adanya stratifikasi social misalnya pada
masyarakat Jawa kita kenal adanya strata priyayi dan strata orang kebanyakan, sementara
dalam masyarakat modern kita kenal apa yang disebut sebagai kelas sosial sehingga perlu
diteliti sejauh mana adanya stratifikasi tadi mempunyai pengaruh dalam timbulnya
kejahatan,bentuk-bentuk kejahatan dan pelakunya serta adanya konsekwensi-
konsekwensi lainnya.

Sosiologi kriminal, ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala
masyarakat, dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat (etiologi sosial) dan
dalam arti luas juga termasuk penyelidikan mengenai lingkungan phisiknya (geografis,
klimatologis dan meteorologis).

Pendekatan sosiologis dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pendekatan sosiologis dan


pendekatan sosiologis modern. Adalah Quetelet dan Guerry yang dipandangnya sebagai
tokoh pendekatan sosiologis dalam mempelajari sebab musabab kejahatan. Kegiatannya
dimulai di Perancis tahun 1930 yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian di
Jerman, Belgia dan Inggris. Analisis penelitiannya didasarkan pada statistik sebagai data
utama dengan menghubungkan wilayah-wilayah terjadinya kejahatan yang dikaitkan
dengan unsur-unsur sosial lainnya. Adapun unsur-unsur sosial yang dimaksud adalah
keadaan perekonomian dan industri, perundang-undangan dengan faktor sex dan usia.
Dalam mempelajari juvenile delinquency berfocus pada kegagalan rumah tangga dan
masyarakat dengan menganjurkan perbaikan lembaga- lembaga penampungan anak nakal
serta perbaikan di bidang pertanian.

Gabriel Tarde menegaskan masalah kejahatan sebagai penomena masyarakat. Tarde


menjelaskan bahwa meniru adalah unsur pokok perilaku manusia, demikian pula perilaku
penjahat juga akibat dari menirukan dari individu lain. Perilaku meniru telah menjalar
dari kota ke desa, maka dari itu kejahatan yang semula merupakan penyakit di kota-kota
telah ditiru oleh orang- orang di pedesaan. Masyarakat kelas bawah juga meniru kelas
bangsawan, maka dari itu kejahatan yang semula merupakan penyakit kaum aristokrat
kemudian menjangkit ke seluruh masyarakat.

Teori Anomie

• Tokoh : Emile Durkheim

• Buku : The Dvision of Labor in Society (1893) Emile Durkheim

• Pendapat/pernyataan/kesimpulan/proses/essay : Secara global, aktual dan


representatif teori anomie lahir, tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi sosial
(social heritage) munculnya revolusi industri hingga great depression di prancis dan eropa
tahun 1930-an menghasilkan deregulasi tradisi sosial, efek bagi individu dan lembaga
sosial/masyarakat. Perkembangan berikutnya, begitu pentingnya teori analisis struktur
sosial sangat dilatar belakangi usaha New Deal Reform pemerintah dengan fokus
penyusunan kembali masyarakat. Untuk pertama kalinya, istilah anomie diperkenalkan
Emile Durkheim yang diartikan sebagai suatu keadaan tanpa norma the concept of
anomie referred on onabsense of social regulation normlessness.

Selanjutnya dalam buku The Dvision of Labor in Society (1893) Emile Durkheim
mempergunakan istilah anomie untuk mendeskripsikan keadaan “deregulation” di dalam
masyarakat yang diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat pada
masyarakat sehingga orang lain dan keadaan ini menyebabkan penyimpangan dan
perbedaan dalam berperilaku. Menurut Emile Durkheim, teori anomie terdiri dari tiga
perspektif, yaitu: Manusia adalah makhluk sosial (man is social animal) Keberadaan
manusia sebagai makhluk (human being is a social animal) Manusia cenderung hidup
dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung pada masyarakat tersebut
sebagai koloni (tending to live incolonies, and his/her survival dependent upon moral
conextions.)
Kemudian, istilah anomie dikemukakan Emile Durkheim dalam bukunya Suicide
yang mengemukakan asumsi bunuh diri dalam masyarakat merupakan akhir puncak dari
anomie karena dua keadaan sosial berupa Social integration dan social regulation. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan konsep teori anomie yang di adopsi oleh Emile
Durkheim. Teori ini berpendapat bahwa perilaku Anomie adalah akibatnya dari adanya
berbagai ketegangan dalam suatu struktur masyarakat tertentu sehingga ada individu-
individu yang mengalami tekanan atau ketegangan akibatnya berperilaku anomie. Jadi
konsep anomie yang di gambarkan oleh Emile Durkheim yaitu mengangap bahwa dalam
dalam tatanan kehidupan masyarakat terdapat individu-individu yang berperilaku anomie
yang disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh berbagai ketegangan
dalam suatu struktur sosial sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anomie yang
dilakukan oleh individu-individu. Emile Durkheim berasumsi bahwa ketegangan pada
struktur sosial berdampak pada perilaku individu. Struktur sosial merupakan tatanan
sosial dalam kehidupan masyarakat, yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik
antara status dan peranan yang mengacu pada suatu keteraturan perilaku didalam
masyarakat.

2. TEORI KRITIS SOSIAL

Teori kritis adalah sebuah aliran pemikiran yang menekankan penilaian reflektif dan
kritik dari masyarakat dan budaya dengan menerapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial
dan humaniora. Sebagai istilah, teori kritis memiliki dua makna dengan asal-usul dan
sejarah yang berbeda: pertama berasal dari sosiologi dan yang kedua berasal dari kritik
sastra, di mana digunakan dan diterapkan sebagai istilah umum yang dapat
menggambarkan teori yang didasarkan atas kritik; dengan demikian, teori Max
Horkheimer menggambarkan teori kritis adalah, sejauh berusaha "untuk membebaskan
manusia dari keadaan yang memperbudak mereka." Dalam filsafat, istilah teori kritis
menggambarkan filosofi neo-Marxis dari Frankfurt School, yang dikembangkan di
Jerman pada 1930-an. Teori Frankfurt menarik tentang metode kritis Karl Marx dan
Sigmund Freud. Teori Kritis menyatakan bahwa ideologi adalah kendala utama untuk
pembebasan manusia.

Teori Kritis didirikan sebagai sebuah sekolah pemikiran terutama oleh lima tokoh
teori Mazhab Frankfurt: Herbert Marcuse, Theodor Adorno, Max Horkheimer, Walter
Benjamin, dan Erich Fromm. Teori kritis modern telah bertambah dipengaruhi oleh
György Lukacs dan Antonio Gramsci, serta generasi kedua sarjana Mazhab Frankfurt,
terutama Jürgen Habermas. Dalam karya Habermas, teori kritis melampaui akar teoretis
dalam idealisme Jerman, dan berkembang lebih dekat dengan pragmatisme Amerika.
Kepedulian terhadap "dasar dan suprastruktur" sosial adalah salah satu yang tersisa dari
konsep filsafat Marxis di banyak teori kritis kontemporer.

Sementara teori kritis telah sering kali didefinisikan sebagai intelektual Marxis,

kecenderungan mereka untuk mengecam beberapa konsep Marxis dan untuk


menggabungkan analisis Marxian dengan tradisi sosiologis dan filosofis lainnya telah
menimbulkan tuduhan revisionisme oleh para Klasik, Ortodoks, dan Analisis Marxis, dan
oleh filsuf Marxis Leninis. Martin Jay telah menyatakan bahwa generasi pertama teori kritis
paling baik dipahami dengan tidak mempromosikan agenda filosofis tertentu atau ideologi
tertentu, tetapi sebagai "pengganggu dari sistem lain".

Teori pelabelan

1).

• Tokoh : Edwin Lemert

• Buku : (1951) social pathology.New York

• Pendapat/pernyataan/kesimpulan/proses/essay : Edwin Lemert memaparkan bahwa


pendekatan lazim untuk menganalisis penyimpangan harus dibalik. Dia mengatakan bahwa :
ini langkah besar berpaling dari sosiologi lama yang cenderung bertumpuk ppada ide
bahwapenyimpangan menimbulkan kontrol social. Saya yakin justru ide sebaliknya, yakni
control masyarakat menimbulkan menyimpang, tak kala masuk akal dan menjanjikan potensi
kaya bagi pengajian penyimpangen dalam masyarakat modern.

• Faktor-faktor yang menyebabkan orang melakukan kejahatan : karena Tannenbaum


dan para teoritis pelabelan berusaha menggerser penyelidikkan kriminologi dari perbuatan
penyimpangan menuju mekanisme control social dan reaksi kemasyarakatan. Bisa dikatakan,
ini membalik proses analisis lazimnya, bukannya mengasumsi bahwa perilaku criminal
menyebabkan reaksi kemasyarakatan, teori ini menyebabkan bahwa reaksi kemasyarakatan
menyebabkan perilaku criminal.

2).

• Tokoh : Howard Becker


• Buku : (1963) Outsider : Studies in the sociology of deviance . New York : Free press.

• Pendapat/pernyataan/kesimpulan/proses/essay : howrad becker menciptakan istilah


pengusaha moral untuk mendeskripsikan agen-agen atau pejaban yang berkepentingan
dengan menciptakan pelabelan kateegori-kategori baru penyimpangan guna memperluas
fungsi control organisasi mereka. Dalam pandangan becker, penyimpangan, bukannya
merupakan sesuatu yang in heren dalam kualitas perbuatan, ditetapkan sedemikian rupa oleh
reaksi kemasyarakatan saja dan proses pelabelan serta stigmatisasi berikutnya.

• Factor-faktor yang menyebabkan orang melakukan kejahatan : penyimpangan karena


untuk memperluas fungsi control organisasi, Perbuatan kemasyarakatan.

3. TEORI TERINTEGRASI

Kriminologi integratif bereaksi terhadap teori tunggal atau pendekatan metodologi, dan
mengadopsi paradigma interdisipliner untuk studi kriminologi dan penologi . Integrasi
bukanlah hal baru. Ini menginformasikan karya terobosan Merton (1938), Sutherland (1947),
dan Cohen (1955), tetapi telah menjadi sekolah yang lebih positif selama dua puluh tahun
terakhir (lihat Messner 1989).

Kesulitan konseptual adalah untuk mempertahankan kegunaan zat sambil


mempertimbangkan bentuk. Aturannya tidak boleh berintegrasi kecuali ada manfaat yang
terukur. Teori sistem percaya bahwa isomorfisme dapat diidentifikasi di semua disiplin ilmu,
dan pemahaman yang lebih baik akan dihasilkan dari menemukan dan menggunakan materi
umum itu dalam teori terintegrasi. Tetapi ada bahaya reduksionisme atau menciptakan
abstraksi belaka dalam metateori di mana konsep-konsep hanya dikelompokkan dalam
konsep-konsep. Ini muncul dari hipotesis yang mudah digeneralisasikan tentang apa itu sifat
manusia, mengapa orang menyesuaikan diri atau tidak, bagaimana seorang individu dapat
menjadi penyebab dan konsekuensi masyarakat, dan mengapa penyimpangan bersifat
subjektif dan diakronis.. Godaannya adalah untuk menghasilkan Teori "Umum" atau
"Bersatu", menyatukan semua untaian yang sebelumnya terpisah, tetapi mengabaikan fakta
bahwa untuk menjadi teori yang terpisah, harus ada penelitian dan analisis yang konsisten
secara metodologis. Ini juga mengasumsikan bahwa semua teori sebagian benar, sebagian
salah, dan tidak ada yang sepenuhnya memadai dengan sendirinya. Karena masyarakat harus
bertujuan untuk rasionalitas dalam keadilan dan hukumannya sistem, penting untuk
mengevaluasi kembali konsep kontrol sosial, tetapi tujuannya harus untuk merumuskan
penelitian baru untuk menantang asumsi (misalnya bahwa apa yang mengintegrasikan
masyarakat tidak harus sama dengan yang mensosialisasikan orang) atau menyusun hipotesis
operasional yang lebih baik (misalnya untuk mengembangkan skala yang setara untuk
pengukuran imbalan dan biaya yang berbeda) pada dasar yang lebih komprehensif daripada
hanya mencari konfirmasi bahwa satu teori yang ada lebih valid daripada yang lain.

Teori kejahatan dan hukuman menjadi semakin beragam karena fenomena keragaman
telah dipelajari oleh ilmu-ilmu medis, psikologis, perilaku, sosial, ekonomi, dan politik. Salah
satu konsekuensinya adalah ditinggalkannya debat bipolar, misalnya mengenai keunggulan
Aliran Klasik dibandingkan dengan Aliran Positivis atau kehendak bebas.versus
determinisme, atau penyimpangan versus konformitas. Proposisi bahwa fenomena sosial
yang kompleks seperti kejahatan dan hukumannya dapat diteliti menggunakan prinsip
filosofis tunggal kurang dapat diterima di dunia postmodern mengingat bahwa analisis yang
terbatas dalam metametodologi atau metodologinya cenderung mengabaikan lebih banyak
faktor daripada yang mereka pertimbangkan. Akibatnya, lebih banyak kriminolog dan ahli
teori mempertimbangkan adopsi kerangka kerja integratif dan/atau interdisipliner untuk
penelitian baru, membuka pintu bagi pluralitas kreatif kerangka kerja berbasis pengetahuan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan motivasi manusia, organisasi sosial, dan hubungan
struktural.

Menurut Barak (1998), integrasi melibatkan menghubungkan dan/atau mensintesis model


dan teori yang berbeda ke dalam formulasi kejahatan dan pengendalian kejahatan yang lebih
komprehensif, tetapi kemajuannya lambat karena mereka yang memiliki kekuasaan atas
diskursus disiplin yang terpisah menolak penyerapan imperialis ke dalam wacana yang lebih
menyebar. Brown (1989: 1) menganjurkan sintesis melalui narasi: “konflik yang ada dalam
budaya kita antara kosa kata wacana ilmiah dan wacana naratif, antara positivisme dan
romantisme, objektivisme dan subjektivisme, serta antara sistem dan dunia kehidupan dapat
disintesiskan melalui puisi kebenaran yang memandang ilmu sosial dan masyarakat sebagai
teks. ." Menurut pandangan ini, bahasa bukanlah cerminan dunia atau pikiran. Sebaliknya, ini
adalah praktik sejarah sosial di mana makna kata-kata tidak diambil dari hal-hal atau niat,
tetapi muncul dari tindakan orang-orang yang terkoordinasi secara sosial. Tetapi proposal
metodologis semacam itu hanya mendapat sedikit persetujuan. Misalnya, Neo-Klasik dan
Realisme Kanan mengandalkan kontrol sosial dan teori pembelajaran sosialmenolak referensi
ke isu-isu sejarah, gender, ekonomi, dan hukum kepentingan kriminologi Marxis , sekolah
Feminis , dll dan sebaliknya .
Metodologi integrasi mungkin:

Struktural. Ini menghubungkan teori yang ada, atau setidaknya komponen utamanya, dalam
format baru. Ini mungkin melibatkan memahami kembali variabel kausal atau berteori
bahwa, dalam kondisi tertentu, proses kausal dari satu teori saling terkait dengan teori lain.
Braithwaite (1989) menunjukkan bahwa "integrasi berdampingan" memberikan urutan bahan
teoritis yang lebih konsisten secara internal karena hasil selanjutnya ditunjukkan tergantung
pada hasil sebelumnya.

Konseptual. Ini menyatukan teori yang sudah ada sebelumnya dan menunjukkan bahwa
mereka mencapai hasil yang sebanding, hanya pada tingkat analisis yang berbeda. Tujuannya
adalah untuk memadukan unsur-unsur menjadi teori-teori baru.

Asimilasi. Hal ini memungkinkan teori yang berbeda untuk disatukan ke dalam kerangka
kerja konseptual yang besar tanpa mempertimbangkan hubungan interaktif dan efek
kondisional yang mungkin dimiliki teori-teori ini satu sama lain.

Teori integratif modernis bervariasi dalam cakupannya. Beberapa fokus pada jenis perilaku
tertentu atau pelaku dalam pemodelan mikro proses sosial, misalnya Wilson dan Herrnstein
(1985) berkonsentrasi pada perilaku jalanan predator menggunakan model pilihan perilaku
pembelajaran sosial yang bergantung pada determinisme positivis dan kehendak bebas klasik
yang dianggap mungkin. hubungan antara kriminalitas dan keturunan, impulsif, kecerdasan
rendah, praktik keluarga, pengalaman sekolah, dan efek media massa pada individu. Integrasi
lain mengembangkan model struktur-makro sosial, misalnya Quinney (1977)
mengartikulasikan ekonomi politik dan budaya kejahatan dan analisis kelas berbasis kontrol
kejahatan di mana dominasi dan represi melalui kriminalisasi diarahkan olehkapitalis dan
agen kontrol mereka. Tittle (1995: 142) mengusulkan teori keseimbangan kontrol yang
menyatakan bahwa "jumlah kontrol yang orang-orang tundukkan relatif terhadap jumlah
kontrol yang dapat mereka lakukan mempengaruhi kemungkinan umum mereka untuk
melakukan beberapa tindakan menyimpang serta kemungkinan bahwa mereka akan
melakukan. jenis penyimpangan tertentu". Ini juga berpendapat bahwa rasio kontrol individu
atau bahwa proses penyeimbangan kontrol tunduk pada sejumlah kontinjensi internal dan
eksternal yang dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Ini dan teori-teori baru lainnya kurang
peduli tentang teori-teori itu sendiridaripada tentang pengetahuan yang mereka wakili,
berfokus pada kausalitas interaktif, timbal balik, dialektis, atau penentuan kode, menantang
apakah ada urutan variabel kausal yang benar atau apakah hubungan itu konstan sepanjang
waktu. (lihat juga Messerschmidt (1997) yang meneliti faktor kelas, ras, gender, dll dalam
proses konstruksi sosial yang memediasi kejahatan dalam konteks sosial tertentu dan
membedakannya melalui waktu dan tempat. Barak dan Henry (1999) juga menghubungkan
studi budaya dengan studi kejahatan, memeriksa keragaman kosa kata di mana orang yang
berbeda mengalami kekerasan dan organisasi peradilan pidana yang berbeda menjalankan
kekuasaan mereka.

Anda mungkin juga menyukai