Anda di halaman 1dari 21

Fahruddin Faiz

Hamzah nin asalnya Fansuri


Mendapat wujud di tanah Shar-nawi Hamzah Fansuri di dalam Mekkah
Beroleh khilafat ilmu yang ‘ali Mencapai Tuhan di Baitul Ka’bah
Dari abad ‘Abd al-Qadir Jilani Dari Barus ke Quds terlayu payah
Akhirnya dijumpa di dalam rumah
Hamzah di negeri Melayu
Tempatnya kapur di dalam kayu Hamzah miskin orang Uryani
Asalnya manikam tiadakan layu Seperti Ismail menjadi Qurbani
Dengan ilmu dunia di manakan payu Bukan Ajami lagi Arabi
Senantiasa wasil dengan yang baqi.
ISI “SYAIR MELAYU” HAMZAH FANSURI

• PENEKANAN KEPADA PENCARIAN DIRI DAN KESADARAN DIRI


• KEBEBASAN MENGEKSPRESIKAN PENGALAMAN PRIBADI
• PENGALAMAN YANG DIMAKSUD ADALAH PENGALAMAN RUHANIAH, SEPUTAR MAKRIFAT,
KEGAIRAHAN MISTIK (WAJD) DAN FANA.
• BERPIJAK KEPADA UNGKAPAN-UNGKAPAN PUITIK AL-QUR’AN, KANDUNGANNYA, SERTA
TAMSIL-TAMSIL DI DALAMNYA
• MENGGUNAKAN TAMSIL-TAMSIL LOCAL (NUSANTARA)
Syarb al-Asyiqin
• Berisi ringkasan ajaran wahdat al-wujud Syekh al-Akbar Ibn al-
’Arabi, Shadr al-Din al-Qunawi, Abd al-Karim al-Jilli, dan cara
mencapai makrifat.
• Kitab ini terdiri dari tujuh bab
• Bab 1 sampai 4 menguraikan tahapan ilmu suluk (syari’at, tarekat, hakekat dan
makrifat),
• Bab 5 tentang tajalli Zat Tuhan Yang Maha Tinggi (asas ontologi ajaran
wujudiyyah),
• Bab 6 tentang sifat-sifat Allah,
• Bab 7 tentang isyq dan sukr (kemabukan mistik). Kitab ini ditulis sebagai
panduan untuk pemula dalam ilmu suluk.
Asrar al-’Arifin
• Karya prosa Syekh Fansuri yang terpanjang, dan tidak ada duanya
dalam khazanah sastra Melayu.
• Diilhami oleh kitab Sawanah karya Syekh Ahmad al-Ghazali, Tarjuman
al-Asywaq karya Syekh Ibn ‘Arabi, Lam’at karya al-Iraqi,
dan Lawa’ih karya Jami.
• Isinya adalah telaah Syekh atas puisi ciptaannya sendiri.
• Rujukan-rujukan: Syekh Ibn al-‘Arabi, Farid al-Din Athtar, Jalal al-Din
Rumi, Ahmad al-Ghazali, Ayn al-Qudhat al-Hamadani, ‘Iraqi, Mahmud
al-Syabistari, Junaid al-Bahgdadi dan Jami’ dan juga Mansur Al-Hallaj.
Al-Muntahi
• Karya paling ringkas tetapi mendalam.
• Kitab ini secara garis besar membicarakan tiga persoalan: (1) kejadian
alam semesta sebagai panggung tajalli Tuhan dan Kemahakuasaan-
Nya; (2) bagaimana Tuhan memanifestasikan Diri-Nya dan bagaimana
ahli makrifat memandang alam semesta, serta tentang sebab pertama
segala kejadian; (3) bagaimana seseorang dapat kembali ke asalnya,
yakni keadaan kanz makhfi (perbendaharaan tersembunyi).
• Kitab ini menjadi salah satu rujukan Syekh Nuruddin Raniri untuk
mengkafirkan Syekh Hamzah Fansuri.
Wajibul Wujud + Tanzih
(Tamsil Matahari)
• “Dzat itu unik, tanpa atribut. Menurut satu ekspresi, para ahli kalam
memanggilnya dengan keberadaan yang wajib…Dzat itu memang ada
dengan sendirinya, tetapi juga memberi keberadaan kepada dunia
bersama-sama dengan semua bagian-bagiannya…keberadaan Tuhan
dan Zatnya adalah seperti matahari dan cahaya-Nya, walaupun
mereka terlihat seperti satu dan sama bagi persepsi internal dan
eksternal, mereka sesungguhnya dua hal; matahari beda dengan
cahayanya”
• “Bagi kita, Dzat Tuhan dan keberadaanNya adalah satu, keberadaan-
Nya dan keberadaan alam semesta itu adalah satu, seperti halnya,
seperti sebelumnya, ini adalah cahaya (matahari); berbeda hanya
dalam nama, tetapi tidak dalam kenyataannya…demikian juga
keberadaan alam semesta, yang dianggap mandiri adalah tidak ada.
Walaupun secara lahiriah alam semesta itu ada, tetapi tidak ada dan
hanya merupakan tampilan, bukan realitas, seperti bayangan di
cermin, walaupun memiliki bentuk, tetapi tidak memiliki keberadaan
nyata.”
• Asrarul Arifin (terj. Naquib al-Attas)
Wajibul Wujud + Tanzih
(Tamsil Tanah Liat)
• “Analoginya, seperti sebelumnya, tanah liat terbentuk menjadi
tempat-tempat minuman, atau gerabah-gerabah untuk
memasak, atau tempayan-tempayan air, atau tempat-tempat
yang terbuat dari tanah liat; tanah liat disitu adalah
keberadaan asli dari semua tempat-tempat dari tanah liat.
Kalau bukan Karena tanah liat, bagaimana bisa tempat-tempat
minuman dan gerabah-gerabah memasak itu memperoleh
keberadaan? Dari sudut pandang hukum luar, keberadaan
tempat minuman adalah lain dari keberadaan tanah liat. Dari
sudut pandang realitas dalam, keberadaan itu merujuk kepada
tanah liatnya; tempat peralatan dari tanah tidak memiliki
keberadaan…ini yang dimaksud “memberi keberadaan kepada
seluruh alam semesta.”
Wajibul Wujud + Tanzih
(Tamsil Ombak)
• “Apa yang kita persepsikan, itu adalah ombak. Lautan tidak
terpisah dari ombaknya dan ombak itu juga tidak terpisah dari
lautan. Dengan perilaku serupa, Tuhan, Maha Agung, Maha
Tinggi tidak terpisah dari dunia”
• Tuhan adalah “Bahrul Amiq” (lautan yang tak terukur)
Tuhan kita itu seperti bahr al-amiq
Ombaknya penuh pada sekalian tariq
Laut dan ombak keduanya rafiq
Akhir ke dalamnya jua ombaknya ghariq
TAJALLI ALLAH
■ Martabat La Ta’ayyun, yakni keadaan di mana Dzat-Nya tak bisa dikenali oleh
siapapun, ghaib mutlak, belum bertajalli.
■ Martabat ta’ayyun awal (kenyataan pertama), yang berupa tajalli Ilm
(Pengetahuan), Wujud (Eksistensi), Syuhud (Menyaksikan), dan Nur (Cahaya).
■ Martabat ta’ayyun tsani (atau ta’ayyun ma’lum), kenyataan kedua, di mana
Tuhan menjadi dikenal. Yang dimaksud dikenal (ma’lum) di sini adalah a’yan
tsabithah (entitas permanen), kenyataan dari segala sesuatu; juga
dinamakan suwar al-‘ilmiyyah (bentuk yang diketahui) atau al-haqiqah al-
asyya’ atau hakekat segala sesuatu di alam semesta, atau ruh idhafi.
■ Martabat ta’ayun tsalis (kenyataan ketiga) yakni ruh insan dan makhluk.
■ Martabat ta’ayyun rabi’ dan khamis, kenyataan keempat dan kelima, yakni
penciptaan alam semesta beserta seluruh makhluk.
LAUT SEBAGAI IBARAT
• Hakekat sebenarnya dari Żāt Allah itu tanpa pembeda-bedaan (lā
ta‟ayyun). Hamzah menggambarkan cara Żāt Muṭlak itu menjelma
(tanazzul) seperti laut. Penjelmaan atau pengaliran ke luar itu terjadi
dalam beberapa pangkat atau martabat yaitu : (1) pangkat “laut
yang bergerak” di dalamnya segala sesuatu tersimpan, (2) pangkat
“ombak”,di dalamnya terjadi peninjauan Żāt atas diri-Nya sendiri (3)
pangkat “awan”, di dalamnya realitas yang terpendam berada
sebagai satu kesatuan yang kemudian membagi-bagi diri untuk
kemudian mengalir ke luar ke dalam dunia gejala /fenomena ini, (4)
pangkat “hujan”, di dalamnya realitas yang terpendam itu keluar
atas perintah ilahi “ fa yakūn”, serta (5) pangkat “sungai”, yaitu
gambaran dunia yang kongkrit ini.
INSAN KAMIL
SYAIR PERAHU
Inilah gerangan suatu madah Selebu rencam ombak pun cabuh

Mengarangkan syair terlalu indah Laa ilaha illa Allah akan tali yang teguh

Membetuli jalan tempat berpindah

Disanalah I’tiqad diperbaiki sudah Laa ilaha illa Allah itu terlalu nyata

Tauhid makrifat semata-mata

Wahai muda kenali dirimu Memandang yang gaib semuanya nyata

Ialah perahu tamsil tubuhmu Lenyapkan kesana sekalian kita

Tiada berapa lama hidupmu ----

Ke akhirat jua kekal diammu Laa ilaha illa Allah tempat musyahadah

---- Menyatakan tauhid jangan berubah

Lengkapkan pendarat tali dan sauh Sempurnakan jalan iman yang mudah

Deramu banyak bertemu musuh Pertemuan (dengan) Tuhan terlalu susah


• Perahu: diri jasmani (tubuh)
• Kemudi dan Peralatan Perahu: Jiwa dan Kerohanian (akal, hati, intuisi,
dll)
• Laut: Lautan wujud (kehidupan), dari alam nasut hingga alam lahut.

• Perahu: Syariat
• Kemudi dan peralatan perahu: Tariqat
• Muatan yang dibawa: Haqiqat
• Hasil/laba yang diperoleh bila berhasil: Ma’rifat
 Alam Syahadah juga penting
 Keindahan dan Pengalaman inderawi juga penting
 Sejauh semuanya dapat dijadikan tangga naik menuju alam
yang lebih tinggi
 Seni dan keindahan inderawi hendaknya mengandung fungsi:
 1) TAWAJJUD (Kegairahan Ilahiah),
 2) TAJARRUD (Pembebasan jiwa dari alam benda),
 3) TAZKIYAT AL-NAFS,
 4) HIKMAH (Menghasilkan kearifan untuk memahami kehidupan),
 5) DAKWAH
 6) MADAH.
SULUK

Buangkan tirai berlapis-lapis  Perjalan naik dalam ontology sufi: 1)
Hampir-hampir pergi kau jalis Alam Nasut (alam al-mulk, alam
syahadah, alam jasmani), 2) alam
Pakaian mahbub yogya kau labis
Malakut (Alam Misal, psyche, alam
Supaya dapat mainmu manis kejiwaan), 3) Alam Jabarut (Alam
Rohani), 4) Alam Lahut (Alam
Astananya di puncak gunung Ketuhanan)
Jalannya banyak berlurung-lurung
Pada rahmatnya kau minta tulung
Supaya dapat ke dalam tudung
SULUK
Syariat Muhammad ambilkan suluk, Mencari dunia berkawan-kawan,
Ilmu hakikat yugiakan pertubuh, Oleh nafsu habis engkau tertawan,
Nafsumu itu yugia kaubunuh, Nafsumu itu yugia kaulawan,
Makanya dapat sekalian luruh. Mengkanya sampai engkau
bangsawan.
TAMSIL DIRI

Hamzah Fansuri anak dagang merantau mengumpulkan bekal yang


Melenyapkan dirinya tiada sayang nantinya akan dibawa pulang ke
kampung halamannya di akhirat.
Jika berenang tiada berbatang
• Tamsil lain: anak jamu, anak datu, anak
Jika berlabuh pada tempat tiada berkarang ratu, orang uryani, unggas quddusi, dan
• Anak Dagang: kadang-kadang digunakan dengan nama
pribadinya seperti Hamzah Miskin,
• Manusia di dunia ini hakikatnya
Hamzah Gharib, Faqir dan lain-lain.
adalah orang asing yang sedang

Anda mungkin juga menyukai