Anda di halaman 1dari 25

IBN THUFAYL:

Hayy Ibn Yaqzan


Fahruddin Faiz
“Suatu Ketika, demikian menurut Salafus Salih –Radiyallahu
Anhum– ada sebuah Pulau di salah satu gugusan kepulauan di
Samudera Hindia. Pulau tersebut berada di bawah garis
khatulistiwa. Di pulau tersebut lahir seorang manusia yang
lahir dan besar tanpa ayah dan ibu…Al-Mas’udi menyebut pulau
tersebut dengan nama pulau wak-wak. Pulau tersebut memiliki
tanah-tanah nan membentang luas dengan suhu udara normal.
Pulau yang memperoleh sinar mentari sangat sempurna.”
Hayy Ibn Yaqzan
• Seorang bayi, Hayy, terlantar di sebuah pulau terpencil;
• Hayy dipelihara seekor kijang, hingga ia dapat belajar
tindak tanduk dan bahasa hewan sekelilingnya. Ia mulai
menutupi tubuhnya, membuat tempat berteduh, dan
mempersenjatai dirinya. Bahkan, ia mulai menyimpan
bahan makanan untuk persiapan.
• Kijang yang memeliharanya mati. Hayy berusaha untuk
mengetahui penyebab kematian kijang ini dan kematian
binatang-binatang yang lainnya. Hasil penyelidikannya
menyimpulkan adanya jiwa (roh) yang merupakan daya
sentral dan bersifat immateri. Jiwa tersebut berfungsi
sebagai penggerak jasad binatang-binatang.
3
Hayy Ibn Yaqzan
• Hayy mulai mengetahui kesatuan dan keberagaman
pada jasad dan jiwa yang telah diamatinya. Pada tahap
ini, ia telah sampai kepada generalisasi dan klasifikasi
berdasarkan kesatuan dan keberagaman itu.
• Hayy melihat ke atas dan memperhatikan benda-benda
langit. Dari pengamatannya itu ia mengetahui
astronomi. Namun, yang lebih penting lagi, dengan
melihat ketertiban dan keteraturan serta pergerakan
dan perubahannya, ia memikirkan kesamaan dengan
bumi atau makhluk bumi dan menyimpulkan kepastian
adanya penggerak tertentu yang sama untuk
semuanya.
4
Hayy Ibn Yaqzan

• Hayy menegaskan ada perbedaan antara jasad yang materi dengan


jiwa yang immateri, di samping manemukan kepastian adanya
penggerak yang disebut wajib al-wujud. Menurutnya asal alam materi
itu tidak mungkin materi lagi, karena jiwa demikian, tentulah ada
rangkaian materi yang tidak pernah berujung (tasalsul). Jadi, asal
pertama ini haruslah immateri dan wajib al-wujud. Jasad itu berbeda
perjalanannya dengan jiwa. Jiwa yang immateri itulah yang dapat
mengetahui wajib al-wujud, dan selalu tunduk kepada-Nya.
• Hayy berkesimpulan bahwa Tuhan itu pasti baik dan bijaksana,
sempurna, penuh rahmat, dan menjadi tujuan setiap manusia.
Karena itu, puncak kebahagiaan menurutnya hanya dapat dicapai bila
seseorang selalu berhubungan jiwanya dengan Tuhan tanpa henti,
selalu merenungkan dan memikirkannya serta melepaskan diri dari
dunia materi.

5
Hayy Ibn Yaqzan
• Hayy berjumpa Absal (seorang Ulama yang suka bertafakkur)
dari pulau terdekat– yang ingin uzlah.
• Absal mengajar Hayy tentang konsepsi Al-Quran mengenai
Tuhan, para malaikatnya, para rasulNya, dan lain sebagainya.
• Hayy menerima penjelasan dan kebenaran Absal karena
secara umum sama dengan hasil refleksinya.
• Hayy mengikuti Absal ke pulaunya untuk mendakwahkan
hasil refleksinya. Di sini mereka bertemu tokoh agama
bernama Salaman.
• Hayy berusaha untuk menjelaskan kepada banyak orang
kebenaran yang ditemukannya; tetapi ternyata tidak mudah
bagi masyarakan umum untuk memahami dan menerima
kebenarannya.
6
“Sekarang, mari dengarkan kata hatimu. Tataplah dengan mata
batinmu, akan apa yang diisyaratkan kepadamu. Barangkali dengan
isyarat tersebut engkau menemukan petunjuk yang dapat
membawamu ke jalan kebenaran. Namun dengan satu syarat; saat
ini jangan memintaku untuk menjelaskan pengalaman tersebut
secara lisan tentang apa yang aku jelaskan dengan tulisan, Karena
kesempatanku untuk menjelaskannya secara lisan sangatlah
terbatas; dan aku tak mampu menjelaskan apa yang terlintas
dalam benak dengan menggunakan kata-kata”

7
PENCARIAN HAYY IBN YAQZAN
◦ Tahap Pertama
◦ Belajar dan menelaah melalui observasi dan telaah realitas; dari particular, menuju
universal (Sampai umur 21)
◦ Tahap Kedua
◦ Dari observable world menuju intelligible world; dari matter menuju form dan dari
substansi menuju esensi, sampai menemukan the unity of the Whole... (Antara Umur 21-
35)
◦ Tahap Ketiga
◦ Melampaui observable dan intelligible worlds; Mencari esensi Ketuhanan... Mencari
kebenaran dan kebahagiaan sejati; meniru: kehidupan binatang, benda-benda angkasa,
dan Necessary Being... (Umur 35-49)
◦ Tahap Keempat
◦ Pasca pencerahan: Bertemu Absal, Bermaksud mencerahkan umat, Kembali ke Pulau
PROSES PENCERAHAN HAYY IBN
YAQZAN
• PERTAMA: Membatasi diri, mengambil dunia hanya sekadar kebutuhan minimal; hanya
memakan secukupnya saja untuk menghilangkan rasa lapar. Tidak lebih dari itu.
• KEDUA: Melakukan penyerupaan benda-benda langit. Hayy berlari-lari mengelilingi pulau
tempat ia tinggal seperti gerakan planet-planet berevolusi. Setelah itu ia berputar-putar
mengelilingi dirinya mengeikuti rotasi planet. Ia terus menerus berputar hingga pingsan.
• KETIGA: Hayy membersihkan tubuhnya setelah ia melihat bintang-bintang dan planet yang
bercahaya. Ketika ia menyadari hal tersebut, ia senantiasa memikirkan Yang Harus Ada terus
menerus dan memutuskan hubungannya dengan alam semesta. Ia pejamkan matanya, ia
tulikan pendengarannya. Ia halangi dirinya mengikuti khayalan-khayalan dan berusaha
meninggalkan segala sesuatu yang bukan Yang Harus Ada dengan cara berputar secara cepat.
Ketika ia berputar secara cepat seluruh benda di alam semesta seolah tiada. Khayalannya
menjadi lemah, ia bersihkan akal pikirannya dari aib serta kotoran hingga ia dapat merasakan
bermusyahadah langsung dengan Yang Harus Ada tersebut. Ketika ia bermusyahadah, Hayy
menyaksikan hal yang tak dapat ia lihat dengan mata, tak dapat didengar dengan telinga dan
tak terlintas di benak manusia. Pada saat bermusyahadah ia merasa dzatnya adalah Dzat Allah.
Dirinya telah sirna menyatu dengan Dzat Allah.
KESIMPULAN ABSAL
“Apa yang disampaikan Hayy sesuai dengan apa yang ia pikirkan dan
ketahui dari nash-nash ajaran agama. Tidak ada lagi ajaran agama yang
musykil baginya, Karena yang selama ini ia anggap musykil telah
dijelaskan Hayy. Semua yang selama ini tertutup menjadi terbuka.
Semua yang rumit menjadi jelas. Di matanya, Hayy adalah seorang Ulul
Albab. Ia pandangi Hayy dengan pandangan kagum dan memuliakan. Ia
yakin kalau Hayy adalah bagian dari wali-wali Allah yang disebutkan
dalam nash: “La Khaufun Alaihim wa la Hum Yahzanun”. Ia memutuskan
untuk tetap melayani Hayy dan mengikuti apa yang ia kerjakan”
KEHERANAN HAYY
“Ia laksanakan ajaran-ajaran agama itu sepenuh jiwa raga, sebagai suatu
ketaatan atas kebenaran perintah. Namun ada dua pertanyaan dalam
pikirannya yang belum mendapat jawaban:
Pertama, mengapa para Rasul dalam menjelaskan tentang alam ilahi dan alam
mukasyafah menggunakan perumpamaan-perumpamaan? Dan perumpamaan-
perumpamaan tersebut bisa membuat manusia tergelincir dan salah dalam
memahami hakikat alam ilahi.
Kedua, mengapa para Nabi dan Rasul mencukupkan dengan perintah-perintah
dan tugas-tugas ibadah ini? Mengapa mereka memperbolehkan umatnya
mencari dan mengumpulkan harta?...hingga membuat sebagia besar manusia
disibukkan oleh urusan batil yang memalingkan mereka dari Al-Haqq”
ROMAN HAYY IBN YAQZAN: INTISARI
1
• Urutan-urutan pengetahuan yang ditempuh oleh
akal, yang dimulai dari obyek inderawi yang khusus
hingga kepada pemikiran Universal.
• Manusia dapat mengetahui wujud Tuhan lewat akal
tanpa pengajaran dan petunjuk, yaitu pengetahuan
lewat perantaraan tanda-tanda-Nya pada makhluk-
Nya.
• Akal manusia tidak mampu menmengungkapkan
dalil-dali pemikiran yang berhubungan dengan ke-
Azali-an Mutlak, qadim, hudus, ke-akhir-an zaman
ROMAN HAYY IBN YAQZAN: INTISARI
2
• Manusia dengan akalnya dapat mengetahui dasar-
dasar akhlak yang bersifat amaliyah dan sosial.
• Pengetahuan Akal yang sehat terhadap kebenaran,
kebaikan dan keindahan dan Perintah Syariat Islam
keduanya dapat dipertemukan tanpa harus
diperselisihkan lagi.
• Pokok dari semua hikmah adalah apa yang telah
ditetapkan oleh Syara’, yaitu dengan mengarahkan
manusia berdasarkan kesanggupan akal masyarakat.
EPISTEMOLOGI
• Tahap pertama jiwa bukanlah suatu tabularasa atau papan tulis kosong.
Gambaran Tuhan telah tersirat di dalamnya sejak awal, tapi untuk
menjadikannya tampak nyata, kita perlu memulai dengan pikiran yang
jernih tanpa prasangka.
• Pendidikan indra dan akal diperlukan untuk mendapatkan visi semacam itu.
Kesesuaian antara pengalaman dan nalar, disatu pihak, dan kesesuaan
antara nalar dan intuisi.
• Dalam taraf selanjutnya, kebenaran tidak lagi dicapai lewat proses deduksi
atau induksi, tapi dapat dilihat secara langsung dan intiutif lewat cahaya
yang ada didalamnya. Jiwa menjadi sadar diri dan mengalami apa yang tak
pernah dilihat mata atau didengar telinga atau dirasa hati orang manapun.
PERKEMBANGAN AKAL MENUJU
KEBENARAN
 Memperhatikan perkembangan alam ini, bahwa tiap-tiap kejadian mesti
ada yang menyebabkannya.
 Memikirkan peredaran benda-benda besar  di langit seperti bulan, bintang
dan matahari.
 Memikirkan bahwa puncak kebahagiaan seseorang itu ialah
mempersaksikan adanya wajibul wujud yang Maha Esa.
 Memikirkan bahwa manusia ini adalah sebagian saja dari makhluk hewani,
tetapi dijadikan Tuhan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih tinggi
dan utama daripada hewan.
 Memikirkan bahwa kebahagiaan manusia dan keselamatannya dari
kebinasaan hanyalah terdapat pada pengekalan penyaksiannya terhadap
Tuhan.
 Mengakui bahwa manusia dan alam makhluk ini fana dan semua kembali
AKAL DAN WAHYU
 Disamping akal, wahyu juga bisa dipakai sebagai satu cara untuk mencapai
pengetahuan akan kebenaran. Dalam kitab suci inilah terkandung kebenaran,
baik tentang Tuhan, manusia ataupun tentang dunia.
 Seorang filosof tidak harus memakai wahyu untuk mencapai hikmah-hikmah
falsafati, bahkan lebih jauh wahyu bisa dijadikan bahan penelitian atau kajian
seorang filosof. Hal ini tergambar dari kepergian Hayy ke pulau tempat Absal
dan Salman tinggal untuk mempelajari bagaimana mereka menjalankan isi
yang dibawa oleh wahyu.
 Meskipun pada hakikatnya apa yang dicapai oleh akal dan wahyu itu sama,
namun Nabi sebagai pembawa wahyu menyampaikannya tidak sebagaimana
adanya. Nabi menyampaikan wahyu melalui simbol-simbol, perumpamaan-
perumpamaan, metafor-metafor ataupun gambaran-gambaran. Hal ini
tujuannya adalah untuk menyesuaikan dengan kemampuan akal atau daya
tangkap sebagian besar manusia yang masih rendah.
PENDAYAGUNAAN AKAL
• Mereka yang hidupnya ditujukan untuk selalu
mencari kebenaran-kebenaran yang sesungguhnya
dan mampu mencapainya (Hayy)
• Mereka yang dengan cara menginterpretasikan
wahyu mampu memahami makna kebenaran
yang terkandung di dalamnya (Absal)
• Mereka yang hanya mampu berpegang kepada
makna literal dari wahyu (Salman).
JIWA
 JIWA: jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabatiyyat), jiwa hewan
(al-nafs al-hayawaniyyat), jiwa manusia (al–nafs al-
natiqat).
 KEADAAN jiwa :
 Jiwa yang sebelum mengalami kematian jasad telah mengenal
Allah, mengagumi kebesaran dan keagunganNya dan selalu ingat
kepadaNya, maka jiwa seperti ini akan kekal dalam kebahagiaan.
 Jiwa yang telah mengenal Allah tetapi melakukan maksiat dan
melupakan Allah, jiwa seperti ini akan abadi dalam kesengsaraan.
 Jiwa yang tidak pernah mengenal Allah dalam hidupnya, jiwa ini
akan berakhir seperti hewan.
ETIKA
Manusia: tubuh, jiwa hewani dan esensi
non-bendawi, (binatang, benda angkasa
dan Tuhan).
Karena itu pendakian jiwanya terletak
pada pemuasan ketiga aspek sifatnya,
Dengan cara meniru tindakan-tindakan
hewan, benda-benda angkasa dan
Tuhan.
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
GERAK
 Gerak alam ini menjadi bukti tentang Adanya Allah, baik bagi
orang yang meyakini alam baharu maupun bagi orang yang
meyakini alam qadim.
 Bagi orang yang meyakini alam baharu ( hadits ), berarti alam
ini sebelumnya tidak ada, kemudian menjadi ada. Untuk
menjadi ada mustahil dirinya sendiri mengadakan. Oleh karena
itu, mesti ada penciptanya. Sementara itu, bagi orang yang
meyakini alam kadim, Adanya gerak ini menunjukkan secara
pasti adanya penggerak (Allah), penggerak ini berfungsi
mengubah materi di alam dari potensial ke aktual, arti kata
mengubah satu bentuk ada kepada bentuk ada yang lain.
“Alam dan seisinya ada setelah adanya Fail. Substansi alam ada setelah
adanya Sang Fail. Lebih Akhir jika dibandingkan Fail, meski dari segi
waktu ia tidak lebih akhir dari Fail. Seperti jika engkau menggenggam
sebuah benda, setelah itu gerakkanlah tanganmu. Benda yang ada dalam
genggamanmu akan bergerak mengikuti gerakan tanganmu. Gerakan
benda yang ada dalam genggamanmu lebih akhir jika dibandingkan
gerakan tanganmu. Dzat benda yang ada dalam genggaman tanganmu
lebih akhir disbanding Dzat tanganmu, meski dari waktu bergeraknya,
gerakan itu tidak lebih akhir dari gerakan tangan itu sendiri, Karena
benda yang ada dalam genggaman tanganmu bergerak bersama-sama
dengan gerakan tanganmu. Gerakan keduanya dimulai bersama dan
diakhiri secara bersama pula”
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
MATERI DAN BENTUK
 Segala yang ada ini tersusun dari materi dan bentuk.
 Setiap materi membutuhkan bentuk.
 Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak.
 Segala yang ada ( maujud ) untuk bereksistensi membutuhkan pencipta.
 Dengan argumen diatas dapat dibuktikan adanya Allah sebagai
pencipta alam ini. Ia maha kuasa dan bebas memilih serta tidak
berawal dan tidak berakhir.
 Bagi orang yang meyakini alam qadim, pencipta ini berfungsi
mengeksistensikan wujud dari satu bentuk pada bentuk yang lain.
sementara itu, bagi orang yang meyakini alam baharu, pencipta
ini berfungsi menciptakan alam dari tidak ada menjadi ada.
“Setiap materi membutuhkan surah (bentuk), Karena sebuah
benda tidak akan tampak kecuali dengan adanya surah (bentuk)
yang membingkainya. Hakikat benda pun tak akan terbukti
tanpa adanya surah (bentuk). Surah tidak akan ada kecuali
dengan perbuatan yang dilakukan Al-Fail. Maka hakikatnya,
semua benda yang ingin bereksistensi sangat membutuhkan al-
fail. Fail adalah illat bagi semua benda yang ada di alam
semesta.”
MEMBUKTIKAN ALLAH: ARGUMEN
GHAIYYAT DAN INAYAT ILAHIYYAH
 Menurut Ibnu Thufail, alam ini tersusun sangat rapi dan sangat
teratur. Semua planet: matahari, bulan, bintang, dan lainnya
berbeda secara teratur. Begitu juga jenis hewan, semuanya
dilengkapi dengan anggota tubuh yang begitu rupa. Semua
anggota tubuh tersebut mempunyai tujuan-tujuan tertentu
yag sangat efektif kemanfaatannya bagi hewan yang
bersangkutan. Tampaknya, tidak satupn ciptaan Allah ini
dalam keadaan percuma.
 Ilustrasi diatas dapat dijadikan bukti bahwa terciptanya
kerapian alam ini berdasarkan rahman dan rahim  Allah SWT.
“Ia memperhatikan semua jenis hewan. Bagaimana caranya “Ia
memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk” dalam mempergunakan
anggota-anggota tubuh mereka. Jika Allah tidak memberi
mereka petunjuk tentang bagaimana caranya
mempergunakan anggota-anggota tubuh yang Allah ciptakan
untuk digunakan sebagaimana mestinya, maka mereka tidak
akan mempergunakan anggota-anggota tubuh tersebut.
Sementara ia lihat bahwa semua hewan pasti mempergunakan
anggota tubuh yang mereka miliki. Dari sana ia mengerti
bahwa Al-Fail adalah Maha Mulia dan Maha Penyayang”

Anda mungkin juga menyukai