Anda di halaman 1dari 5

HAKEKAT NABI MUHAMMAD

SAW.
CAHAYA GUSTI24 DESEMBER 2015

MAQOM MAHMUD
Dalam syair-syair Maulid yang dikarang oleh para ulama, sering sekali dimulai
atau dikutip ayat mulia, yang menggambarkan kedatangan Rasul Mulia SAW,
adalah ayat berikut:


Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orangorang mukmin.(QS At-Taubah 128)

Berdasarkan Sirah (sejarah) yang paling dikenal, pada hari-hari ini bulan ini,
lebih dari 14 abad silam, seorang Insan terbaik terlahir. Seluruh alam bersuka
cita menyambut makhluk terbaik ini Nabi dan Rasul terbaik, Muhammad
SAW.
Rasul mulia yang dipuji langsung oleh Allah SWT sendiri dengan berbagai
kebaikan, seperti Nur (sang cahaya), uswatun hasanah, laala khuluqin
adziem (memiliki akhlaq yang agung), rahmatan lil alamin,rauf-rahim, dll.
Di antara kemulian yang disebut adalah maqaman mahmudah (kedudukan
yang terpuji), sebagaimana ayat tentang tahajud:
Dan pada sebahagian malam
hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji. (al- isra [17]: 79)

Ketinggian maqam Muhammad tentu bukan hal yang mudah untuk diketahui.
Bahkan hampir-hampir mustahil. Namun dengan melihat hadis berikut
mungkin saja bisa mengantar kita untuk sedikit mengetahui siapa itu
Muhammad lewat lisannya sendiri.
Daam Kajian Tasawuf ada sebuah Riwayat Hadit, bahwa Nabi SAW bersabda:

Aku adalah Ahmad tanpa mim, dan Aku adalah Arab tanpa ain.
Ahmad tanpa mim (m) akan berarti ahad (Esa), yang merupakan sifat Allah
yang sangat unik. Mim yang merupakan simbol personafikasi dan manifestasi
Allah dalam diri Muhammad pada hakekatnya adalah bayangan Ahad yang
ada di alam semesta. Mim adalah wasilah antara makhluk dengan Khaliqnya.
Mim adalah jembatan yang menghubungkan para Kekasih Allah dengan Sang
Kekasihnya yang mutlak.
Dengan kata lain Muhammad adalah mediator antara makhluk dengan Allah
SWT. Dialah mazhar al-Haq atau tempat kebenaran dan realitas Allah
menampak di dunia ini. Dialah Zahirnya Allah di tengah makhluk-makhlukNya. Dialah aktivitas Allah yang dapat dilihat manusia dengan matanya,
karena Allah SWT sendiri tak dapat dilihat . Iqbal berkata, Duhai Rasul Allah
Dengan Allah aku berbicara melalui tabirmu Denganmu tidak, Dialah Batinku,
Dikaulah Zahirku.
Menurut Iqbal, Muhammad benar-benar berfungsi mim yang
membumikan Allah dalam kehidupan manusia. Dialah Zahirnya Allah;
dialah Syafi'(yang memberikan syafaat, pertolongan dan rekomendasi) antara
makhluk dengan Tuhannya. Ketika anda ingin merasakan kehadiran Allah
dalam diri anda, hadirkan Muhammad. Ketika anda ingin disapa oleh Allah,
sapalah Muhammad. Ketika anda ingin dicintai Allah, cintailah Muhammad.
Qul inkuntum tuhibbunallah fat tabiuni yuhbibkumullah, Apabila kalian
cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Muhammad) kelak Allah akan cinta
kepada kalian. Kepada orang seperti inilah kita diwajibkan cinta, berkorban

dan bermohon untuk selalu bersamanya, di dunia dan akhirat. Sebab seperti
kata Nabi, Setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicintainya.
MARTABAT WAHDAH
Dalam susunan Martabat Tujuh kedudukan Nabi Muhammad adalam masuk
dimensi Martabat Wahdah. Pada martabat wahdah, lahir segala sifat dan
asma secara ijmal atau terhimpun utuh. Martabat ini disebut sebagai hakikat
Muhammad dan menjadi asal dari segala yang hidup dan maujud.
Muhammad dipahami sebagai hawiyatul alam atau hakikat alam dan segala
sesuatu sebagaimana hadis yang bersumber dari Jabir ra.
Awal mula yang dijadikan Allah Taala itu adalah cahaya Nabimu hai
Jabir. Kemudian dijadikan dari padanya segala sesuatu. Sedangkan dirimu
merupakan salah satu dari sesuatu itu.
Hadis lain menerangkan,
Aku dari Allah dan segala mukmin itu dariku.
Ada pula hadis yang menjelaskan,
Bahwasanya Allah Taala telah menjadikan Ruh Nabi Muhammad SAW
dari Zat-Nya dan menjadikan sekalian alam dari nur Muhammad.
Sebuah riwayat Abdur Razaq ra. yang berasal dari Sayyidina Jabir ra.
menyatakan,
Jabir datang kepada Rasulullah SAW dengan pertanyaan: Ya Rasulullah,
khabari aku tentang awal mula suatu yang dijadikan Allah Taala. Maka
kata nabi, Hai Jabir, bahwasanya Allah Taala telah menjadikan terlebih
dahulu dari sesuatu itu Nur Nabimu yang telah tercipta dari Zat-Nya.
Pemahaman tentang Nur Muhammad berasal dari Zat-Nya dapat
diilustrasikan pada pengertian antara cahaya matahari dan wujud matahari.
Dalam sudut pandang rupa, cahaya bukanlah matahari dan matahari juga
bukan cahaya. Keduanya mempunyai wujud dan sifat masing-masing. Tapi

dilihat dari makna yang hakiki, cahaya merupakan diri matahari, karena tak
akan ada cahaya tanpa matahari dan sebaliknya tak akan disebut matahari
tanpa mengeluarkan cahaya. Jadi pada hakikatnya cahaya adalah diri
matahari itu sendiri, dan tidak lain.
Memahami nur sebagai diri Muhammad jangan seperti memahami cahaya
secara harfiah, melainkan harus kepada esensi sebagaimana Allah juga
menamakan diri-Nya sebagai sumber cahaya langit dan bumi,
Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. (An Nur: 35).

Anda mungkin juga menyukai