Anda di halaman 1dari 3

CRITICAL THEORY

Ragil Noerprahasetyo
Teori kritis — seperti namanya — lahir dari berbagai kritik terhadap pemikiran sosiolog klasik
Karl Marx. Ramalan Marx terkait revolusi sosialis yang tak kunjung terjadi, serta bagaimana Ia
memposisikan faktor ekonomi sebagai penentu jalannya dunia sosial merupakan beberapa tesis
yang dikritik oleh pemikir awal teori kritis.
Teori kritis diklasifikasikan sebagai teori sosial; artinya, teori kritis bersifat multidisiplin, dan
bukan merupakan bagian dari tradisi keilmuan tertentu.
Teori kritis merupakan buah pemikiran dari beberapa tokoh besar yang mendirikan Institute for
Social Research di Universitas Frankfrut pada tahun 1920. Tokoh-tokoh tersebut — yang karya-
karyanya hingga saat ini masih terus dibahas di kalangan akademisi — adalah Herbert Marcuse,
Theodor Adorno, Max Horkheimer, dan Erich Fromm.
teori kritis tidak hanya mengkritik pemikiran Marx tentang determinisme ekonomi. Kritik yang
ditawarkan oleh teori kritis turut menyasar berbagai elemen dunia sosial, serta pemikiran tokoh-
tokoh intelektual selain Marx.
Secara garis besar, selain kritik terhadap pemikiran Marx, — yang seharusnya turut
memperhatikan aspek-aspek dunia sosial lain selain aspek ekonomi — teori kritis juga turut
mengkritik konsep-konsep lain seperti positivisme, sosiologi, masyarakat modern, hingga
budaya.
Kritik terhadap positivism
Bagi teori kritis, positivisme memposisikan manusia sebagai aktor pasif yang segala jenis
tindakannya ditentukan oleh hukum sosial tersebut. Sebagai dampaknya, positivisme tidak
memiliki kekuatan untuk membawa perubahan karena alih-alih menantang sistem sosial yang
dianggap tidak adil, positivisme akan mengatakan bahwa ketidakadilan merupakan bagian dari
hukum sosial yang sifatnya pasti.
Kritik terhadap sosiologi
Layaknya kritik teori kritis terhadap positivisme, sosiologi dituding terlalu pasif, dan tidak
memiliki keseriusan untuk membawa perubahan. Selain itu, kecenderungan sosiologi untuk
membahas sebuah fenomena dari sudut makro (masyarakat) dinilai telah mengesampingkan
posisi individu dalam dunia sosial.
Kritik terhadap masyarakat modern.
Bagi teori kritis, inovasi-inovasi di bidang teknologi (seperti kehadiran televisi dan internet)
digunakan sebagai alat oleh para pemilik modal untuk menjinakkan masyarakat. Teori kritis
menyatakan bahwa alih-alih didominasi secara ekonomi, masyarakat modern justru didominasi
secara kultural, lewat bantuan inovasi-inovasi teknologi tersebut.
Kritik terhadap budaya
Tujuan utama dari produksi budaya secara massal ini adalah — seperti yang telah dijelaskan
dalam poin sebelumnya — untuk mengatur dan menjinakkan masyarakat. Selain membahas
tentang produksi budaya, teori kritis juga mengkritik instansi-instansi yang bertugas untuk
memproduksi pengetahuan, seperti sekolah dan universitas. Bagi teori kritis, instansi-instansi ini
telah berevolusi, dan memperluas pengaruh mereka di luar ranah pendidikan. Bagi teori kritis, di
era modern, ilmu pengetahuan telah dijadikan alat untuk menjustifikasi keputusan-keputusan
publik yang menguntungkan penguasa.
The major contribution
Kontribusi besar dari teori kritis adalah upayanya untuk mengubah orientasi Marx teori dalam
arah subyektif. Meskipun ini merupakan kritik terhadap materialisme Marx dan fokusnya yang
mantap pada struktur ekonomi, itu juga merupakan kontribusi yang kuat untuk pemahaman kita
tentang unsur-unsur subjektif kehidupan sosial di kedua tingkat individu dan budaya.
Fokus positif utama kedua dari teori kritis adalah minat dalam dialektika, Pada tingkat paling
umum, pendekatan dialektik berarti fokus pada totalitas sosial. Pendekatan ini melibatkan
penolakan terhadap fokus pada spesifik tertentu seperti aspek kehidupan sosial dan yang
terutama sistem ekonomi. Pendekatan ini juga memerlukan perhatian dengan keterkaitan
berbagai tingkatan realitas sosial. yang paling penting, kesadaran individu, suprastruktur budaya,
dan struktur ekonomi. Dialektika juga membawa resep metodologis: Satu komponen kehidupan
sosial tidak dapat dipelajari secara terpisah dari yang lain.
Criticisms of Critical Theory
Pertama, teori kritis telah dituduh sebagian besar ahistoris, memeriksa suatu varietas peristiwa
tanpa memperhatikan banyak konteks historis dan komparatif mereka Ini adalah kritik pedas
terhadap teori Marxian mana pun, yang seharusnya inheren historis dan komparatif. Kedua,
sekolah kritis, seperti yang telah kita lihat, umumnya mengabaikan ekonomi. Akhirnya, dan
terkait, para ahli teori kritis cenderung berpendapat bahwa kelas pekerja telah menghilang
sebagai kekuatan revolusioner, sebuah posisi jelas bertentangan dengan analisis tradisional Marx.
Jurgen Habermas
Fokus dari pemikiran Habermas adalah komunikasi, topik yang kurang diperhatikan oleh Marx.
Habermas menjelaskan bahwa kebangkitan media cetak memungkinkan orang-orang untuk
berdiskusi di dalam “ruang” yang ia sebut sebagai ruang publik, atau public sphere. Dalam
ruang-ruang ini, masyarakat dapat berdebat, bertukar argumen, hingga mengajukan klaim atas
kebenaran.
Bagi Habermas, keberadaan public sphere akan membuat individu saling memahami antara satu
dengan yang lainnya. Namun secara kritis, Habermas melihat bahwa elemen-elemen masyarakat
modern; mulai dari kapitalisme (pasar), negara, hingga organisasi-organisasi birokratis justru
malah menghalangi dialog-dialog yang seharusnya terjadi di ruang publik, serta mendistorsi
proses komunikasi dalam masyarakat.
Axel honneth
Jika fokus dari pemikiran Habermas adalah komunikasi, Axel Honneth, yang merupakan murid
Habermas, justru membahas topik yang cukup berbeda dari gurunya, yaitu pengakuan identitas.
Honneth melihat bahwa setiap orang membutuhkan pengakuan dari orang lain. Berangkat dari
pemikiran Hegel, Honneth mengklasifikasikan tiga elemen utama pengakuan, yaitu cinta (love),
penghormatan (respect), dan penghargaan (esteem).
Honneth menyatakan bahwa jika seseorang tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain, maka
orang tersebut akan merasa tidak dihormati (disrespect). Konflik dan perlawanan, menurut
Honneth, terjadi akibat tidak diakuinya individu, atau kelompok tertentu, yang seharusnya
mendapatkan pengakuan.
KESIMPULAN
Teori kritis hadir sebagai kritik; baik terhadap fenomena, maupun teori-teori sosial yang
dikemukakan oleh pemikir sosial terdahulu. Teori kritis memiliki dua gagasan utama, yaitu
totalitas dan kritis. Lewat gagasan pertama, teori kritis mencoba untuk menjelaskan bahwa
konflik dan perlawanan merupakan bagian yang inheren dalam masyarakat. Lewat gagasan
kedua, teori kritis mencoba menjelaskan bahwa teori ini lahir dari semangat untuk memahami
sesuatu secara kritis — atau dengan kata lain — lahir dari semangat untuk mempertanyakan
kembali bukti-bukti empiris yang diterima.

Anda mungkin juga menyukai