Anda di halaman 1dari 2

Memahami Makna Di Balik Puji-Pujian Ayun-Ayun Badan

Ayun ayun badan

Badan siji dadi susahing ati

Wong ing dunya sugih dosa

Mulih akhirat dipun siksa

Allah kula nyuwun pangapura

Saking kathahe dosa kawula

Sinten ingkang badhe ngapura

yen mboten Pangeran kawula

Allah Agung

Pengeling-eling:

Aja eling wong nang akhirat

Elingana mumpung nang alam dunya

Gawe dalaning suwarga

Babadana! Rancasana!

Aja dibabad mukti sugih

Babadana muji kelawan dzikir

"Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulallah"

Badan memang acap memaksa kita--atas nama gengsi, atas kebahagiaan--memanjakannya,


menimang-nimang sedemikian rupa. Bahkan tidak jarang menenggelamkan kita dalam kotor
kubangan dosa. Dan kita lupa semua akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya.
Jangan, jangan sampai baru ingat kelak diakhirat, tapi ingatlah mumpung masih di dunia.

Bersihkan dirimu, bersihkan hatimu. Babadana! Rancasana! Bersihkan dari kotoran-kotoran


nafsu serakahmu. Kekayaan tidak akan mengantarkanmu pada ridhoNya, ketika kau tidak tepat
dalam mendapatkan dan membelanjakannya.

Maka, ingatlah kepada Tuhanmu, ikrarkanlah bahwa Ia satu-satunya Tuhan yang patut kau
sembah. Terserah bagaimana dan hendak lewat jalan mana kau menuju Tuhanmu. Tak usah
saling menyalahkan, tak usah saling merasa paling benar. Sebab toh di dunia ini kebenaran hanya
kesepakatan yang kita buat sendiri, kesepakatan dari satu sumber yang tak akan pernah selesai
ditafsirkan.

Embuh sejak kapan dan siapa yang pertama kali melantunkan syi'ir ini. Syi'iran, yang di
tempatku, yang hanya terdengar saling bersaut dari masjid atau mushola ketika Ramadan tiba.

Anda mungkin juga menyukai