Anda di halaman 1dari 93

HAKIKAT NABI DAN RASUL

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (Qs. At-Taubah : 128)

HAKIKAT NABI DAN RASUL :


1. Nabi Adam pangkatnya adalah Khalifatullahu
2. Nabi Nuh pangkatnya adalah Habibullahi
3. Nabi Ibrahim pangkatnya adalah Khalillullahu
4. Nabi Musa pangkatnya adalah Kalamullahu
5. Nabi Isa pangkatnya adalah Ruhullahi.
6. Nabi Muhammad pangkatnya Muhammad Rasulullah Shalallahu a’alaihi wassalam, tapi sekarang
sudah wafat semua sudah sirna, sudah tidak ada, jadi sekarang Allah Ta’ala, sudah tidak ada utusannya,
semuanya sudah lestari, ini adalah suatu pemahaman yang keliru.

Rasul tidak wafat, semuanya akan terus ada sampai hari kiamat, tidak akan berubah utusan Allah, sebab
jika tidak ada yang di utus, tidak akan ada alam dunia, pastinya akan sepi, tidak ada pasti lebur yaitu
kiamat, yang wafat adalah majajinya, yaitu wujud jasmani yang tidak ada bedanya dengan manusia
lainnya, nyatanya adalah rupa jasmani :

MUHAMMAD MAJAJI :

Muhammad majaji adalah rupa jasmani ;


MIM AWAL lafadz Muhammad menjadi KEPALA Adam
HA lafadz Muhammad menjadi DADA Adam
MIM AKHIR lafadz Muhammad menjadi PUSAR Adam
DAL lafadz Muhammad menjadi KAKI Adam
sudah bukti menjadi MIM - HA - MIM - DAL

Hadistnya yang wafat, Rasul tidak wafat, hakikatnya masih berjalan atau Muhammad Af’al = pekerjaan,
kumpul pada diri manusia, keenam Rasul “bergulung” di dalam hidup, hidup adanya pasti, sifatnya ada
pada diri manusia di alam dunia.

MUHAMMAD HAQ :
Adalah DZAT SIFAT Maha Agung, rupanya terang benderang yaitu samudra hidup, bibit nyawa
semuanya, itulah barangnya dari DZAT SIFAT, sinarnya menjadi
cahaya empat rupa disebut MUHAMMAD HAKIKI

MUHAMMAD HAKIKI :
NARUN sifat cahaya MERAH menjadi huruf MIM AWAL
HAWAUN sifat cahaya KUNING menjadi huruf HA
MA’UN sifat cahaya PUTIH menjadi huruf MIM AKHIR
TUROBUN sifat cahaya HITAM menjadi huruf DAL
Ke empat cahaya menjadi lafadz MUHAMMAD.

MUHAMMAD HARID :

Nyatanya, yaitu RASA pribadi, yaitu RASA JASMANI sifatnya pasti. Nabi Muhammad Rasulullah
Shalallahu alaihi wassalam, yang berada di Madinah disebut Muhammad pangkat. Pangkat Nabi
Rasulullah, di utus oleh Yang Maha Suci, untuk membawa Rukun Agama yaitu Syariat Tharekat Hakikat
dan Ma’rifat, agar manusia selamat Dunia dan Akhirat, dan supaya TAHU dan PERCAYA adanya Allah
Ta’ala.

Sebab hanya Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wassalam yang di beri ma’rifat kepada Allah , kepada
Dzat Sifat Maha Agung, karena mengalami MI’RAJ / MA'RIFAT DZAT, selain Rasul, tidak ada yang
kebagian ma’rifat, umatnya begitu juga, hanya Baginda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wassalam saja kepada umat-umatnya.

Pada waktu Baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam masih hidup di Mekkah, ilmu ini tidak digelar
kepada umat-umat semuanya, dikerjakannya di Gua Hira disebut Jabbal Iqro, ilmu ini hanya ditibankan
kepada para sahabat terutama Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhahu, supaya bisa turun
temurun kepada anaknyaImam Sayyidina Hassan wal Husain dan terus kepada Wali Rasul Syekh Abdul
Qadir Jailani bin Hassan wal Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhahu
[Mekkah]dan akhirnya sampai kepada Syekh Syarif Hidayatullah Rahimakumullah dan ke Wali
[sembilan] di Cirebon.

1. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam


[Gudang/Khazanah Ilmu] LUGHOWI dan NABAWI
2. Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhum
3. Sayyidina Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhum
4. Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhum
5. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallohu Wajhahu [Pintu Ilmu]Karamallohu Wajhahu = Tidak pernah
melihat kemaluannya sendiri.
6. Imam Sayyidina Hassan bin Abi Thalib Karamallohu Wajhahu =LUGHOWI
7. Imam Sayyidina Hussain bin Abi Thalib Karamallohu Wajhahu =NABAWI
8. Syekh Abdul Qadir Jailani bin Hasan wal Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallohu Wajhahu
[Mekkah]
Syekh = Sah
Abdul = Abdinya Allah
Qodir = Qudrat dan Iradat
Jailani = Dzat Sifat
9. Syekh Syarif Hidayatullah Rahimakumullah [Wali sembilan]

BUKTI HAKIKATNYA NABI DI DIRI MANUSIA


1. Nabi Adam Khalifatullahi, adalah wakil Allah Ta’ala, wakil untuk menurunkan bibit semua manusia,
asalnya dari Adam dan Hawa adalah pasti, nyatanya Adam yaitu di badan, sekujur tubuh dari atas kepala
sampai telapak kaki itulah wujud nyatanya Adam, Iradatnya Yang Maha Agung, untuk menurunkan
manusia, sebab tidak salah lagi, bikin manusia oleh manusia, bikin kambing pasti oleh kambing, itulah
Allah Maha Kuasa, Iradatnya Maha Agung, hanya satu kali membuat, tetapi cukup untuk semua.
2. Nabi Nuh Habibullahu, hakikatnya adalah PENDENGARAN
3. Nabi Ibrahim Khalillullah, hakikatnya adalah PENGLIHATAN
4. Nabi Musa Kalamullah, hakikatnya adalah PERKATAAN
5. Nabi Isa Ruhullah, hakikatnya adalah PENCIUMAN
6. Nabi Muhammad Rasulullah, hakikatnya adalah RASA pada wujud manusia, penghulu Rasul
semuanya, buktinya adalah mendengar, melihat, mencium dan melihat, semuanya masuk ke dalam
rasa biarpun wujud yang nanggung, tetap bisa berdiri dan bergerak.

RASA menjadi kuat karena ada yang menguatkan, nyatanya ada HIDUP yang MELIPUTI RASA, RASA
MELIPUTI lagi kepada WUJUD, WUJUD MELIPUTI keinginan / NAFSU yang empat rupa ;

1. Nafsu Amarah
2. Nafsu Sufiyah/ Sawiyah
3. Nafsu Lawammah
4. Nafsu Muthmainah

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan muraqabah, mujahadah, muhasabah, tahannust dan khalwat, untuk mengasingkan diri dan
mencari ketenangan jiwa, di utus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak baathin manusia,
membersihkan berhala yang ada di dada, yang pada waktu itu masyarakat jahiliyah sangat
mengagungkan syair.

Proses muraqabah, mujahadah, munasabah, muhasabah, tahannust dan khalwat ini disebut Tharekat-
Mari'fat.
Tharekat adalah saat Baginda Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam berjuang untuk menegakkan
Agama Allah.
Ma'rifat adalah bertemu dan mencairnya kebenaran yang hakiki: yang disimbolkan saat Baginda Nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalammenerima wahyu dari Malaikat Jibril melalui Akal, wahyu
tersirat(KALAM QODIM) di sampaikan oleh Malaikat Jibril : " Iqro! Iqro! Iqro! ". "Iqro kitab baqo kafa
binafsika al yaoma alaika hasbi" : (Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri,
jagat Shagir dan jagat Khabir) terjadi dialog di Qolbu. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam
= Lughowi dan Nabawi menjadi Qur'an.
Hakikat yaitu beliau mencoba untuk merenungkan berbagai perintah untuk IQRA, [bukan seperti Guru
dan murid di kelas, dan jangan di kira - kira oleh hati dan pikir, sebuah sosok makhluk dengan sayap di
punggung]

Makna sayap Malaikat Jibril alaihissalam ;


separuh menutupi Bumi = RAHMAT
separuh menutupi Akhirat = MAGHFIRAH

Umat yang pada waktu itu hidup pada jaman Nabi, hanya dengan ittiba kepada Nabi, menurut kepada
apa yang di ajarkan Baginda Nabi, di jamin pasti selamat, tidak perlu menjalani Tharekat Ma'rifat seperti
halnya Nabi yang shalat sampai mengakibatkan bengkak kakinya, melalui Syariatshalat ketika Isra Mi'raj
inilah Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam melakukan puncak pendakian tertinggi,
hanya untuk menyelamatkan umat akhir jaman...

Ilmu ini tidak di tibankan kepada umat pada jaman waktu itu karena kurang perlunya, pada waktu itu
yang masuk Islam begitu mudah, dengan melihat dan bertemu Baginda Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wassalam, serta hatinya percaya bahwa beliau yang di utus Allah Ta’ala dan melakoni
perintahnya, maka pada waktu itu semua manusia menjadi Islam [selamat]

Jadi sekarang juga haqnya Islam adalah yang sudah ma’rifat (melihat) Baginda Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wassalam sambil dituruti perintahnya itulah Islam, hanya saja melihat itu bukan
kepada syariatnya (Majajinya) tapi kepada hakikatnya yaitu Jauhar Awwal Rasulullah, cahaya pertama
yang di buat oleh Maha Suci yaitu sifatnya Allah Ta’ala atau sifat Qudrat (Kuasa) Maha Kuasa yang
membuat Ruh semuanya.

Ilmu Hadist, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih, Nahwu Sorof dan ilmu lainnya yang sewaktu jaman
Nabi tidak ada, dan sekarang ilmu itu menjadi ada, adalah karena berkat jasa para Ulama sejati hingga
akhirnya umat Nabi di beri kemudahan dalam mempelajari Al-Qur'an dan Hadist.

Ulama terbagi 3 :
1. Ulama Su' : Ulama jahat, mempunyai sifat Dajjal, merusak Islam dari dalam. [Ahlul Dhohir]
2. Ulama Palsu : Ahlul Dhohir > Menjual akhirat demi dunia.
3. Ulama Sejati : Ulama pewaris Ruh para Nabi [Ahlul Baathin] >Menjual dunia demi akhirat.

Warisan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalamadalah :

WAKTU - FARDHU - ILMU


DZAT - SIFAT - ASMA - AF'AL

“ Kuntu kanzan makhfiyyan, fa ahbabtu ’an uraf fa khalaqtu al-khalqa li-kay u’raf "
Aku pada mulanya adalah khazanah/rahasia yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Aku
ciptakan makhluk, agar mereka mengenali-Ku

Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dia berkata: ”Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan:
"Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama 40
hari dalam bentuk nuthfah [air mani], kemudian menjadi ‘alaqoh [segumpal darah] selama waktu itu
juga [40 hari], kemudian menjadi mudhghoh [segumpal daging] selama waktu itu juga, lalu diutuslah
seorang Malaikat kepadanya, lalu Malaikat itu meniupkan RUH padanya dan ia diperintahkan menulis
empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya.

RODHITU BILLAHI ROBBA...


WA BIL ISLAMA DIINA...WA BI MUHAMMADIN NABIYA WA RASULA BIL HUDA...

Maka demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu,ada yang melakukan
amalan penduduk Surga dan amalan itu mendekatkannya ke Surga sehingga jarak antara dia dan Surga
kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan
penduduk Neraka sehingga dia masuk ke dalamnya.

Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk Neraka dan amal
itu mendekatkannya ke Neraka, sehingga jarak antara dia dan Neraka hanya kurang satu hasta, namun
karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk Surga sehingga
dia masuk ke dalamnya.”
[HR. Bukhori dan Muslim]
SPERMA terdiri dari :
WADI asalnya dari API menjadi DAGING
MADI asalnya dari ANGIN menjadi SUMSUM
MANI asalnya dari AIR menjadi TULANG
MANIKEM asalnya dari BUMI menjadi KULIT

Wujud jasmani manusia bakal rusak, tetapi RASA akan tetap ada, enak dan tidak enak, hanya alamnya
akan berbeda, itulah sebabnya makhluk umurnya tidak sama, bukan kehendak Allah panjang dan
pendeknya umur, tapi wadahnya yang tidak kuat, jadi suka cepat mengalami kematian. Pekerjaan dari
Bapak dan Ibu, proses Nabati dan Hewani, halal dan haram, namanya Madi, Wodi, Mani, Manikem itulah
yang kurang kuat, makanya cepat mati, wadahnya hidup, yang kurang kuat adalah MANI, sebab asal
mani, dari gulungan darah, jika darah Ibu dan Bapak, di waktu tadi keluar, darah dalam keadaan tidak
sehat, lagi ada penyakit, mani juga akan tidak sehat, tercampuri oleh penyakit, jadinya tetap jadi, tapi
cepat lapuk, umurnya tidak akan bertahan lama, karena sudah keropos tadinya. Darah harus jalan baik,
proses Nabati dan Hewani yang halal agar menghasilkan keturunan yang halal...

Dari asalnya sepi di kesunyian, di Alam sebelum ada, ketika sudah ada di Alam Dunia, mengapa terjadi
keributan?
Sepi di jaman...
KUN DZAT = HIDUP
KUN SIFAT = HATI
KUN MUTLAK = KEHIDUPAN
( Alam Rahim )
Sudah jelas wujud rupa, terjadi keributan di jaman...
KUN FAYAKUN
Salah jadi Shaleh
Hadas jadi Hadist
Kotor jadi Bersih
Najis jadi Suci
( Alam Dunia )

Rupa tidak bisa diganti, itu tandanya Kun Mutlak


DZAT YANG MAHA AGUNG

AKIL BALIGH - BERAKAL - MERDEKA


Ketika bayi di Alam Rahim [di dalam air ketuban] belum ada nyawa, baru ada hidup yaitu adanya RUH,
RASA pendengaran dan Nafsu Muthmainah, dari Alam Rahim bayi pindah ke Alam Dunia, dan SIFAT
FITRAH RUH berubah sifat menjadi ROH, ketika kontak dengan Alam Dunia itulah adanya NYAWA, nyawa
adalah DARAH ada di bawah kulit di atas permukaan daging, adanya NAFAS adalah adanya HIDUP,
adanya HIDUP adalah karena adanya DZAT dan SIFAT.
1. RUH SULTHONIYAH ( HAK ALLAH )
Tempatnya di hati, jika Ruh ini keluar dari jasad, manusia akan mengalami kematian (Nafas)

2. RUH RUHANIYAH ( HAK RASULULLAH )


Tempatnya di dada (Jantung) dan pada 360 sendi (Malaikat Muqqorobin di setiap sendi) = 360 hari,
badaniyah bukan raga, Satu badan satu atap (Menyeluruh)

3. RUH MAKODIYAH
Ruh ini yang suka meninggalkan jasad, termasuk mimpi, mimpi yang benar adalah kita bisa
mengingatnya dan menceritakannya dengan jelas, walaupun kejadian mimpinya sudah lama.

4. RUH DINNIYAH / JASADIYAH


Berdirinya Islam, Fitrah diri/Fitrah Agama, Ruh Samawi

Di proses melalui Ilmu, bertemu dengan :


5. RUHUL QUDUS RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WASSALAM

1. RUH SULTHONIYAH > INJIL > PENCIUMAN


2. RUH MAKODIYAH > TAURAT > PENDENGARAN
3. RUH DINNIYAH > AL - QUR'AN > PENGLIHATAN

4. RUH RUHANIYAH > ZABUR > PERKATAAN

Hakikat NYAWA adalah RASA JASMANI, olahan dari


API - ANGIN - AIR - BUMI pada waktu itu mata terbuka belum bisa melihat, telinga belum bisa
mendengar, hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa berkata, hanya ada suaranya saja, setelah
diberi asi atau makanan apa saja yang berasal dari saripati Api, Angin, Air dan Bumi, maka dari saripati
yang empat ini, menjadi NUR DARAH yang empat macam :

1. NUR DARAH MERAH dari Saripati API, adanya pada DAGING, membesarkan dagingnya bayi, hawanya
keluar melalui TELINGA hingga bisa mendengar.
[RUHUS SAMMA' = RASA PENDENGARAN]

2. NUR DARAH KUNING dari Saripati ANGIN, adanya pada SUMSUM, membesarkan sumsum bayi,
hawanya keluar melalui HIDUNG hingga bisa mencium dan merasa.
[RUHUN NAFASI = RASA PENCIUMAN]

3. NUR DARAH PUTIH dari Saripati AIR, adanya pada TULANG, membesarkan tulang bayi, hawanya
keluar melalui MATA hingga bisa melihat.
[RUHUL BASHAR = RASA PENGLIHATAN]
4. NUR DARAH HITAM dari Saripati BUMI, adanya pada KULIT, membesarkan kulitnya bayi, hawanya
keluar melalui LIDAH [Mulut] hingga bisa berbicara.
[RUHUL KALAMI = RASA PERKATAAN]

Di proses melalui Ilmu, bertemu dengan :

5. NUR DARAH BENING

Setelah bayi membesar kulitnya, membesar dagingnya, membesar tulangnya, membesar [banyak]
sumsumnya, maka keluarlah hawanya, yaitu nafsu yang empat yaitu:

1. NAFSU AMARAH berdomisili pada TELINGA


2. NAFSU SUFIAH berdomisili pada MATA
3. NAFSU LAWAMMAH berdomisili pada LIDAH
4. NAFSU MUTHMAINAH berdomisili pada HATI

Datangnya nafsu yaitu keinginan pada waktu di beri ASI, rasa menjadi kontak dengan gulungan Api -
Angin – Bumi – Air, sebab itulah adanya air susu asal dari yang empat, buktinya adalah makanan yang di
makan oleh Ibu, sebab jika Ibunya tidak makan apa-apa, tidak akan ada air susu, ketika mulut bertemu
dengan air susu, tentu ada rasa, rasa enak dan manis, terasa yang enak, sampai ingin lagi tidak mau
telat, kalau telat suka ngambek dan menjerit, semua terjadi karena adanya pertemuan / kontak, bukti
kontaknya Ibu dan Bapak keluarlah seorang bayi dari Alam Rahim dengan hidupnya, bertemulah hawa
Baathin dan Dhohir, ketika kontak dengan Alam Dunia adanya nyawa.

Sifat nyawa yaitu nafas, hakikatnya nyawa, rasa adalah buktinya, ketika rasa kontak dengan makanan
maka akan menjadi nafsu dan banyak kemauan sudah pasti, dan bibit dari pada kemauan adalah karena
tadi sudah merasakan air susu itu enak di rasakannya.

Ada enak sudah pasti ada tidak enak. Murakabah enak dan tidak enak sudah tentu, kepada telinga,
mata, kepada penciuman begitu juga, sudah pasti ada enak dan tidak enak, bukti di pendengaran juga
begitu, ada yang enak di dengar, ada yang tidak enak di dengar sehingga menimbulkan amarah.

Jika pendengaran kontak dengan suara yang jelek, kejadiannya menjadi rasa tidak enak, begitu juga jika
kontak dengan suara yang baik akan menimbulkan enak, seterusnya begitu. Di mata pun bukti, ada enak
di lihat dan tidak enak di lihat, malah ada penglihatan yang suka menimbulkan amarah. Matapun
tergantung kontaknya dengan sifat, sifat yang baik dan yang buruk, jika baik maka akan menjadi enak, di
penciuman pun begitu ada enak dan tidak enak, sama dengan pendengaran. Semuanya itu adalah bukti
dari adanya segala KEINGINAN. SIFAT RASA BAIK dan SIFAT RASA BURUK.
" Tidak ada Tuhan selain Aku.
Akulah hakikat DZAT yang Maha Suci,
yang meliputi SIFAT-Ku,
yang menyertai [ASMA] Nama-Ku,
dan yang menandai [AF'AL] perbuatan-perbuatan-Ku "

[DZAT ; dibaca DAT bukan Zat dan bukan Zat ciptaan-Nya]


“ Sesungguhnya AKU ini adalah ALLAH, TIDAK ADA TUHAN (yang hak) selain AKU, maka SEMBAHLAH
AKU dan DIRIKANLAH SHALAT UNTUK MENGINGAT AKU ”
[At -Thaahaa : 14]

AKU = DZAT/Nurullah, SIFAT Laisa kamishlihi syaiun, Dzat yang tidak dapat diserupai oleh sesuatu
apapun, tidak ada umpamanya.

BILLA HAEFFIN, artinya tak berwarna dan tak berupa, tidak merah tidak hitam, tidak gelap tidak pula
terang.

BILLA MAKANIN, artinya tidak berarah tidak bertempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di utara
maupun di selatan, tidak di atas maupun di bawah.

DZAT yang berdiri sendiri tanpa adanya ketergantungan kepada mahluk lain ciptaan-Nya, berbeda
dengan manusia yang membutuhkan Allah, untuk bisa selamat di kehidupan Dunia dan Akhirat, adanya
Alam semesta, Dunia, Arasy, Malaikat, Idajil/Azazil, Iblis, Setan, Jinn dan Manusia, dan semua ciptaan-
Nya yang ada, adalah karena akibat dari adanya Dzat Yang Maha Suci.

1. ALAM AHADIYAT. Sebelum Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan Alam-alam, termasuk Alam
Semesta, Arasy, Bumi dan Langit beserta isinya, yang ada hanyalah Dzat di Kesunyian Sejati Martabat
Yang Maha Suci, Alam Tunggal Sejati.

Ahadiyat tadi di 2. ALAM WAHDAT/Alam DZAT.


SIFAT adalah Laisa kamishlihi syaiun, bukti adanya JAUHAR AWWAL RASULULLAH atau samudra hidup,
pohon nyawa, wadah amal, kubur sejati, hidupnya segala rupa, seluruh isi tujuh lapis bumi dan tujuh
lapis langit, asalnya yaitu dari cahaya yang satu, yaitu JAUHAR AWWAL RASULULLAH atau RUH ILMU
RASULULLAH utusan Maha Agung.

DZAT/NURULLAH yang menjadikan Alam Dunia dan isinya, TIDAK PISAH dan TIDAK JAUH, DZAT dan
SIFAT.
Sifat = Jauhar Awwal Rasulullah = Hakikat Muhammad [Ruh Ilmu Rasulullah] atau disebut SEJATINYA
SYAHADAT, yaitu syahadatnya DZAT dan SIFAT, Ahadiat dan Wahdat, sudah tidak pisah. Ibarat ;

MATA dan PENGLIHATAN


DZAT dan SIFAT adalah PASTI.
TIDAK AKAN ADA SIFAT, JIKA TIDAK ADA DZAT,
begitupun sebaliknya.

JAUHAR AWWAL RASULULLAH yaitu cahayanya Allah.


Keadaan di 3. ALAM WAHIDIYAT, yaitu Nur Ilmu Rasulullah sinarnya yang empat rupa dari Jauhar Awwal
Rasulullah. Dzat Sifat-Nya Allah sifatnya sangat halus, mengeluarkan cahaya empat rupa ;

MERAH, KUNING, PUTIH, HITAM disebut NUR ILMU RASULULLAH [Nur Muhammad] yaitu Hakikat Adam
bibit untuk Alam Dhohir atau Asmanya Allah,

yang empat menjadi lafadz ;

ALIF - LAM - LAM - HA, tadinya adalah Asma Allah.

Di alam ketiga yaitu Alam Wahidiyat, DZAT yang pertama disebut, dua SIFAT, barulah ASMA nomer tiga,
kenyataannya sesudah adanya NUR ILMU RASULULLAH atau Hakikat Adam, yang tiga bergulung jadi satu
;

Allah - Muhammad - Adam = “ Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil wariid “ = Sifat -sifat diri

4. ALAM ILMU di telusuri dari kenyataan DZAT, SIFAT, dan ASMA Allah, yang keempatnya AF’AL Maha
Suci, yaitu Alam Ilmu, API - ANGIN - AIR - BUMI disebut ARWAH yang menjadikan RUH dan DARAH, bibit
Adam Manusia, jadi, Api, Angin, Air, Bumi adalah dari sinarnya Nur Ilmu Rasulullah, Af’alnya Allah Yang
Maha Agung, buktinya kekuasaan Allah adalah adanya Alam Dunia dari Nur Ilmu Rasulullah cahaya yang
empat.

Cahaya MERAH sinarnya menjadi API


Cahaya KUNING sinarnya menjadi ANGIN
Cahaya PUTIH sinarnya menjadi AIR
Cahaya HITAM sinarnya menjadi BUMI

Dari cahaya empat rupa itu, dihidupkan oleh sinarnya Matahari, sifatnya yaitu terang, jika di dunia tidak
ada terang, manusia dan tumbuhan akan mati, akan tetapi Matahari tadi tidak akan terang, jika tidak
terkena sinar Dzat Sifat-Nya, tidak ada bedanya lahir dan baathin, di dhohirnya menjadi nyata, API,
ANGIN, AIR, BUMI menjadi Asma Allah yaitu ALIF – LAM – LAM - HA. Matahari bisa terang, yaitu yang
menjadi Tasjidnya, yang menghidupkan semua, di dunia juga pasti ada Asmanya Yang Maha Agung, satu
cukup untuk semua, sifatnya meliputi.

5. ALAM AJSAM, adalah nyatanya jasad manusia berasal dari bumi, air, api, angin, syariatnya terasa,
semuanya dari proses nabati dan hewani, tanaman yang ditanam menjadi besar karena adanya unsur
bumi, api, air, angin, tidak ada unsur yang kurang satupun. Kejadian di diri manusia, yaitu kulit, daging,
tulang, sumsum menjadi nafsu empat rupa :
1. Nafsu Amarah dari DAGING hawanya keluar melalui TELINGA
2. Nafsu Lawammah dari SUMSUM hawanya keluar menuju MATA
3. Nafsu Sufiah dari KULIT hawanya keluar menuju MULUT
4. Nafsu Muthmainah dari TULANG hawanya keluar menuju HIDUNG.

6. ALAM MITSAL diwajibkan oleh Maha Suci, manusia harus ikhtiar, harus mencari ilmu, untuk
mengetahui asal, asal jasad waktu di Qadim, yaitu yang empat tadi. Nur ilmu Rasulullah, MERAH,
KUNING, PUTIH, HITAM, asalnya jasad manusia, jika manusia sudah kenal kepada empat perkara,
dengan yakin dan di dasari ilmu yang haq, itulah alam Mitsal, yaitu ma’rifat kepada alam tadi.

7. INSAN KAMIL adalah sudah ma’rifat kepada Dzat Sifat Yang Agung, yaitu Jauhar Awwal Rasulullah,
sejatinya syahadat, sejatinya Iman, bibit nyawa semuanya. Insan Kamil artinya manusia sempurna
[mukmin sejati] sudah sampai kepada asal, yaitu samudra hidup, kesempurnaan nyawa, pasti bisa
pulang kepada asalnya yang dahulu, asal dari Allah kembali kepada Allah, Allah sudah janji,
kepada siapapun manusia yang tahu, yang ma’rifat kepada Dzat Maha Suci, sewaktu di dunia, terus
sampai ke Akhirat, tidak akan pisah dengan Dzat Yang Maha Agung, jika buta waktu di dunia, maka di
Akhirat akan lebih buta lagi, tidak akan bertemu dengan terang, gelap sudah pasti karena tidak bisa
melihat Dzat Yang Maha Agung, sewaktu gelap sudah pasti Neraka, karena di dunia tidak mencari ilmu
dan ibadah, sibuk mengantar NAFSU DHOHIR.

Ibarat ;
MATA dan PENGLIHATAN
TIDAK PISAH dan TIDAK JAUH
Syahadatnya Dzat dan Sifat, Ahadiyat dan Wahdat.
Ilustrasi :
DI LUAR NAMA :
DZATTULLAH yaitu disebut Alam, inilah yang memangku/menopang Alam Dunia

SIFATULLAH adalah Nur Ruh Ilmu Rasulullah seluas langit, tidak ada yang keluar dari DZAT SUCI,
semuanya terliputi oleh satu cahaya.

ASMATULLAH adalah Api, Air, Angin, Bumi, Asma yang Agung. Satu, cukup untuk semua, Api, Air, Angin,
Bumi menjadi huruf ALIF - LAM - LAM - HA.

AF'ALULLAH yaitu hawa yang menghidupkan bumi dan isinya

DI DIRI MANUSIA :
DZATULLAH nyatanya di diri, buktinya adalah sekujur badan, yang memangku keadaan, segala hal yang
menyangkut keadaan pada wujud
SIFATULLAH nyatanya adalah rupa, rupa manusia tidak ada yang sama dengan manusia lainnya, hanya
satu di alam dunia, tawilnya adalah ALLAH HANYA SATU.

ASMATULLAH yang bukti di badan adalah ;


KULIT, DAGING, TULANG, SUMSUM,
menjadi lafadz Asma Allah yaitu ;
ALIF - LAM - LAM - HA.

AF'ALULLAH yaitu geraknya wujud, semuanya diringkas kepada yang empat rupa, nyatanya Dzatullahi,
yaitu perkataan, sebab perkataanlah yang menjadikan semuanya, yaitu keramaian Alam dhohir, adanya
kemauan manusia, sehingga menjadi bukti dengan adanya gedung, rumah, mobil dll karena adanya bibit
dari Dzat.

Dari Ibn Abbas r.a., dari Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam.


sabdanya :

"FIKIRKANLAH MENGENAI SEGALA APA YANG DI CIPTAKAN ALLAH, TETAPI JANGANLAH KAMU
MEMIKIRKAN TENTANG DZAT ALLAH.."
[HR Abu Syeikh]

Abu Dzar r.a., dari Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam. sabdanya :

"FIKIRKANLAH MENGENAI SEGALA MAKHLUK ALLAH, DAN JANGANLAH KAMU MEMIKIRKAN TENTANG
DZAT ALLAH, KARENA YANG DEMIKIAN MENYEBABKAN KAMU BINASA [DALAM KESESATAN]"
[HR Abu Syeikh]

" FIKIRKANLAH OLEHMU SIFAT ALLAH DAN JANGAN KAMU MEMIKIRKAN AKAN DZAT-NYA.
ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU "
[Al-Fushilat : 54]

”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak disembah], yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian.
Tak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak disembah] Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali-
Imran:18]

"Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib"

Semua umat Allah wajib marifat, harus tahu kepada iman sejati, iman yang satu yaitu kepada DZAT
MAHA SUCI.
SIFAT Laisa kamishlihi syaiun adalah JAUHAR AWWAL RASULULLAH, TANDA KENYATAAN ADANYA DZAT.

JAUHAR AWWAL RASULULLAH isinya adalah RUH ILMU RASULULLAH, yang Awwal Akhir di ciptakan oleh
Allah.

Ainal yakin dengan Ilmu, supaya bisa pulang, pulang kembali kepada Dzat, hakikatnya manusia berasal
dari Dzat, akan tetapi manusia tidak perlu tahu kepada Dzat, tetapi carilah utusan Dzat, yang disebut
Jauhar Awwal Rasulullah, inilah jalan pulang yang sempurna.

“Illa anna awalla’nafsah fardhu ‘ain”

Pertama hal ibadah adalah tahu kepada sejatinya hidup, sifat hidup harus di dapat, diri yang mana yang
harus di cari? Apakah jasmani yang terlihat? Yang harus dicari adalah badan Ruhani atau Jiwa. Sejatinya
syahadat adalah bibit segala rupa yaitu Jauhar Awwal [Ruh Ilmu Rasulullah] Samudra Ilmu dan
Kehidupan.

“Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi”

Melihat Hakikat Allah Ta’ala di Dunia oleh mata Baathin. Bila Qolbu manusia sudah dianugrahi Sifat Nur
Ilmu Rasulullah, Qolbunya bisa dipakai untuk tempat melihat kepada Allah Ta’ala melalui mata Baathin
karena sudah diberitahu oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah, sehingga bisa merasakan ni’mat dari Dunia
sampai di Akhirat, sudah tidak merasakan berpisah dengan Sifat Nur Ilmu Rasulullah, lantaran wujud itu.
Siang dan malam Qolbu ditempati oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah untuk melihat Allah Ta’ala, melalui jalan
Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma’rifat, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih dan Ilmu Tasawuf.

“Ru’yatullohi Ta’ala bil akhiroti bi'ainil arsi”

Melihat Allah di Akhirat, tentu sama mata, tidak salah lagi, sebab sudah bersatu seperti gula dan
manisnya.
Wajib hukumnya mencari tahu diri, diri yang sejati, diri manusia, sebenar-benarnya diri.
Cahaya empat rupa adalah ;
NARUN (Merah)
HAWAUN (Kuning)
MA'UN (Putih)
TUROBUN (Hitam)
yaitu badan ruhani (jiwa), inilah yang harus ketemu, jasmani harus hilang, tapi jangan hilang tanpa
sebab, hilangnya harus terganti oleh cahaya empat rupa (Sifat Nur Ilmu Rasulullah) hilangnya badan
jasmani, harus terganti oleh badan ruhani.

Jas artinya adalah baju, mani adalah badan ruhani, baju adalah bungkus, bungkusnya ruhani, manusia
tidak akan mendapatkan hasil, jika hanya mengetahui badan nyata saja, harus di buka dulu bajunya,
supaya bisa ketemu dengan isinya, badan jasmani adalah hijabnya kepada Yang Maha Suci, jika tidak
hilang wujudnya dulu, maka isinya tidak akan ketemu, diibaratkan kucing, maksud kucing hendak ngintip
tikus keluar dari liangnya, tapi kucingnya diam di depan liang tikus, akhirnya tikus malah mati karena
tidak bisa keluar, tentu saja tidak akan hasil, kucing diibaratkan jasad, tikus ibarat yang Latif, tidak akan
ketemu jika rasa jasad tidak hilang.

Jika kucing menginginkan agar tikusnya keluar dari liang, tentu saja kucing harus pergi menjauhi liang
tikus, barulah tikusnya keluar, sama seperti di diri manusia, jika ingin ma’rifat kepada Dzat Allah Ta’ala,
harus merasa pasti, merasakan bahwa manusia tidak memiliki jasad. Rasa jasmani harus hilang, terganti
oleh Rasa Rasulullah (SIFAT NUR ILMU) > Ladun Qolbin Salim > Ladunni > Hati yang selamat. Rasa ni’mat
yang sejati (Ni'mat Islam, Ni'mat Iman) karena saking ni’matnya melihat kepada Dzat Maha Agung, tentu
merasa hilang dunia dan jasmani (Iman Akhirat, Rasa Akhirat)

“Waman aroffa nafsahu, faqod aroffa robbahu...man aroffa robbaha, faqod jahilan nafsah”
“Lahaula wala quwata, illa billahil aliyil ‘adim”…
Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya pastilah
bodoh dirinya …

Shalat sejatinya adalah ketika waktu Nafi Isbat bergulung, menerapkan Muhammad af’al. Ta’udz dan
Bismillah untuk berlindung kepada Yang Maha Agung, disinilah adanya kebersamaan, yang empat
bersatu, hilangnya dunia dan wujud, bertemu dengan wujud Agama, barulah dikatakan Islam jika sudah
ketemu kepada sejatinya Agama/Ruh Samawi (Fitrah Agama) yaitu hidup manusia, tentu wajib
hukumnya, untuk tahu kepada sejatinya Agama, agar ibadah menjadi sah, tahu bibit rukun Islam,
rukunnya yang empat di badan:
1. PENGLIHATAN
2. PENDENGARAN
3. PENCIUMAN
4. PERKATAAN
yang ke 5 adalah RASA RASULULLAH (penguasa RASA)
jadi hakikatnya shalat adalah wujud rupa diri / wujud insan.

“Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“,


“Shalat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“.

IHKROM - MI'RAJ - MUNAJAT - TUBADIL


Artinya adalah shalat sejati, syariatnya ada di Mekkah, ketika orang pergi Haji, hakikatnya ada di pulau
Jawa.
IHKROM
Bersiap-siap, menyiapkan tekad sebelum pergi, ibarat burung niat ingin terbang, sayapnya sudah
dibentangkan tapi tidak dikepakkan.
MI'RAJ
Jika sudah dengan terbang dan melayang, sudah meninggalkan Alam Dunia, lupa kepada Alam Dhohir.
MUNAJAT
Sudah mau sampai ke Alam Baathin.
TUBADIL
Sudah sampai kepada yang yang dituju, yaitu Baitullah suci, Baitullah sejati, bukan di Utara, bukan di
Selatan, tidak di Timur dan di Barat [Billa haefin, Billa makanin] inilah yang di maksud hakikat Ka’bah
atau Kubah [rongga dada manusia] Itiqod [tidak terkena rusak] kiblat nyawa yang sempurna yaitu Dzat
Yang Maha Agung, sifatnya cahaya padang halus, terang benderang atau Jauhar Awwal Rasulullah,
samudra ilmu dan hidup, kiblat waktu wafat. Bertemunya ;

ASHHADU = Allah dan


WA ASHHADU = Diri Manusia [Ghoib]

Sebab itu kiblat wafat wajib harus di ketemukan, jika tidak ketemu dikhawatirkan jadi gentayangan,
nyawa tidak sampai kepada asalnya dahulu, pantas adanya Neraka yaitu siksaan diri, sebab tidak
menemukan jalan pulang yang sempurna, mumpung di dunia harus bersungguh-sungguh mencari
jalannya wafat, agar nyawa bisa pulang, BAB IBADAH sudah ada patokan yaitu Al-Qur’an dan Hadist,
sudah mencukupi, tinggalbersungguh-sungguh menghafal dan prakteknya, kalau jalan mati, itu lain
aturan, itu adalah penghujung, ujungnya harus wafat yang ibadah dan yang tidak, semua manusia akan
mengalami kematian, syariatnya sama, ada sekaratnya…

Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda
pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali r.a. menjawab, “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat,
tetapi bisa dilihat oleh hati denganHAKIKAT KEIMANAN ".

Jika manusia yang ma’rifat, mutajilah sudah pasti, sebab menjirimkan Allah terlihat oleh mata kepala,
yang berarti ada dua diri, Allah adalah NAFI ISBAT, ada Isbat hilang Nafi, ada Nafi hilang Isbat, Isbat
adanya pasti, wujud jasmani, Nafi adanya Jiwa, untuk Nafi Isbat-nya harus tidak ada.

SIFAT NUR ILMU RASULULLAH adalah JAUHAR LATIF. Cahaya halus yang menghidupkan wujud manusia,
matahari dalam wujud jagad shagir, yang tidak terlihat oleh mata kepala, dan hanya bisa di lihat
denganMATA BAATHIN.

AL - ILMU NURULLAH > Ilmu Sifat untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasulullah, Ilmu Sifat tidak
akan samar, wangi bunga rose tidak akan tertukar dengan wangi bunga melati. 'Ain > Iliyin tempat
tertinggi yang bisa di capai oleh orang berilmu. Ilmu Ladunni/Ilmu Sifat, yaitu pengetahuan yang
diperoleh melalui proses kegiatan pengamalan, mulai dari mandi, shalat, wirid, baca Qur’an dll. Melalui
jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Mari’fat. Tuhan hanya bisa dikenal jika Dia
sendiriberkehendak untuk dikenali. Sifat Nur Ilmu adalah kendaraan bagi baathin untuk sampai ke sisi-
Nya, melalui Sifat Rasa Rasulullah. Tidak ada manusia yang bisa langsung ma’rifat kepada Allah Ta’ala,
kecuali Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam melihat langsung dan berdialog dengan Allah Ta’ala.

Sifat Nur Ilmu ini akan menerangi qolbu, baathin, hati dan ruh, Sirr nya berperan menyingkap tabir
hakikat dan mengenal akan Allah Ta’ala. Hakikat akan diketahui apabila seseorang giat mendalami
pengetahuan tentang hakikat melalui proses pengamalan, khalwat atau tirakat, muqarobah, mandi,
sholat, wirid melalui bimbingan
Guru Mursyid > Allah, Ilmu Ma’sum > Ilmu Syafa'at yang bisa memisahkan unsur Sifat Malaikat (NURR)
dan unsur Sifat Jinn (API) di dalam darah (Sifat darah ), memisahkan baik dan buruk, halal dan haram
dll, seorang guru wajib menguasai 12 pan Ilmu, jika ilmunya tidak ma’sum, maka dikhawatirkan bangsa
mahluk halus akan ikut-ikutan nyusup/masuk ke dalam pengamalan, sehingga seseorang itu tidak
merasa bahwa di dalam dirinya sudah di tempati oleh Jinn, merasa berilmu padahal Jinn yang
mengendalikan.

Sifat Nur Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta
membawanya untuk menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila cahaya/latif di diri
sudah membuka tirai dan cahaya terang telah bersinar, maka mata baathin dapat memandang
kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Semakin terang cahaya Illahi
yang diterima oleh hati akan menambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pandangan mata baathin yang bersumber dari Nur Muhammad/Nur Shalat/Cahaya
Awwal/Jauhar Awwal Rasulullah/Ruh Ilmu Rasulullah inilah yang dinamakan Ilmu Ladunni/Ilmu
Sifat/Ilmu Syafa'at/Ilmu Shalat.

Al - ILMU nurrul AMAL


Al - AMALU nurrul IMAN
Al - IMANU nurrul QOLBI
Al - QOLBI nurrul MA'RIFATU
Al - MA'RIFATU nurrul IKHLAS
Al - IKHLAS nurrul IMTHINAH

TINGKATAN MA'RIFAT :
1. Ma'rifat Sejati
2. Ma'rifat Suyudi
3. Ma'rifat Nur Imthinah (Baathin Rasulullah)

Nabi = Ilmu
Rasul = Shalat
Rasulullah = Ruh Ilmu
Muhammad = Af’al (pekerjaan)
RUH SHALAT = RASULULLAH
HAKIKAT KEHIDUPAN :
1. Sebelum Shalat
2. Di dalam Shalat
3. Di luar Shalat

SHALAT adalah KEPALA AMAL


HAKIKAT 17 RAKA'AT : 4 x 4 = 16
17 = Diri Manusia = Ghoib
(ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada)

1. DZAT
2. SIFAT
3. ASMA
4. AF'AL

1. Nur Darah Merah


2. Nur Darah Kuning
3. Nur Darah Putih
4. Nur Darah Hitam

1. Nafsu Amarah
2. Nafsu Sufiah
3. Nafsu Lawammah
4. Nafsu Muthmainah = Rahmat

1. Al-Qur’anul MAJID
2. Al-Qur’anul KARIM
3. Al-Qur’anul HAKIM
4. Al-Qur’anul ADHIM

1. RASUL PERTAMA :
NABI ADAM ‘ALAIHISSALAM.
Pertama kali Allah membuat utusan yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam, syahadatnya ;

“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA ADAM KHALIFATULLAHI “


“ Kamu Adam di kehendaki oleh Kami, menjadi utusan, tetapi kamu sekarang jangan mau ma’rifat
kepada Kami, cukup mengetahui saja dulu, sebab wujud kamu adalah kenyataan adanya Kami “. Dalilnya
; “ Wallahu baathinul insan, Al insanu dohirullah “, tapi wujud kamu pribadi sekarang harus Shalat yaitu
dua raka’at, waktu subuh keluarnya fajar, sebabnya harus shalat karena kamu harus menerima
punya NYAWA, keduanya punya WUJUD, itulah asalnya ma’na adanya Shalat Subhi.
2. RASUL KEDUA :
NABI NUH ‘ALAIHISSALAM, syahadatnya ;

“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA NUH HABIBULLAH “.


“ Hai… Kamu Nuh dikehendaki oleh Kami jadi utusan, tetapi kamu sekarang jangan ingin ma’rifat kepada
Kami, ketahui dulu PENDENGARAN kamu yaitu pendengaran AKU”.
Dalilnya ; Sama-Sami’an, dan “ Sekarang kamu harus Shalat waktu Duhur, banyaknya 4 raka’at, harus
menerima punya DUA TELINGA dan DUA KAKI “, makanya manusia wajib Shalat karena menerima
punya dua telinga dan dua kaki.

3. RASUL KETIGA :
NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM, syahadatnya ;

“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA IBRAHIM KHALILULLAHU “.


“ Hai… kamu Ibrahim,sekarang sudah jadi utusan, tapi kamu jangan ingin ma’rifat kepada AKU, ketahui
dulu PENGLIHATAN kamu yaitu penglihatan AKU”. Dalilnya ; “ Basar dan Basiran”, sekarang kamu harus
segera sujud, harus Shalat 4 raka’at Asyar waktunya pasti, sebab kamu mempunyai DUA MATA dan DUA
TANGAN “ begitulah asalnya mengapa ada Shalat Asyar.

4. RASUL KEEMPAT :
NABI MUSA ‘ALAIHISSALAM, syahadatnya ;

“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA MUSA KALAMULLAH “.


“ Hai…kamu Musa utusan AKU pribadi, tapi jangan ingin tahu kepada Dzat Sifat AKU, ketahui dulu
PERKATAAN kamu, yaitu sudah pasti PERKATAAN AKU “. Dalilnya ; “ Kalam Mutakalliman “ Shalatlah 3
raka’at waktu magrib, sebab kamu sudah pasti punya BIBIR, kedua mempunyaiPERKATAAN / LISAN dan
ketiga mempunyai HATI.

5. RASUL KELIMA :
NABI ISA ‘ALAIHISSALAM, syahadatnya ;

“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA ISSA RUHULLAHI “.


” Kamu Isa sudah menjadi utusan Kami, tapi kamu tidak harus tahu kepada Dzat AKU, ketahui dulu nafas
/ PENCIUMAN kamu pribadi, sebab nafas kamu itu adalah kenyataan hidup AKU ” , sekarang kamu harus
Shalat pada waktu Isya 4 raka’at karena di diri kamu adalah kenyataanDUA LUBANG HIDUNG bukti
adanya NAFAS, yang ke empatnya adaDARAH sudah bukti, sebab jika darah tidak ada, nafas juga tidak
ada, makanya sekarang harus Shalat di waktu Isya, sebab asalnya dari Nabi.

6. RASUL KEENAM :
NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ‘ALAIHI WASSALAM.
Syahadatnya ;
“ASHHADU ANLAILAAHA ILLALLAHU WA ASHHADU ANNA MUHAMMADUR RASULULLAH “.
Hai… Muhammad kamu adalah utusan Kami, sekarang kamu harus ma’rifat kepada AKU, sebab kamu
yang paling dekat dengan AKU. Dalil Qur’an ;

“ Al INSANU SIRI WA ANA SIRUHU “

artinya “ Kamu Muhammad adalah RASA AKU “, sudah tentu karena pangkatnya tidak salah yaitu
Muhammad Rasulullahi, ini AKU memberimu buraq untuk nanti menghadap ke hadirat AKU “ dan akan
turun kepada anak cucu, terus kepada para Wali semua sampai kepada hari Kiamat, juga Muslimin dan
para Auliya yang mendapatkan pertolongan Allah

Begitulah sejarahnya, tapi heran bangsa Islam suka mungkir, keukeuh katanya tidak akan tersusul, Allah
sudah berjanji kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, sudah bersabda terus
sampai hari Kiamat akan turun buraq – buraq tadi, tentu saja tidak akan ketemu, jika kita diam di
Tharekat puji tidak menyusul kepada Tharekat Ilmu, tidak memakai Ijma Qiyas, tegasnya hukum akal
tidak di susul, tanpa akal tidak akan terjadi.

Hakikatnya Adam nyatanya adegan WUJUD pribadi


Hakikatnya Nuh nyatanya PENDENGARAN
Hakikatnya Ibrahim nyatanya PENGLIHATAN
Hakikatnya Musa nyatanya PERKATAAN
Hakikatnya Isa nyatanya PENCIUMAN, SIFAT NAFAS sudah pasti.

Muhammad adalah RASA JASAD dan pantas Muhammad di sebut di tiap Hadist, Penghulunya, “ Kamu
adalah utusan Kami, sekarang kamu harus ma’rifat kepada AKU, sebab kamu yang paling dekat ”. Jika
tidak punya RASA, wujud akan berbaring tidak bisa bergerak dan berbalik, hakikatnya semua para Rasul,
sudah bergulung pada jasad, tidak kekurangan lagi.

“ TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BISA MA’RIFAT DZAT KECUALI NABI MUHAMMAD RASULULLAH
SHALALLAHU ‘ALAIHI WASSALAM “.

Jika ada seseorang yang mengaku sudah TAUHID DZAT / MA’RIFAT DZAT (MAHA GHAIB), maka dia
menjadi MURTAD tidak salah lagi, orang seperti ini jangan di dekati, bisa menjadi menular dan terkena
murtad, sudah banyak yang seperti ini, yang berceritapun orang yang ngajinya sudah puluhan tahun.
Jika ngaji Hadist dan Dalil, harus di barengi ngaji QIYAS, IJMA harus di susul, agar jangan keliru AKALnya
di pakai.

Kata Hadist “ Tidak ada seorangpun yang bisa ma’rifat kepada Dzat Maha Agung “, tentu saja, sebab
yang namanya orang sudah pasti melihatnya menggunakan mata kepala, jika begitu benar
sekali, MUTAJILAH tidak salah lagi, sebab menjirimkan sudah pasti, menjirimkan Allah, ada kita juga
berbarengan ada itu, jadi ada HIDUP dua.

Hadist tidak salah yaitu perkataan para Rasul dan para Nabi, yang salah sudah pasti yang ngajinya, ma’na
kitab tidak dipikirkan lagi. Ma’na kitab Qur’an, ada dua yang sudah di tulis di “ Lam yakunil Syahrul
bariyyah, Khairul bariyyah “, ma’na yang kasar dan ada ma’na yang halus, kasar untuk Neraka, yang
halus untuk bagian Surga, kata Qur’an adalah begitu, apakah akan tidak percaya kepada dalil Qur’an
yang sudah pasti, dalil tidak boleh di rubah, ma’na pun begitu juga, hanya saja wajib dengan Ilmunya,
ma’na dalil di mengerti keluar dan ke dalamnya, hukum Qiyas di jalankan, sebab untuk
menyempurnakan maksud tidak ada jalan lagi harus memakai akal, Ilmu Lahir dan Ilmu Baathin.

Katanya tadi di Hadist di sebut, “ Tidak ada yang bisa ma’rifat kepada Allah kecuali Baginda Nabi
Muhammad Rasul “, benar sekali, tapi jangan menetapkan saja ke situ. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam Mekah itu adalah yang menjadi bibit, bibitnya yang ma’rifat, tapi carilah hakikat Nabi yang ada
di wujud ;

RASULULLAH ITU TIDAK PUPUS SEBAB JIKA PUPUS DUNIA INI PASTI LEBUR

yang pupus adalah majajinya, hakikatnya tidak mati. Carilah RASA Rasulullah tegasnya RASA Allah di
sekujur wujud, jika sudah ketemu, tentu saja ma’rifat, kepada Dzat Maha Agung karena itulah yang
ma’rifat. Orang berilmu mengenal Allah harus melalui SIFAT RASA RASULULLAH [Jauhar Awwal]
= TAUHID SIFAT / MA'RIFAT SIFAT.(GHAIBUL GHAIB)
Al-insan al-kamil adalah manusia yang telah memiliki dalam dirinya SIFAT NUR ILMU RASULULLAH
nyatanya yaitu RASA dan awasnya BAATHIN.

“ BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA “

Wujud orang tidak akan bisa melihat,tetap saja paling bodoh, tidak punya daya dan upaya pasti, hanya
RASA Maha Agung yang tetap tahu, yangMELIHAT TIDAK MEMAKAI MATA, BERKATA TIDAK MEMAKAI
BIBIR, MENDENGAR TIDAK MEMAKAI TELINGA.

Yang ghaib di wujud kita harus ketemu supaya bisa pulang, pulang kepada RASA AKHIRAT dahulu yaitu
RASA Allah, sebab jika tidak ketemu sekarang tentu tidak akan bisa pulang kepada rasa yang tadi, akan
tetap di RASA DUNIA / IMAN DUNIA, balik lagi ke Dunia menjadi gentayangan menjadi arwah (Sifat
Nyawa), terkurung oleh Alam Dunia, tegasnya belum keluar, masih tetap di “pembuangan”, buktinya
banyak siluman, jinn, dedemit.

RUKUN SHALAT :
1. Rukun Qalbi adalah rukun yang bersumber pada hati
2. Rukun Fi’li adalah rukun yang bersumber pada perbuatan/tindakan dari anggota badan
3. Rukun Qauli adalah rukun yang bersumber pada ucapan/bacaan/pekerjaan
PUJI HADIST ‘ALAL HADIST
Puji baru kepada yang baru, ibaratnya kita memuji kepada wujud orang lain, sama pada - pada baru, jika
memuji kepada orang bukanlah bab Ilmu karena tidak akan menjadi manfa’at, memuji itu harus kepada
Allah, orang tidak wenang untuk di puji, jangan menyamai Maha Agung, di syahadatpun Allah hanya satu
yang wajib di ibadahi, dalil adalah aturan Ilmu sudah pasti, bukan untuk memuji kepada makhluk tapi
tetap untuk Allah dari makhluknya, kalau memuji ke sesama orang itu adalah aturan lain hanya untuk di
Dhohir

Puji baru kepada yang baru adalah pada waktu baca kitab dan Qur’an, pada - pada baru pasti. Huruf
Qur’an tentu saja baru hasil pekerjaan Nabi, yang Qadim adalah perkataannya, hurufnya baru adalah
pasti, ketika kita yang bacanya, suaranya baru, suara baru ada adalah sesudah kita ke Alam Dunia, ketika
di Alam Rahim tidak ada suara.

PUJI HADIST ‘ALAL QADIM.


Puji Hadist ‘alal Qadim, yang baru memuji kepada yang Qadim, yang baru adalah wujud, berdiri, ruku,
sujud, duduk, attahiyat, sama baru yang Qadimnya ialah Nur Muhammad asal tadi cahaya yang empat
rupa.

PUJI QADIM ‘ALAL QADIM.


Qadim memuji yang Qadim adalah ketika Shalat sejati, sudah pasti di situ pada Qodim yang memuji dan
dipujinya buktinya tidak memakai bibir, pada Qodim semuanya.

PUJI QADIM ‘ALAL HADIST.


Qadim memuji kepada yang baru, jika ibadahnya dibarengi dengan ma’rifatnya kepada Dzat Maha Suci.
Ibadah dengan Ilmu inilah yang dipuji, sudah sah Dzat, sah Sifat, sah Asma dan sah Af’al, berada
dalamKESADARAN MURNI, apalagi ibadahnya, berbalik dan bergerak sudah pasti menjadi puji
semuanya, sebab sudah tetap dalam keadaan sadar, tidak mengakui gerak sendiri, semua hanya karena
kehendak Allah.

NABI MUHAMMAD AWWAL dan AKHIR.


Ruh Ilmu Rasulullah adalah bibit tujuh bumi tujuh langit, sesudah ada Nabi Adam dan Siti Hawa yaitu
bibit yang mengeluarkan umat manusia, tetap saja Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam yang menjadi awwal dan akhirnya, ketika Adam dan Hawa mau punya anak, tentunya dua rasa
bertemu, RASA hakikatnya adalah RASULULLAH, jika tidak ada rasa tidak akan keluar mani, dua-duanya
juga luput, mani adalah hakikat Adam, Adam dari cahaya Ruh Ilmu Rasulullah, yaitu cahaya RASA, mani
tadi menjadi rupa :

KEPALA menjadi MIM


DADA menjadi HA
PUSAR menjadi MIM
KAKI menjadi DAL

Menjadi lafadz Muhammad, akhirnya rasa yang tadi menjadi rupa manusia disebut Muhammad Awwal
dan Akhir. Nabi penutup maksudnya adalah penutup ilmu, yg empat dilakukan yaitu Syariat dan Hakikat.
Tharekatnya di jalani, jalan Ma’rifat kepada Allah, sampai kepada Yang Maha Suci, menjadi pangkatnya
Nabi Muhammad Rasulullah, karena sudah ma’rifat kepada Allah.
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebagai Nabi penutup yang berada di Madinah [Jasad]
Muhammad majaji-nya sudah pasti yaitu syariatnya yang ma'rifat, Muhammad hakiki-nya adalah Wujud
Sifat Nur Ilmu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang hidup kekal abadi.

HAKIKAT ILMU ADALAH IMAN, suatu anugrah dari Allah Ta'ala kepada manusia yang paling mulia Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, manusia yang tidak mempunyai bayangannya sendiri, manusia
yang tidak pernah menguap, manusia yang lahir dalam keadaan sudah di sunat, setiap langkahnya di
rindukan oleh bumi, di berinya Ilmu dan keimanan yang sempurna [Ruh Ilmu Rasulullah] dipersiapkan
jasad dan jiwanya untuk menerima mu'jizat terbesar yaitu Al-Qur’an dan sebagai Nabi penutup akhir
jaman [Jasad]
Rahmatan lil Alamin…
Rahmat bagi seluruh alam...
Di utus untuk membersihkan akhlaq baathin manusia dari berhala...

Bergelar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Sifatnya ; Siddiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh.
Sebagai pembawa risalah/Nubuwwah yang ma’sum jasad dan jiwanya, suci dan bersih dari Idajil, Iblis,
Setan dan Jinn, isinya adalah 10 Malaikat dan Rahmat. Semua 25 Nabi dan Rasul bertindak bukan
berdasarkan HAWA NAFSU, tapi berdasarkan risalah NUBUWWAH kenabian, yang isinya adalah RUH
ILMU RASULULLAH.

Orang yang taat kepada perintah-Nya senantiasa kuat melakukan ibadah dan meningkatlah kekuatan
ruhaninya. Dia akan kuat untuk menyerahkan semua urusan kehidupannya kepada Allah saja. Dia tidak
lagi takut apapun yang menimpanya. Dia tidak lagi tergantung kepada sesama makhluk. Hatinya teguh
dan ikhlas dengan semua ketentuan-Nya.

Bahaya dan bencana sehebat apapun tidak lagi menggugat imannya dan keni’matan duniawi tidak lagi
menggelincirkannya. Baginya suka dan duka, bencana dan keberuntungan sama saja, karena ini takdir
yang sudah ditentukan Allah untuknya, dan takdir-Nya kepadanya pasti yang terbaik.

Orang yang seperti ini sentiasa di dalam penjagaan Allah, karena dia telah menyerahkan dirinya kepada
Allah dan Rasulullah. Allah menganugerahi orang ini dengan kemampuan untuk melihat dengan mata
hati dan bertindak melalui Petunjuk Ladunni (Ilham), tidak lagi melalui pikiran, kehendak diri sendiri atau
angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan memberi kesan kuat kepada hatinya
(qalbunya). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia menafikan perwujudan dirinya dan
diisbatkannya kepada Wujud Allah Ta’ala.
Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati.. Dia merasakan benar-benar akan
keesaan dan kuasa-Nya Allah, bukan sekadar mempercayainya. Hakikat sesungguhnya hanya bisa di
alami dengan mata baathin. Mata baathin melihat atau menyaksikan keesaan Tuhan dan hati merasakan
akan keadaan keesaan itu. Mata baathinnya melihat kepada Wujud-Nya, tidak lagi melihat kepada
wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah transenden dari sifat-sifat kemanusiaan.
Orang yang mencapai tingkat ini dikatakan telah mencapai maqam Ma’rifat Sejati, Ruh Iman. Hatinya
jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan DIA dan segala sesuatu datangnya dari Allah.

perjalanan spiritual manusia akan melalui beberapa tingkatan dalam proses mengenal Tuhan, pertama
terbuka mata baathin dan cahaya Qalbu memancar menerangi akalnya. Seorang yang akalnya diterangi
cahaya Qalbu akan melihat betapa dekatnya TUHAN. Dia melihat dengan ilmunya dan mendapat
keyakinan yang dinamakan Ilmul Yaqin.

Pada tahap keduanya mata baathin yang telah terbuka. Seseorang tidak lagi melihat dengan mata ilmu
tetapi melihat dengan mata baathin dan mata baathin memandang itu dinamakan Kasyaf. Kasyaf
melahirkan pengenalan atau ma'rifat. Seseorang yang berada di dalam maqam ma'rifat dan mendapat
keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperoleh keyakinan yang dinamakan Ainul Yaqin. Pada tahap
Ainul Yaqin seseorang telah menceburkan diri di wilayah keghaiban segala sesuatu termasuk dirinya
sendiri.

Shalat itu suci, Ruh shalat suci, Al-Qur’an suci, Ruh samawi itu suci, sehingga di perlukan persiapan
kebersihan untuk masuk arena shalat, segala beban dan permasalahan duniawi sudah harus
ditinggalkan, yang ada hanyalah pasrah, pasrah dalam arti manusia tidak memiliki kuasa apapun,
ibaratnya, jika sebentar lagi akan di cabut nyawa, sudah tidak ada lagi yang dicintainya karena Rasa
Dunia sudah terganti dengan Rasa Akhirat, Iman Dunia sudah terganti dengan Iman Akhirat...

"ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA"


" Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi "

“Aku berlindung dengan ridha-Mu dari amarah-Mu, dan aku berlindung dengan ampunan-Mu dari
murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu”.
SIFAT 20 DI BAGI 4

Dzat Allah merupakan perwujudan dari adanya Allah.


Dzat Allah Subhana Wa Ta'ala memiliki sifat-sifat yaitu sifat yang wajib, sifat yang mustahil bagi Allah,
dan sifat yang ada pada Dzat Allah.

1. NAFSIAH - SIFATNYA PENCIUMAN / NAFAS

Nafsiah satu pasti, hal bagiannya.


1. WUJUD = “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah,
Rabb semesta alam.“ [QS. Al-A’raf: 54]

Wujud artinya ada, bukti adanya nafas, ada nafas tentu saja ada hidup, setiap ada hidup sudah pasti,
ada Allah, sebab sifatnya hidup dari Dzat-Nya Sifat-Nya Allah Ta’ala
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa jagat kabir dan jagat
shagir ada, karena adanya Allah yang menciptakannya.

2. SALBIAH - SIFATNYA PENGLIHATAN/ MATA

Awasnya mata adalah yang pertama sebab itulah yang membuktikan SifatSalbiah di mata, ada lima
perkara, barangnya yang bukti:
1. Warna putih dari mata
2. Warna hitam dari mata
3. Warna kuning dari mata
4. Warna merah dari mata
5. Beningnya mata
lima barang jadi bersatu, kehendak Allah Ta’ala, setiap bagiannya sudah pasti ada rahasianya.
2. QIDAM = “Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Baathin; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. “ [QS. Al-Hadid: 3]

Qidam berarti dahulu atau awwal. Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala
sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.

Qidam artinya permulaan, Syariatnya nyata di jasad manusia, sifatnya mata, awasnya mata paling
pertama, karena penglihatan membuktikan sifat, sewaktu manusia masih ghoib, sebelum mengembara
ke Alam Dunia. Ibu dan Bapak masih perawan dan bujang, setelah bertemu pandang, hati keduanya
menjadi jodoh, setelah menikah “dua rasa menjadi satu” , lahirlah seorang anak, jadi asal mulanya
adalah dari mata.

3. BAQA = “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan. “ [QS. Ar-Rahman: 26-27]

Sifat Allah Baqa’ yaitu kekal. Manusia, hewan ,tumbuhan, dan makhluk lainnya selain Allah akan mati
dan hancur. Manusia akan kembali kepada-Nya dan itu pasti. Hanya Allah lah yang kekal. Baqa, artinya
adalah langgeng atau kekal, langgeng Dzat Allah/ Nurullah, hidup itu kepunyaan Allah ta’ala.

4. MUKHOLAFATU LIL HAWADIST = “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ [QS. Asy-Syura: 11]

Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaan-Nya, Mukhalafatuhu Lilhawadist yaitu, Allah
sangat berbeda dengan yang baru , tidak akan ada yang menyamai Allah dengan yang baru. Allah
melihat tidak dengan mata, mendengar tidak dengan telinga, berucap tidak menggunakan bibir.

5. QIYAMUHU BINAFSIHI = “Allah, tidak ada Ilah [yang berhak disembah] melainkan Dia. Yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. “ [QS. Ali-Imran: 2]

Qiyamuhu Binafsihi artinya Allah berdiri sendiri, manusia juga tidak merasa, jasad manusia di buat oleh
Ibu dan Bapak, walaupun “bertemu” seorang Bapak dan Ibu, sama sekali tidak punya niat untuk sengaja
membuat anak, syariatnya dari Ibu, hakikatnya adalah kehendak Yang Maha Agung, yaitu wenangnya
[sifat Jaiz] Allah Ta’ala, sangat wenang sekali Allah untuk menjadikan wenang dan tidaknya, tetapi
kematian adalah suatu hal yang wajib.
6. WAHDANIYAH = “Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain Allah, tentulah keduanya itu
sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. “
[QS. Al-Anbiya: 22]

Wahdaniah adalah sah Dzat, sah Sifat, sah Asma dan Af’alnya. Wahdaniat menetap di yang empat, di
bibir, mata, telinga, hidung, jika di hidung, Dzatnya yaitu penciuman, sahnya adalah pasti, jika yang di
cium minyak wangi, tetap wanginya yang di akui, tidak akan tertukar. Dua sah Sifatnya apa yang di cium
pasti, ketiga sah Asmanya, baunya, nama wanginya, tidak akan tertukar namanya, bau bangkai dan bau
minyak wangi. Keempat sah Af’alnya , sah pekerjaannya, penciuman adalah nyata, tidak mau tertukar,
yang bau tetap dengan baunya, yang wangi tetap dengan wanginya. Walaupun di mata sah Dzat itu,
awasnya pasti, sah Sifatnya juga nyata, apapun yang dilihat, hitam, merah dan ungu, hanya sifat yang
bukti, sah Asmanya dan Sifatnya juga pasti.

7. QUDRAT = “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. “ [QS. Al-Baqarah: 20]

Qudrat yaitu kuasa, tetapi kuasanya Allah, tidak memakai perkakas dan perabotan, jika punya maksud
seperti mau membangun rumah, sebelum dikerjakan tentu di pikir dulu, gimana kemauan hati, rupa
rumah yang akan di bangun, diatur-atur dan dicipta-cipta oleh hati dan pikir, agar rumah yang akan di
buat menjadi bagus, pasti selaras dengan hati, sudah tercipta, dan nyatanya jadilah sebuah rumah yang
sudah dibangun di dalam hati, rumah yang di buat tanpa memakai perkakas dan perabotan, kuasanya
Allah, keterangan Qudrat yang sudah tidak bisa di rubah.

3. MA’ANI - SIFATNYA PENDENGARAN / TELINGA

Ma’ani, nyata di telinga, tujuh bagiannya: lekuknya telinga tujuh, ke tujuh dengan liangnya, tidak ada
yang mubazir, ada lekuk pasti ada sebabnya.
8. IRADAT = “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”
[QS. Hud: 107]

Iradat adalah Allah sifatnya berkehendak, bukti yang tadi, rumah sudah terlihat, ada di dalam hati,
sekarang di jadikan kehendak, ingin membangun rumah, hakekatnya sudah terjadi, tinggal syariatnya,
membuktikan Iradat. Iradat berarti berkehendak. Manusia hanya dapat berusaha dan berdo’a, namun
hanya Allah yang menentukan. Kehendak Allah ini juga atas kemauan Allah tanpa ada campur tangan
dari manusia atau makhluk lainnya. jadi iman siang dan malam, mengartikan Qudrat dan Iradat Allah.

9. ILMU = “Katakanlah [kepada mereka]: Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu [keyakinanmu], padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Hujurât: 16]

Ilmu adalah asalnya dari pengetahuan, dan Hayat adalah terang, pasti bersatu, sebab pengetahuan itu
pasti tempatnya terang, Jasad dan Baathin tidak berbeda, jasad di dunia, bagaimana bisa melihat jika
tidak ada terang, Baathin juga harus jelas, ‘ainal yakin sampai kepada terangnya, bukan terangnya
siang, tapi terangnya Sifat Nur Ilmu Rasulullah di Qolbu, keyakinan tanpa ilmu, bagaikan daun yang
jatuh dari pohon, terbang mengikuti angin, tidak mempunyai pijakan yang kokoh.

10. HAYAT = “Allah tidak ada Ilah [yang berhak disembah] melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus [makhluk-Nya]; tidak mengantuk dan tidak tidur.” [QS. Al-Baqarah: 255]

Sifat Allah Hayat atau Hidup. Namun hidupnya Allah tidak seperti manusia, karena Allah yang
menghidupkan manusia. Manusia bisa mati, Allah tidak mati, Ia akan hidup terus selama-lamanya.

11. SAMMA’ = “Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ [QS. Al-Maidah: 76]

Allah mendengar, tapi tidak memakai telinga

12. BASHAR = “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan. “ [QS. Al-Hujurat: 18]

Bashar Allah melihat tanpa menggunakan mata


13. KALAM = “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. “ [QS. An-Nisa: 164]

Kalam Allah berbicara tapi tidak menggunakan bibir.

4. MA’NAWIYAH - SIFATNYA PERKATAAN, memaknaiPENCIUMAN, PENGLIHATAN, dan PENDENGARAN

Ma’nawiyah, tujuh pasti, bagiannya bergulung sifat dua puluh tadi, bergulung ke yang empat :
1. Bibir bawah
2. Bibir atas
3. Gusi atas
4. Gusi bawah
5. Langit bawah
6. Langit atas
7. Lidah
Gigi datang setelah manusia lahir ke Alam Dunia

14. QODIRUN [Dzat Yang Maha Berkuasa] = “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. “
[QS. Al Baqarah: 20]

Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas
seluruh makhluk dan ciptaan-Nya

15. MURIDUN [Dzat Yang Maha Berkehendak] = “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang
Dia kehendaki. “ [QS.Hud: 107]

Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak

16. ALIMUN [Dzat Yang Maha Mengetahui] = “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu. “

[QS. An Nisa’: 176]

Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi
maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.

17. HAYYUN [Dzat Yang Maha Hidup] = “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak
mati. “
[QS. Al Furqon: 58].

Allah adalah Dzat Yang Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.

18. SAMI’UN [Dzat Yang Maha Mendengar] “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan
siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “
[QS. Al Baqarah: 256].

Allah mendengar, tapi tidak memakai telinga

19. BASIRUN [Dzat Yang Maha Melihat] = “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “

[QS. Al Hujurat: 18]

Allah melihat tanpa menggunakan mata

20. MUTAKALLIMUN [Dzat Yang Maha Berbicara] = Allah berkata melalui ayat-ayat Al Quran. Sifat yang
dimiliki oleh Allah merupakan Dzat Suci, tidak bisa dibandingkan dengan manusia
Sifat yang dimiliki oleh Allah adalah merupakan bukti adanya Dzat/Nurullah, bukti sifat-Nya di diri
manusia adalah, manusia melihat, maka sifat Allah adalah Maha Melihat. Manusia mendengar, maka
sifat Allah adalah Maha Mendengar. Manusia berkata-kata, maka sifat Allah Maha Berkata-kata.
Manusia mempunyai daya, maka sifat Allah adalah Maha Berkuasa. Manusia hidup, maka sifat Allah
adalah Maha Hidup, namun sifat Allah lebih segalanya dan tidak bisa di bandingkan dengan manusia.

KENYATAAN SIFAT MAHA AGUNG, SIFAT MAHA TINGGI, SIFAT MAHA MULIA, SIFAT MAHA SUCI DI
DIRI MANUSIA :

SIFAT MAHA AGUNG


Nyatanya di diri manusia adalah PERKATAAN, tujuh bumi dan tujuh langit, yang begitu besar, kebesaran
alam semesta (Jagat Kabir) dan wujud manusia (Jagat Shagir) yang diucapkan oleh semua manusia,
sebagian menyebutnya dengan Asma Allah, dilisankan oleh perkataan, itulah tanda ke Agungan-Nya.

SIFAT MAHA TINGGI


Nyatanya, di diri manusia adalah PENGLIHATAN, itu adalah yang paling tinggi, buktinya langit yang tinggi
tanpa tiang, bisa di kejar oleh mata, tidak ada yang menghalangi, di atas langitpun pasti terjangkau oleh
awasnya mata, pasti bisa disusul ketinggiannya

SIFAT MAHA MULIA


Nyatanya di diri manusia adalah PENDENGARAN, mulianya adalah karena mendengar, tidak pernah
sakit, yang ada adalah sakit kuping/telinga, mulia seterusnya.

SIFAT MAHA SUCI


Nyatanya di diri manusia adalah PENCIUMAN, nafasnya di hidung, paling suci, buktinya nafas tidak
pernah kotor, biarpun tidak dicuci, nafas tetap bersih.

Syariat dan Hakikat, Tharekat Ma’rifat tidak bisa di pisah-pisah, harus bergulung menjadi satu, baik itu di
Agama, apalagi di dalam Ilmu, sebab manusia juga sempurna bisa ada di dunia, tiada lain oleh yang
empat, yaitu perkataan, penciuman, penglihatan, pendengaran, jadi jika kurang satu, tidak akan
sempurna manusia hidup, apalagi jika kurang dua atau tiga.

Sifat dua puluh adalah jalan untuk tahu kepada Al-Qur’an, Agama samawi, jalan manusia ibadah kepada
Allah, untuk mengamankan dunia, agar manusia di alam dhohir, hidupnya bisa rukun dengan sesama,
maka jadilah ada Agama, berkat Rahman Rahim-Nya Yang Maha Agung, memuliakan kepada manusia,
dari dunia sampai baathin, diunggulkan dari sesama mahluknya. Huruf yang dua puluh, pasti cukup,
tidak akan kurang, malah tujuh belas, hakikatnya dengan segitu juga cukup, semua juga tahu, tiga puluh
huruf pasti, itu adalah rangkapnya, bibitnya dari dua puluh.
Shalat, sehari semalam tujuh belas raka’at, tidak kurang dan tidak lebih, malah rukunnya juga tujuh
belas di dalam ibadah, oleh tujuh belas juga cukup, tharekatnya nyusul yang tiga sifat. disusul oleh
tharekat tujuh belas raka’at, adalah satu Dzatnya Allah, Sifatnya, Asmanya Allah Ta’ala.

Asmanya yang satu cukup kepada tujuh bumi, tujuh langit semuanya, itulah yang harus di susul,
makanya Al-Qur’an hurufnya hakekatnya tujuh belas, yaitu nyusul yang tadi, Dzat, Sifat, Asma Allah
ta’ala, kenyataan huruf yang tiga, yang tidak ada di Qur’an, yaitu huruf Ca yang pertama, ke dua huruf
Nya dan huruf Nga yang ke tiga, itulah yang tidak ada di Qur’an tidak di tulis, itulah hakekat Dzat - Sifat -
Asma Allah atau Allah - Muhammad - Adam itulah yang di cari, di susul oleh yang tadi yaitu tharekat
Agama, yaitu pada waktu yang lima, sehari semalam, raka’atnya yang tujuh belas, rukun syahadatnya
ada 9 = sembilan wali

100 - 1 = 99 Nama Allah, yang 1-nya adalah ;

DZAT WAJIBUL WUJUD, Dzat yang wajib adanya.

Sifat 20 adalah merupakan rangkuman dari sifat-sifat Allah yang lain, yang ada di dalam Al-Qur'an

“BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA IA AKAN MENGENAL TUHAN-NYA”

AWWALU DINNI MA'RIFATULLAH WA MA'RIFATURRASULULLAH


MEKKAH = Hakikat
MADINAH = Syariat

AWWALU DINNI MA'RIFATULLAH


Hakikat : LA ILAHA ILLALLAH > DZAT

WA MA'RIFATURRASULULLAH
Syariat : MUHAMMADUR RASULULLAH > SIFAT

TIDAK PISAH - TIDAK JAUH

Kalimah Thoyyibah / Ruh Tauhid :


LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH

MUHAMMADUR = MIM-HA-MIM-DAL =
Attahiyat = Diri Manusia
RASULULLAH = Ruh Shalat

Meyakini LA ILAHA ILLALLAH tanpa meyakini MUHAMMADURRASULULLAH = Menghapus :


MIM = Kepala
HA = Dada
MIM = Pusar
DAL = Kaki
menghapus DIRI MANUSIA dan RUH SHALAT

Tidak Shalat Dhuhur, hilang KAKI KANAN


Tidak Shalat Ashar, hilang KAKI KIRI
Tidak Shalat Maghrib, hilang DADA
Tidak Shalat Isya, hilang PUNGGUNG

Tidak Shalat Subuh, hilang KEPALA


TANGAN untuk menerima

" BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN adalah SHALAT "

Karena gengsi Abu Jahal hanya mengakui LA ILAHA ILLALLAH tanpa mau
mengakui MUHAMMADURRASULULLAH karena Abu Jahal merasa sanggup untuk mengantarkan
amalannya sendiri langsung kepada Allah...

Shalat bukanlah menyembah ASMA ALLAH seperti nama Allah yang di pajang di dinding rumah dan
masjid, itu hanyalah penamaan saja, jadi shalat sebenarnya adalah TA'AT kepada DZAT WAJIBUL
WUJUD...Dzat yang wajib adanya...

Mengaku muslim tetapi tidak melaksanakan shalat...Sedangkanmeninggalkan shalat adalah suatu


perbuatan dosa besar, shalat adalah kepala seluruh amal atau wadah dari semua amalan... Hakikat
amal adalah Ruh. Dan yang dimasukkan ke dalam liang kubur adalah shalat...

Menjelang kiamat... Ketika orang-orang beriman sudah di wafatkan, akan keluar seekor ular yang sangat
besar namanya Sujaul Aqro, yang sekarang berada di dalam perut bumi, ular ini membawa Neraka di
dalam perutnya dan akan memangsa orang-orang yang tidak shalat dan zakat...

“Awwalu dinni ma’rifatullahi ta’ala” Imam Al-Ghazali


Awalnya beragama harus ma’rifat dulu kepada Allah Ta’ala.
maknanya adalah mengenal Qudrat dan Iradat Allah yang terletak padaJANTUNG :

Qudrat adalah KEHENDAK


Iradat adalah DIKEHENDAKI

Qudrat adalah TARIKAN NAFAS


Iradat adalah KELUARNYA NAFAS

Qudrat > HATI > RUKUN IMAN ( kepunyaan Allah )


Iradat > PIKIR > RUKUN ISLAM ( kepunyaan Rasulullah )

Adanya NAFAS karena adanya HIDUP


Adanya HIDUP karena adanya YANG MAHA HIDUP

“Wa'bud robbaka hatta ya tikal yaqiinu” Al-Hajr ayat 99


Harus taat kalian kepada Allah hingga sampai kepada yakin.

Di sini makna dalil bagaimana artinya? Bagaimana sampainya? mau yakin kepada tha’atnya saja dari
baligh sampai kepada kematian baik juga. Katanya ingin sampai kepada yakin, kepada yang di tha’atinya,
malah dari dulu juga tidak ada yang ma’rifat, tetapi mengapa sampai ada yang menjadi Wali nyatanya.

Pertama derajat manusia tidaklah sama, kedua, perkara wajib ma’rifat agar supaya kita hidup di dunia
punya benteng pertahanan yang kuat untuk menjaga hawa nafsu yang buruk, menjadi punya rasa malu
karena siang malam dilihat oleh Allah, sudah terasa, tidak ada jarak, selamanya merasa dilihat.

Itulah faedahnya, makanya manusia wajib ma’rifat buat syarat sahnya amal ibadah sekarang ketika di
dunia, supaya yakin ibadahnya, tidak putus sampai mati, yakin kepada yang di ibadahi, tidak akan lupa
sampai mati. Dua-duanya dikerjakan amal dengan iman, meskipun di bagian dunia benar shalatnya,
tetap saja harus bertemu dulu dengan yang di shalatinya/memberi perintah. Tidak mendahulukan
shalat/to’at sebelum bertemu, benarnya puji harus bukti dulu kepada yang di pujinya. "Jika menerima
menjadi hamba harus melihat dulu kepada Tuhan-nya".

“Jika mencari jalan rejeki dengan kuli, harus mencari dulu tuannya, tidak langsung bekerja, pekerjaan
memang banyak, banyak tanah untuk di buka, sawah untuk di cangkul dll, jika langsung saja mencangkul
sawah tidak ada pembicaraan kepada pemiliknya, sudah pasti akan kedatangan yang punya sawah, dari
pada ngasih duit yang ada malah di usir, karena merasa sawah akan di hak oleh yang nyangkul, pertama
tentunya sebuah kerugian karena sudah mengeluarkan tenaga dengan lelahnya, kedua, tidak adanya
hasil berikut di usir dan di marah”

Bagian Agama wajib beramal ibadah sebelum ma’rifat kepada Allah, sebab perlu belajar dulu supaya
bisa, untuk bekal berbakti kepada Allah, hanya saja ibadah jika belum sampai kepada ma’rifatnya,
janganlah ujub karena adanya pahala, dapatnya pahala pasti bakal di timbang dengan amal baik dan
amal buruknya, jika berat kepada amal baik tentunya Surga (ni’mat) jika berat kepada amal buruk tentu
masuk Neraka (ketidakenakan) inilah yang mengerikan jika tidak ma’rifat.
Jika manusia sudah ma’rifat sudah tidak akan ada timbangan lagi, sebab di dunia sudah mampu dan bisa
menghisab diri sendiri melalui Tharekat, sudah bisa menimbang hawa nafsunya sendiri, yang di timbang
buruk tidak akan di lakukan, yang di timbang baik pasti di kerjakan.

Bagaimana jika manusia tidak tahu kepada jalan ibadah tapi ada kadar ma’rifatnya? apakah jalannya dari
Tharekat? Manusia seperti itu lebih beruntung, itu tandanya mendapat taufik (pertolongan) dari Allah,
ciri manusia yang di ampuni dosanya, dari mana saja jalannya pasti masuk dulu Tharekat, sebab untuk
membuktikan sifat-sifatnya hakikat DZAT, SIFAT, ASMA "barang ghaib" yang tidak bisa dilihat oleh mata
kepala

“Ru’yatullohi Ta’ala fidunya bi’ainil qolbi”


Melihat Dzat, Sifat Allah Ta’ala di dunia oleh awasnya hati/baathin. Itulah keterangannya yang ma’rifat
kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, tidak dipastikan bahwa harus dari Syariat dan harus bisa ngaji
kitab dan Qur’an, di atas disebutkan ahli syariat juga jika ingin mengejar ma’rifat tetap saja harus masuk
dulu Tharekat, Allah Maha Kuasa dan wenang, tidak kepada manusia yang bisa baca kitab Qur’an saja
memberi taufik itu, buktinya para Wali juga ada yang tidak masuk pesantren, semakin ke sini tidak
kurang manusia yang sampai kepada ma’rifat yang bukan dari pesantren dulunya, dan akan mendapat
keutamaan jika dari jalur pesantren terus sampai kepada ma’rifatullah, sebab Dalil dan Hadist menjadi
saksi.

Ma’rifat adalah untuk syarat sahnya amal ibadah, agar sempurna ibadahnya. Kedua untuk membentengi
hawa nafsu buruk, agar sempurna prilaku hidupnya di dunia. Ketiga perkara ma’rifat kepada Allah
adalah untuk keselamatan Dunia dengan Akhirat, sebab ;

SIFATNYA JALAN SELAMAT adalah TERANG


SIFATNYA JALAN CELAKA adalah GELAP

Walaupun ahli agama, jika tidak ma’rifat kepada Allah Ta’ala, apalagi jika belum mempunyai lampu,
sepertinya ingin menubruk orang lain, ibarat mengemudikan mobil malam hari tidak memakai lampu,
kejadiannya tentu tabrakan saja dengan temannya yang sama-sama tidak memakai lampu. Tiap-tiap
yang sudah ma’rifat tentu merasa bodoh dan tidak akan ujub, riya, takabur, dengki dan tidak akan iri
kepada orang lain, bodoh kepada manusia, pintar kepada Allah amaluna amalukum…

Bagaimana jalannya ma’rifat agar cepat sampainya?


Hal pertama jika ingin ma’rifat, harus mencari rukunnya dulu. Jika tidak ketemu rukunnya maka
selamanya tidak akan bisa sampai, semuanya juga memakai rukun, ingin Iman ada Rukunnya yang 6
perkara, ingin Islam ada Rukunnya yang 5 perkara, ingin melakoni Agama ada Rukunnya
Rukun Agama 3 perkara yaitu Syariat, Tharekat dan Ma’rifat, Hakikat adalah kepunyaan Allah.
Rukun ilmu ada 4 yaitu Syariat, Tharekat, Hakikat, Ma’rifat,

begitu juga jika ingin ma’rifat kepada Allah Ta’ala, harus tahu rukunnya. Rukun ma’rifat ada empat
perkara, kata sifat dua puluh yaitu sifat Wahdaniyah. artinya,
SATU DZAT - SATU SIFAT - SATU ASMA - SATU AF’AL
yang empat perkara kumpul ada pada manusia, hanya yang tiga DZAT, SIFAT, ASMA itu barangnya ghaib
tapi ada. Makanya manusia diwajibkan harus percaya kepada barang ghoib ;

“Hudan lil muttaqiina”


Manusia muttaqin yaitu manusia yang takut kepada Allah, yang menjalankan segala perintahnya dan
yang menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

“Alladziina yu minuuna bil ghoibi”


Semua manusia yang Iman mentekadkan, membenarkan serta mengakui kepada perkara yang ghoib,
disebut Muttaqin karena melakoni kepada perintahnya Allah, dan menjauhi apa-apa yang di cegah/di
larang Allah, yang Iman serta mengakui kepada ghoib, harus yakin dulu kepada barang-barangnya, sebab
ghoib bukan tidak ada, pasti adanya tapi kelihatannya harus oleh ghoib lagi, yang ghoib di wujud
manusia yaitu DZAT - SIFAT - ASMA - AF'AL, jadi dilihatnya juga harus oleh ghoibnya manusia lagi,
karena manusia juga ada ghoibnya;

“Wallaahu ghoibun al insaanu ghoibun”


Allah ghoib, manusia ghoib. Jadi artinya ghoib itu adalah sifat-sifatnya hakikat ;

DZAT yaitu hakikatnya ALLAH


SIFAT yaitu hakikatnya MUHAMMAD
ASMA yaitu hakikatnya ADAM

Apabila kita yakin melihat kepada sifat-sifatnya hakikat, sudah pasti bisa sampai kepada ma’rifatullah.
Sebab harus diingat bahasa “Allah” itu adalah tetap nama, nama sesudah ISBAT artinya sesudah dhohir
manusia, dan dhohirnya manusia adalah sesudah bergulungnya
Dzat - Sifat - Asma - Af’al-Nya Allah.

Alhasil jika manusia sudah ma’rifat (melihat) kepada sifatnya yang empat perkara, begitulah yang di
sebut ma’rifat kepada Allah, sebab itu yang empat jadi lafadz Alif – Lam – Lam - Ha “barang”, disambung
menjadi lafadz Allah.

Di sini lafadz belum di ketahui menjadi Allah, tasjidpun belum ada, jadiTASJID adalah kenyataan
manusia, sebab ada nama Allah adalah sesudah ada manusia. Jadi itu yang empat huruf dan ke-lima
adalah TASJID, bergulungnya menjadi ada Allah ;

“Tidak akan ada AKU jika tidak ada [Allah, ke - lima tasjid] bergulung menjadi ada Muhammad
(manusia), tidak akan ada Muhammad jika tidak ada AKU”

Sekarang bukti pada lafadznya juga, Alif - Lam – Lam – Ha, tidak berpisah dengan Tasjidnya. Jadi jelas
sudah bahwa manusia tidak ada jarak dengan Allah :
“Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil wariid”
Aku lebih dekat kepada kamu, biarpun diibaratkan urat leher, masih dekat Aku dan kamu.

HAKIKAT DZAT ALLAH


Buku : Syarah Doa Kumail
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan

Neisyaburi, dalam kitab rijalnya, berkata, “Kumail adalah sahabat pilihan Amirul Mukminin Ali as,
dimana Imam as menempatinya di barisan Imam as ketika dalam perjalanan.” Neisyaburi
menambahkan, dalam perjalanan tersebut, Kumail berkata kepada Amirul Mukminin Ali as, “Apa
sebenarnya Hakikat Itu?” (Hakikat Dzat Allah), Imam ali as menjawab, “ dimana engkau, dan dimana
hakikat Dzat Tuhan itu?”

Lalu, Kumail berkata, “Apakah saya bukan pengikut pilihan dan setia kamu?”, Imam as menjawab, “Iya,
wahai Kumail, kamu adalah pengikut setia dan pilihan ku, pada akhirnya, berbagai makrifat yang ada di
diri ku akan sampai kepada kamu.”

Mendengar itu, Kumail kembali berkata, “Apakah sosok Mulia seperti engkau akan mengecewakan
orang yang bertanya?” Imam ali as berkata, “ Hakikat Dzat Tuhan tidak dapat dipahami melainkan
melalui kashaf (pemandangan syuhudi), dan juga tidak dapat dipahami melainkan dengan jalan
penyucian, yaitu kita mensucikan Dzat Tuhan dari segala sesuatu yang pernah kita bayangkan dan
lihat.”

Amirul Mukminin Ali as, menambahkan, “ Manusia harus mengetahui bahwa Tuhan bukanlah yang ada
dalam angan-angan dan khayalannya. Apa yang ada di dalam angan-angan dan khayalan (imajinasi)
seorang manusia, bukanlah Tuhan, akan tetapi itu adalah makhluk-Nya (yang diciptakan-Nya).”

Amirul Mukminin Ali as, melanjutkan bahwa ketika seseorang dapat terbebas dari alam khayal dan
angan-angan, dan masuk ke dalam ILMU dan ruangan baathin (Alam baathin) yang murni, dimana di
dalamnya sama sekali tak ada angan-agan dan khayal, maka dalam kondisi itu, seseorang dapat melihat
hakikat. Karena angan-angan dan khayalan (imajinasi) merupakan penghalang baathin guna menemukan
sebuah hakikat.

Dinukil dari buku syarah doa kumail, karya Ayatullah Husein Ansariyan.
http://www.erfan.ir/58588.html

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam ;


Allah tidak memandang RUPA dan HARTAMU tetapi Allah memandang HATI dan AMALANMU
JAUHAR AWWAL RASULULLAH

JAUHAR AWWAL RASULULLAH

SIFAT RASA RASULULLAH = SIFAT RASA ALLAH

AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU


Manusia itu rahasia-Ku dan Aku-lah rahasianya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda:


" Ya Allah…

Engkaulah YANG MAHA DHAAHIR sehingga tiada sesuatupun yangLEBIH TINGGI daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA BAATHIN sehingga tiada sesuatupun yangLEBIH DEKAT daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA AWWAL sehingga tiada sesuatupun yangLEBIH DAHULU daripada-Mu

Dan Engkaulah YANG MAHA AKHIR sehingga tiada sesuatupun yangLEBIH LAMA daripada-Mu "
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Allah berkehendak [untuk menciptakan] sesuatu,
maka [cukuplah] Allah hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia” [Al-Baqarah:117]

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, Ilmu-
Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. [Ath-Thalaaq:12]

"Allah [Pemberi] cahaya [kepada] langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca [dan] kaca itu
seakan-akan bintang [yang bercahaya] seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, [yaitu] pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah
barat, yang minyaknya [saja]hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya [berlapis-lapis] Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
[An-Nuur:35]

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya
ombak [pula] di atasnya [lagi] awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan
tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, [dan] barangsiapa yang tiada diberi cahaya [petunjuk] oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun " [An-Nuur:40]

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-
manzilah [tempat-tempat] bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan [waktu]. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda [kebesaran-Nya] kepada orang-orang yang mengetahui" [Yunus:5]
SIFAT Laisa kamishlihi syaiun yaitu Jauhar Awwal Rasulullah bibitnya tujuh lapis bumi, tujuh lapis langit
berikut segala isinya. Samudra hidup.

JAUHAR AWWAL RASULULLAH adalah ;

RUH ILMU RASULULLAH [Hakikat Muhammad]

Cahayanya empat ;

MERAH - KUNING - PUTIH - HITAM.

Ke empat cahaya itu disebut ;

NUR ILMU RASULULLAH [Nur Muhammad]

1. Jauhar Awwal adalah Ruh Ilmu Rasulullah


2. Jauhar Firid adalah cahaya matahari di Jagat Kabir

3. Jauhar Latif adalah cahaya halus di Jagat Shagir

JAGAT SHAGIR – JAGAT KABIR

Jagat ada dua rupa, yaitu Jagat Shagir dan Jagat Kabir, Jagat Shagir adalah wujud manusia, Kabir yaitu
Alam Dhohir, keadaannya begitu, tidak ada beda sudah tentu sama. di Alam Dunia, isinya sudah pasti,
ada siang dan malam, di diri manusia juga bukti, ada tidur dan melek, melek perbandingannya siang,
tidur perbandingannya malam.

7 hari di diri manusia adalah, nyatanya ada dua lubang hidung, dua mata, dua telinga, dan yang ke tujuh
adalah mulut, lima yang terlihat, isinya yang tujuh :

1. Pendengaran / Telinga
2. Penglihatan / Mata

3. Perkataan / Mulut

4. Penciuman / Hidung

5. Rasa

Bulan ada dua belas, di Alam Dhohir, nyatanya di diri manusia sendi tangan (sendi bahu, sendi sikut dan
sendi pergelangan tangan) yang dua di jumlah ada 6 tambah dengan kaki juga 6 jadi 12

Satu bulan 30 hari, di dalam diri, nyatanya sendi pergelangan tangan dan sendi yang lembut di jari ada
30, di dua tangan dan jari kaki. Sama saja 30, nyatanya ada siang dan malam, tangan bagian siang, kaki
bagian malam, jadi dalam sebulan, ada 30 hari. Siangnya juga begitu 30 hari.

Tahun semuanya ada delapan sewindu, nyatanya di badan manusia dari sendi bahu sampai sendi sikut =
1 dan dari sendi sikut sampai pergelangan tangan = 1 di jumlah jadi 2, kiri dan kanan di jumlah jadi 4,
ditambah 2 betis 2 paha, jadi 4, total jadi 8, artinya nama sewindu, windu adalah, berdirinya diri
manusia, tidak kurang tidak lebih, anggota badan manusia, tidak ada kekurangan, nyata semua di diri
manusia, keadaan Alam dunia, sudah kumpul di Jagat Shagir. Berapa jumlah rambut? Berapa jumlah
alis? Berapa jumlah pori-pori? Garis tangan telapak tangan kiri menunjukkan angka 18, dan garis tangan
telapak tangan kanan angka 81, ke 100 nya adalah diri manusia yang ghoib.

Di Alam Dunia, ada Matahari dan Bulan, Bintang-bintang , ada hawa, hawa panas dan hawa dingin. Hawa
angin, bumi nyatanya di badan manusia ada empat nafsu manusia. Amarah, Lawamah, Sawiah,
Muthmainah, kenyataan di badan.

Matahari dan Bulan nyatanya di diri manusia, adalah adanya hidup, tidak bisa nyata dan dibuktikan di
badan manusia, sebab ghaib, ingin nyata harus melalui Tharekat. Untuk menyatakan SIFAT HIDUP TIDAK
BISA DILIHAT DENGAN MATA KEPALA, TETAPI HANYA BISA DILIHAT DENGAN MATA BAATHIN YANG
BERSIH, mata kepala untuk melihat Jauhar Firid, terangnya dunia oleh Matahari.

Manfaat Bulan, Bintang dan Matahari adalah yang menguatkan Alam Dunia, yang menghidupkan isi
bumi, tumbuhan dll Jika tidak ada Matahari, hawa bumi, angin, air, api tidak akan bisa bergerak / jalan,
tumbuhan tidak akan jadi, tidak akan ada hasilnya dunia ini, manusia juga mati, tidak akan ada
kehidupan, jadi hidupnya Jagat Kabir, karena adanya Bintang, Bulan, Matahari.

Begitu juga di badan manusia yaitu Jagat Shagir. Matahari di wujud manusia adalah Jauhar Latif, cahaya
yang halus, tidak bisa terlihat oleh mata kepala, tapi wajib harus ketemu di Dunia, jika tidak ketemu di
Dunia, di Akhirat pasti gelap, gelap berarti Neraka pasti jadi pengap, di dunia juga sudah bukti, betah
karena adanya terang, pengap karena persengketaan dunia, jika cahaya yang langgeng tidak di cari,
bagaimana mau ni’mat? Baathin kekal dalam kegelapan, sudah tidak ada tempat untuk bertanya, sudah
bukan tempat mencari ilmu, bukan lagi di tempat ibadah, Baathin hanya untuk menerima siksaan atau
menerima Rahmat dan Ridho-Nya.

Semua ciptaan-Nya tidak terlepas dari satu cahaya

Perjalanan Alam semesta ini adalah perjalanan

Allah-Muhammad-Adam.

BENDA RASULULLAH CAHAYA EMPAT disebutnya HAKIKAT ADAM, barang ghoib yang disebut
ISMUDZAT, bibit alam dhohir atau Asma Maha Suci.
Cahaya yang empat tadi menjadi lafadz ;

ALIF - LAM - LAM - HA >

(ALLAH)

tidak salah lagi, tadinya juga Asma Allah menjadi hakikat ;

MIM AWAL - HA - MIM AKHIR - DAL >

(MUHAMMAD)

DZAT dan SIFAT adalah pasti,


tidak akan ada SIFAT, jika tidak ada DZAT, begitupun sebaliknya.

Syahadatnya DZAT dan SIFAT disebut


Syahadat Sejati

ASHHADU ALLA ILAHA ILLALLAH


WA ASHHADU ANNA MUHAMMADUR RASULULLAH

Hakikat : LA ILAHA ILLALLAH


Syariat : MUHAMMADUR RASULULLAH

Bertemunya ;

ASHHADU = Allah dan

WA ASHHADU = Diri Manusia (Ghoib)

menjadi ;

WUJUD SHALAT - RUPA AMAL

" Sukma Suci Raga Sejati "


ISI-nya adalah ;
SYARIAT SUCI - KALIMAH SUCI
ILMU = KITAB WUJUD DIRI = MA'RIFAT DIRI

“BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA IA AKAN MENGENAL TUHAN-NYA”

WADAH :

1. Jasmani

2. Rohani

3. Ruhani

4. Nurani

ISI :

5. Nuriyah

6. Baathiniyah

7. Baliyah (Dokumen diri)

Syahadat ;
ILMU - AMAL - PERKATAAN atau
PERKATAAN - I'TIQOD - PRILAKU

DASAR ISLAM adalah AQOIDUL IMAN di proses melalui ILMU (wajib berguru) menghasilkan I'TIQOD
(RUH TAUHID) yaitu Kalimah Toyyibah
LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAHbertempat di NURANI
JAUHAR AWWAL RASULULLAH
menjadi hakikat :
TASJID
Syahadat : PERKATAAN, ITIQOD, PRILAKU
Suatu bukti bahwa kebenaran Al-Qur’an adalah Shalat dan yang pertama kali diciptakan Allah
adalah Nur Shalat.
AF’AL Allah adalah bukti adanya hidup dan kehidupan dunia, ada ciptaan-Nya. Alam Semesta = Dalil,
bibitnya dari cahaya yang empat rupa, ke-lima adalah cahaya pasti yaitu;
RUH ILMU RASULULLAH [Jauhar Awwal Rasulullah]

- CAHAYA MERAH = NARUN


menjadi hakikat :
DZAT > ALIF - JABBARULLAH > MIM AWAL
DARAH MERAH – unsur API
NAFSU AMARAH berdomisili pada TELINGA.
Simbol huruf ALIF pada gerakan Shalat adalah berdiri ketikaTAKBIRATUL IKHRAM.

- CAHAYA KUNING = HAWAUN


menjadi hakikat :
SIFAT > LAM AWAL - JABBAR QOHAR > HA
DARAH KUNING – unsur ANGIN
NAFSU SUFIAH berdomisili pada MATA.
Simbol huruf LAM AWAL pada gerakan shalat adalah RUKU'.

- CAHAYA PUTIH = MAUN


menjadi hakikat :
ASMA > LAM AKHIR - WAHIDUL QOHAR > MIM AKHIR
DARAH PUTIH – unsur AIR
NAFSU LAWAMMAH berdomisili pada LIDAH.
Simbol huruf LAM AKHIR pada gerakan shalat adalah SUJUD.

- CAHAYA HITAM = TUROBUN


menjadi hakikat :
AF'AL > HA - WAHIDUL WAHID > DAL
DARAH HITAM – unsur BUMI
NAFSU MUTHMAINAH berdomisili pada HATI.
Simbol huruf HA pada gerakan shalat adalah ATTAHIYAT.

MUHAMMAD AF'AL :

MIM AWAL lafadz Muhammad menjadi KEPALA Adam


HA lafadz Muhammad menjadi DADA Adam
MIM AKHIR lafadz Muhammad menjadi PUSAR Adam
DAL lafadz Muhammad menjadi KAKI Adam

HAKIKAT ADAM :

Saripati RUH BUMI menjadi KULIT BULU Adam


Saripati RUH API menjadi DARAH DAGING Adam
Saripati RUH AIR menjadi URAT TULANG Adam
Saripati RUH ANGIN menjadi OTOT SUMSUM Adam

AF'ALULLAH adalah geraknya diri, Asma Allah yang nyata di badanKULIT, DAGING, TULANG,
SUMSUM, dari empat menjadikan “senjatanya”:
DZATULLAH adalah SIFAT PERKATAAN, perkataanlah yang menjadikan keramaian Alam Dunia, jika tidak
ada kata, tidak akan ada kemauan manusia, tidak akan ada gedung-gedung, mobil dll.

SIFATULLAH adalah SIFAT PENGLIHATAN, yang memberi tahu kepada segala sifat, yang baik dan buruk,
warna-warni, terang dan gelap, kumpul jadi satu, bergulung di dalam penglihatan.

ASMATULLAH adalah SIFAT PENDENGARAN, nyatanya adalah semua suara kumpul menjadi satu di
telinga, semua perkataan, yang di keluarkan oleh lisan, semuanya adalah Asma, masuk kedalam telinga.

AF'ALULLAH adalah SIFAT PENCIUMAN/NAFAS, nafas yang keluar masuk melalui hidung, nafas yang
memangku dan menguatkan wujud, nafas yang menjadi tiangnya hidup, adanya hidup wajib harus
dimengerti, nafas yang keluar perginya kemana, jika keluar sampai dimana tempatnya, jika ke dalam di
mana diamnya, tidak akan hilang tanpa sebab, tentu ada tempatnya yang pasti, Allah Maha Adil,
menurut Ilmu Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma'rifat, itu adalah perjalanan manusia untuk pulang,
pulang kepada asalnya, tempat Ruh waktu di Qadim, Qudratullahu.

SIFAT RASA [PENGUASA] dari PERKATAAN, PENGLIHATAN, PENDENGARAN, PENCIUMAN, termasuk RUH,
NYAWA, BAATHIN, HATI, QOLBU, semuanya tidak akan hilang tanpa sebab, semua ada tempatnya yang
pasti yaitu kembali kepada JAUHAR AWWAL RASULULLAH, inilah yang disebut RASA RASULULLAH atau
RASA SEJATI

Hak Allah, Hak Muhammad, Hak Adam

Haknya Allah yaitu Awas


Haknya Muhammad yaitu Yang Mengawasi
Haknya Adam yaitu Yang Diawasi

Dzat Sifat Asma bersatu Allah Muhammad Adam [Akrobu] ada di wujud manusia, yang tiga bergulung
jadi satu Hidup, Rasa dan Adegan

Yang tiga bergulung jadi satu, Awas, Yang Mengawasinya, Yang Diawasinya, jika Awas saja, tidak ada
Yang Mengawasi pasti luput, begitu juga jika hanya dua yaitu Awas dan Yang Mengawasi, Yang
Diawasinya tidak ada.
Hidup adalah kenyataan pasti, kenyataan akan adanya Allah, ada, mustahil tidak ada, Rasa sudah pasti
kenyataannya yakin, ciri adanya yang di utus Nabi Muhammad Rasul, Penghulu Rasul semua, Adegan
adalah kenyataan Adam Nabi, Khalifah Allah Ta’ala.

“Pertama-pertama dijadikan Allah Ta'ala itu *CAHAYAKU [Muhammad], dan pada riwayat lain,
*RUHKU.”[al-Raniri, 1961: 147]

"Aku [Muhammad] dari Allah dan Alam Semesta dariku;

“Jikalau tiada engkau, ya Muhammad, niscaya tiada Kujadikan segala Alam ini”

[Al-Ghazali, 1934: 115]

*Nûr Muhammad memegang peranan sentral dijadikannya Alam Semesta ini, sebelum adanya dalam
bentuk seorang Nabi insani. Nûr tersebut Qadim lagi azali. *Nûr Muhammad inilah yang selalu
berpindah dari generasi berikutnya dalam bentuk para anbiya: Nabi Adam Alaihissalam, Nabi Nuh
Alaihisalam, Nabi Ibrahim Alaihissalam, Nabi Musa Alaihissalam dan lain-lain, kemudian dalam bentuk
Nabi penutup, Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam. Nur tersebut berpindah kepada para awliya dan
berakhir pada para wali penutup (khatam awliya) - Al-Ghazali, 1934: 115

* Nur [RUH Ilmu Rasulullah]

Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda :
Allah Ta'ala telah berfirman : "Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk
merangkul Dzat-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh QALBU [hati] seorang
Mukmin." [Hadits Riwayat Ahmad]

"Di antara manusia ada orang yang membantah tentang


Allah [977] tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat" [Al-Hajj:8]
HAKIKAT AL - QUR'AN DAN AGAMA

DIWAN IMAM SYAFI’I :

‫أنــــصح إيـــاك هللا حـــق و فإني * واحدا ليس فكن صوفيا و فقيها‬

‫يصلح ذوالجهل كيف جهول وهذا * تقى قـلــبه يـــذق لم قاس فذالك‬

Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan
janganlah kau hanya mengambil salah satunya.

Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya
mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan
taqwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana
bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

ISLAM ; " Aslama yuslimu Islaman fa huwa muslimun"


" Ila Ibadaka min humul mukhlasin"

*Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:


Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak mengambil ILMU dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan
tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah
tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh
yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta
menyesatkan.

*Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

Sesungguhnya menjelang terjadinya hari kiamat terdapat beberapa hari di mana pada hari-hari itu ilmu
akan diangkat, diturunkan kebodohan dan banyak terjadi peristiwa pembunuhan.

*Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak yang
meminum arak, dan timbulnya perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan.

*Hadis riwayat Abu Musa r.a.: Dari Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam, bahwa beliau
bersabda:

Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan
PETUNJUK dan ILMU adalah seperti hujan yang membasahi bumi.

Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan
rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air, lalu Allah
memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum
dan menggembalakan ternaknya di tempat itu, yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak
dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput.

Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran
yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya.
Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah, yang
karenanya aku diutus.

RUKUN AGAMA

Agama artinya adalah HIDUP, sebab jika tidak ada hidup, tidak akan ada nama Agama, Islam juga tidak
akan ada, begitu juga dengan rukun-rukunnya sudah pasti tidak ada.

Jadi SIFAT HIDUP adalah pasti, yaitu sejatinya Agama atau sifat ilmu yaitu ilmu hidup/aturan hidup,
berilmu harus sampai kepada terangnya, sifat Agama harus disusul, jangan hanya di kira-kira, Rukun
Agama harus ketemu, tentu dengan syariatnya, hakikatnya, tharekatnya dan ma’rifatnyayang
sejati karena di bagian BAB ILMU, RASA yang akan menerimanya, melalui NASAB/BIN ILMU ;

Tharekat Shalat [Ilmu > Bukti > Keyakinan]


Naqsabandiyah, Naqodariyah dan Naqsatariyah.
[TIDAK ADA KAITAN dengan Khidir]

ALIF - LAM - MIM


Allah - Malaikat - Muhammad
To'at - Taubat - Munajat

Fi'il Amar - Shalat To'at - PERKATAAN


"Ati'ullaha wa ati'ur rasula wa ulil amri minkum"

Fi'il Madhi - Shalat Taubat - ITIQOD


" Taubatan nasuha "
Fi'il Mudhari - Shalat Munajat - PRILAKU
"Ud'uni astajib lakum"

Shalat To’at, Shalat Taubat, Shalat Munajat.


Mandi [Penghilang hijab] dan Wirid/Zikir, ini BUKAN bagian dari bab ibadah. BAB IBADAH adanya di
shalat fardhu yaitu ma’rifat laku ibadah, hasil dari kitab di dapat dengan mencontoh, tetap masuk
kepada yang empat, syariat, hakikat, tharekat dan ma’rifat.

Ibarat mau bikin kursi, niat yang pertama, sesudah niat tentu adanya hakikat, adanya hakikat adalah dari
ma’rifat dan pengetahuan, Sebab tadi sudah menjadi ilmu, sudah TAHU dan BISA membuat kursi, terus
memakai tharekat sampai syariat, sifatnya menjadi kursi dan rupa kursi, perjalanan ilmu tegasnya adalah
untuk mencari ma’rifatnya kepada Yang Maha Agung, yaitu kepada Dzat dan Sifat-Nya Allah Ta’ala, yaitu
wujud ilmu atau sejatinya Agama

Jalannya rukun yang 4 perkara, syariat hakikat, tharekat dan ma’rifat, adanya di wujud dalam badan
manusia, jadi namanya rukun agama adalah bagian ilmu untuk menyusul kepada wujud/fitrah agama,
yaitu sifatnya hidup atau ilmu hidup yang meliputi semuanya.

SYARIAT pokoknya ada di mulut, jalan untuk bicara, itulahPERKATAAN manusia, sejatinya
syariat, perkataan adalah pasti karena membuktikan segalanya, keramaian alam dunia bibitnya adalah
dariperkataan, adanya mobil, gedung-gedung, bangunan dll semuanya untuk membuktikan maksud.

Walaupun ada niat, bahan-bahan sudah tersedia, tetap saja tidak akan jadi, karena tidak
adanya perkataan, batal dan tidak jadi [hakikat] niat adalah yang menentukan segala perkara, jika ngaji
hakikat tidak dibarengi dengan syariat, batal menurut hadist, dan segala sesuatu tidak akan jadi maksud
karena pokoknya syariat adalah yakin dengan ilmunya, yaitu sejatinya ucapan manusia.

THAREKAT nyatanya adalah PENDENGARAN, selamanya bekerja tidak ada istirahat, ketika melek, semua
suara kumpul, pendengaranlah yang menerima.

HAKIKAT nyatanya PENCIUMAN yang ada di wujud manusia. Ibarat mau makan sate kambing, sebelum
mulut merasakan, penciuman yang lebih dulu merasakan wanginya, hakikat pada hakikat, sebab hakikat
itu ada, tapi tidak ada rupa, yang ada adalah wangi sate kambing, begitupun penciuman tidak ada rupa,
buktinya adalah sifat sate kambing yaitu bagian penglihatan.

MA’RIFAT nyatanya adalah PENGLIHATAN, sifatnya mata yang nyata, mata yang mensahkan sifat-sifat
yang di dhohir, bergulung kepada penglihatan, disebut pengetahuan lahir dan baathin, tidak ada
bedanya nama rukun Agama atau rukun Ilmu, adalah untuk memberi tahu Agama. Ibaratnya ;

Ilmu Syariat : Sabut kelapa


Ilmu Tharekat : Batok kelapa
Ilmu Hakikat : Daging kelapa
Ilmu Mari'fat : Air kelapa
Ilmu Ismu Dzat : Minyak kelapa murni

Agama yang sejati, yaitu SIFAT HIDUP MANUSIA, sesudah tahu kepada sejatinya Agama, barulah rukun
Islam, dan sesudah Islam, haruslah bersungguh-sungguh dengan rukunnya, yaitu yang 5 perkara :
1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji

Rukun Iman : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat - Malaikat Allah, Iman kepada Kitab - Kitab Allah,
Iman kepada Rasul - Rasul Allah, Iman kepada Hari Kiamat, Iman kepada Qadha dan Qadar.

Rukun artinya adalah, rukunnya ;


1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Penciuman
4. Perkataan.
ke lima adalah Rasa Rasulullah (penguasa RASA)

Fiqih tanpa Tasawuf adalah Fasik. Tasawuf tanpa Fiqih adalah Zindiq...

Tasawuf adalah segala hal yang menyangkut tentang kesucian jiwa...

Ngaji Tauhid ibarat berdiri di depan sebuah perangkap, salah masuk akan terpenjara sepanjang usia...

Ngaji Fiqih ibarat berjalan di atas mata gergaji, salah langkah, kaki berdarah...

Ngaji Tasawuf ibarat berjongkok di atas bara api,


SANGGUP DINGIN DI HAWA PANAS dari godaan dunia, godaan Iblis, siap di cela, siap di hina, siap tidak
di hargai, siap di sesatkan, siap di kafirkan, dan segala sesuatu yang menyakitkan yang datang kepada
hati...

Melapangkan hati ketika di hina...


Melapangkan hati ketika di cela...
Melapangkan hati ketika di sesatkan...
Melapangkan hati ketika di kafirkan...
Melapangkan hati ketika di khianati...
Melapangkan hati ketika tidak di hargai...

Melapangkan hati ketika datang musibah...

Melapangkan hati ketika datang malapetaka...dll

Menerima segala yang datang dengan ucapan Istigfar, hakikatnya adalah Allah sedang mengangkat
derajat akhirat...
" Ngaji keluar dari poros diri, hanya akan menjauhkan diri dengan Allah "

" Tharekat adalah suatu perjalanan ruhani di dunia menggunakan kendaraan shalat untuk menemukan
hakikat jati diri, dan memahami seluk beluk jiwa… jalan terjal berbatu yang penuh onak dan duri untuk
menemukan setetes Rahmat yang langgeng di Dunia dan Akhirat "

Sebuah perjalanan diri, mengaji ke dalam poros diri untuk menjalankan turbin di jagat shagir, isinya
adalah menzakatkan diri, menzakatkan tenaga, menzakatkan harta, membereskan diri, mendekatkan
diri, mensucikan diri dll, menggunakan metode amalan melalui bin ilmu / pengijazahan dari Ustadz,
makanya amalan khusus tharekat tidak bisa di babar di umum, akibatnya bisa berbahaya karena wadah
di diri seseorang sangatlah menentukan, tentunya yang sangat mengetahui perihal wadah adalah Ahli
Zikir. 10 tahun ber-tharekat belum tentu seseorang bisa mencapai derajat ma'rifat...Hanya kehendak
Allah yang bisa menjadikan seseorang untuk mencapai derajat ma'rifat...

Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam mengalami tahun duka cita selama 2 tahun, di
usia 25 di angkat menjadi Nabi, dan di usia 40 di angkat menjadi Rasul, selisih 15 tahun, dan selama 15
tahun tidak pernah ketinggalan shalat malam, umatnya bertaubat selama 15 tahun untuk mencapai
derajat maghfirah.
Nabi Adam alaihissalam pun bertaubat selama hidupnya...dan seperti halnya terompah yang di pakai
Nabi Musa alaihissalam, yang diharuskan di tinggalkan yaitu kotoran lahir = dunia dan baathin =
akhirat... Nabi Adam menempatkan kematian berada depan muka, dan dunia berada dibelakang
kepala...

Usia 40 tahun adalah sebagai patokan, jika sebelum usia 40 prilaku masih betah dengan sifat keburukan
dan tidak mengalami tahun duka cita, maka ketika melewati usia 40 akan sulit kembali kepada sifat
kebaikan...Kecuali pertolongan Allah...Memasuki usia 60 tahun akan kembali kesadarannya...Tetapi yang
tidak sadarpun banyak...
Jika usia sekarang 60 tahun, dikurangi 15 tahun
(masa akil baligh) = 45 tahun maka akan menjadi 45 buku catatan amal yang tersimpan di Lauh Mahfudz,
setiap setahun sekali terjadi pergantian buku catatan amal yaitu pada waktu Nisfu Sa'ban, untuk
dipertemukan dengan Ramadhan. Iedul fitri. Minal ' Aidin wal Faizin, halal bi halal, asal halal kepada
halal, asal bersih kepada bersih, asal suci kepada suci, dihalalkan hidup dan diri, dengan cara memaafkan
diri sendiri, bertemunya fitrah diri dengan fitrah agama untuk menjadikan selarasnya jalan kehidupan
dan jalan agama, kembali kepada fitrah untuk menjalani kehidupan 11 bulan ke depan...

‘’Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki
yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka tanyakanlah olehmu kepada para Ahli Ilmu, jika kamu tidak
mengetahui.’’ QS. Al Anbiyaa’ (21): 7.

Ahli Zikir mampu mengetahui dan mengusir virus jika mengganggu orang,mampu berdialog dengan virus
– virus yang ada pada diri seseorang, tahu khodam isi ayat. Ahli Zikir tahu obat dan dosis yang harus di
gunakan. Adab berzikir tidak bersuara keras, tidak menggoyangkan kepala dan badan, bahkan selembar
rambutpun tidak ada yang bergerak, suara ayat hanya terdengar oleh telinga sendiri, bibir bergerak atau
hati yang berzikirpun sudah sah, zikir harus meresap ke dalam hati, merasakan keluar masuknya nafas
dengan sikap tunduk dan pasrah...Manfaat zikir adalah untuk menumbuk hati yang keras, pada
umumnya arwah-arwah atau nyawa yang tidak sempurna akibat dari kerasnya hati.

“ Sesungguhnya setan itu dapat berjalan pada tubuh anak cucu Adam melalui aliran darah.”
(HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Ahkam no.7171 dan Muslim, Kitab As-Salam no. 2175) Tharekat adalah
memisahkan sifat halal dan haram, sifat baik dan buruk, sifat haq dan bathil dll...

Jika seseorang mengamalkan amalan khusus seperti yang banyak tersebar di internet, mengamalkan
tanpa guru, tanpa bimbingan seorang ahli ilmu, sangatlah berbahaya karena penyusup atau virus ini
tidak akan tinggal diam, Virus ini akan menyerang hati dan otak, jika saringan otak sudah tidak berfungsi
dan sudah tidak mampu lagi menyaring yang halus dan membuang yang kasar, maka hati pun jadi sakit
di “ gerogoti “ oleh virus, menjadi hati yang keji, kata hati yang kasar dan perbuatan munkar, jika sudah
begini, apakah ibadah shalat di terima Allah?

Setiap ayat memiliki khodam, tapi apakah yang di amalkan mendatangkan sifat nurr ataukah sifat
api? Setiap orang mempunyai SIFAT ILMU - nya masing - masing, semua asalnya dari satu cahaya,
karena hati sudah ditumpangi virus maka berubah menjadi sifat api.
Apakah yang di undang itu Rahmat atau Istidraj? Sangat tipis, halus, bagaikan semut hitam yang berjalan
di atas batu hitam di kegelapan malam, di dalam gua yang gelap… yang benar dikatakan salah, yang
salah dikatakan benar

Suatu amalan misalnya Istigfar, perlu jutaan wirid jika ingin mengetahui isi Istigfar. Seorang koruptor dan
dukun mempunyai Istigfar, apakah Istigfarnya mampu mengundang Rahmat? Apakah Istigfarnya
membuat hati, prilaku, perkataan menjadi semakin baik? ataukah masih sering marah-marah? Apakah
Istigfarnya sanggup menggetarkan jiwa? Apakah Istigfarnya mampu meneteskan air mata? Apakah
Istigfar koruptor mampu mengusir virus yang sudah mengkapling hatinya? Tanpa disadari Virus ini sudah
lama menutupi dirinya, dan menjadi benalu bagi dirinya, Virus yang sangat mengerikan, virus yang
sanggup menyengsarakan jutaan rakyat Indonesia…

Taubat seorang penjarah kekayaan Indonesia yaitu mengembalikan semua uang yang di korupsinya lalu
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena menyangkut Haqul Adam (Ishlah), kemudian
setelah selesai, barulah dirinya memohon ampunan kepada Allah dan mengadakan pertaubatan dan
taubat di lakukan bukan ketika berbuat salah saja...

Virus bukan hanya dari amalan saja, tapi asalnya ada yang dari 7 turunan di atas, sifat ilmunya apakah
sifat nurr ataukah sifat api? Apakah yang di dapatkannya dari makanan haram, jalan rejeki yang haram
ataukah barang haram? Apakah harta haramnya dizakatkan? Apakah harta haramnya di pakai berhaji?

Turun – temurun sifat ilmu mencari wadah di 7 turunan ke bawah, contohnya : seorang Ibu sanggup
membunuh anaknya, tidak shalat, suami istri bertengkar hebat, tawuran dll. Hakikatnya adalah virus –
virus yang merancang kepada hawa nafsu…

Sebuah amalan haruslah di proses, teruji oleh hukum fiqihnya, ushul fiqih, kemana lughotnya dll, jika
wadah kotor amalanpun belum teruji efeknya bisa jadi gila, ada sebagian orang mengatakan, jika
mengikuti tasawuf bisa gila, ternyata yang tidak bertasawufpun sudah banyak yang hilang kesadaran
dirinya, tidak tahu malu, tidak shalat, hidup dan rejeki-Nya di nikmati setiap saat, rejeki-Nya dihambur-
hamburkan... Semoga hidayah Allah menghujam ke dalam hati...Misi Iblis hanya satu yaitu
MEMADAMKAN SHALAT...

Efek lain dari suatu amalan yang disisipi penyusup misalnya bisa ngobatin dengan kesembuhan yang
sangat cepat, penyakitnya di pindahkan ke kambing, ternyata makhluk Jinn yang menahan sakit selama
hidup si pasien, ketika sakaratul maut sangat susah nyawa untuk keluar karena Jinn ingin menguasai
nyawa pasien.

Di sinilah peranan Aqiqah, Qurban, Kifarat Qurban = Aqoidul Iman 50 (dasar Islam), syarat dan rukunnya
harus terpenuhi, menguasai/paham ila ruhi, ila hadrotin, wa ila hadrotin, khususon ila ruhi, paham peta
jalannya do’a, dari dhohir sampai baathin, dari dunia sampai akhirat, jika alamatnya salah maka makhluk
bertanduk akan mengisapnya dan akan menjadi kekuatannya, mereka sangat pintar dan kuat, Iblis
beribadah sudah ribuan tahun, sakti dan pintar, perlu kekuatan jasmani dan ruhani sebab sesembelihan
adalah mengganti darah (membuang sampah) menjadi darah ilmu / sifat nurr / kembali kepada sifat
fitrah Ruh, memisahkan sifat halal dan sifat haram, sifat baik dan sifat buruk, haq dan bathil dll. Asalnya
suci dan bersih maka kembalipun harus dalam keadaan suci dan bersih, tidak meninggalkan ampas.

Inilah contoh virus yang ada di dunia saat ini, di pasar, di jalan, di mall dll, keyakinan di perjual belikan
(dukun, pesugihan, santet, tenung, harta karun dll) agar dagangan laris, mengurangi timbangan, agar
usaha berhasil, agar jabatan naik, agar terlihat cantik dan memikat, agar di percaya atasan tujuannya
hanya untuk mencari kekayaan dll.

Berapa banyak jumlah pasar di Indonesia? Dan berapa banyak pedagang yang mengurangi timbangan?
Berapa banyak pedagang yang melakukan penipuan? Tanpa terasa bencana dan malapateka sedang di
undang di Negri ini... Banyak yang sudah bukan manusia sejati lagi tertukar dengan sifat munafik, sifat
zhalim, sifat sombong dll...akhirat adalah gambaran dunia...

Di riwayatkan oleh Mu'adz bin Jabal ra.,katanya: '' saya bertanya: " Ya... Rosululloh, apakah gerangan
maksud firman Alloh Azza Wajjala: pada hari di tiup sangkakala, lalu kamu datang berduyun-duyun'?''
Qs.An-Naba'-18.

Maka jawab Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam :


'' Wahai Mu'adz! sebenarnya engkau telah bertanya tentang persoalan yang amat besar besar!'' lalu
berlinang airmata baginda karena menangis, kemudian Baginda bersabda:

Ada sepuluh golongan (SESAT) dari umatku yang di bangkitkan secara terpisah.mereka itu telah di
pisahkan oleh Alloh dari kumpulan kaum muslimin yang lain dan di ubah wajah-wajah mereka, ada yang
di rupakan seperti monyet, ada seperti babi, ada yang tubuhnya terbalik (kakinya di atas) dan di seret
muka mereka, ada yang terpotong tangan dan kakinya atau mukanya, ada yang buta tersungkur, ada
yang bisu tuli dan tidak berakal, ada yang mengunyah-ngunyah lidahnya sendiri yang menjulur sampai
ke dada, dari mulut mereka mengalir nanah laksana air liur berbau busuk yang membuat semua orang
merasa jijik kepadanya.

Ada yang terpotong tangan dan kakinya,ada yang di salib di atas palang-palang api, ada yang baunya
lebih busuk dari bangkai dan ada pula yang berpakaian jubah-jubah panjang terbuat dari timah cair.

Adapun orang yang berwajah monyet,mereka adalah orang yang suka menyebarkan fitnah di antara
manusia.
Yang serupa babi adalah orang yang suka makan harta haram dan merampas hak orang lain.
Yang tertelungkup, kepalanya di bawah dan kakinya di atas adalah kaum pemakan riba.
Yang dalam keadaan buta adalah mereka yang bertindak zalim dalam pemerintahan.
Yang buta-tuli ialah orang yang suka ujub (bangga dan sombong) dengan amalannya.
Yang mengunyah-ngunyah lidahnya sendiri adalah para ulama dan hakim yang kata-katanya
berlawanan dengan perbuatannya.

Kemudian yang terpotong tangan dan kakinya


adalah orang yang selalu mengganggu tetangganya.
Yang tersalib di atas palang api adalah orang yang suka memfitnah orang lain kepada penguasa.
Yang baunya lebih busuk dari bangkai adalah orang yang selalu memuaskan hawa nafsunya,bergelimang
dalam dosa syahwat serta menolak menunaikan hak Alloh dalam harta kekayaannya.
Adapun yang memakai baju panjang (terbuat dari timah cair) adalah orang yang selalu takabur suka
bermegah dan memuji diri.''… http://titiantasbih.blogspot.com

Patokan kebenaran Islam adalah Al-Qur'an-Hadist, Imam Mahzab, Ijma, Qiyas, Dalil Aqli dan Naqli.

DALIL artinya Agung nama Maha Suci yaitu Qur’an buktinya, harus wajib dan percaya kepada Qur’an,
jika tidak percaya, menjadi kufur kafir, cadangan Naraka Jahanam.

HADIST artinya perkataan Nabi, yaitu Rasul-Rasul utusan Allah, wajib diturut.

IJMA yaitu perkataan para Ulama Sejati, Wali Rasul juga para Muslim, wajib percaya.

QIYAS artinya akal untuk digunakan kepada Dalil, Hadist, Ijma, agar terasa, makna Dalil Hadist dan Ijma
untuk dipikir lagi agar nyata dengan barangnya. Hukum Akal : wajib, mustahil, wenang.

Sebab jika segala hal tidak memakai akal, tidak akan bisa jadi, ibarat keramaian Alam Dunia karya
manusia, semakin tambah maju, dan menjadi bukti sekarang, dengan adanya pesawat terbang dan
mobil dll, jadi ada, tentu saja memakai akal.

Seharusnya jika berilmu, berilmu untuk baathin, ketenangan baathin untuk kelanggengan di Alam Baqa,
jangan berdiam diri di Asma atau di perkataan, Asma adalah untuk petunjuk.

Dalil, Hadist, Ijma, itu juga petunjuk, untuk menunjukkan jalan pulang, serta untuk menunjukkan kepada
manusia bahwa manusia ada di Alam dunia wajib ibadah kepada Allah, agar sah ibadahnya, harus
ma’rifat, kepada Dzat Sifatnya Allah, yaitu untuk tempat/wadah amal ibadah. Janganlah berdiam di
Asma, tetap diam di papan petunjuk, jika begitu, tetap saja tidak akan sampai kepada yang dituju
kepada asal tadi, karena tidak di cari jalannya, berdiam diri di papan petunjuk, yang di tunjuk tidak di
susul atau di cari, tentu saja tidak akan ketemu.

Ibaratnya jika ingin tahu kepada satu kota yaitu Jakarta, ketika di Cianjur melihat ada jalan
persimpangan, dan ada salah satu papan nama dengan tanda panah menunjukkan arah ke Jakarta,
kemudian berdiri dan diam di depan papan petunjuk, tentu saja tidak akan tahu kota Jakarta, karena
jalannya tidak di cari seperti yang di tunjuk oleh tanda panah, bagaimana mau tahu Jakarta, karena
sudah betah di papan petunjuk, hurufnya Asma Jakarta, petunjuk ibaratnya Dalil Al-Qur’an yang
menuduhkan jalan, hukum Qiyas harus dikuasai, untuk akal melalui tharekat ilmu, agar supaya bisa
datang masuk ke kota Jakarta sampai dengan ‘ainal yakin, pasti, tidak mengandalkan katanya…

Al-Qur’an Dalam Pandangan Hakikat ada 4 yaitu :


1. Al-Qur’anul MAJID
2. Al-Qur’anul KARIM
3. Al-Qur’anul HAKIM
4. Al-Qur’anul ADHIM

1. Al-Qur’anul MAJID ialah Al-Qur’an yang ada HURUF-nya, yaitu berupa KITAB yang kita baca dan dikaji
umat sedunia, inilah manual (gambaran) dari Al-Qur’an yang HIDUP.

2. Al-Qur’anul KARIM ialah Al-Qur’an yang MULIA, yaitu yang telah membuat hingga Al-Qur’an itu bisa
ditulis ke dalam sebuah kitab, hasil karya dari tulisan tangan dan jari-jari yang MULIA.

3. Al-Qur’anul HAKIM ialah Al-Qur’an yang AGUNG. yaitu MATA, karena PENGLIHATAN-nya maka tangan
dan jari-jarinya dapat menulis. Jadi yang AGUNG itu MATA dan PENGLIHATAN-nya.

4. Al-Qur’anul ADHIM ialah Al-Qur’an yang SUCI dan ABADI. Itulah yang HIDUP, karena walau ada tangan
dan jarinya serta mata dan penglihatan, tetap tidak akan terwujud Al-Qur’an kalau tidak ada yang HIDUP
(hidup mulia pertama yang mengadakan Qur’an itu)

Al-Qur’an = Hidup
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wassalam adalah Al-Qur’an yang berjalan (Hidup)
Jadi Al-Qur’an yang hidup adalah INSAN.

mengaji Al-Qur’an harus sampai kepada SUCI-nya, maka itulah yang SEMPURNA (Melalui 4 tahapan
pengkajian Al-Qur’an diatas).

Al-Qur’anul Majid (Al-Qur’an yang ada hurufnya) inilah SYARIAT-nya, setelah dibaca harus dikaji yaitu
diartikan apa maksudnya, setelah mengerti maksud-maksudnya segera cari tahu dan amalkan agar
terasa manfaatnya (Tangan yang bergerak) inilah THAREKAT-nya.

Semua berawal dari Al-Qur’anul Majid (Manual Book) yang telah menunjuki jalan mengenal Allah dan
Rasul-Nya kemudian dilanjutkan dengan “membaca” Al-Qur’anul Karim artinya mengkaji pekerjaan
tangan dan jari yang sekiranya bisa menghantarkan kepada Allah dan Rasulullah.

Allah memberi tangan dan jari kepada manusia, bukan hanya digunakan untuk membuat dan
mengerjakan barang-barang yang berhubungan dengan sifat ke-dunia-an saja tetapi haruslah dipakai
dengan membuat jalan untuk mengenal Allah dan Rasulullah agar tangan manusia menjadi MULIA.

“Asa bi’ahum fi adanihim minassowaiki hadarotil mauti wallahi muhitun bil kafirin”

Artinya : Jika tangan dan jari kamu tidak digunakan untuk mengenali jalan kematian, maka tangan dan
jari kamu bermartabat tangan dan jari hewan saja…

Dari Al-Qur’anul Karim naik kepada Al-Qur’anul Hakim bagian HAKIKAT, yaitu harus mengkaji pekerjaan
PENGLIHATAN yang sekiranya belum HAKIM.. “Sidik jari” atau bukti pada barang yang SUCI dan ABADI
itu. Hakikatnya adalah ALLAH dan MUHAMMAD.

Karena ALLAH dan MUHAMMAD yang memberikan MATA dan PENGLIHATAN itu, penglihatan juga
bukan untuk dipakai melihat barang yang hanya berhubungan dengan keduniaan saja, tetapi harus juga
dipakai untuk melihat dengan mata Baathin HAKIKAT ALLAH dan RASULULLAH.

Inilah Al-Qur’an yang dimaksud dengan sebenar-benarnya Al-Qur’an yaitu Al-Qur’anul ADHIM yang SUCI
lagi ABADI, yang sifatnya HIDUP, yang telah ditanamkan pada dada setiap INSAN dan menjadi IMAM dan
juga sebagai IMAN untuk memisah yang HAQ dan yang BATHIL yang bertaraf MA’RIFAT.

Peralatan TANGAN, JARI, PENGLIHATAN, PENDENGARAN, PENCIUMAN DAN PERKATAAN, harus


digunakan untuk mengetahui kepada asalnya yaitu Allah Ta’ala, supaya nanti manusia bisa sempurna
membawanya pulang/kembali kepada Allah Ta’ala. “Innalillahi wa inna ilaihi
raji’un”. http://hukumalam.wordpress.com

KESIMPULAN AL - QUR'AN :

Ditolak dari segala bala, di dekatkan rejeki, diberi panjang umur untuk dipakai jalan ibadah, diberi
kekayaan untuk bekal ibadah kepada Allah dan Rasulullah.

IMAM ABU HANIFAH ( HANAFI ) (85 - 150 H)


(Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)
Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan
dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu
Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama
Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih
mengetahui jalan yang benar”.

IMAM MALIKI (93 - 179 H)


(Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra,
mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :

“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq,
wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.

Artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan
barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan
disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.”
(’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150 - 205 H)


Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang tasawuf dan
menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus ; 1058 / 450 H –
meninggal di Thus ; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan
teolog muslim Persia, yang dikenal sebagaiAlgazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Hadist shahih dianggap bathil jika perawinya melakukan kencing sambil berdiri...

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:

"Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah
berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia
memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain"
SURGA - NERAKA - BIDADARI

Fa aina tadzhabuun?

Manusia itu asalnya dari tidak ada, atas ijin Allah Yang Maha Agung, dari tidak ada menjadi ada, lahir ke
Alam Dunia, tapi nanti di akhir waktu, sesudah pulang dari Alam Dunia, bakalan di perlihatkan lagi,
siksaan dan pahala yaitu yang disebut Neraka dan Surga. Neraka buat jiwa manusia yang di hukum yang
tidak menurut kepada perintah Allah dan Rasulullah. Surga adalah Rahmat buat jiwa yang sempurna
yang menurut kepada perintah-Nya, ni’mat yang tiada bandingannya.

Sempurnanya manusia adalah habis, tidak ada ampasnya, habis nyawa, habis rasa, habis nafsu, habis
wujudnya, tapi jangan keliru yang dimaksud rasa adalah rasa dunia [Iman dunia] dan rasa nafsu [Rasa
Dunia] yang dipakai ketika di dunia, umpamanya rasa dhohir, tegasnya rasa jasad yang sekarang sedang
di pake, bisa sempurna semuanya alias habis, maka yang timbul nanti adalah yang disebut rasa yang
sejati atau Jiwa yang sempurna, itulah yang akan menerima balasan dari Allah, ni’mat yang tiada
taranya, langgeng dan tidak putus.

Rasa Sejati, asalnya dari campuran rasa Wujud/jasad [Api, Air, Bumi, Angin] Rasa waktu di Alam Dunia
sekarang. Nanti, jasad ini akan menjadi ampas, jika sekarang di Dunia, tidak ketemu dengan Ilmunya,
ilmu kesempurnaan, maka tetap saja Rasa Dunia dan Iman Dunia yang sekarang yang akan dibawa
langgeng tidak ada habisnya, bakal bertemu dengan segala siksaan.

Jika Baathin kotor maka manusia tidak akan bisa menerima balasan dari Allah. sebab ni’mat Baathin
bukan untuk bagian rasa dunia sekarang, rasa dunia hanya untuk menerima keni’matan saja, bukan
untuk menerima ni’mat. Keni’matan yang harus di usahakan melalui pekerjaan.

Seperti kita di dunia, rumah bagus, enaknya tentu dengan di lihat, suka di tempat terang pekerjaanya
dengan di lihat, dengan istri juga suatu keni’matan, sebab ada yang harus dikerjakan dan pasti ada
bosennya, tidak langgeng selamanya itulah rasa dunia hanya itu bagiannya, sangat berbeda dengan
ni’mat dari Yang Maha Suci, yaitu Rahmat, untuk di Baathin nanti tidak akan ada pekerjaan, tidak di
makan, tidak dilihat, tidak di dengar, tidak di cium,

Maa laa ‘Aina Roat Wa laa Udunun Sami’at,

Surga kepunyaan Allah, tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, sudah tidak pakai
pekerjaan, hanya ni’mat yang terasa jika Surga seperti di dunia, berarti sebuah gedung-gedung yang
bagus, anak-anak, istri-istri yang cantik, mobil yang mahal.

Betul kata Hadist, diceritakan di kitab, di gambarkan dengan gedung-gedung, dengan Bidadari-nya, rupa-
rupa keanehan, agar manusia menurut dan tertarik oleh keadaannya, dan agar manusia takut dengan
Neraka Akhirat, Hadist itu menggambarkan seperti di dunia. Neraka adalah api yang panas, tapi menurut
dalil di atas tadi Surga itu tidak terlihat, nyatanya Surga, hanya enak saja, Neraka juga begitu hanya
menyakitkan.

Jika di Neraka api panasnya yang terasa, jika di Neraka gelap pengap saja yang terasa, begitu juga jika
Neraka air dinginnya yang terasa. Di dunia juga sudah bukti, jika sakit panas dingin, badan terasa panas
seperti digodok, sedangkan apinya tidak ada, di dingin kedinginan tidak bisa hangat walaupun pake
selimut, sedangkan airnya tidak ada.
Ruh Api akan menjadi Neraka panas
Ruh Air akan menjadi Neraka dingin
Ruh Bumi akan menjadi Neraka gelap
Ruh Angin akan menjadi sengatan Neraka yang menyengat nyawa manusia.

Di dunia menerima Neraka berarti menerima tidak enak, walaupun ada sembuhnya, begitu juga dengan
keni’matan di dunia tidak ada yang langgeng, ada ujungnya, tetapi di Alam Akhirat, enak dan tidak enak,
tidak akan bercampur seperti di Dunia, di Akhirat itu pasti, masuk Neraka tetap dengan ketidakenakan,
langgeng tidak ada batas alias kekal, jatuh ke Surga langgeng dengan ni’matnya, dunia itu seper seribu
Akhirat, ni’matnya seperti ketika tertidur pulas tanpa mimpi, lupa Alam Dunia itulah ni’mat Akhirat yang
seper seribunya, segitu saja rasa jasad sudah tidak ada kekuatan. Sudah habis sama sekali, hilang Alam
Dunia, hanya ni’mat yang ada, sudah pasti yang menerima ni’mat adalah rasa sejati, karena rasa jasad
sudah tidak ada, hanya rasa sejati yang timbul, olahan dari rasa jasad. Rasa jasad berasal dari makanan,
waktu bayi sebelumnya diberi makan dari olahan yang empat : Api, Angin, Air, Bumi.

BIDADARI

Laki-laki yang beriman akan mendapat balasan bidadari 40, termasuk bidadari 40 yang akan menjemput
istri yang mendapat Iman yang ibadah kepada Allah dan Rasulullah, karena sudah banyak istri yang
melakoni Agama dari pada laki-laki, tetapi kenapa tidak ada kata di jemput Bidadari untuk istri, Bidadari
ada, tapi itu adalah munasif atau simbol/perumpamaan, keni’matan balasan dari YANG MAHA SUCI
harus dengan ilmu, dipikir sampai mengerti, harus ditelusuri asalnya, Bidadari adalah rupa seorang istri
yang berparas cantik-cantik, istri sudah pasti sifatnya pada kesukaan hati, keni’matan, enak, syahwat,
kasih sayang dan cinta. Benar, empat puluh Bidadari kata Hadist untuk seorang manusia, kebagiannya
pasti, itu adalah perumpamaan, tentu saja hanya empat Bidadari dan Nol adalah bilangan kosong, tidak
ada isi, yang empat Bidadari adalah :

1. Kelezatan di mulut
2. Keni’matan di telinga.
3. Kebahagiaan di mata
4. Kasih sayang di hidung

Dari semua yang empat keluar sifat keni’matan yang sama, sangat nyata manusia bakal di jemput
Bidadari.

Bidadari dari MULUT, jika kedatangan ayam goreng yang paling enak, rasanya pasti ni’mat dan lezat,
malah ingin lagi rasanya, setiap laki-laki dan istri yang beriman akan menerima balasan.

Bidadari dari TELINGA, pendengaran, keni’matan bacaan Al-Qur’an, suara piano dll Ni’mat yang
mendengar, enak kata rasa telinga.
Bidadari dari MATA, jika melihat apa saja keanehan, barang dll. Sudah pasti menyukai karena melihat
sesuatu yang enak dilihat mata.

Bidadari dari HIDUNG juga mengeluarkan keni’matan, jika mencium minyak wangi, atau apa saja yang
wangi, dicium bau minyak wangi rasanya enak sampai ke hati, saking wangi harumnya, bisa
membangunkan syahwat.

TAUHID

HAKIKAT TAUHID

Sejatinya manusia adalah jirimnya tidak salah yaitu Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam, tapi sekarang sudah tiada hanya tinggal ghaibnya, setiap umat juga tidak luput punya
ketetapan, harus oleh ghaibnya manusia “ barang” yang sudah pasti, jika di cari ilmunya, pasti bisa
ketemu dan mengerti kepada ghaibnya manusia, jika ingin ketemu ghaibnya tentu harus oleh ghaib lagi
melalui Ilmu jalannya dengan tharekat, sesudah itu barulah bisa Tauhid, tahu kepada ghaibnya diri
manusia yang sejati, ibaratnya ;

Ada sebuah pisang matang di piring, apa yang akan menjadi tujuan? Jika RASA menjadi tujuan adalah
salah, karena rasa sudah pasti ada di mulut/di lidah bukan ketetapan, jika pisang mempunyai rasa, tentu
saja pisang bisa bergerak seperti hewan, jadi yang di tuju adalah MANIS nya saja, buktinya kita tidak
mau memakan pisang yang masih muda dan kesat yang belum ada manisnya kecuali jika kita bernafsu
ingin memakan pisang yang kesat, jadi yang namanya rasa itu sudah ada, sudah tetap, di manusia juga
pasti.

Wujud pisang tidak punya RASA hanya punya MANIS, manis adalah ghaib, terasa manis tapi tidak ada
jirim, ada tapi tidak ada rupa, manisnya pisang tidak akan di dapat dan terasa, jika wujud pisang tadi di
biarkan dan tidak dimakan, wujud pisang tidak dirusak dan tidak dimakan sampai lembut, tentu saja
tidak akan bertemu denganWUJUD MANIS nya yaitu sejatinya pisang tadi

Begitu juga dengan manusia harus tahu kepada ghaibnya diri, ada tapi tidak kelihatan, akal juga begitu,
harus bisa membongkar diri, membongkar wujud sendiri, seperti membongkar kelapa, supaya
menghasilkan minyaknya, yaitu manusia yang sejati/ghoib diri.

Antal mautu qoblal maut, rusak merasa tidak punya diri, saking fananya, khusyu kepada Yang Maha
Agung, lupa kepada raganya, tidak merasa punya raga, hilang jasmani, sirnanya Alam Dunia, berada di
Alam Baathin, nyatanya manusia ghaib yang ada, tidak ada sifatnya, waktu melihat, pada waktu
Tajalinya Allah dengan diri manusia, ketika ruhaninya shalat, manusia ghaib, ada tapi tidak ada rupa,
tidak akan samar dan ragu kepada ghoib dalam diri.

Sekarang tinggal mengatur prilaku wujud, sepanjang berada di alam dhohir, kesucian prilaku, ngaji
prilaku jasmani di jaga, mumpung masih di dunia, bandingannya adalah rencana Iblis yang merancang
kepada nafsu, mengajak menjauhi Allah, perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit di iming –imingi dengan
rupa-rupa kesenangan, ketertarikan, kesukaan, kemewahan Alam Dunia, siang dan malam tidak kurang
penggodanya sang Idajil.

Di antara hidayah dan kesesatan ada sebuah HATI, dan hidayah itu sangat langka dan tidak selalu datang
dengan bungkusan yang indah dan mahal tapi terkadang hidayah di bungkus dengan bungkusan yang
kotor, kumal dan bau, yang belum tentu setiap orang mampu menerimanya ataupun membelinya,
begitu juga dengan kesesatan terkadang di bungkus dengan bungkusan yang rapi, indah dan mahal
hingga mampu menarik perhatian setiap orang.

Jalan menuju Surga di raih dengan ILMU


Jalan menuju Neraka di raih dengan HAWA NAFSU

Penghalang hati adalah Iblis, HATI adalah tempatnya Itiqod/Tekad [Akar TAUHID], dengan Itiqod itulah
masing-masing orang menentukan arahnya, apakah akan menuju kepada hidayah ataukah sedang
menuju kepada kesesatan, Sifat Allah adalah NETRAL, Allah sudah membekali dengan kitab Qur’an
sebagai petunjuk...

Harus hati-hati menjaga jasmani, harus kuat berpegangan kepada Allah, memohon pertolongan Allah,
berlindung siang dan malam. Insya Allah bahagia dunia dan akhirat, jika ber-Tauhid kepada Allah, Iman
pasti kuat, susah untuk ditarik oleh Iblis, sebab sudah terkena syafa’at oleh mu’jizat Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Bismillahirrahmanirrahim
Bismillahi dengan menyebut nama Allah. Rahmanirahim disebut, Rahman murahnya di dunia, dan
artinya Rahim adalah Allah Maha Pengasih di Akhirat untuk umat Muslimin. Bagaimana Allah murahnya
untuk manusia waktu di dhohir? Kemurahan Allah Yang Maha Suci buktinya sekarang di dunia sudah
mengadakan bumi, api, angin, air.

Bibit setiap yang berkedip, bibit tanaman kecil yang tumbuh menjadi besar dan menghasilkan buah
dengan rupa-rupa rasa, tanaman yang menghasilkan obat, sehingga menjadi makanan oleh semua
makhluk yang kecil dan besar, begitulah Allah Maha Pemurah di alam dhohir.

Allah Maha Pemurah kepada manusia waktu di alam dhohir, sudah memberi tangan, dua buah tangan
untuk menjadikan semua keadaan alam dhohir, keadaan alam dhohir yang semakin maju, pesawat
ruang angkasa, kapal selam, mobil dll adanya sudah pasti oleh tangan, pabrik yang menggunakan air
atau api semuanya hasil karya tangan.

Ketika ibadahpun begitu, tanganlah yang pertama kali dipakai menulis dan membawa Qur’an, dibukanya
begitu juga, dari awal sampai akhir, semuanya menggunakan tangan saja, ketika mengerjakan Shalat,
tanganlah yang pertama, dari mulai wudhu, sampai berdiri shalat lagi. Tangan yang pertama dijunjung,
ke atas di pakai takbir, terus ruku, dibantu oleh tangan, di lutut tangan di pakai untuk menahan. Jika
tanpa tangan sudah pasti tersungkur, sujudnya begitu juga jika tidak di bantu oleh tangan, kepala pasti
terbentur, ketika bangun dari sujud, untuk duduk di antara dua sujud, jika tidak di bantu dengan tangan,
susah untuk bangunnya.

Rahim-Nya Yang Maha Agung, yaitu pengasihnya Allah di alam akhirat, sifatnya yang bukti yaitu bisa
melihat keadaan di alam akhirat, saking Maha Pengasih-Nya Allah ketika menjalani tharekat, bisa tahu
alam ghoib, mengetahui Alam Ruh sebelum wafat, berbarengan siang malam, Alam jasad dengan Alam
Ruh sudah bergulung menjadi satu.

Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Segala puji kepunyaan Yang Maha Agung, tapi sudah lumrah orang menjadi keukeuh tekadnya yaitu puji
dzikir, diakui puji diri sendiri, dipakai muji kepada Allah tapi tetap suka di akui punya pribadi, jika sudah
memuji dengan dzikir berarti sudah memuji kepada Allah, benar apa yang di lisankan, itu adalah puji dari
makhluk untuk memohon kepada Yang Maha Suci, mohon di ampuni dosa, dosa besar dan dosa kecil,
jadi itu adalah puji lisan, memang benar dari kita kepada Allah.

Puji Allah, adalah wujud kita pribadi, inilah sekujur badan, tegasnya puji Allah Ta’ala, tetapi jika belum
ma’rifat, tidak jadi pujinya Allah, sebab belum ma’rifatu, dalil laa haola itu pasti, harus terasa, bukan
pengakuan di bibir, hati tidak merasakan, hanya latah kata orang.

Bagaimana mau mengaku tidak ada daya dan upaya diri, jika belum tahu kepada yang menggerakan
dan membolak-balikan jasmani yaitu SIFAT RUH, seterusnya harus mengetahui diri, kepada yang
menggerakan RUH yaitu SIFAT ALLAH sebab jika tidak tahu, orang bisa jadi akan MENGAKU ALLAH
kepada RUH PRIBADI

Suatu kesalahan yang sangat fatal, belum sempurnanya ma’rifat kepada Yang Maha Suci, yang sampai
sudah pasti, jasmani dan RUH nya menjadilaa haola, hanya DZAT sendiri, yang ada lahir baathin.

Jika Tauhid manusia sudah begitu, wujud menjadi puji sudah menjadi pujinya Allah sebab segala perkara
sudah merasa menjadi hak memelihara/hak guna pakai, tidak merasa memiliki apa-apa, fakir dan miskin,
menerima dan pasrah, jasad dan segala yang datang kepada badan, walaupun geraknya dan tarikan
nafasnya hanyalah

Qudrat ( Kehendak > Hati )


Iradat ( Dikehendaki > Pikir )

Allah Yang Maha Suci, gerak dan berdirinya menjadi puji semua, menjadi pujinya Allah, juga ibadahnya,
perkataan, penciuman, penglihatan dan pendengaran diterima oleh Yang Maha Agung, pengabdiannya
diterima dan sah, sah Dzat, sah Sifat, sah Asma, sah Af’al walaupun hidup di dhohir.

Bagaimana jika sudah ma’rifat kemudian melanggar hukum sara? Melanggar apa yang di larang Allah?
Orang seperti itu berarti tidak takut oleh malu, yang begitu termasuk martabat hewan, hanya bisa
berkata, tidak sampai kepada hati, yang benar adalah mengaku Tauhid kepada Allah yang terus sampai
ke dalam hatinya, tentu suka punya pilihan, sebab Allah sudah di sebut di Qur’an dan Hadist Allah
mempunyai Sifat Suci,

SUCI DZAT
SUCI SIFAT
SUCI ASMA
SUCI AF'AL

Jika sudah Tauhid kepada Allah sudah tidak merasa berpisah, akrab siang dan malam, tidak ada jarak,
berbarengan dengan yang suci.

Tapi jika prilaku masih betah diam di maksiat, bermain di tempat kotor haram dan najis, bagaimana
jadinya? mengaku sudah ma’rifat, yang seperti ini adalah bohong, menyebut Tauhid kepada Allah,
biarpun sudah punya tharekat pasti batal atau tidak jadi, padi yang terserang hama tidak akan berbuah
menjadi biji, pasti mendapat hukum, dari dunia terus kepada baathin, jika tidak cepat bertaubat dan
akan kembali lagi Tauhid kepada Allah, maka taubatnya akan lebih berat sebab sudah mengetahui
hukum dan tidak takut oleh malu, meremehkan Allah, jauh dari kemuliaan dari dhohir sampai baathin,
susah untuk di ampuninya, tidak gampang seperti tadi.

Tauhid yaitu yang sudah bisa memisahkan dari kotoran, menyingkir dari prilaku maksiat, bersatu
kepada yang bersih, beres prilaku. itiqod, perkataan.
Jika merasa akrab dengan Allah harus membersihkan prilaku, di jaga agar tidak kotor, punya rasa malu
dengan Allah Yang Maha Suci, siang malam tidak ada jarak melihat segala prilaku yang baik dan
buruknya, agar prilaku di aji. Makanya wajib ma’rifat gunanya untuk kebaikan PERKATAAN - I'TIQOD -
PRILAKU, selama kita hidup harus punya RASA MALUkepada Yang Maha Suci, jika sudah punya rasa
malu tidak akan punya munafik, sombong, syirik, iri, dengki, ujub, riya, hasud dan khianat kepada
manusia, kepada sesama yang hidup, semua ada karena Allah…

Jika tidak ma’rifat, tidak akan bisa Iman kepada Yang Maha Suci, walaupun ibadahnya zuhud sebab tidak
akan merasa hinanya si wujud atau apesnya jasmani, mengaku punya kuasa, bergerak, berbalik, duduk,
berdiri, di akui kepunyaan pribadi, tentu saja berdosa karena menghinakan kepada Yang Maha Agung,
mengaku punya kuasamengadakan harta, tahta, pangkat, jabatan dll adalah hasil kerja keras
pribadi yang terjadi adalah musyrik kepada Allah.

Zhalim terhadap diri sendiri, jahiliyah di akhir jaman, kebodohan dalam memahami Allah tanpa Ilmu...
Sejarah berulang di akhir jaman ini, seluruh sifat - sifat umat terdahulu yang mengingkari kebenaran dari
Nubuwwah yang di bawa oleh 25 Nabi dan Rasul berdatangan, seperti sifat Namruz, sifat Fir'aun, sifat
Qorun, sifat Tsalabah dll, musim panen dunia, dunia untuk dunia, kemaksiatan, ketamakan, bakhil, kikir,
kerakusan, keserakahan, saling bunuh, pembunuhan, saling fitnah, saling menzhalimi dll, semuanya
untuk kepentingan HAWA NAFSU dan KEKUASAAN.

Menjual akhirat demi dunia, miskin amal, miskin ilmu, miskin hati,cinta dunia dan takut mati, hubbud
dunia/Iman dunia, hamba dunia adalah sumber segala penyakit hati, menyebabkan hati menjadi terhijab
kepada Allah, satu tetes pengalaman hidup pada proses kehidupan tidak akan membuat orang muslim
dan mukmin jatuh ke dalam lubang yang sama.

Sebaliknya jika kita merasa hina, "apesnya diri", bodoh, fakir dan miskin tentunya tidak akan ada yang di
akui, jadi timbul Allah Yang Maha Agung yang Kuasa dhohir dan baathin, begitulah puji yang
sesungguhnya bukan puji di bibir, harus merasakan dan menerima hina, bodoh, fakir dan miskin, tidak
punya apa-apa, semua karena kuasa Allah dari dunia sampai baathin.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallohu Wajha : "Akan datang suatu masa dan aku khawatir terhadap
masa itu :

1. Dimana keyakinan hanya tinggal di dalam pemikiran.


2. Dimana keimanan tak berbekas dalam perbuatan.
3. Banyak orang baik tapi tak berakal.
4. Ada pula yang berakal tapi tak beriman.
5. Ada yang lidahnya fasih tapi hatinya lalai.
6. Ada pula yang khusyu' tapi sibuk menyendiri.
7. Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
8. Ada pula ahli maksiat tapi rendah hati.
9. Ada yang bahagia tertawa tapi hatinya berkarat.
10. Ada pula yang sedih menangis tapi kufur nikmat.
11. Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.
12. Ada pula yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.
15. Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan.
16. Ada pula pelacur tapi menjadi figur.
17. Ada yang memiliki ilmu tapi tidak paham.
18. Ada pula yang paham tapi tidak menjalankan.
19. Ada yang pintar tapi membodohi.
20. Ada pula yang bodoh tapi tidak tahu diri.
21. Ada yang beragama tapi tidak berakhlak
22. Ada pula yang berakhlak tapi tidak ber-TUHAN.
RIJALULLAH - RIJALUL ‘ALAM ( missing link )

Bahasa Rijal, artinya yaitu pemimpin, yang pertama Rijalul ‘alam yang kedua Rijalullah, keduanya adalah
pemimpin dengan pangkat yang sama, hanya saja Rijalul ‘alam mempunyai Ilmu Dhohir, ilmu yang instan
ilmu dewa/jinn, Rijalul ‘alam adalah gelar Sayid Anwar, inilah yang menurunkan para jinn dahulu,
sampailah ke jaman sekarang turun-temurun, pegangannya adalah Ilmu Istidraj’, keinginannya suka
makbul, yang sakit bisa mendadak sembuh, sebab Ilmu Istijrad, apa saja yang di inginkan bisa jadi
makbul, untuk urusan hal dhohir.

Sekarang sudah turun temurun, manusia sekarang sudah bercampur menjadi satu, Ilmunya juga pasti,
sebab sudah terlalu banyak yang mempunyai ilmu, santet, dukun dll mengadakan persahabatan dengan
jinn, mengaku Ilmu Ma’rifat, Agama Islam Sejati/Ruh Samawi, karena setiap yang diminta oleh tekad hati
suka di kabul, contohnya : sekali tepuk bisa langsung ngantuk, terus mimpi bertemu dengan keturunan
yang sudah meninggal, tapi yang masih ada, yang belum sempurna jiwanya,yang masih ada di Alam
Dunia, sedangkan yang sempurna jiwanya, tidak akan bisa ditemui.
Rijalullah adalah pemimpin, yaitu dari Sayidina Anwas, yang menurunkan turunan Rasul yang lahir ke
Alam Dunia, begitu juga Rukun Agama yaitu Syariat, Tharekat, Hakikat, dan Ma’rifat sampai hari akhir
turunannya semakin banyak, Agamapun begitu, pegangan Agama Islam, saksinya adalah Al-Qur’an
dan Hadist, perintah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yaitu Rukun
Islam, Rukun Iman.

Sejarah Sayid Anwas dan Anwar adalah satu bapak tapi tidak satu ibu, nama bapaknya adalah Nabi Syis
alaihissalam, anak keturunan yang ke 100 dari Nabi Adam alaihissalam, hanya satu yang dijadikan Nabi,
yaitu Nabi Syis tadi, diceritakan bahwa Nabi Syis sudah mempunyai istri yaitu Dewi Mulat, istri Nabi Syis
'alaihissalam ini sedang hamil dengan usia kandungan sudah 3 bulan, adalah salah satu putri yang
berada di dasar laut, namanya Dewi Jelajah, yaitu anak Azazil/ Idajil Rajanya Iblis.

Adalah Azazil/Idajil la’natullah, yang dibenci sifatnya oleh Allah asalnya adalah penghulu Malaikat, maka
diceritakan, pada suatu hari Dewi Jelajah bertemu dengan Nabi Syis, yang sedang jalan-jalan dengan
istrinya di tepi pantai. Dewi Jelajah kemudian tertarik ketika melihat Nabi yang saking rupawan,
cahayanya memancar, (tertarik karena kemuliaan Nabi Adam alaihissalam)

Dewi Jelajah sudah tidak tahan untuk membuat tipu daya, maka dalam sekejap Dewi Mulat disamber
dengan cepat sampai tidak terihat, lalu diberikan kepada Bapaknya, kemudian di sihir, yang
mengakibatkan Dewi Mulat menjadi tidak ingat, seperti yang tertidur nyenyak, Dewi Jelajah akhirnya
berganti wujud, sehingga menyerupai Dewi Mulat.

Nabi Syis tidak tahu ada yang sedang menyamar sebagai istrinya, setelah lelah jalan-jalan, maka
merekapun pulang ke rumah, singkat cerita, kemudian Dewi Jelajah hamil, dan ingin pulang, maka
sewaktu Nabi Syissedang tidur nyenyak, ditinggalkanlah oleh Dewi Jelajah dan kembali lagi kepada Iblis,
langsung saja Iblis pergi membawa Dewi Mulat yang di sihir, untuk dikembalikan ke tempat tidur, di
samping Nabi Syis.

Keduanya tidak merasakan, di tipu daya oleh Iblis, akhirnya


Dewi Mulat sudah waktunya melahirkan, seorang anak laki-laki lahir, dengan bercahaya, rupawan tiada
bandingannya, yang bakal menurunkan para Nabi, para Wali Mu’min dengan nama Sayid Anwas.

Diceritakan Dewi Jelajah istri yang palsu tadi, akhirnya melahirkan juga, anaknya laki-laki dengan nama
Sayid Anwar, setelah berumur 10 tahun, dia bertanya mengenai bapaknya, akhirnya ibunya berterus
terang kepada putranya bahwa tidak lama lagi kamu akan bertemu, ibunya berkata, “ Bapakmu adalah
Nabi Syis putra Nabi Adam alaihissalam ”, setelah mendengar penjelasan ibunya, kemudian Sayid Anwar
terus pamitan, hendak menyusul bapaknya, ingin meminta pengakuan, bahwa dia anaknya dari Nabi
Syis, tidak lama kemudian bertemulah dengan Bapaknya yaitu Nabi Syis, pastilah di waktu itu Sayid
Anwar tidak akan diakui anak oleh Nabi Syis, sampai akhirnya turun wahyu, yang menyatakan bahwa itu
memang benar anaknya Nabi Syis dari Dewi Jelajah, yang bakal menurunkan Jinn, yang tidak akan
tunduk kepada Agama Allah, tekadnya ingin menjadi pemimpin, seumur hidup tidak mau mati, selama
masih ada dunia, sebelum musnah bumi dan langit.
“ Dan inilah Sayid Anwas, anakmu yang akan menjadi cikal bakal, sudah pasti yang bakal menurunkan
Rasul, menurunkan para Anbiya, yaitu para Nabi dan Wali Rasul juga para Mu’min semuanya yang
ikut Agama AKU ”

Itulah sejarahnya, Sayid Anwas dan Sayid Anwar tadi, sebabnya begitu, sekarang sudah akhir jaman,
sudah saling-silang, turunannya bertemu, turunan Anwas dan Anwar, sudah bergulung menjadi satu.
Sudah banyak manusia Jinn, wujud manusia tapi isinya adalah Dewa dan Jinn, blaster dari Bapaknya Jinn
dan Ibunya manusia.

Darah keturunan sudah banyak yang tercemar, sejak dari jaman Nabi Adam alaihissalam, putranya Habil
dan Qobil. pembunuhan manusia pertama kali di muka bumi, hingga akhir jaman sekarang, Iblis keluar
masuk melalui peredaran darah, sehingga membuat seorang ibu tega membunuh anaknya, seorang
anak tega membunuh ibunya, begitupun ilmu sudah banyak tercemar.

Ilmu ladunni adalah ilmu yang diberikan Allah melalui pengamalan butuh waktu dan proses, bukan ilmu
instan. Ladunni [shalat] adalah ladun qolbin salim, hati yang selamat, ilmu yang selamat dari pengaruh
Iblis, Jinn, Syaitan dan Idajil, ilmu itu suci, ilmu itu terang, ilmu itu ma'sum dan akan datang menerangi
kepada hati yang bersih.

Agama di akhir jaman ini menjadi tercemar, buktinya banyak yang meniru-niru seperti Islam, pake dalil,
ada tharekatnya, meniru-niru tharekatnya para Wali, dipake kedoknya untuk menutupi, padahal ilmu
sihir, ilmu pelet, ilmu pesugihan, ilmu perdukunan dan sejenisnya, dirinya tidak merasakan darahnya
sudah di kuasai, hatinya sudah dikapling Jinn, ngakunya Ilmu Baathin, tapi buktinya ilmu dhohir,
buktinya diperlihatkan di dhohir, Istijradnya ilmu jinn, asal percaya dengan hati, segalanya di
ijabah, tidak bisa membedakan (sirr) mana yang datangnya HAQ dan mana yang BATHIL.

Satu kebenaran akan dipoles menjadi 100 kepalsuan, seperti semut hitam yang berjalan di atas batu
hitam di kegelapan malam di dalam gua yang gelap. Sifat Jinn adalah paling licik, sifat syaitan adalah
paling pinter berdusta, sifat Iblis adalah paling sombong, menolak kebenaran (Takabur)

“ Seolah-olah mengajak ke Surga, padahal sedang di giring ke Neraka ”

Dunia semakin indah dan menarik, membuat manusia semakin lupa diri, tersihir oleh kemegahan
duniawi, martabat benda yang kelak akan musnah, segala cara dihalalkan karena ingin cepat kaya, ingin
kekuasaan, ingin jabatan, harta menjadi ukuran dll, selembar nyawa dipertaruhkan hanya untuk
kepentingan hawa nafsu, iblis tidak akan pernah lelah untuk menggoda manusia, dari depan dan
belakang, dari kiri dan kanan, dari atas dan bawah, salah tekad di dunia, sengsara di akhirat.

Selama 70.000 tahun Iblis menjadi ahli ibadah, menjadi penjaga Surga ribuan tahun, hingga akhirnya
menjadi penggoda sampai kiamat, merancang kepada hawa nafsu untuk membawa umat manusia
sebanyak-banyaknya masuk ke dalam Neraka.
Adalah Jauhar Firid namanya, disebut cahaya dunia, bagian para dewa atau ilmu dewa. Untuk jinn
cahayanya terbuat dari Api yang bersih, dari Raja Jann, rajanya para Jinn. Dewa itu jasadnya badan
cahaya, di sejarahnya, matinya para dewa tidak terus ka Akhirat, tetapi masuknya ke Sawarga Loka. Ilmu
Jinn pun begitu, matinya mampir dulu ke kerajaan Jinn, karena percaya dengan batu cincin [rumah jin]
keris, sesajen, benda pusaka, kemenyan, benda bertuah, azimat, pesugihan, pesta laut, amalan junub dll
[Itiqod/tekad berubah] mempercayai adanya suatu kekuatan selain Allah.

Ilmu dhohir untuk dhohir, untuk mengantar hawa nafsu, sedangkan baathin khusus untuk baathin, sifat
Rijalul ‘alam adalah ujub, riya, takabur, kata- katanya kotor dan kasar mengaku Ilmunya paling sakti, di
akhir jaman ini banyak tekad yang sudah berubah, keluar dari patokan kebenaran Islam, Al-Qur’an dan
Hadist, Imam Mazhab, Ijma Ulama, Qiyas , dalil Aqli dan Naqli.

Jika sudah keluar dari patokan Islam, tidak ada sama sekali sucinya,
AGAMA adalah SUCI
Al-QUR'AN adalah SUCI
SHALAT adalah SUCI
RUH SHALAT adalah SUCI
tekad yang dilarang dalam Islam adalah ujub, riya, takabur, menghina ke sesama manusia.

Manusia tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, tidak tahu apa-apa, bodoh, lahir ke dunia dalam keadaan
tidak punya apa-apa, tidak punya kepandaian dan kecerdasan, bahkan harta, jadi jika mempunyai sifat
ujub, riya, takabur, perlahan tapi pasti, akan mengaku jadi Allah seperti halnya Fir'aun, yang begitu
bukan sifat manusia, tapi sifat iblis yang dicontoh, berani menyerupai Allah Yang Maha Kuasa,
mungpung masih di dunia, sebab nanti di hari akhir atau kiamat, sudah di patok oleh Allah bakal
langgeng di Neraka Jahanam, berikut manusia yang waktu di dunia mengikuti sifat Iblis, berbuat syirik
kepada Allah dan tidak menurut kepada perintahnya Rasulullah utusan Allah.

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UUN


"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan"
[al-A'nkabut: 29;57]

Kematian adalah perpindahan dari Alam Dunia menuju ke Alam Kubur dan Alam Akhirat, bermula dari
hisab sakaratul maut, hisab kubur dan hisab akhirat.

Perjalanan panjang ratusan tahun menuju akhirat, 1000 tahun jalan menurun, 1000 tahun jalan
mendatar, 1000 tahun jalan menanjak, sampailah ke kampung akhirat...

Seluruh manusia akan dikumpulkan, mulai dari umat jaman Nabi Adam alaihissalam, sampai umat Nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam, umat akhir jaman dan akan terbagi menjadi dua golongan
besar ;
GOLONGAN KANAN [Ashabul yamin]
GOLONGAN KIRI [Ashabusy syimal]

Setiap golongan akan memperoleh balasan apa yang telah di usahakannya ketika di dunia.

Haqullah artinya manusia yang mati dalam keadaan bersih dan suci, maka akan kembali kepada Allah
Ta’ala, ibarat bayi di dalam rahim.
Haqul Muhammad artinya manusia yang mati dalam keadaan bersih, maka tempat kembalinya adalah
kepada Rahmat.
Haqul Adam artinya manusia yang mati dalam keadaan kotor, maka tempat kembalinya adalah
terpenjara di Alam Dunia

“ASAL DARI ALLAH”… adalah dari Jauhar Awwal ini.


Sifatnya terang benderang, cahaya gilang gemilang yaitu “gulungan” DZAT bersama SIFAT-Nya Yang
Maha Suci. Setelah ini barulah ada ASMA ALLAH, dimana dinyatakan bahwa ;

Hakikat Muhammad adalah :


JAUHAR AWWAL isinya adalah RUH ILMU RASULULLAH.
Benda Rasulullah MERAH, KUNING, PUTIH dan HITAM
Cahaya empat itu disebutnya HAKIKAT ADAM “Barang” ghoib yang disebut ISMUDZAT, bibit Alam Dhohir
atau Asma Maha Suci. Satu Asma-Nya Allah Ta’ala adalah :
SIFAT RUH [Adam Hakiki] menjadi, SIFAT IRADAT-Nya Allah Ta’ala.

SIFAT dan ASMA ALLAH yaitu :


JAUHAR AWWAL RASULULLAH
[satu cahaya halus yang mencukupi untuk seluruh ciptaan-Nya]

SIFAT QUDRAT yang menghidupkan manusia.


SIFAT IRADAT [RUH] yang menjadikan :

RUHUL BASHAR = PENGLIHATAN


RUHUS SAMMA' = PENDENGARAN
RUHUN NAFASI = PENCIUMAN
RUHUL KALAMI = PERKATAAN

Jadi, manusia berasal dari Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala. itulah sifat-sifatnya Qudrat Iradat-Nya Allah
Ta’ala.

“INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UUN”…


[tidak ada jarak] dari ROH [Wujud Rupa Jasad]
kembali kepada SIFAT FITRAH RUH.
Suci dan bersihnya JIWA [Wujud Rupa Rasa] yang terdiri dari RUH, NYAWA, BAATHIN, HATI, QOLBU,
PENGLIHATAN, PENDENGARAN, PENCIUMAN, PERKATAAN.

Kembalinya RASA SEJATI ke asalnya lagi, kubur sejati yaitu MARTABAT NURULLAH [Jauhar
Awwal] Cahaya empat rupa, dan RUH pulang kembali kepada DZAT SUCI seperti di dalam
kandungan [Alam Rahim]

“ INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UUN”…


Kematian yang sempurna, inilah jalan pulang para Nabi dan Rasul, para Sahabat, Salafusshaleh, Syuhada,
para Imam, Ulama Sejati, Wali Rasul, orang-orang Shaleh/Suci dll, kembali ke MARTABAT MANUSIA
SEJATI (INSAN KAMIL MUKAMIL)

Supaya bisa kembali selamat dalam keadaan suci dan bersih. Manusia wajib ma’rifat kepada Qudrat
Iradat Allah Ta’ala, jika tidak ma’rifat, pasti matinya balik lagi ke Alam Dunia. Alam Dunia ini sudah
mengalami kerusakan, lalu akan mengalami kehancuran, “ wal yaumil akhiri ”, tiap-tiap manusia yang
pulang ke tempat yang bakalan rusak, pasti yang mengisinya akan ikutan rusak juga, jiwa manusia akan
tertahan, melayang-layang di permukaan dunia, di bawah langit pertama… merasuk kembali ke Alam
Dunia, terpenjara sepanjang usia, tidak mampu mencukupkan dalil
“INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJI’UUN”…
Menunggu sampai pengadilan akhirat…Qadhi Rabbul Jalil...

Kematian yang tidak sempurna adalah, ketika Jiwa


[WUJUD RUPA RASA] baathin, qolbu, nyawa, hati, menjadi kotor disebabkan oleh dosa, sehingga
terpenjara di Alam Dunia… Iman Dunia dan Rasa Dunia tertinggal di martabat benda yang kelak akan
rusak…tidak bisa kembali lagi kepada asalnya yaitu Jauhar Awwal Rasulullah...

Sifat Rasa adalah sifat pekerjaan ketika di dunia dan manusia akan mempertanggung jawabkan;
ILMU - AMAL - PERKATAAN
yang di dapatkannya ketika di dunia...tugas Malaikat Maut hanyalah mencabut nyawa saja dan setiap
manusia akan di bawa oleh SIFAT ILMU yang di dapatkannya ketika di dunia...dan dengan sifat
ilmu...manusia akan menjawab setiap pertanyaan kubur.

Tidak bisa pulang ke asalnya, jalannya harus di cari, detik demi detik, waktu bagaikan pedang, manusia
kian mendekati Akhirat, ROH (Rohani) jasad harus kembali berubah sifat menjadi SIFAT FITRAH RUH
(Ruhani), nyawa harus terbawa pulang, jika tertinggal di dunia, maka akan tetap di Haqul Adam tidak
bisa pulang ke Haqullah/ Nurullah Yang Maha Agung, sifat Iman kepada Yang Maha Agung, Kampung
Akhirat yang sejati.

Sempurna nyawa artinya habis, sirna, bersih, ibarat lampu teplok, habis minyaknya (RUH) habis
nyala/api (NYAWA) dan habis panasnya (NAFSU) Kembali ke asalnya, tidak ada enak dan tidak enak,
sunyi tidak ada apa-apa. berbeda dengan martabat hewan yang tidak mempunyai Neraka dan Surga,
sebab disebutkan dalil, yaitu Kuntu turobba, semua hewan, asalnya tidak ada jadi ada, sesudah ada,
tentu kembalinya ke asalnya ke kerajaan hewan, tidak ada Neraka dan Surga, yaitu enak dan tidak enak,
pulang ke asalnya dahulu sebelum ke alam dunia karena tidak punya ketetapan Agama, berbeda dengan
manusia.

“Kuntu kanzan makhfiyyan, fa ahbabtu ’an uraf fa khalaqtu al-khalqa li-kay u’raf"

Aku pada mulanya adalah khazanah yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan
makhluk, agar mereka mengenali-Ku.

Kematian adalah keluarnya nyawa dari kurungan jasad, naik ke atas melalui ubun-ubun, nyawa manusia
yang tidak bisa kembali karena tidak menemukan jalannya ketika di Dunia, tidak adanya cahaya iman di
dalam qolbu, yaitu jalan pulang ke Akhirat kepada asalnya, tidak menemukan ilmunya, ilmu yang
memberi tahu asalnya dari mana, sudah pasti bertemu dengan kegelapan, sakaratul maut, tidak akan
melihat jalan karena terhijab, rasanya pengap, dada naik turun saking pengapnya, semakin lama akan
meletus karena pompa jantung yang berlebihan, akhirnya nyawa keluar dari wujud nabrak ubun-ubun,
tetap berada di Alam Dunia, di dalam Haqul Adam, sudah bukti pula bahwa di Alam Dunia ini sudah
dipenuhi oleh kerajaan Dedemit, Siluman dan Jinn.

Sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam ;

Apabila cahaya Allah telah masuk kedalam qalbi maka dadapun menjadi lapang dan terbuka…

” Seorang sahabat bertanya, “Apakah yang demikian itu tanda-tandanya ya Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Ya, orang-orang yang mengalaminya lalu merenggangkan pandangannya dari
negeri tipuan (dunia) dan bersiap menuju ke negeri abadi (akhirat) serta mempersiapkan mati
sebelum mati.

Simpanlan rumah di tanah lapang

Simpanlah istri di rumah


Simpanlah anak di ruangan anak
Simpanlah orang tua di rumah
Simpanlah mobil di garasi
Simpanlah motor di garasi
Simpanlah uang di bank/brangkas dll
DUNIA untuk AKHIRAT...

AKHIRAT untuk AKHIRAT...

Janganlah dunia di masukkan ke dalam hati...


rasa akhirat dan iman akhirat harus bersih dari iman dunia dan rasa dunia...

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang
luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah
dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),maka
sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
[An Nisaa:10]

“Ad-Dunya mazro’atul aakhirah”


Dunia ini adalah tempat bercocok tanam untuk kehidupan di kampung akhirat

JUMAT, 30 JANUARI 2009

Kebenaran tujuh lapis langit

Semua umat manusia mengetahui keberadaan langit seperti pelindung raksasa yang memayungi jauh
diatas bumi. Tapi tidak banyak orang yang mengetahui apa sebenarnya fungsi dan proses terjadinya
langit. Untuk itu kita melakukan penelahaan tentang langit baik dari sudut pandang “Astronomi”
maupun dari aspek agama, khususnya agama Islam.

Tidak semua umat Islam dapat memahami dan mengerti bahasa dan tulisan Arab. Namun, bagi umat
yang melakukan syariah Islam dan memahami konsep Islam yang berpegang pada keyakinan
Hablunmina’llah (beriman kepada yang Ghaib) dan Hablunmina‘nnaas (Rasional, Adil dan Berguna bagi
Kesejahteraan Bumi dan Manusia), mereka Istiqomah dalam menjalankan rukun Islam, berdo’a dan
memohon petunjuk Allah SWT, membaca dan mengikuti dakwah gemar membaca Alqur’an yang
terjemahannya telah ditulis dalam berbagai bahasa. Kita yakin mereka ini adalah termasuk golongan
orang-orang yang luas wawasan dan pengetahuannya, sehingga mampu menganalisa dan menguraikan
ayat-ayat suci Alqur’an secara lengkap dan rinci.

Setelah membaca ayat 3/190-191, yang menyatakan bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian
siang dan malam itu adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal dan yang yakin akan kebesaran
Allah SWT. Sebagai hamba Allah maka timbullah keinginan kita untuk mengetahui lebih lanjut tentang
kejadian langit dan bumi, khususnya mengenai langit. Telahan.ini diperoleh dari berbagai sumber,
seperti Al-qur’an, publikasi dari Astronomi, majalah dan jurnal dari dalam dan luar negeri dan informasi
lain dari televisi.

Beberapa Ulama berpendapat, istilah “tujuh langit” yang berlapis-lapis sebagaimana tertulis di dalam
Alqur’an antara lain, pada ayat (67/3), hanya merupakan sebutan angka-angka saja, tidak ada kaitannya
dengan ilmu “Astronomi”.Mungkin karena pengetahuan tentang langit sangat terbatas, jaraknya yang
sangat berjauhan sehingga tidak mudah bagi manusia membuktikannya secara ilmiah. Kalau kita ingin
mengetahui tentang langit sebelum sampai ke istilah “Tujuh Langit” (Seven Heavens), maka sebaiknya
kita lebih dulu melacak keberadaan planet-planet dalam Tata Surya (Solar- System). Baru kita meningkat
ke Sistim Bintang, lalu ke Sistim Galaksi, kemudian ke Sistim Cluster dan akhirnya baru kita membahas
tentang “Sistim Langit”. Menurut istilah Astronomi, secara keseluruhannya dinamakan Universe atau
Alam semesta.

Keberadaan Planet.

Menurut The New Cosmos Order (National Geographic Magazine, Desember 2006) dalam “Solar
System” terhitung mulai saat ini hanya “ada delapan”(8) planet sebagai patokan. Sedangkan planet-
planet lain seperti Ceres, Pluto dan Eris (mengorbit di Kuiper Belt), yang baru dikonfermasikan pada
tahun 1992, adalah termasuk golongan planet-planet kecil, atau Dwarf Planets. Planet-planet tersebut
secara keseluruhan terbagi atas dua kelompok yakni “Inner planets”; Mercury, Venus, Bumi, Mars dan
Ceres, dan “Outer planets”; seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptune, Pluto, Eris dan Sedna (terpantau
pada tahun 2003). Semua planet-planet tersebut diatas termasuk bumi, masing-masing beredar dalam
“jarak tertentu dan terkontrol” dan bagi 8 planet tersebut diatas selain Dwarf Planets, telah dipastikan
mengorbit mengelilingi matahari. Oleh sebab itu sistim ini diberi nama tata Surya atau “Solar System”.

Keberadaan Bintang – Bintang dan Galaksi.

Apabila Tata Surya kita ini dipantau dari kejauhan 100,000 tahun cahaya, maka menurut ilmu Astronomi
(Larousse 1986) Tata Surya kita ini kelihatan tergabung di dalam Sistim Bintang yang disebut Galaksi
“Milky Way” atau Bima Sakti. Di dalam Alqur’an (lihat ayat 82/1-2 dan ayat 85/1 dibawah) juga
menyebutkan “Langit” sebagai “Galaksi” dan “Gugusan bintang” dapat diartikan “Sistim bintang”. Sesuai
astronomi jumlah bintang-bintang yang terdapat di dalam Galaksi tsb diperkirakan ada lebih kurang 500
milyar, dimana didalamnya sudah tercakup tata Surya kita yang tadinya kelihatan begitu besar dan
megah, sekarang kelihatan relatif kecil, hanya sebesar titik-titik bintang-bintang disekitarnya. Didalam
Bima Sakti dimana terdapat Tata Surya kita, sekarang sudah berada didalam Cluster-Galaxy bersama
komet-komet, asteroid, meteor, debu, gas dan bintang-bintang. Unsur-unsur tersebut merupakan
“lapisan dasar” dari Galaksi (langit) dimana bumi kita berada di dalamnya.

Ayat (85/1): Demi langit yang mempunyai gugusan bintang.....


Ayat (82/1-2): Apabila langit terbelah dan bintang-bintang jatuh berserakkan......
Alqur’an menyatakan “gugusan bintang” dan “langit” yang dapat diartikan disini dengan “Sistim
bintang” dan “Galaksi” (karena apabila langit atau galaksi terbelah maka bintang-bintang akan “jatuh
berserakan”), adalah sesuai dengan pembahasan Astronomi tentang sistim bintang yang tercakup di
dalam sistim Galaksi).
Selanjutnya menurut Larousse (1986), apabila kelompok Galaksi tersebut dipantau dari jarak 5 juta
tahun cahaya, maka akan terlihat membentuk kelompok-kelompok tertentu yang saling berdekatan.
Apabila jarak pantauan mencapai 15 milyar tahun cahaya, maka pantauan kita akan beralih kepada
kelompok-kelompok yang terpisah satu sama lain dan membentuk masing-masing kelompok tertentu.
Mereka membentuk kelompok-kelompok yang bertingkat dan disebut “Cluster-Galaxie”. Yang kita lihat
saat ini adalah lapisan langit tingkat pertama.

Keberadaan Cluster.

Apabila kita lihat lapisan langit pertama yang berjarak sangat tinggi, maka bintang-bintang serta komet-
komet dan meteor-meteor yang kadang-kadang bisa terlihat oleh mata seakan-akan berada pada
ketinggian “langit” , yang sebetulnya tidak demikian. Karena bintang-bintang dan lain-lainnya masih
berada di dalam Galaksi kita yang pada gilirannya berada di dalam Cluster tertentu. Sistim Cluster inilah
yang kemudian membentuk langit. Walaupun kita berada dalam satu Galaksi namun jarak antara bumi
dengan bintang-bintang tersebut adalah sangat jauh. Pandangan kita akan menembus kejauhan bintang-
bintang sehingga akhirnya mencapai batas atau “frontier” (langit Cluster lapisan pertama), dan terkesan
seakan-akan bintang-bintang berada pada ketinggian langit tersebut, padahal tidak demikian.

Keberadaan Langit.

Filsafah “Langit” yang dalam bahasa Inggris disebut“Sky”, dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan
bahwa kapal terbang ataupun burung-burung terbang di udara atau pada ketinggian awan dan tidak
pernah mengatakan terbang di langit atau ke langit. Namun orang Inggris bisa mengatakan: “The clouds
and the sun, moon and the stars appear on the sky and the birds flying up into the sky”. Disini jelas
bahhwa “Sky” adalah “Tata Ruang” yang letaknya relatif tinggi namun tidak begitu memperdulikan jauh
dekat posisi yang dimaksud. Sedangkan “Langit” bukanlah tata Ruang melainkan suatu “Frontier” atau
“Boundary”, sebagai atap tertinggi yang berbentuk “Sphere” (dome), dan memiliki ufuk horizon pada
setiap sudut pandang. Bagi mereka yang pernah memperhatikan matahari terbenam (sunset) di tepi
pantai akan dapat memahami apa yang dimaksud.

Dalam Alqur’an dinyatakan ada tujuh langit yang berlapis-lapis, maka pada setiap batas lapisan tersebut
terdapat “Frontier” yang imaginer, karena tidak mudah untuk menentukan ketinggiannya. Mungkin
dengan alat teropong raksasa atau alat-alat canggih lainnya masih bisa menembus ketinggian frontier
tersebut, namun sangat terbatas. Disinilah terdapat tambahan penjelasan dari Alqur’an, bahwa selain
dari Galaksi dan berakhir pada sistim-Cluster yang membentuk satu langit (langit pertama) yang dibahas
dalam Astronomi, dalam Alqur’an, ditambah lagi dengan menjelaskan Sistim-Langit, yakni “Tujuh Langit
Yang Berlapis-lapis”.
Dengan demikian langit adalah merupakan atap dari tata Surya (Solar system) sebagai ”boundary”
(frontier) pertama dan bisa dilihat secara langsung. Namun, yang dimaksud dengan “tujuh langit” atau
“seven heavens” yang (kadang-kadang heaven juga diartikan sebagai syurga), adalah frontier-frontier
berikutnya, bertingkat-tingkat sampai lapis ketujuh.

Data-data dan Publikasi Astronomi.

Menurut ilmu Tata Surya jarak antara bumi dan matahari adalah 151 juta km dan antara bumi dan
planet Mars 79 juta km, dan ke planet Eris berjarak 10.24 milyar km. Ini baru jarak-jarak yang kita
ketahui dalam Tata Surya. Spacecraft Voyager I dari NASA yang dilansir pada tahun 1977 sekarang sudah
berada pada jarak 15 milyar km dari bumi, namun masih memerlukan waktu sepuluh tahun lagi untuk
memasuki interstellar space (gugusan bintang), dan 6,000 tahun lagi baru sampai dipinggir Oort Cloud
yang berjarak kira-kira 32 triliun km dari bumi. Jadi bisa dibayangkan seandainya kita keluar dari Tata
Surya, kita akan memasuki sistem bintang yang masih berada dalam satu galaksi dengan Tata Surya kita,
mungkin untuk mencapai bintang terdekat saja harus menempuh jarak bisa sampai puluhan trilyunan
km. (Jarak-jarak tersebut diatas dihitung bila objek berada pada garis lurus dengan matahari sedangkan
posisi bumi berada diantaranya).

Menurut informasi ilmu Astronomi (NMM; Internet Januari 2008)) jumlah bintang-bintang yang ada di
Universe adalah 7x 10^22 (tujuh puluh milyar trilyun), sedangkan jumlah Galaksi yang ada di Universe
diperkirakan berjumlah lebih kurang 140 milyar.
Dengan demikian, jumlah rata-rata dari bintang yang terdapat pada setiap galaksi:
(7x10^22) : (1,4^11) = 500 Milyar bintang-bintang per Galaksi. Jumlah tersebut sesuai yang terdapat
pada Milky Way (Bima Sakti), yang memiliki sebanyak 500 milyar bintang-bintang (lihat hal.2) yang
jumlah sebenarnya menurut para astronom lebih banyak. Mungkin saja jumlah rata-ratanya melebihi
500 Milyar bintang-bintang pada Galaksi-galaksi tertentu.

Karena lapisan-lapisan langit berbentuk sphere seperti lingkaran yang bertitik pusat yang sama, maka
Radius dari setiap lapisan dapat dihitung dengan bly (Billion Light Years). Lihat di websiteUniverse; maka
Radius dari lapisan-lapisan langit pertama, kedua dst sampai ke lapisan langit ketujuh adalah ; (I)= 15 bly,
(II)= 25 bly, (III)= 36 bly, (IV)= 46 bly, (V)= 57 bly, (VI)= 67 bly dan (VII)= 78 bly.
Dengan demikian maka jarak diantara lapisan-lapisan langit, mulai dari lapisan pertama, kedua, sampai
ke lapisan langit ketujuh adalah 10 bly dan 11 bly, secara bergantian.
Sedangkan jumlah galaksi yang terdapat pada lapisan langit pertama adalah 1 Milyar galaksi dan volume
dari lapisan langit tersebut adalah: ~1,2x10^70 Km^3.
Dengan demikian maka atas penemuan serta uraian diatas maka ilmu Astronomi tidak lagi dapat kita
katagorikan sebagai ilmu pengetahuan sekuler, karena telah melibatkan Al-Qur’an tentang
kebenarannya; ”There are seven boundaries of the Universe, creation of the Lord”.
Pelacakan definisi tentang langit.

Tata ruang yang sangat klosal, dan Galaksi yang begitu banyak jumlahnya telah membentuk Cluster dan
berada pada “Sistem Langit”. Dengan filsafah tentang sky dan langit seperti diatas, maka kita lebih
leluasa untuk melacak definisi tentang “Tujuh Langit” atau “Seven Heavens” sebagai berikut:

Semakin keatas langit akan semakin luas, dan semakin banyak sistem Galaksi atau Cluster yang ada.
Sesuai “Dictionnaire Larousse” (halaman 921), dan Al-Qur’an ayat (41/11) (lihat dibawah), Cluster yang
bertingkat-tingkat tersebut sebelum “dijadikan langit” masih berbentuk asap (cloud of vapour, lihat ayat
41/11 dibawah), sehingga kelompok Cluster akhirnya membentuk lapisan langit. Ini bearti, bila semakin
banyak jumlahnya, maka semakin luar biasa besarnya dan sangat tinggi tata ruangnya, sehingga dapat
membentuk lapisan-lapisan “Langit” atau “Heavens”. Perkiraan ini sudah sesuai dengan ilmu Astronomi.
Namun jumlah Galaksi menurut para astronom masih jauh lebih besar dari apa yang diperkirakan.
Dengan demikian, jumlah lapisan langit bisa mencapai tujuh lapis tidaklah mustahil.

Definisi tentang tujuh langit dapat dirumuskan :

Tujuh langit yang berlapis lapis atau Seven Heavens adalah tata ruang, yang terdiri dari berbagai
kelompok “Sistem Cluster-Galaksi” yang bertingkat-tingkat dan begitu besar jumlahnya, sehingga bisa
membentuk sistim langit tersendiri sebanyak tujuh lapis. Batasan (boundary) dari lapisan antara langit
pertama dan langit kedua disebut atap bumi, sedangkan pada tingkat ketujuh yang berada pada posisi
tertinggi, memiliki batas akhir (final boundary) sebagai batas alam dimana terdapat Sidratul Muntaha.
Apabila batas tersebut kita lewati, kita akan berada di “Alam Ghaib” (Akhirat?).

Penjelasan Alqur’an.

Walaupun bumi kita berada dalam sebuah Galaksi tertentu (Milky Way atau Bima Sakti), namun posisi
dan ufuk horizon kita sebagai penghuni bumi tetap bebas melihat lapisan langit pertama karena batas-
batas pinggiran Galaksi dan Cluster adalah “imaginer” dan tembus pandang. Langit tersebut berfungsi
sebagai Atap bumi atau Dome dari “Sistim Langit”.
Ayat (2/22): Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan
langit sebagai atap (and the sky a dome)……….dst.
Ayat (41/11): Dia menuju kepada penciptaan langit yang masih merupakan
asap (cloud of vapour), lalu berkata kepadanya dan bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati
atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Al-Qur’an selalu lebih dulu memberikan informasi dalam berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu
Astronomi. Apabila ilmu Astronomi hanya mencakup sampai pada “Sistim-Cluster” untuk membentuk
satu langit, maka Al-Qur’an mengungkapkan lebih awal dari Astronomi tentang “Sistem-Langit” yang
membentuk tujuh langit yang berlapis-lapis.

Selain itu baru-baru ini (National Geographic Magazine, Desember 2006) para Scientist terkejut karena
tiba-tiba munculnya tiga Komet (Heaven’s mountains) yang mengandung es air, mengorbit pada jalur
Asteroid, dimana biasanya Komet-komet tersebut terbentuk pada sebelah luar Tata Surya atau diluar
planet Neptune. Para Scientist memperkirakan Komet-komet tersebut telah menurunkan air ke Bumi.
Memang menurut Alqur’an ada air atau hujan yang turun dari awan dan ada pula air atau butiran es
yang diturunkan dari langit, (lihat dibawah, ayat-ayat 15/22 dan 24/43). Demikian pula baru-baru ini
pada tanggal 29 dan 30 Maret 2008, telah terjadi hujan es di Bandung.

Ungkapan ayat-ayat Al-Qur’an termasuk yang berbahasa Inggris (Terjemahan N.J. Dawood thn; 2003),
adalah relevan untuk mencari penyesuaian antara “Tujuh Langit” dengan ilmu astronomi, yang tidak
bertentangan dengan definisi dari apa yang disebut Universe.
Apabila membaca ayat-ayat berikut ini harus menggunakan Alqur’an agar sempurna isi kalimatnya Ayat-
ayat yang relevan adalah sebagai berikut:

Ayat (15/22) : We let loose the fertilizing winds and bring down water from the
sky (menurunkan air dari langit) for you to drink; its stores are beyond your reach, (disimpan diluar
jangkauanmu).
Ayat (24/43) : ……….dan Allah juga menurunkan butiran-butiran es dari langit (From heaven’s mountains
He sends down the hail,) ………….dst.

Fungsi langit.

Ayat-ayat suci Alqur’an telah menjelaskan filsafah tentang langit dan kita telah merumuskan definisi
tentang “Tujuh Langit”atau “Seven Heaven” dengan pertimbangan sebagai berikut. Fungsi lapisan langit
pertama sampai kelapisan ketujuh menurut apa yang telah diwahyukan oleh Tuhan kepada setiap langit
akan urusannya masing-masing (Ayat 41/12). Yang jelas pada ayat tsb. Dinyatakan, langit terendah
(terdekat) ialah dimana ada bumi, karena dihiasi oleh bintang-bintang yang cemerlang (ada matahari),
dan dijaga oleh komet-komet, lalu diperkuat oleh ayat (78/12), menyatakan kami bina diatas kamu
dengan tujuh langit yang kokoh. Jadi lapisan pertama ialah dimana terdapat Galaksi kita atau Milky Way.
Kejadian langit kita ketahui, antara lain dalam kitab suci Alqur’an, yang disampaikan kepada Muhammad
SAW.

Ayat (41/12): “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-
tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui”.
Ayat (41/12): “In two days (dua masa) He formed the sky into seven heavens…….We decked the lowest
heaven (yang dekat) with brilliant stars and guardian comets”…..dst
Ayat (10/3): …….”Yang menciptakan langit dan bumi (seluruh planet) dalam enam masa (six days),
kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan”,.………dst
Ayat (15/17-18): dan kami menjaganya (langit pertama) dari syaitan yang terkutuk kecuali syaitan-
syaitan yang mencuri berita-berita didengar dari para malaikat dikejar dengan semburan api yang terang
(komet?).
Ayat (41/10): Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya dst…….. dan Dia
padanya menentukan kadar makanan-makanan penghuninya, dalam empat masa (and in four days
provided it with sustenance for all alike).
Ayat (78/12): Dan Kami bina diatas kamu tujuh langit yang kokoh.
Dilangit ketujuh terdapat Sidratul Muntaha dan didekatnya terdapat syurga untuk tempat tinggal. Pada
waktu Mi’raj Nabi Muhammad SAW di tempat itu telah melihat malaikat Jibril dalam bentuk
sebenarnya. Hal ini adalah sesuai dengan ayat (53/13-18). Sidratul Muntaha sebenarnya adalah sebuah
“pohon” sebagai tanda batas alam (the final frontier) yang tidak boleh dilewati (Sidra tree, beyond
which no one may pass), Batas akhir langit ketujuh dan selanjutnya kita mulai memasuki alam Ghaib.
Tidak mustahil bahwa barang siapa yang berada disana akan menjadi kekal, karena letaknya yang begitu
jauh dan begitu luas, dan tidak terhingga ketinggiannya. Sesuai dengan apa yang disebut dalam Alqur’an
sebagai kejadian alam Akhirat.

Ayat (53/13-18): Ayat tersebut menceritakan tentang Mi’raj nabi Muhammad SAW ketika bertemu
dengan malaikat Jibril turun dari ufuk tertinggi (uppermost horizon) dalam bentuk aslinya di “Sidrathul
Muntaha”(Sidra Tree, beyond which no one may pass) yang letaknya di langit ketujuh. Di dekatnya ada
syurga tempat tinggal (Garden of Repose). Maha suci Tuhan dan maha tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling
besar.
Ayat (87/17): Sedang kehidupan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Lapisan langit diantara lapisan langit pertama dan ketujuh adalah sebagai “benteng–benteng” pelindung
dari langit ketujuh dan pintu Akhirat. Dengan demikian roket-roket secanggih apapun tidak akan bisa
menembus langit-langit tsb. untuk sampai ketingkat langit ke-tujuh. Hal ini diterangkan dalam ayat-ayat
(40/57) dan ayat (55/33-35) bahwa “penciptaan langit dan bumi lebih besar (kuat) dari penciptaan
manusia”.Pada setiap lapisan langit banyak terdapat kepentingan Tuhan pada hari sekarang dan hari
kebangkitan, yang memerlukan pengaturan langit dan bumi serta untuk penjagaan penjuru langit bagi
lalu-lintas para Malaikat, seperti kejadian-kejadian pada hari kiamat dan hari kebangkitan. Selain itu,
menurut kisah tentang Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang harus melalui langit pertama sampai ke
Sidratil Muntaha, ada beberapa para Nabi (AS) seperti Adam, Isa, Yahya, Yusuf, Idris, Harun, Musa dan
Ibrahim yang dijumpai oleh Muhammad SAW pada setiap lapisan langit tsb. tentu ada faedah serta
maknanya yang Ghaib, bila dihubungkan dengan ayat (53/13-18), tentang apa yang telah dilihatnya dari
sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang Maha Besar.

Ayat (40/57): Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (sadar).
Ayat (55/33-35): Hai jemaah jin dan manusia , jika kamu sanggup menembus penjururu langit dan bumi,
maka tembuslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (you shall not do except
with Our own authority). ………..nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? Kepada kamu dilepaskan
nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri.

Keberadaan Manusia di Bumi.

Implikasi langit terhadap kehidupan manusia di bumi, kaitannya dengan iman dan taqwa manusia sejak
masa kehidupan sampai kematiannya, kemudian akan menghadapi hari kebangkitan (hidup kembali).
Allah SWT menjanjikan setelah hari kebangkitan akan ada hari pembalasan serta kehidupan yang kekal
di alam Akhirat. Namun di Akhirat ada yang diberkahi karena manusia tsb. kuat imannya, dia membawa
kebaikan dan dia juga tahu batas yang hak dan batil.. Tetapi, ada pula yang disiksa, karena lemah
imannya, dia membawa kejahatan dan melewati batas, semasa hidupnya.

Menurut ayat (2/154), diantaranya ada yang mati sahid, gugur di jalan Allah (sebelum hari kebangkitan),
mereka akan tetap hidup dengan penuh kenikmatan di alam lain yang tidak kita ketahui, entah di langit
keberapa. Sebagai contoh, banyak para Nabi (AS) yang dijumpai oleh Muhammad SAW sewaktu Mi’raj,
pada tingkat langit yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan saat ini kita berada pada lapisan (tata ruang)
pertama, sedangkan langit kita adalah batasan (atau frontier), antara lapisan pertama dengan lapisan
kedua, yang disebut “Langit Pertama”, dan selanjutnya sampai ke “Langit Ketujuh”. Setelah sampai pada
Langit Ketujuh kita akan berada pada ruang lain atau Alam Ghaib.

Hubungan langit dengan Hari Kiamat.

Apa hubungan antara langit dengan hari kebangkitan? Dan bagaimana manusia bisa sampai ke Alam
Ghaib seperti Akhirat? Disini letaknya peranan langit dan bumi yang semakin lama semakin menarik
untuk disimak. Semua kisah tentang langit dan bumi serta hari kebangkitan, semuanya termuat dalam
ayat-ayat Al-Qur’an, yang secara kronologis disusun dan dibahas dengan cermat. Beberapa ayat-ayat
dibawah berkaitan dengan hari Kiamat, hari Kebangkitan dan kemudian hari Pembalasan adalah sebagai
berikut:

Hari Kiamat

*Ayat (27/87): Dan ingatlah ketika ditiup sangkakala (pertama), maka terkejutlah (seized with fear)
segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah (except those whom
God will choose to spare).
*Ayat (39/68): Dan ditiuplah sangkakala (pertama) maka matilah (shall fall down fainting) yang di langit
dan di bumi kecuali siapa yang dikehedakiNya……….dst.

*Ayat(81/1-6): Apabila matahari tidak bersinar lagi,………….dst…….binatang-binatang liar dikumpulkan,


dan apabila lautan dipanaskan dan meluap (lihat 82/3)
*Ayat (82/1-2): Apabila langit terbelah dan bintang-bintang jatuh berserakan,……….dst
*Ayat (99/1-3): Apabila bumi digoncangkan dengan dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-
beban berat yang dikandungnya, dan manusia bertanya “Mengapa bumi jadi begini?”
*Ayat (78/20): dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia (and the mountains
shall pass away and become like vapour).
*Ayat (69/15-17): Pada hari kiamat langit terbelah, dan para Malaikat akan berdiri di sekitar penjuru
langit, dimana ada delapan diantara mereka terlihat menjunjung ‘Arsy dari Tuhan diatas kepala mereka.
*Ayat (84/1-5): Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya………….dst dan apabila bumi
diratakan dan dilemparkan apa yang ada didalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya,
dan sudah semestinya bumi itu patuh..
*Ayat (39/67):………….bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit-langit digulung
(fold up the heavens) dengan tangan kananNya

Hari Kebangkitan

*Ayat (81/7-11) dan apabila ruh-ruh dipertemukan dengan tubuh …..dst, dan apabila langit dilenyapkan.
*Ayat(39/68):…………...kemudian ditiup sangkakala (kedua) tiba-tiba mereka berdiri menunggu
putusannya masing-masing
*Ayat (79/13-14): Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan
serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
*Ayat (14/48): Pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan
mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT.
*Ayat (39/69): Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya keadilan
Tuhan……….dst.

Hari Pembalasan

*Ayat (70/1-8): Pada Hari Pembalasan (Day of Judgement) langit menjadi seperti luluhan perak (molten
brass), Jibril dan para malaikat naik ke langit menghadap Tuhan dalam satu hari yang seharusnya
ditempuh selama 50 ribu tahun.
*Ayat (78/17-19): Pada hari keputusan………. lalu kamu datang berkelompok kelompok dan dibukalah
langit (ketujuh), maka terdapatlah beberapa pintu.
*Ayat (39/70-73): Dan disempurnakan bagi tiap-tiap roh (soul) balasan apa yang telah mereka kerjakan,
sehingga orang-orang kafir dibawa ke neraka jahanam berombombong rombongan sedangkan orang-
orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa kedalam syurga berombong rombongan
pula………………..dst.

KESIMPULAN

Pada hari Kiamat sesuai urutan ayat-ayat diatas (*), apabila ditiup sangkakala pada pertama kali, maka
ada diantara mereka yang berada di langit dan bumi, menjadi sangat terkejut dan ketakutan sehingga
ada yang jatuh pingsan sampai meninggal, kecuali siapa yang dikehendaki Tuhan. Diantara mereka
terdapat pula binatang–binatang liar yang dikumpulkan oleh Tuhan dan ada orang-orang yang
diselamatkanNya sesuai kehendak Allah. (termasuk yang berada di langit seperti para malaikat yang
sedang bertugas dan para nabi dll).

Kemudian setelah matahari tidak bersinar lagi dan bintang-bintang berjatuhan, adalah tanda-tanda
bahwa keseimbangan daya tarik antara matahari dan bumi telah hilang sehingga bumi berputar bebas
dengan dahsyatnya (“gunung-gunung dijalankan sehingga menjadi debu ”), membangkitkan sumber
energi bumi, memanaskan air laut sampai meluap. Bersamaan bumi mengeluarkan beban-beban
padat/cair serta energi yang dikandungnya memancar seperti tenaga roket raksasa, sehingga bumi
mengembang menjadi kosong, ceper, rata dan sungguh mengherankan. Langit-langit terbelah dan patuh
kepada Tuhannya dimana penjuru langit dikawal oleh para malaikat, maka bumi yang sedang berputar
tersebut, melayang terus melalui belahan langit menuju Cluster langit ketujuh, tak ubahnya seperti UFO,
(“maka menjadi fatamorganalah ia”). Keadaan langit dan bumi sedemikian rupa dan patuh kepada
Tuhannya, sehingga langit dan bumi pada saat itu telah mengantarkan manusia dengan selamat menuju
Tuhan. (Baca ayat 78/20 dan 39/67).

Pada hari Kebangkitan sangkakala ditiup lagi maka bumi tetap patuh berada dibawah “genggaman”
Tuhan (sesuai perintahNya) dan akan “terbelah-belah”, manusia keluar dari kubur masing-masing
setelah ruh-ruh mereka dipertemukan dengan tubuh-tubuh mereka, sedangkan langit-langit telah
dilenyapkan. Sesuai keterangan diatas dan ayat ( 14/48), bumi telah berganti bentuk dan menjadi rata
(padang mahsyar), demikian pula langit (berada dibawah lindungan langit ke-7). Mereka semua sudah
berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT. Tiba-tiba terang benderang bumi padang mahsyar saat itu,
dengan cahaya Tuhannya, lantas diberikanlah buku perhitungan atas perbuatan mereka masing-masing
dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, baru diberikanlah keputusan yang adil kepada mereka,
dan mereka tidak dirugikan sedikitpun. (Padang mashar masih berada dibawah naungan langit ketujuh).

Pada hari Pembalasan langit (ketujuh) terlihat seperti luluhan perak. Pada saat itu Jibril beserta para
malaikat lainnya naik kelangit, kelihatan ada delapan malaikat menjun-jung ‘Arsh Allah di kepala
mereka. Kemudian dibukalah langit ketujuh dan terdapatlah beberapa pintu. Orang-orang kafir dibawa
ke neraka Jahanam. Dikatakan kepada mereka “Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedang kamu
kekal didalamnya”. Neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang
menyombongkan diri.

Mereka yang bertaqwa kepada Allah dibawa kedalam syurga berombong-rombongan pula . Sehingga
apabila mereka sampai ke syurga, pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya :
“Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu, masukilah syurga ini, sedang kamu kekal
didalamnya”.

Saat itu, peranan langit dan bumi sudah berakhir pada hari kiamat, yang sengaja diciptakan oleh Allah
SWT, hanya untuk kepentingan kehidupan manusia di dunia selama berabad-abad, namun akhirnya
membawa mereka ke Akhirat untuk menjalani suatu kehidupan yang lebih baik dan kekal.

Paparan ini dibuat sebagai informasi dan pengetahuan serta bahan renungan bagi orang yang mau
berfikir. Banyak contoh-contoh klasik tentang manusia-manusia sombong dan serakah yang ingin
menguasai dunia namun akhirnya selalu menemui kegagalan. Tapi diantaranya ada pula yang berhasil
karena akhirnya sadar dan mau berfikir, kembali rasional dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Tulisan ini juga mengingatkan kita akan kebenaran tujuan hidup di bumi, dibawah kekuasaan Allah SWT
Sang Pencipta Alam Semesta. Pada akhirnya kita akan kembali menuju ke tempat KeagunganNya di
langit ketujuh.
Yang benar hanyalah dari Allah SWT dan yang salah adalah dari Penulis. Manusia hanyalah hamba yang
lemah dan do’if, tidak mempunyai kemampuan apa-apa, kecuali memohon petunjuk dan memperoleh
Ridha Allah SWT.

Semoga bermanfaat, AminYarabbul ‘alamin……….

Anda mungkin juga menyukai