Anda di halaman 1dari 21

EKSISTENSIALISME 3:

FRIEDRICH WILHELM NIETZSCHE


AFORISME SEBAGAI GAYA BERFILSAFAT
▪ AFORISME = Menjelaskan dengan kalimat-kalimat/narasi, juga dengan
perumpamaan-perumpamaan dan cerita pendek.
▪ Dampaknya = Maksudnya tidak mudah ditebak, tidak membentuk sistem, bahkan
kadang terasa kontradiksi
▪ Alasan: Nietzsche menolak sistem (sebuah sistem harus didasarkan kepada premis-
premis, premis-premis itu berarti tak boleh dipersoalkan, sehingga asumsi-asumsi
sang filosof dianggap benar begitu saja, berarti sang filosof memperbodoh dirinya
dan orang lain)
▪ Nietzsche juga menggunakan asumsi-asumsi, namun tidak untuk menggiring
pembacanya kepada satu kesimpulan, namun untuk mengajaknya mencari,
menyelami asumsi-asumsi tersembunyi dari satu gagasan, termasuk pikirannya
sendiri
▪ Mode berpikir Nietzsche sering disebut hermeneutics of suspicious
Banyak filosof yang melihat hidup ini
sebagai tragis, berbahaya dan
mengerikan (misalnya Schopenhauer
yang sangat mempengaruhi
Nietzsche)_lalu banyak diantaranya yang
MENG-IYA-KAN cenderung menolak kehidupan atau
HIDUP menarik diri darinya.
Nietzsche sebaliknya: ia menerima
kehidupan ini; ia termasyhur sebagai
seorang filosof dengan visi “Ja-Sagen”
(mengatakan “ya” terhadap kehidupan)
MENTALITAS DIONYSIAN
MENTALITAS APOLLONIAN

 Dionysos = Dewa anggur dan mabuk, simbol dari pengakuan kehidupan


sekarang dan disini yang selalu mengalir. Simbol dari pendobrakan atas
segala batas dan kekurangan__mentalitas kebudayaan Yunani yang
cenderung melampaui segala aturan atau norma, bebas mengikuti
dorongan hidup__inilah manifestasi “Ja-Sagen”
 Apollo = Dewa matahari dan ilmu kedokteran. Lambang kebersahajaan dan
pengendalian diri. Mentalitas Yunani yang cenderung kepada
keseimbangan, tata tertib, pengendalian diri. Berfungsi mengendalikan
mentalitas Dionysian.
 Menurut Nietzsche = sebelum Socrates, ada perpaduan ideal antara dua
mentalitas ini. Setelah kedatangan Socrates, Plato, Aristoteles, semangat asli
kebudayaan Yunani diganti dengan “dialektika”, padahal semangat
dialektika adalah semangat menghancurkan naluri demi rasionalitas
universal, semangat dominasi kerumunan atas bibit-bibit unggul
kebudayaan, semangat absolutisme moral.
HORISON MORAL
• Setiap masyarakat memiliki horison moral
–Horison yang dimaksud adalah panduan-panduan
tentang bagaimana kita harus hidup serta apa
yang benar/salah secara moral
• Ternyata “Orang-orang besar”-lah yang
menciptakan horison tersebut
–Plato, Locke, Hegel, Buddha, Jefferson, atau Jesus
–Masyarakat meyakini bahwa horison-horison
tersebut “ditemukan, tidak diciptakan
HORISON ITU HANYA PERSPEKTIF
• Semua horison moral (termasuk agama) itu
“kreasi manusia” yang selalu berubah, tidak
absolut.
• Tidak ada kebenaran diluar manusia dan masyarakat
• Hidup tidak memiliki makna sebelum kita
memberinya makna
• Ada banyak perspektif yang bisa dipakai dalam hal
moralitas
• Setiap perspektif itu terbatas dan tidak komplet
GENEALOGI MORAL
 Genealogi: penyingkapan kedok nafsu-nafsu,
kebutuhan-kebutuhan, ketakutan-ketakutan, dan
harapan-harapan yang terungkap dalam sebuah
pandangan tertentu mengenai dunia, termasuk
dalam moralitas.
 Moralitas: semacam bahasa isyarat dari emosi-
emosi; yang diwakili oleh bahasa isyarat tersebut
adalah rasionalitas, obyektifitas atau universalitas
pandangan tertentu, padahal semua itu hanya
menunjukkan sudut pandang terbatas dari
penganutnya.
 Moralitas Tuan (Herdenmoral) = ungkapan hormat dan
penghargaan terhadap diri mereka sendiri. Mereka sangat
yakin bahwa segala tindakannya adalah baik. Moralitas ini
tidak menunjukkan bagaimana seharusnya seseorang
bertindak, namun bagaimana tuan itu senyatanya
bertindak_baik/buruk itu tidak tergantung perbuatannya,
namun tergantung pribadi yang melakukannya.
 Moralitas Budak (Herrenmoral) = tidak pernah berbuat dari diri
mereka sendiri, sebab tergantung pada perintah tuannya.
Yang dianggap baik adalah simpati, kelemah-lembutan,
kerendahan hati, sesuai kasta mereka.
 Kaum budak biasanya memandang tuannya (individu yang
independen, unggul, kuat, jenius) sebagai yang berbahaya
dan jahat untuk kelompoknya.
 Moralitas ini bersifat reaktif, yakni bersumber dari ketakutan
pada tuannya, lalu mencoba menguasai tuannya, tidak dalam
kenyataan, melainkan dalam dunia fiktif nili-nilai dengan
menilainya sebagai ‘jahat’, dari sinilah muncul ‘transvaluasi
nilai’.
TRANSVALUASI NILAI
• Penjungkirbalikan nilai terjadi karena “ressentiment” yaitu
sentimen kebencian terpendam yang dipelihara oleh kaum
budak yang kemudian menghasilkan kekuatan kreatif yang
menghasilkan nilai-nilai dan menjungkirbalikkan penilaian baik-
buruk dari moralitas tuan.
• Penjungkirbalikan nilai adalah “balas-dendam” imajiner, sebab
sesudah peristiwa tersebut semua yang rendah, lemah,
menderita, malah disebut “baik”, sedangkan yang agung,
berdaulat, bagus malah disebut “jahat”.
TRANSVALUASI NILAI
• Akhirnya terjadi pembalikan, kalau selama ini tuan
mengarahkan kekuasaannya keluar, kepada budaknya, kini
budak menemukan apa yang disebut sebagai “suara hati” atau
subyektivisme moral.
• Bagi Nietzsche pelarian kepada “suara hati” itu sebentuk
pelampiasan setelah gagal melampiaskan “ressentiment
kepada para tuan. Dengan adanya subyektivisme moral ini
manusia menjadi makhluk setengah hewan yang menyiksa
dirinya sendiri, seperti binatang laut yang hidup di darat.
• Naluri-naluri kemanusiaan yang sejati kemudian “ditangguhkan”
TRANSVALUASI NILAI
• Mengapa model moralitas “budak” ini bisa bertahan dan bahkan
dominan?
• Karena institusi-instit sifat seperti rendah hatiusi sosial-budaya
termasuk agama menyediakan fiksi-fiksi. Dengan menyatakan
keutamaan-keutamaan, seperti kerendahan hati, manusia
sudah merasa bertindak kuat seperti kaum ningrat. Akhirnya
manusia tidak berani melampiaskan hasrat kemanusiaan
sejatinya: “kehendak untuk berkuasa”.
KEHENDAK UNTUK BERKUASA

◦ Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan


yang berasal dari setiap orang untuk
berkreasi, mencapai kebesaran dan
kemudian memperolah kekuasaan.
◦ Selama berabad-abad, dorongan ini
ditekan dan disingkirkan oleh agama dan
sistem moralitas massa.
◦ Sebenarnya setiap batin manusia menuntut
untuk lebih menonjol diatas massa (semua
orang) dan menguasai segalanya.
KEHENDAK UNTUK BERKUASA
 “Dunia ini adalah kehendak untuk berkuasa, dan tak lebih
dari itu! Dan anda sendiri pun adalah kehendak untuk
berkuasa, dan tak lebih dari itu.”
 Kehendak untuk berkuasa adalah daya hidup paling
primordial dalam diri manusia.
 Pengetahuan pun bekerja sebagai instrumen kekuasaan.
Kehendak untuk mengetahui sesuatu bergantug pada
kehendak untuk mengeasai. Tujuan pengetahuan itu bukan
menangkap kebenaran tertentu, melainkan untuk
menundukkan sesuatu. Setiap pengetahuan tergantung
kebutuhan kita, termasuk kebutuhan akan obyektifitas. Tidak
ada kebenaran obyektif, kebenaran bersifat perspektival,
tergantung perspektif penafsirnya, dan perspektif penafsir
adalah kehendaknya untuk berkuasa.
UBERMENSCH / SUPERMAN
 Tujuan kebudayaan bukan kemanusiaa, namun ubermensch (Superman)
 Superman: Vital, teguh, terampil, bebas, berdaulat, ningrat, sedikit
 Manusia kawanan: lemah, pengecut, budak, tunduk, setia kawan, terlalu banyak

 Superman bebas namun tidak immoral; hanya saja mereka mampu


menciptakan nilai-nilai sendiri__setelah sebelumnya mampu melakukan
transvaluasi nilai sebagaimana sebelumnya dilakukan oleh para budak.
 Mereka adalah yang melakukan Ja-Sagen, mengakui dirinya dan tidak
menutupinya dengan kedok, representasi dari mentalitas Dionysos.
 Gambaran (meskipun kurang pas menurut Nietzsche sendiri): perpaduan
antara Napoleon dan Goethe atau antara Julius Caesar dan Yesus.
UBERMENSCH/SUPERMAN
 Siapa mereka?
 Gabungan antara seniman, filosof dan orang suci
 Ia adalah orang yang mampu melihat kemungkinan-kemungkinan dalam horison yang
hilang
 Ia mengikuti will to power-nya dan bebas mengekspresikan dirinya
 Tidak semua Superman itu sama
 Mereka ini benar sesuai diri mereka masing-masing karena memiliki jalan sendiri-sendiri
 Mereka keluar dari masyarakat—bukannya memimpin, karena memimpin berarti: 1)
terpaksa mengurusi yang lain lagi, 2) beresiko membuat diri jadi Tuhan baru, 3) bisa
menghalangi yang lain untuk menjadi superman baru
 Apa yang harus dilakukan seorang Superman?
 Nietzsche tidak akan menjawabnya, karena kalau ia menjawab kita akan
meniru/mengikutinya—dan bukan kehendak kita sendiri.
KEMBALINYA YANG SAMA SECARA ABADI

• Dunia ini, baik-buruknya, luhur-nistanya, agung-kerdilnya,


akan hancur dan kemudian akan muncul kembali dengan
segala detilnya, persis sama berkali-kali sampai tak
terhingga.
• Memuakkan, namun “Ja-Sagen”, diterima saja.
• Berarti: penolakan terhadap transendensi; segalanya adalah
immanensi; 1) tidak ada Tuhan Sang pencipta, tidak ada
Sein kreatif diluar dunia ini; 2) tidak ada yang melampui
dunia ini, seperti akhirat.
• Bukti paling jelas: teori kekekalan energi.
KEMATIAN TUHAN
 “Tuhan sudah mati, dan kita telah membunuhnya...”
 Tuhan mati saat manusia sadar ternyata mereka-lah yang
“menciptakan” Tuhan, bukan sebaliknya
 Dengan matinya Tuhan, mati pula ide-ide dan kebenaran-kebenaran
universal
 Bagaimana Tuhan mati? Kitalah yang membunuhnya; (pencerahan kita
dan sains kita yang mampu menjelaskan segalanya yang
membunuhnya)
 Dengan kematian Allah, terbukalah horison seluas-luasnya bagi segala
energi kreatif untuk berkembang; tidak ada lagi kecengengan
transendental.
 Tidak ada lagi manusia pengecut yang melarikan diri dari dunianya
dengan berlindung dibawah naungan Allah
NIHILISME
• Kematian Tuhan:
• Kemerdekaan mutlak
• Kehilangan arah, kesepian, sendirian__inilah nihilisme
• Nihilisme: keadaan tanpa makna, hilangnya kepercayaan akan nilai-nilai
yang berlaku.
• Ada dua macam nihilisme:
• Nihilisme pasif: persetujuan yang bersifat pesimistis bahwa nilai-nilai itu tidak ada
dan hidup ini tanpa tujuan. Mereka ini sebenarnya merindukan makna dan moralitas,
namun tak sanggup menemukannya.
• Nihilisme aktif: setuju terhadap hilangnya nilai dan makna, namun itu berarti
kemenangan dan pembebasan, lalu melahirkan nilai-nilai baru yang diciptakan
sendiri.
• Nietzsche membenci Christianity (agama)
• Ia hanya konstruksi sosial, namun masyarakat secara membuta
mengikutinya seolah itu adalah kebenaran sejati
• Membuat orang menjadi pasif, hanya ikut saja apa “kata Tuhan”,
bukan the Will to Power mereka
• Saat terancam/takut, orang dipaksa untuk menghindkan diri dan
bukan kebanggaan diri, kesetaraan dan bukan kemandirian,
kepengecutan dan bukan keagresifan, dan “yang lain” bukan diri
sendiri
• Ia juga membenci Demokrasi, Socialisma, Komunisme
• Ideologi-ideologi tersebut membuat orang-orang idiot yang
menjalankan sistemnya
• Semuanya didasarkan kepada kesetaraan, meskipun jelas tidak
setara—karena pasti ada beberapa orang yang lebih unggul
• Masyarakat yang lemah selalu saja menang sementara sedikit
orang jenius yang kuat dipaksa untuk menyesuaikan diri
• Nietzsche telah memberi kita kebenaran “yang lain”

• Nietzsche telah memberi kita ide-ide radikal yang baru:


– Perspectivism
– Menggugat moralitas budak dengan kriteria “baik” dan “buruk” -nya
– Menikmati Hidup dan bebas dari dunia tanpa makna

• Nietzsche mengingatkan kita...


– Kita habiskan sebagian besar waktu kita tanpa melakukan apa-apa—kita
bangun, bekerja, tidur, bangun, bekerja, tidur...
– Ikutilah“Will To Power”—berpikirlah “diluar kotak”
– Jangan jadi bagian dari kerumunan—tunjukkan dirimu dalam sejarah !

Anda mungkin juga menyukai