Merupakan teori yang menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori kritis kental dengan pembelaan terhadap kalangan lemah. 2. Tujuan Teori Kritis Menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Inti dari teori ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari konsensus dan mengutamakan keseimbangan. Meskipun terdapat beberapa ilmu sosial kritis, menurut Sendjaja (1994 :392) semuanya memiliki 3 asusmsi dasar yang sama. Menggunakan prinsip-prinsip dasar Menggunakan prinsip prinsip dasar ilmu sosial interpretif, yaitu bahwa ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Pendekatan ini mengkaji kondisi kondisi sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur struktur yang seringkali tersembunyi. Kebanyakan teori teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas. Aliran Kritis lebih memusatkan perhatiannya pada siapa yang mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaannya maupun untuk merepresif pihak-pihak yang menentangnya. Aliran Kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi manusia, khususnya teori-teori komunikasi massa, tidak mungkin akan dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teori-teori tentang masyarakat. Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial. Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan. Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur- stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik. 3. Asumsi Teori Komunikasi Kritis Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan demikian fungsi teori ini adalah emansipatoris. Ciri teori ini adalah : Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah. Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Teori kritis harus selalu melayani transformasi praktis masyarakat. 4. Teori teori Komunikasi Kritis 1. Teori Marxism Marx mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat (kesadaran) masyarakat; sehingga dalam pandangan Marx, ekonomi adalah dasar (basis) dari semua struktur sosial. Dalam sistem yang kapitalistis, produksi dikendalikan oleh keuntungan (profit drives production), sebuah proses yang pada akhirnya akan menindas buruh atau kelas pekerja, karena dengan ini pandangan ini pengusaha akan berusaha memaksimalisasi keuntungan dengan mengurangi biaya produksi, termasuk menggaji buruh dengan uah yang sangat rendah. Hanya ketika kelas pekerja bangkit melawan kelompok dominan (kelompok kapitalis) yang dapat mengubah sarana produksi dan pembebasan pekerja dapat dicapai. Dalam pandangan Marx, para buruh dapat bebas hanya jika penguasaan terhadap alat-alat produksi dihapuskan, inilah yang mendasari dari pandangan utopis Marx mengenai sebuah masyarakat tanpa kelas, dimana semua alat-alat produksi dimiliki secara bersama-sama. Teori Marxis klasik ini lebih jauh disebut kritik ekonomi politik. Ketertarikan terhadap bahasa tetap menjadi sangat penting bagi teori kritis. Dalam Marxisme, praktek komunikasi dipandang sebagai hasil dari ketegangan (tension) antara kreativitas individu dan kendala sosial pada kreativitas itu. Pembebasan akan terjadi hanya ketika setiap orang benar-benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan kejernihan dan akal sehat. Inilah yang menjadi tugas dari teori kritis, yaitu bagaimana menciptakan bentuk-bentuk baru dari bahasa (diskursus) yang akan memungkinkan ideologi dari kelompok marjinal dapat mencuat kepermukaan dan dapat didengar untuk kepentingan pembebasan. Dalam catatan Everet M. Rogers, sebagaimana dikutip Stephen W. Littlejohn dalam Theories of Human Communication, pada abad ke-20 ajaran Karl Marx telah memengaruhi hampir semuacabang ilmu sosial, meliputi sosiologi, pilitik, ekonomi, sejarah, filsafat dan termasuk didalamnya ilmu komunikasi. 2. Frankfurt School Frankfurt School merupakan istilah populer untuk menyebut kelompok cendekiawan yang terhimpun dalam Frankfurt Institute of Sosial Reaseach yang berpusat di Universitas Frankfurt Jerman. Lembaga ini didirikan oleh Felix J. Weil pada tanggal 3 Februari 1923. Di antara mereka yang terkenal adalah Max Hokheimer, Theodore Adorno, Herbert Marcuse dan yang paling kontemporer adalah Habermas. Mazhab Frankfurt menolak pandangan Marxisme yang terlalu menekankan pada determinisme ekonomi. Karena pandangan determinisme ekonomi berangkat dari asumsi pemikiran positivistik yang menganggap bahwa metode ilmu alam dan prinsip ilmu alam dapat diterapkan dengan tepat pada bidang ilmu pengetahuan sosial budaya. Mazhab Franfurt ingin melepaskan kehidupan dari model cara berfikir positivisme (rasionalitas instrumental) dimana terjadi penjajahan dunia kehidupan (labenswelt) oleh sistem. Mereka berkeyakinan bahwa ramalan Marx tentang akan hancurnya sistem kapitalisme tidak akan terbukti. Karena kapitalisme telah mengkonsolidasikan dan mengembangkan mekanisme efektif seperti pemenuhan hak hak pekerja secara proposional, sehingga revolusi sosial yang akan menghancurkan kapitalisme tidak akan terjadi. Bentuk penindasannya pun tidak dengan cara fisik, melainkan sangat halus sehingga kaum pekerja menganggapnya sebagai sesuatu yang normal. Jürgen Habermas beralih ke paradigma komunikasi dengan mengintegrasikan linguistic- analysisdalam Teori Kritis. Komunikasi adalah titik tolak fundamental Habermas untuk mengatasi kemandekan Teori Kritis para pendahulunya. Kegagalan para pendahulunya adalah karena teori kritis yang dilandasi rasio kritis akhirnya berubah menjadi mitos atau ideologi baru. Emansipasi yang diperjuangkan mereka hanya menjadi mitos yang tak kunjung selesai. Dalam The Theory of Communicative Action, Habermas menyebut empat macam klaim untuk mencapai consensus dalam komunikasi: Klaim kebenaran (claim of truth) yaitu ketika kita sepakat kepada dunia alamiah dan objektif. Klaim ketepatan (claim of rigtness), kala kita sepakat pada pelaksanaan norma-norma dalam kehidupan sosial. Klaim kejujuran (claim of sincerity) yaitu kalau kita sepakat tentang kesesuaian antara bathiniah dengan ekspresi seseorang. Klaim komprehensibilitas (claim of comprehensibility) jika kita sepakat dan mampumenjelaskan ketiga klaim sebelumnya. 3. Teori Feminist Teori feminist merupakan perpanjangan dari feminisme ke teori, atau filsafat wacana, bertujuan untuk memahami sifat ketidaksetaraan gender. Berawal dari Edwin & Shirley Ardener, antropologis sosial Oxford University, yang melihat bahwa ternyata para antropolog melakukan penelitiannya dengan lebih banyak berbicara dan bertanya kepada kalangan laki-laki dewasa pada suatu budaya tertentu untuk kemudian mencatatnya dalam etnografi. Ardener awalnya berasumsi bahwa kurangnya perhatian terhadap pengalaman perempuan adalah sebuah masalah gender yang unik pada antropologi sosial. Tetapi hal ini kemudian ditelusuri lebih lanjut oleh rekan kerjanya, Shirley Ardener, yang menyadari bahwa kebungkaman kelompok yang kurang kekuasaan menimpa kelompok- kelompok yang menempati tempat yang paling akhir dari tingkatan masyarakat. Orang-orang yang hanya memiliki kekuasaan yang rendah bermasalah dengan persoalan menyuarakan persepsi-persepsi mereka. Teori kelompok yang dibungkam ini lalu dikembangkan secara lebih lengkap oleh Cheris Kramarae. Kramarae adalah profesor speech communication dan sosiolog di Universitas Illinois. Kramarae (1981) merancang 3 asumsi yang berpusat pada sajian feminisnya dari teori kelompok yang dibungkam, yaitu : 1. Perempuan merasakan dunia yang berbeda dengan laki laki, karena perempuan dan laki laki memiliki pengalaman yang sangat berbeda. Pengalaman yang berbeda ini berakar pada divisi kerja masyarakat. 2. Karena laki laki merupakan kelompok yang dominan di masyarakat, sistem persepsi mereka juga dominan. Dominasi ini menghalangi kebebasan ekspresi dari dunia model alternatif perempuan. 3. Sehingga, agar berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus mentransformasi modelnya dalam term sistem ekspresi yang dominan tersebut.