AFORISME SEBAGAI GAYA BERFILSAFAT ▪ AFORISME = Menjelaskan dengan kalimat-kalimat/narasi, juga dengan perumpamaan-perumpamaan dan cerita pendek. ▪ Dampaknya = Maksudnya tidak mudah ditebak, tidak membentuk sistem, bahkan kadang terasa kontradiksi ▪ Alasan: Nietzsche menolak sistem (sebuah sistem harus didasarkan kepada premis- premis, premis-premis itu berarti tak boleh dipersoalkan, sehingga asumsi-asumsi sang filosof dianggap benar begitu saja, berarti sang filosof memperbodoh dirinya dan orang lain) ▪ Nietzsche juga menggunakan asumsi-asumsi, namun tidak untuk menggiring pembacanya kepada satu kesimpulan, namun untuk mengajaknya mencari, menyelami asumsi-asumsi tersembunyi dari satu gagasan, termasuk pikirannya sendiri ▪ Mode berpikir Nietzsche sering disebut hermeneutics of suspicious Banyak filosof yang melihat hidup ini sebagai tragis, berbahaya dan mengerikan (misalnya Schopenhauer yang sangat mempengaruhi Nietzsche)_lalu banyak diantaranya yang MENG-IYA-KAN cenderung menolak kehidupan atau HIDUP menarik diri darinya. Nietzsche sebaliknya: ia menerima kehidupan ini; ia termasyhur sebagai seorang filosof dengan visi “Ja-Sagen” (mengatakan “ya” terhadap kehidupan) MENTALITAS DIONYSIAN MENTALITAS APOLLONIAN
Dionysos = Dewa anggur dan mabuk, simbol dari pengakuan kehidupan
sekarang dan disini yang selalu mengalir. Simbol dari pendobrakan atas segala batas dan kekurangan__mentalitas kebudayaan Yunani yang cenderung melampaui segala aturan atau norma, bebas mengikuti dorongan hidup__inilah manifestasi “Ja-Sagen” Apollo = Dewa matahari dan ilmu kedokteran. Lambang kebersahajaan dan pengendalian diri. Mentalitas Yunani yang cenderung kepada keseimbangan, tata tertib, pengendalian diri. Berfungsi mengendalikan mentalitas Dionysian. Menurut Nietzsche = sebelum Socrates, ada perpaduan ideal antara dua mentalitas ini. Setelah kedatangan Socrates, Plato, Aristoteles, semangat asli kebudayaan Yunani diganti dengan “dialektika”, padahal semangat dialektika adalah semangat menghancurkan naluri demi rasionalitas universal, semangat dominasi kerumunan atas bibit-bibit unggul kebudayaan, semangat absolutisme moral. HORISON MORAL • Setiap masyarakat memiliki horison moral –Horison yang dimaksud adalah panduan-panduan tentang bagaimana kita harus hidup serta apa yang benar/salah secara moral • Ternyata “Orang-orang besar”-lah yang menciptakan horison tersebut –Plato, Locke, Hegel, Buddha, Jefferson, atau Jesus –Masyarakat meyakini bahwa horison-horison tersebut “ditemukan, tidak diciptakan HORISON ITU HANYA PERSPEKTIF • Semua horison moral (termasuk agama) itu “kreasi manusia” yang selalu berubah, tidak absolut. • Tidak ada kebenaran diluar manusia dan masyarakat • Hidup tidak memiliki makna sebelum kita memberinya makna • Ada banyak perspektif yang bisa dipakai dalam hal moralitas • Setiap perspektif itu terbatas dan tidak komplet GENEALOGI MORAL Genealogi: penyingkapan kedok nafsu-nafsu, kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, dan harapan-harapan yang terungkap dalam sebuah pandangan tertentu mengenai dunia, termasuk dalam moralitas. Moralitas: semacam bahasa isyarat dari emosi- emosi; yang diwakili oleh bahasa isyarat tersebut adalah rasionalitas, obyektifitas atau universalitas pandangan tertentu, padahal semua itu hanya menunjukkan sudut pandang terbatas dari penganutnya. Moralitas Tuan (Herdenmoral) = ungkapan hormat dan penghargaan terhadap diri mereka sendiri. Mereka sangat yakin bahwa segala tindakannya adalah baik. Moralitas ini tidak menunjukkan bagaimana seharusnya seseorang bertindak, namun bagaimana tuan itu senyatanya bertindak_baik/buruk itu tidak tergantung perbuatannya, namun tergantung pribadi yang melakukannya. Moralitas Budak (Herrenmoral) = tidak pernah berbuat dari diri mereka sendiri, sebab tergantung pada perintah tuannya. Yang dianggap baik adalah simpati, kelemah-lembutan, kerendahan hati, sesuai kasta mereka. Kaum budak biasanya memandang tuannya (individu yang independen, unggul, kuat, jenius) sebagai yang berbahaya dan jahat untuk kelompoknya. Moralitas ini bersifat reaktif, yakni bersumber dari ketakutan pada tuannya, lalu mencoba menguasai tuannya, tidak dalam kenyataan, melainkan dalam dunia fiktif nili-nilai dengan menilainya sebagai ‘jahat’, dari sinilah muncul ‘transvaluasi nilai’. TRANSVALUASI NILAI • Penjungkirbalikan nilai terjadi karena “ressentiment” yaitu sentimen kebencian terpendam yang dipelihara oleh kaum budak yang kemudian menghasilkan kekuatan kreatif yang menghasilkan nilai-nilai dan menjungkirbalikkan penilaian baik- buruk dari moralitas tuan. • Penjungkirbalikan nilai adalah “balas-dendam” imajiner, sebab sesudah peristiwa tersebut semua yang rendah, lemah, menderita, malah disebut “baik”, sedangkan yang agung, berdaulat, bagus malah disebut “jahat”. TRANSVALUASI NILAI • Akhirnya terjadi pembalikan, kalau selama ini tuan mengarahkan kekuasaannya keluar, kepada budaknya, kini budak menemukan apa yang disebut sebagai “suara hati” atau subyektivisme moral. • Bagi Nietzsche pelarian kepada “suara hati” itu sebentuk pelampiasan setelah gagal melampiaskan “ressentiment kepada para tuan. Dengan adanya subyektivisme moral ini manusia menjadi makhluk setengah hewan yang menyiksa dirinya sendiri, seperti binatang laut yang hidup di darat. • Naluri-naluri kemanusiaan yang sejati kemudian “ditangguhkan” TRANSVALUASI NILAI • Mengapa model moralitas “budak” ini bisa bertahan dan bahkan dominan? • Karena institusi-instit sifat seperti rendah hatiusi sosial-budaya termasuk agama menyediakan fiksi-fiksi. Dengan menyatakan keutamaan-keutamaan, seperti kerendahan hati, manusia sudah merasa bertindak kuat seperti kaum ningrat. Akhirnya manusia tidak berani melampiaskan hasrat kemanusiaan sejatinya: “kehendak untuk berkuasa”. KEHENDAK UNTUK BERKUASA
◦ Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan
yang berasal dari setiap orang untuk berkreasi, mencapai kebesaran dan kemudian memperolah kekuasaan. ◦ Selama berabad-abad, dorongan ini ditekan dan disingkirkan oleh agama dan sistem moralitas massa. ◦ Sebenarnya setiap batin manusia menuntut untuk lebih menonjol diatas massa (semua orang) dan menguasai segalanya. KEHENDAK UNTUK BERKUASA “Dunia ini adalah kehendak untuk berkuasa, dan tak lebih dari itu! Dan anda sendiri pun adalah kehendak untuk berkuasa, dan tak lebih dari itu.” Kehendak untuk berkuasa adalah daya hidup paling primordial dalam diri manusia. Pengetahuan pun bekerja sebagai instrumen kekuasaan. Kehendak untuk mengetahui sesuatu bergantug pada kehendak untuk mengeasai. Tujuan pengetahuan itu bukan menangkap kebenaran tertentu, melainkan untuk menundukkan sesuatu. Setiap pengetahuan tergantung kebutuhan kita, termasuk kebutuhan akan obyektifitas. Tidak ada kebenaran obyektif, kebenaran bersifat perspektival, tergantung perspektif penafsirnya, dan perspektif penafsir adalah kehendaknya untuk berkuasa. UBERMENSCH / SUPERMAN Tujuan kebudayaan bukan kemanusiaa, namun ubermensch (Superman) Superman: Vital, teguh, terampil, bebas, berdaulat, ningrat, sedikit Manusia kawanan: lemah, pengecut, budak, tunduk, setia kawan, terlalu banyak
Superman bebas namun tidak immoral; hanya saja mereka mampu
menciptakan nilai-nilai sendiri__setelah sebelumnya mampu melakukan transvaluasi nilai sebagaimana sebelumnya dilakukan oleh para budak. Mereka adalah yang melakukan Ja-Sagen, mengakui dirinya dan tidak menutupinya dengan kedok, representasi dari mentalitas Dionysos. Gambaran (meskipun kurang pas menurut Nietzsche sendiri): perpaduan antara Napoleon dan Goethe atau antara Julius Caesar dan Yesus. UBERMENSCH/SUPERMAN Siapa mereka? Gabungan antara seniman, filosof dan orang suci Ia adalah orang yang mampu melihat kemungkinan-kemungkinan dalam horison yang hilang Ia mengikuti will to power-nya dan bebas mengekspresikan dirinya Tidak semua Superman itu sama Mereka ini benar sesuai diri mereka masing-masing karena memiliki jalan sendiri-sendiri Mereka keluar dari masyarakat—bukannya memimpin, karena memimpin berarti: 1) terpaksa mengurusi yang lain lagi, 2) beresiko membuat diri jadi Tuhan baru, 3) bisa menghalangi yang lain untuk menjadi superman baru Apa yang harus dilakukan seorang Superman? Nietzsche tidak akan menjawabnya, karena kalau ia menjawab kita akan meniru/mengikutinya—dan bukan kehendak kita sendiri. KEMBALINYA YANG SAMA SECARA ABADI
• Dunia ini, baik-buruknya, luhur-nistanya, agung-kerdilnya,
akan hancur dan kemudian akan muncul kembali dengan segala detilnya, persis sama berkali-kali sampai tak terhingga. • Memuakkan, namun “Ja-Sagen”, diterima saja. • Berarti: penolakan terhadap transendensi; segalanya adalah immanensi; 1) tidak ada Tuhan Sang pencipta, tidak ada Sein kreatif diluar dunia ini; 2) tidak ada yang melampui dunia ini, seperti akhirat. • Bukti paling jelas: teori kekekalan energi. KEMATIAN TUHAN “Tuhan sudah mati, dan kita telah membunuhnya...” Tuhan mati saat manusia sadar ternyata mereka-lah yang “menciptakan” Tuhan, bukan sebaliknya Dengan matinya Tuhan, mati pula ide-ide dan kebenaran-kebenaran universal Bagaimana Tuhan mati? Kitalah yang membunuhnya; (pencerahan kita dan sains kita yang mampu menjelaskan segalanya yang membunuhnya) Dengan kematian Allah, terbukalah horison seluas-luasnya bagi segala energi kreatif untuk berkembang; tidak ada lagi kecengengan transendental. Tidak ada lagi manusia pengecut yang melarikan diri dari dunianya dengan berlindung dibawah naungan Allah NIHILISME • Kematian Tuhan: • Kemerdekaan mutlak • Kehilangan arah, kesepian, sendirian__inilah nihilisme • Nihilisme: keadaan tanpa makna, hilangnya kepercayaan akan nilai-nilai yang berlaku. • Ada dua macam nihilisme: • Nihilisme pasif: persetujuan yang bersifat pesimistis bahwa nilai-nilai itu tidak ada dan hidup ini tanpa tujuan. Mereka ini sebenarnya merindukan makna dan moralitas, namun tak sanggup menemukannya. • Nihilisme aktif: setuju terhadap hilangnya nilai dan makna, namun itu berarti kemenangan dan pembebasan, lalu melahirkan nilai-nilai baru yang diciptakan sendiri. • Nietzsche membenci Christianity (agama) • Ia hanya konstruksi sosial, namun masyarakat secara membuta mengikutinya seolah itu adalah kebenaran sejati • Membuat orang menjadi pasif, hanya ikut saja apa “kata Tuhan”, bukan the Will to Power mereka • Saat terancam/takut, orang dipaksa untuk menghindkan diri dan bukan kebanggaan diri, kesetaraan dan bukan kemandirian, kepengecutan dan bukan keagresifan, dan “yang lain” bukan diri sendiri • Ia juga membenci Demokrasi, Socialisma, Komunisme • Ideologi-ideologi tersebut membuat orang-orang idiot yang menjalankan sistemnya • Semuanya didasarkan kepada kesetaraan, meskipun jelas tidak setara—karena pasti ada beberapa orang yang lebih unggul • Masyarakat yang lemah selalu saja menang sementara sedikit orang jenius yang kuat dipaksa untuk menyesuaikan diri • Nietzsche telah memberi kita kebenaran “yang lain”
• Nietzsche telah memberi kita ide-ide radikal yang baru:
– Perspectivism – Menggugat moralitas budak dengan kriteria “baik” dan “buruk” -nya – Menikmati Hidup dan bebas dari dunia tanpa makna
• Nietzsche mengingatkan kita...
– Kita habiskan sebagian besar waktu kita tanpa melakukan apa-apa—kita bangun, bekerja, tidur, bangun, bekerja, tidur... – Ikutilah“Will To Power”—berpikirlah “diluar kotak” – Jangan jadi bagian dari kerumunan—tunjukkan dirimu dalam sejarah !