Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang berkat
anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Ma’rifat” ini.
Sholawat serta selama kita haturkan kepada junjungan agung Nabi Besar Muhammad
Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang
sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi rahmat
bagi alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu sebagai
pemenuh tugas Pendidikan Agama islam yang bertemakan “Ma’rifat”. Selain itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu kami untuk
merampungkan makalah ini sampai selesai.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada
semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah ini dalam rangka
perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan.................................................................................................................
Latar Belakang..............................................................................................................
Rumusan Masalah.........................................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................................
BAB II : Pembahasan...................................................................................................................
Jenis-jenis Ma’rifat........................................................................................................
Ma’rifatulloh.................................................................................................................
Ma’rifatul Rosul............................................................................................................
Ma’rifatul Kitab............................................................................................................
Ma’rifatusy Syahadatain...............................................................................................
Ma’rifatul Insan.............................................................................................................
Kesimpulan..................................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
III. TUJUAN
1. Untuk menyelesaikan tugas Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk memberikan informasi seputar jenis-jenis Ma’rifat.
3. Untuk lebih mengenalkan Agama Islam kepada pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Jenis-jenis Ma’rifat
II. Ma’rifatulloh
Ma’rifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini
tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana
mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas
susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang
telah membuatnya menjadi segelas susu.
Menurut Ibn Al Qayyim : Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah
(orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan
apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.
Ma’rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma’riaftullah
dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat
dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan
mendekatkan diri kepada Allah.
Mengenal Alloh merupakan perkara fitrah bagi semua manusia yang berada di
dunia ini. Ilmu tentang mengenal Alloh merupa-kan ilmu yang paling agung dan
mulia. Tak ada ilmu yang sebanding dan setara dengannya. Ia merupakan pondasi dan
dasar segala ilmu. Imam Ibnul Qoyyim mengatakan, “Kemuliaan sebuah ilmu
mengikuti kemuliaan objek yang dipela-jarinya.”. Dan tentunya, tidak diragukan lagi
bahwa pengetahuan yang paling mulia, paling agung dan paling utama adalah
pengetahuan tentang Alloh di mana tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah
kecuali Dia semata, Robb semesta alam. Ilmu tentang Alloh adalah pokok dan
sumber segala ilmu. Maka barangsiapa mengenal Alloh , dia akan mengenal yang
selain-Nya dan barangsiapa yang jahil tentang Robb-nya, niscaya ia akan lebih jahil
terhadap yang selainnya.
Hakikat Ma’rifatulloh
Pertama, ma’rifatu iqrar (mengenal Alloh dalam bentuk pengakuan). Hal ini
terjadi pada semua manusia, baik orang yang berbuat baik dan jahat ataupun orang
yang taat dan bermaksiat.
Bentuk Ma’rifatulloh
Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk
mengenali Allah SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis
sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid
rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al
ma’rifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga
yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus
dilakukan.
Ciri-ciri Rasulullah :
1. Memiliki sifat-sifat asasiyah. Sifat asasiyah ini terdiri dari sidiq, amanah, tabligh
dan fathanah. Sifat ini harus dimiliki oleh setiap rasul yang mengemban atau
membawa risalah dari Allah SWT.
2. Memiliki mu’jizat. Salah satu contohnya adalah mu’jizat Rasulullah SAW ketika
membelah bulan. Allah berfirman dalam (QS. 54 : 1 – 2): “Telah dekat
(datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang
musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini
adalah) sihir yang terus menerus“.
4. Berita kenabian. Setiap rasul senantiasa membawa perintah Allah untuk mengajak
umatnya ke jalan yang baik. Perihal kerasulan mereka pun Allah beritahukan.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman (QS. 7 : 158): “Katakanlah: “Hai manusia
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk“.
5. Adanya hasil dari da’wah yang dilakukannya. Hal ini dapat kita lihat, pada hasil
da’wah Rasulullah SAW yang dari segi kualitas, mereka memiliki keimanan yang
sangat kokoh, tidak tergoyahkan oleh apapun juga. Kemudian dari segi kuantitas,
jumlah mereka demikian banyaknya, tersebar ke seluruh pelosok jazirah Arab,
bahkan melewati jazirah Arab.
Sifat-sifat Rasulullah :
1. Manusia sempurna.
Allah berfirman (QS. 5 : 67): “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.”
3. Benar.
Allah berfirman (QS. 53 : 3-4): “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
4. Cerdas.
5. Amanah.
6. Menyampaikan.
Allah berfirman (QS. 5 : 67): “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.”
Dalam konteks diri kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw, maka setiap kita
tentu saja harus mengenal beliau agar kita bisa meneladaninya, tapi upaya
mengenal ini bukanlah sekedar mempelajarinya secara kronologis dari sebelum
lahir hingga wafatnya, tapi juga harus dapat mengambil pelajaran dari berbagai
peristiwa yang terjadi, inilah hakikatnya memahami sirah Nabawiyah.
Secara umum manfaat yang bisa kita petik hikmahnya dalam mengkaji dan
memahami sirah nabawiyah, adalah:
1. Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-
rasul).
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw.
sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru
mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi
Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa. “Hai nabi, sesungguhnya kami
mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan
untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari
Allah.” (Al-Ahzab: 45-47).
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai
patokan atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam
kajian sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang
penuh pesona dalam semua sisi. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-
Ahzab: 21).
Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah ini dapat menambah
kualitas iman. Dengan mempelajari secara intens perjalanan hidup Rasulullah,
diharapkan keyakinan dan komitmen akan nilai-nilai islam orang-orang yang
mempelajarinya semakin kuat. Bahkan, mereka mau mengikuti jejak dakwah
Rasulullah SAW.
Secara Etimologi
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang
berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah
bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Konsep
pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur’an sendiri yakni
pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)
Secara Termonologis
Firman Allah yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan
Rasul terakhir, dengan perantara Malaikat Jibril, yang tertulis dalam mushhaf, yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dianggap sebagai
ibadah, yang dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Naas.
Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain
yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur’an itu sendiri. Berikut adalah nama-
nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Fungsi Al Qur’an
Hakikat Al Qur’an
Interaksi yang dengan Al-Qur’an adalah salah satu ciri dari orang-
orang yang bertakwa, sebagaimana dikatakan oleh sebagian Ulama, bahwa
esensi daripada takwa yang sesungguhnya adalah senantiasa berupaya untuk
mengamalkan Al-Qur’an.
Dengan kualitas amal yang semakin baik, maka kualitas iman pun akan
semakin meningkat; karena dengan ketaatan atau amal shalih lah keimanan ini
akan terus meningkat.
Kita juga tahu, bahwa mereka untuk setiap bulannya tidak kurang dari
tiga kali untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, dan mereka juga sangat
bersemangat untuk membaguskan bacaan Al-Qur’an. Maka Rasulullah SAW
sebagai satu-satunya suri tauladan bagi kita yang telah diikuti terlebih dahulu
oleh para sahabat, cukuplah bagi kita sebagai acuan utama bagaimana
seharuskah kita berinteraksi dengan al-Qur’an dalam rangka meningkatkan
keimanan dengan al-Qur’an.
D. Keutamaan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi
ْض ُ انَ بَعXXوْ َكXXَ ِه َولXِأْتُونَ بِ ِم ْثلXXَرْ آ ِن ال يXXُ َذا ْالقXَ ِل هXت اإل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث
ٍ هُ ْم لِبَعXْض ِ قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع
ظَ ِهيرًا.
ك الَّ ِذي نز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرًا َ َتَب.
َ ار
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS.
Al-Furqaan (25) : 1)
Dikisahkan, bahwa Abdullah bin Amer r.a dia seorang yang sudah
hafal Al-Qur’an, pada suatu ketika ia berkata kepada Rasulullah SAW,”Aku
adalah seorang yang sudah hafal Al-Qur’an, maka aku mampu menyelesaikan
bacaan Al-Qur’an selama satu malam.” Mendengar hal itu Rasulullah SAW
berkata kepadanya,”Aku hawatir, seandainya kamu menyelesaikan bacaan Al-
Qur’an dalam satu malam, kamu akan merasa bosan, maka dari itu, cukuplah
bagi kamu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an itu satu kali dalam sebulan.”
Abdullah menjawab,Wahai Rasulullah! Biarkanlah aku menyelesaikan bacaan
Al-Qur’an seperti itu (dalam satu malam); karena aku masih kuat dan masih
muda. Rasulullah SAW bersabda,”Selesaikanlan olehmu bacaan Al-Qur’an
pada setiap sepuluh hari.” Jawab Abdullah,”Biarkanlah aku menyelesaikannya
dalam satu malam; karena aku masih kuat dan masih muda, ia tetap dalam
pendiriannya.
Dari kisah tersebut, kita bisa melihat betapa Abdullah bin Amer
memiliki semangat untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, sehingga ia
tetap berisi keras untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam,
meskipun Rasulullah SAW telah memberikan rukhshah untuk menyelesaikan
bacaan Al-Qur’an tidak dalam satu malam.
V. Ma’rifatusy Syahadatain
Makna Syahadat
Rukun Syahadat
o An-Nafyu ( النَّ ْف ُي ) : Penafian atau peniadaan yang terletak pada kalimat “ َ الَ إِلَه “ yaitu
meniadakan segala ilah, pengabdian, penghambaan, perbudakan dll.
ِ ا ِ ْإل ْثبَا ) : Penetapan / pengkuhan yang terletak pada kalimat “ َ “ إِالَّ هللاyaitu
o Al-Itsbat (ت
mengukuhkan dan menetapkan bahwa Allah saja yang di ibadahi, di sembah dan di
abdikan
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari tanah kering yang hina
namun Allah memberikan potensi kepada manusia yaitu potensi akal, pendengaran,
penglihatan, dan hati. Hal itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Akal
digunakan manusia untuk berpikir mengenai yang benar dan yang bathil (salah),
sedangkan hati diciptakan untuk merasakan cinta dan kasih sayang yang telah Allah
Swt berikan kepada setiap manusia. Pendengaran dan Penglihatan merupakan alat
yang dibutuhkan oleh manusia untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Manusia dalam bahasa arab adalah Insan. Dalam kajian kali ini mari kita mengenal
lebih dalam tentang manusia yang disebut dengan Ma’rifatul Insan.
Ma’rifatul insan ada 3 definisi, yaitu ;
2. Pemahaman yang sudah menempel didalam diri tidak akan bisa untuk dilepas
sampai ajal menjemputnya atau sesuatu yang tidak pernah berubah dan tetap
berkomitmen hanya itulah yang diyakininya. Seperti halnya mati itu terjadi
jika nyawa/ruh dicabut dari jasadnya oleh malaikat Izrail aras izin Allah Swt,
semua orang meyakini bahwa itu adalah mati.
3. Keyakinan yang kita dapat dan kita pahami akan menjadi realita dalam
kehidupan.