Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

TAUHID M. Rasyid Ridho, M, H.

MAKALAH TAUHID
MA’RIFAH AL MABDA
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid)

Disusun oleh: Kelompok 5


Raudhatul Jannah (230105010109)
Najwa Yanaira (230105010095)

PRORAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat dan ridha Nya, sehingga penulis dapat dapat
menyeslesaikan tugas makalah yang membahas tentang Ilmu Tauhid Ma’rifah
Al-Mabda ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Bapa M.
Rasyid Ridho M,H. Pada mata kuliah Tauhid. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ilmu Tauhid bagi para pembaca
sekalian maupun bagi penulisnya.
Penulis menyadari penuh bahwasanya makalah yang ditulis masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat memerlukan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi memperbaiki makalah ini.

Penulis

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2


A. Pengertian Ma’rifah Al Mabda ............................................................... 2
B. Sifat-sifat wajib Allah Swt ................................................................. 3

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 9


A. Kesimpulan ............................................................................................ 9
B. Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan
manusia, karena Tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang
dilakukannya.Hanya sebuah amal yang dilandasi dengan Tauhidlah, menurut
tuntunan islam yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik
dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti. Manusia yang hidup ini
senantiasa ingin tahu, dan lagi harus tahu, bagaimana kepercayaan yang harus
diyakininya, dan bagaimana pula kewajiaban-kewajiaban yang harus dikerjakan.
Untuk itu orang harus mengetahui dan mempercayai pokok-pokok kepercayaan
dalam islam, dan harus mengetahui serta menjalankan pokok-pokok sebagai
seorang islam.
Kepercayaan haruslah kuat dan benar, sehingga dapat mendorong jiwa
dan raga kearah perbuatan-perbuatan yang diwajibkan dan dapat menjauhkan diri
dari segala yang terlarang. Oleh sebab itu, tauhid merupakan dasar umat
islam.Kepercayaan bahwa Allah adalah Tuhan yang satu dan merupakan satu-
satunya diakui oleh semua mukmin tanpa ada pertentangan akan hal itu. Semua
itu perlu pengenalan untuk lebih mendekati diri kepada Allah. Dalam memasuki
pintu ke Tuhanan menjadi hal yang mendalam yaitu mengenal zat, sifat, af’al dan
Asma Allah Ta’ala. Segala perbuatan apapun yang terjadi dan berlaku didalam
ala mini pada hakikatnya adalah af’al (perbuatan) Allah Ta’ala.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ma’rifah Al-Mabda’ ?
2. Apa sifat-sifat wajib Allah Swt ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Ma’rifah Al-Mabda.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat wajib Allah Swt.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ma’rifah Al-Mabda


Ma’rifah berasal dari kata `arafa, yu’rifu, irfan, berarti mengetahui,
mengenal, atau pengetahuan Ilahi. Orang yang mempunyai ma’rifah disebut ārif.
Menurut terminologi, ma’rifah berarti mengenal dan mengetahui berbagai ilmu
secara rinci, atau diartikan juga sebagai pengetahuan atau pengalaman secara
langsung atas Realitas Mutlak Tuhan.
Secara bahasa mabda’ adalah pandangan yang mendasar tentang
kehidupan, sehingga perlu keyakinan yang mendasari mabda’ itu sendiri. Yang
dimaksud dengan ma’rifah al-Mabda’ ialah mengenal dengan penuh keyakinan
terhadap pencipta alam, Allah Swt. yang Maha Sempurna, hal ini sering diartikan
dengan wujud yang sempurna, wujud yang mutlak atau wajibul wujud.1
Ungkapan ini bermakna bahwa ma’rifah al-Mabda’ adalah mengetahui
tentang keyakinan kepada Allah Swt. yang Maha Kuasa dan Maha Esa sebagai
pencipta alam. Dialah zat yang wajibul wujud atau wujud yang mutlak sebagai
pengatur, penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Lebih tegas lagi, bahwa
isi dari Ma’rifah al-Mabda’ ini adalah membahas tentang iman kepada Allah Swt.
Oleh karena itu, Ma’rifah dan Tauhid sangat bergantung kepada anugerah dan
hidayah-Nya semata.
Untuk mengenal Allah Swt (Ma’rifah Allah) pada hakikatnya Allah Swt.
telah memperkenalkan diri-Nya kepada hamabanya melalui beberapa cara:
1. Wahyu, Tuhan mengirimkan utusan (Rasul) baik Malaikat maupun
manusia biasa yang membawa pesan dari Tuhan untuk disampaikan
kepada seluruh manusia. Pesan Tuhan itu ditulis dalam Al-Kitab (kitab
suci) yang diperpegangi oleh penganut agama.
2. Hikmat, Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk menganal adanya Tuhan dengan memperhatikan

1 Ayu Maulidiyah, Ma’rifah Al-Mabda Persfektif Ahlussunnah Wal Jamaah. Jurnal


Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Volume 1 No 1, Agustus 2021. h. 82-92.

2
alam sebagai bukti-bukti hasil pekerjaan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil
pekerjaan tangan (kekuasaan) Tuhan serba teratur, cermat dan berhati-
hati, yang menerima hikmat inilah disebut “Hukama” atau “Filosuf”.
3. Fitrah, sejak manusia lahir, ia telah membawa tabiat perasaan tentang
adanya Yang Maha Kuasa diatasnya, karena ia jelas mereka terbatas
kekuatan, kemampuan dan umurnya.
Dengan ketiga aspek ini, manusia mengenal adanya Allah Swt. sebagai
pencipta alam dengan segenap isinya. Dengan anugerah akal fikiran yang
diberikan kepada manusia yang dapat dipergunakan untuk menganalisa alam
semesta. Sunggupun terasa bahwa membahas tentang Tuhan menimbulkan
problematika tersendiri tentang wujud-Nya. Hal ini merupakan sesuatu yang
manusiawi, oleh karena Tuhan itu sendiri adalah Maha Ghaib yang tidak dapat
ditatap oleh mata manusia. Karena Ia Maha Ghaib maka manusia wajib
menerima wujud Tuhan sebagai sesuatu yang sakral dan ta’abbudi melalui iman.
Islam mewajibkan manusia beriman kepada Allah dan merupkan salah satu
rukun iman yang pertama. Ahli sunnah menetapkan bahwa iman kepada Allah
Swt. yaitu meyakini adanya Allah yang Maha Esa dan bahwa Dia tidak dapat
dimisalkan dan disamakan dengan sesuatu dan Dia Masa Esa yang memiliki sifat
kesempurnaan.

B. Sifat-sifat wajib Allah Swt


Sifat-sifat Allah berarti keadaan yang berhubungan dengan dzat Allah,
sesuai dengan keagungan-Nya. Dzat dan sifat Allah tidak bisa dibayangkan
bagaimana bentuk, rupa dan ciri-ciri-Nya. Manusia dan apapun yang ada tidak
sama dengan Dzat Allah. Begitu juga sifat-sifat-Nya, tidak sama dan tidak bisa
disamakan dengan makhluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang mesti ada pada-Nya, yang
dalam Al Qur’an dan Hadits dinyatakan wajib dipercayai. Demikian juga akal
fikiran mewajibkan kita percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut yang

3
berarti Maha Sempurna dan Maha Suci dari segala sifat-sifat kekurangan dan
kelemahan.2
Sifat-sifat wajib yang ada pada Allah tidak terhitung jumlahnya, tetapi
yang wajib kita ketahui ada 20 sifat, yang terbagi dalam 4 bagian yaitu :
1. Sifat Nafsiyah
Sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat
nafsiyah hanya ada satu yaitu :
a. Wujud, Allah bersifat wujud yang berarti ada. Maksudnya bahwa adanya
Allah itu bukan karena ada yang menciptakan, tetapi ada dengan
sendirinya. Suatu hal yang tidak masuk akal, jika Allah itu tidak ada.
Mungkinkah alam beserta iainya ini diciptakan oleh manusia atau
makhluk lain? Jika tidak, mungkinkah alam ini terjadi dengan sendirinya?
Akal yang sehat pasti menerima bahwa alam raya ini ada penciptnya,
yakni Allah. Jadi wujud Allah itu wajib
b. Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang
menunjukkan keberadaan dan kesempurnaan-NYa. Sifat Salbiyah ada 5 yaitu :
1) Qidam, Qidam artinya dahulu, maksudnya bahwa Allah itu terdahulu dan
tidak didahului sesuatu (tidak ada permulaan-Nya). Jika Allah ada
permulaan-Nya, berarti ada yang menciptakan-Nya. Jika Allah ada yang
menciptakan,berarti Allah itu huduts (baru), sama dengan makhluk
lainnya. Setiap yang baru atau ada permulaan selalu didahului dengan
tidak ada. Untuk menjadi ada pasti ada yang menciptakan. Jika Allah ada
yang menciptakan. Siapa penciptanya? Mustahil Allah bersifat baru.
Begitu juga setiap yang baru atau ada permulannya pasti ada akhirnya.
Jika Allah baru pasti Allah berakhir. Hal ini tidak mungkin.
2) Baqa, Allah SWT bersifat baqa' artinya kekal. Sudah menjadi
sunnatullah atau hukum Allah,bahwa setiap makhluk berproses menuju
kepada kehancuran atau kebinasaan. Begitu juga manusia, dari janin

2 Chamzah S.Ag. Akidah Akhlak Untuk Siswa Kelas VII-1 Mts. (Tegal:FGP Press,2016).
h. 17-28.

4
dalam kandungan, dilahirkan,menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa,
tua dan pada waktunya akan meninggal dunia. Semua makhluk berubah-
ubah, berproses menuju kepada kehancuran. Sedangkan Allah sebagai
pencipta makhluk itu bersifat kekal, tidak berubah-ubah.
3) Mukhalafatuhu lil Hawaditsi, artinya berbeda dengan semua makhluk.
Banyak sudah hasil karya telah diciptakan oleh manusia, mulai dari
barang yang sederhana sampai kepada barang nyang rumit atau canggih.
Semua hasil karya manusia tidak ada yang sama dengan pembuatnya
yakni manusia. Dan akal sehatpun tentu meyakini bahwa tidak mungkin
Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk ciptaannya, baik Dzat
maupun sifat-sifat-NYa.
4) Qiyamuhu Binafsishi, artinya berdiri sendiri, maksudnya Allah SWT itu
tidak membutuhkan bantuan apapun dan siapapun. Semua makhluk
dalam melangsungkan kehidupannya tergantung kepada makhluk lain,
termasuk manusia yang paling banyak ketergantungannya kepada
makhluk lain. Mustahil Allah membutuhkan orang lain. Allah maha kaya.
Meskipun Dia menciptakan berbagai jenis makhluk dan member nikmat
kepadanya, tetapi Allah tidak pernah mengharapkanNya.
5) Wahdaniyah, Allah SWT bersifat wahdaniyah artinya Maha Esa,
mustahil Allah SWT bersifat ta'addud artinya berbilang. Tidak ada dua
Tuhan. Sebab jika ada dua Tuhan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.
Jika Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lain berbeda pendapat, tentu
akan terjadi malapetaka dahsyat di jagat raya ini.
2. Sifat Ma’ani
Sifat ma'ani yaitu sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal
pikiran manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dan
dapat dibuktikan dengan panca indera. Sifat ma'ani ada 7 macam yaitu :
a. Qudrat, Qudrat artinya kuasa. Jagat raya ini yang terdiri dari berjuta-juta
bintang dan planet yang selalu bergerak teratur tanpa terjadi tabrakan.
Juga adanya manusia sejak Adam hingga sekarang, tidak ada dua orang
manusiapun yang persis sama. Kesemuanya itu adalah merupakan bukti

5
Allah itu Maha Kuasa. Wajib Allah bersifat kudrat (kuasa). Manusia saja
dapat menguasai dan memanfaatkan alam untuk meningkatkan taraf
hidupnya , apalagi Allah yang menciptakan manusia itu. Maka mustahil
Allah bersifat lemah.
b. Iradat, Allah SWT bersifat Iradat artinya berkehendak. Allah bebas
menentukan kehendak atau kemauanNya tanpa ada apa dan siapapun
yang dapat memerintah atau melarangnya. Segala sesuatau yang
diciptakan Allah atas kehendak-Nya, bukan karena terpaksa atau
disengaja. Jika Allah menghendaki sesuatu cukup berfirman “kun
fayakun, jadilah maka jadi”.
c. lmu, Allah SWT bersifat ilmu artinya mengetahui. Allah SWT
mengetahui segala sesuatunya baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, yang kecil maupun yang besar. Allah SWT mengetahui sagala
sesuatu , baik yang telah, sedang maupun yang akan terjadi. Allah SWT
mengetahui segala yang ada dalam hati, baik yang rahasia maupun yang
terang-terangan. Jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT ., ilmu
manusia tidak lebih dari setitik air di tengah samudra yang maha luas.
Oleh karena itu Orang yang beriman harus senantiasa mencari ilmu dan
mengembangkannya demi kebaikan umat manusia.
d. Hayat, bersifat Hayat artinya hidup. Allah hidup dengan sendirinya,tidak
ada yang menghidupkan. Allah SWT adalah Dzat yang hidup dan
mustahil mati. Hidupnya Allah tidak sama dengan hidupnya manusia atau
binatang. Allah hidup tidak memerlukan sesuatu. Ia hidup sebagaimana
Ia ada tanpa didahului oleh tidak ada . Dan hidupnya Allah tanpa
berkesudahan. Hidup Allah SWT sempurna dan kekal selama-
lamanya,tidak mengantuk dan tidak tidur. Alam semesta ini pasti
diciptakan oleh Dzat yang hidup. Sesuatu yang mati pasti tidak akan
mampu menciptakan sesuatu.
e. Sama’, bersifat sama' artinya mendengar. Allah maha mendengar apa
yang ada di langit dan di bumi. Pendengaran Allah tidak terbatas. Ia
mendengar baik yang pelan maupun yang keras.

6
f. Bashar, Allah SWT bersifat bashar artinya melihat. Penglihatan Allah
mencakup seluruh hal yang terlihat di semua penjuru langit dan bumi.
Allah SWT melihat segala sesuatu, baik yang telah ,sedang maupun yang
akan terjadi. Penglihatan Allah SWT tidak dibatasi oleh alat dan waktu.
Semua makhluk dan benda yang ada di alam ini tidak lepas dari
penglihatan Allah SWT. Allah SWT dapat melihat semua yang hitam di
padang pasir yang gersang,pada malam yang gelap gulita. Allah dapat
melihat seluruh anggota badan, baik luar maupun dalam, aliran makanan
bagian-bagian tubuhnya yang sangat kecil. Allah SWT dapat melihat
aliran air di dalam ranting-ranting pohon,serta seluruh tumbuh-tumbuhan
dengan berbagai ragam jenis, ukuran dan kehalusannya. Allah SWT
dapat melihat tetesan keringat semut, lebah dan lalat, bahkan yang lebih
kecil dari itu. Allah SWT melihat perkara-perkara yang ghaib maupun
nyata, baik di depan mata maupun yang tidak di depan mata. Allah juga
dapat malihat pengkhianatan mata,kedipan kelopak mata dan gerakan
hati.
g. Kalam, Allah SWT bersifat kalam artinya berfirman atau berbicara.
Firman Allah SWT berbeda dengan kata-kata makhluk yang
diciptakannya. Allah berkomunikasi dengan hamba yang dikehendaki-
Nya.Allah berkomunikasi dengan bahasa-Nya yang disebut kalamullah
atau firman Allah . Firman-firman Allah SWT tersusun dengan rapi di
dalam kitab suci yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya.
3. Sifat Ma’nawiyah
Sifat maknawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma'ani
atau merupakan kelanjutan sifat-sifat ma'ani. Dengan kata lain adanya tujuh sifat
ma'ani berarti ada tujuh sifat ma'nawiyah. Ketujuh sifat maknawiyah adalah
sbagai berikut :
a. Qadiran, yang berarti Maha Kuasa. Sesungguhnya Allah adalah Dzat
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu .
b. Muridan, artinya maha berkehendak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat
YangMaha berkehendak atas segala sesuatu.

7
c. Aliman, yang berarti maha mengetahui.Pengetahuan Allah tidak terbatas
dan mencakup atas segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak
tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
d. Hayyan, yang berarti Maha Hidup.Allah SWT Maha Hidup dan
hidupNya kekal selama-lamanya.
e. Sami’an, Maha Mendengar,Allah SWT Maha Mendengar dan
pendengaran-Nya tidak terbatas yakni mencakup segala sesuatu baik
yang bersuara maupun tidak bersuara. Sesungguhnya Allah Dzat Yang
Maha Hidup, hidup selamanya dan tidak akan mati.
f. Bashiran, rtinya maha melihat. Allah SWT maha melihat baik yang
tampak maupun yang tidak tampak. Sesungguhnya Allah adalah Dzat
Yang Maha Melihat atas segala sesuatu.
g. Mutakalliman, Maha berkata-kata (Berbicara). Pembicaraan Allah tidak
memerlukan suara dan bahasa tertentu, karena Allah SWT mengerti akan
pembicaraan makhluknya.
Sebenarnya, sifat-sifat Tuhan Allah itu tidak hanya tersebut. Nama-nama
Tuhan Allah yang juga menunjukkan sifat-sifatNya ada banyak. Segala sifat
kesempurnaan itu wajib bagi Tuhan Allah, dan segala sifat-sifat kekurangan itu
mustahil bagi Allah. Sifat-sifat wajib yang 20 tersebut, telah menghimpun atau
mengandung segala sifat-sifat yang lain.
Sifat-sifat yang Allah miliki tidak sama dengan sifat-sifat makhluk
(manusia), meskipun nama sifat-sifat itu mungkin bersamaan. Yang nyata,
bahwa segala sifat Tuhan Allah itu sempurna dan mutlak, yakni Maha Sempurna
tidak ada yang bisa menandingiNya.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ma’rifah Al Mabda adalah yaitu mengetahui dan meyakini bahwasanya
Allah SWT. adalah Maha Kuasa dan Maha Esa sebagai pencipta alam. Dia-lah
dzat yang wajibul wujud atau wujud yang mutlak sebagai pengatur, penguasa
alam semesta dengan segenap isinya. Lebih tegas lagi bahwa isi dari ma’rifah al
mabda ini adalah membahas tentang iman kepada allah swt.
Manusia tidak dapat memikirkan dzat Allah SWT. Hal ttersebut
dikarenakan keterbatasan akal pikiran manusia. Allah merupakan dzat yang
tidak tersusun dari apa yang manusia telah ketahui, namun segala kekuasaan
allah tidaklah terbatas.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca khususnya agar
kedepannya penulis bias lebih baik lagi dalam menulis makalah. Penulis
mengharapkan dengan adanya makalah ini bias menambah wawasan pembaca
mengenai Ma’rifah Al Mabda dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chamzah S.Ag. 2016. Akidah Akhlak Untuk Siswa Kelas VII-1 Mts. (Tegal:FGP Press,).
Ayu Maulidiyah, Ma’rifah Al-Mabda Persfektif Ahlussunnah Wal Jamaah. Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Volume 1 No 1, Agustus 2021. h. 82-
92.

10

Anda mungkin juga menyukai