Anda di halaman 1dari 14

KE’ESAAN TUHAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Pengantar


Materi PAI

Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah Sengkang

Disusun Oleh:

YUSRAH
MUH.MISDAR
YUSRIL ASMAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAAN

IAI AS’ADIYAH SENGKANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Ke’esaan Tuhan” ini dengan tepat pada waktunya.

Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan


makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah kedepannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sengkang, 30 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................

A. Ke’Esaan Tuhan Menurut Filosofi Islam............................................................


B. Ke’Esaan Tuhan Menurut Ulama Kalam...........................................................
C. Ke’Esaan Tuhan Menurut Ibnu Rusyd..............................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

a. Kesimpulan .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep keesaan Tuhan merupakan suatu titik sentral. Kita bisa


menyebut konsep ini merupakan ‘aqīdaħ, dan ini yang menyatukan
pribadi-pribadi dalam satu ikatan yang dianggap benar, yaitu agama.
Dimana semua agama yang mengakui bahwa mereka benar, dengan penuh
kesadaran moral hanya mempercayai satu Tuhan yang patut untuk
disembah (Ali, 2008, hal. 26). Keesaan diperlukan untuk menjamin
kesederhanaan dan kebulatan pengabdian manusia. Tidak boleh ada
kompromi tentang ajaran keesaan Ilahi (Smith, 1999, hal. 391).
Konsepsi keesaan memang beraneka ragam dan berbeda-beda.
Keesaan itu bukan hanya tujuan, melainkan titik berangkat menuju
kebenaran. Keesaan yang demikian disebut keesaan dialektis estologis,
artinya keesaan tersebut sudah ada dan akan hadir. Keesaan bukanlah
sesuatu yang statis yang dituju, akan tetapi bersifat dinamis (Wijaya, 1996,
hal. 36).
Oleh sebab itu, maka Tuhan itu Esa di dalam Żat-Nya (tidak ada
benda di dunia ini yang menyamai Żat Tuhan), Tuhan Esa di dalam
sifatnya (tidak ada makhluk di dunia ini yang mempunyai sifat-sifat
ketuhanan seperti Allāh), Tuhan Esa di dalam namanya (Allāh hanya
ditujukan kepada Tuhan itu sendiri), Tuhan Esa di dalam perbuatannya
(tidak ada perbuatan makhluk yang bisa menyamai perbuatan Tuhan, Esa
dalam hak menerima peribadatan dari makhluk. Artinya Allāh itu tidak
terbilang lebih dari satu (Amir, 1984, hal. 29-30).

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana Ke’esaan Tuhan Menurut Filosof Islam ?


2.Bagaimana Ke’esaan Tuhan Menurut Ulama Kalam ?
3.Bagaimana Ke’esaan Tuhan Menurut Ibnu Rusyd ?

C. Tujuan Penelitian

1.Mengetahui Ke’esaan Tuhan Menurut Filosof Islam


2.Mengetahui Ke’esaan Tuhan Menurut Ulama Kalam
3.Mengetahui Ke’esaan Tuhan Menurut Ibnu Rusyd

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ke’esaan Tuhan Menurut Filosof Islam

a. Al Kindi
Pengertian Tuhan dalam Filsafat Al-Kindi terlihat dalam risalahnya
yang di hadiahkan kepada Ahmad bin Al Mu’tashim Billah tentang
filasafat pertama. Kesimpulan risalah tersebut Al-kindi mengatakan:
Dialah Yang Pertama, Pencipta yang mengusai segala ciptaannya, Tuhan
adalah pencipta langit dan bumi,1suatu yang lepas dari kekuasaannya
adalah durhaka dan pasti binasa.2 allah itu satu tunggal awal dan akir,
sesuai dangan ajaran islam mengenai tauhid wahdaniyah dan tauhid
rububiyah, artinya tuhan dalam konsep Al-kindi adalah satu-satunya wujid
yang memiliki keabadian mutlak,3 mengandung unsur sebab utama
mencipta dan semprna, Dimana wujidnya bukan karena sebab lain. Zat
yang menciptakan segala sesuatu yang ada, zat sempurna itu ada dengan
sendrinya . maka zat itu tidak mempunyai alawa dan akir, karena itu pula
tuhan di sebut sebagai sebab yang pertama.
Dan semua wujud yang diciptakan tuhan adalah suatu yang baru
dan akan binasa, karena semua yang di ciptakan masuk dalam ruang dan
waktu, dan segala hal yang masuk dalam ruang dan waktu dapat musnah
sesuai dengan kehendak pencipta.Al Kindi menekankan keesaan
tuhan,Juga menekankan ketidaksamaanya dengan pencipta.ia mengatakan
bahwa tuhan hanya dapat dilukiskan dengan negasi dan bahwa esensinya
itu juga tidak dapat kita ketahui.
Keesaan Tuhan menurut al kindi ialah keesaan yang hakiki dia
tunggal dan azali,tidak ada yang mendahului dan tidak memiliki akhir,Zat
yang tidak bergantung pada yang lain dan dialah sebab pertma dari
segalah sesuatu.4
b. Al Farabi
Al-Farabi menyatakan bahwa keberadaan Allah adalah wajib. Hal
ini sebagaimana beliau nyatakan dalam bukunya, bahwa : “Wujud yang
Pertama dialah sebagai penyebab utama terwujudnya berbagai hal yang
ada, dan Ia terlepas dari segala kekurangan. Tidak mungkin ada yang lebih

1 Abu Bakar Aceh,Sejarah Filsafat islam Sala ; Ramadhani,1982.hal 4


2 George N. Atiyah,op.cit,hal 57
3 A.Hanafi Theologi Islam,Yogyakarta;Sumhasih 1962 Hal.64
4 George N.Atiyeh,1966,AL Kindi Tokoh Filosof Muslim,Pustaka,Bandung Hal 63

2
awal dan lebih utama dari Wujud Allah tersebut.” lebih jelasnya
dinyatakan sebagai berikut:
‫ وبماذا ينبغي أن‬،‫ وكيف هو‬،‫ ما هو‬،‫القول في الشيء الذي ينبغي أن يعتقد فيه إنه هو اهللا تعالى‬
‫ وكيف‬،‫ وكيف يفعلها‬،‫ وكيف تحدث عنه‬،‫ وبأي وجه هو سبب سائر الموجودات‬،‫يوصف‬
‫ وعلى ماذا ينبغي أن يُدل‬،‫ وبأي األسماء ينبغي أن يسمى‬،‫ وكيف يعرف ويعقل‬،‫هيى مرتبطة به‬
١٥.‫منه تلك األسماء‬
Konsep Keesaan Tuhan menurut al-Farabi didasari dengan
pembuktian logika. Namun bukan berarti ia menafikan al-Qur’an, bahkan
dalam beberapa hal beliau memasukkan beberapa kata kunci, seperti
“Allah sebagai penyebab pertama” dalam konsep Emanasi
c. Ibnu Thufail
Ada beberapa jalan untuk menuju Tuhan dalam pandangan Ibn
Ṭufayl. Pertama dengan menggunakan pengamatan inderawi (Syariah)
dengan arti menjalankan perintah Allah yang cenderung menggunakan
dengan cara Zahir (yang tersurat) yang secara langsung menolakta’wil dan
hanya mengimani terhadap ayatayat yang memiliki makna dalam atau
dengan kata lain menjalankan Syariah sesuai tuntunan yang Allah berikan.
Kedua Jalan penalaran yang Allah berikan lewat akal dan pengolahan jiwa
dengan jalan yang lebih cenderung kearah tasawuf, dan yang ketiga lewat
intuitif Ḥayy lebih suka dengan cara yang ketiga yaitu jalan menyaksikan
Maujud Yang Wajib Ada dengan cara pengolahan jiwa.
d. Al Ghazali
Keesaan Tuhan dalam kitabnya ‘Al-Iqtishad filI'tiqad’ Imam Al-
Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut.
‫وجوده تعاىل وتقدس‬
Keesaan dan kesucian Allah SWT
‫ والعالم حادث فيلزم منه إن له سببا‬،‫برهانه أنا نقول كل حادث فلحدوثه سبب‬
Pemuktiannya: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya,alam
semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya.

‫ ونع••ني بك••ل موج••ود س••وى هلال تع••الى األجس••ام كله••ا‬.‫ونعني بالعالم كل موجود سوى هلال تع••الى‬
‫وأعراضها‬
Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang
paling tinggi.Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami
maksud adalah semua benda dan sifat-sifatnya.
‫ ثم نعلم أن ك••ل موج••ود ام••ا متح••يزا أو غ••ير‬،‫وشرح ذلك بالتفصيل أنا ال نش••ك في أص••ل الوج••ود‬
‫ وأن كل متحيز إن لم يكن‬،‫متحيز‬
‫ وإن ائتلف إلى غيره سميناه جسما‬،‫فيه ائتالف فنسميه جوهرا فردا‬
Penjelasan rincinya sebagai berikut: Sesuatu itu ada tidak mungkin
diragukan. Setiapwujud bisa menempati ruang atau tidak menempati

3
ruang. Sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki kombinasi
kita sebut zat tunggal (atom), jika memiliki kombinasi kita sebut jism.
‫ أو ال يس••تدعيه وه••و‬،‫وإن غير المتحيز أما أن يستدعي وجوده جسما يق••وم ب••ه ونس••ميه األع••راض‬
‫هلال سبحانه وتعالى‬
Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut
accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan .
Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah
penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada.
Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan
membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh
menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori.
Sesuatu yang ada pasti menempati ruang (mutahayyiz) atau tidak
menempati ruang (ghairu mutahayyiz). Sesuatu yang menempati ruang
(mutahayyiz) bisa dibagi (mutahayyiz wa i'tilaf) atau tidak bisa dibagi
(mutahayyiz wa ghairu i'tilaf). Sesuatu yang tidak menempati ruang
(ghairu mutahayyiz) bisa dengan tubuh (ghairu mutahayyiz bil jism) atau
tanpa tubuh (ghairu mutahayyiz bidunil jism).
Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan
keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya.Tuhan bukan zat,
substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat
dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena
keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya
Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai
produk kekuasaan-Nya.
Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali
bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk
temporal memiliki sebab.‘Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24’
Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam
bentuk silogisme dengan tiga premis:
1. Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya
2. Premis 2: Alam semesta ada awalnya
3. Kesimpulan: Maka semesta ada penyebabnya.
Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua
premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar.
Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya Hukum
sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang
sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi.Kita juga tidak ada
100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah
akibat dari orangtua.

4
Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal
adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen
tersebut dan tidak pernah salah.

Premis 2: Alam semesta ada awalnya


Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula
kemunculan alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan
model standar Big Bang.Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan
materi semuanya mulai ada sejak 13,7Miliyar tahun yang lalu. Model ini
banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara actual sebagai model
permulaan alam semesta.
Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan (K) secara logis
bahwa alam semesta ada penyebabnya.Menggunakan konsep analisis
terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat
Tuhan dari konsep moteistik yaitu:
• Tunggal (Esa). Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat eksis yang
mana
penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab (uncaused) yaitu
Tuhan.
• Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa
saat
momen 'Big Bang'.
• Spaceless (tak berjarak). Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai
ada saat
momen 'Big Bang'.
• Dan Immaterial (tak terikat materi). karena tanpa waktu dan ruang, kita
tidak
bisa memiliki benda.

B. Ke’esaan Tuhan Menurut Ulama Kalam

a. Muttazilah

Keesaan Tuhan menurut Muttazilah ialah Tuhan harus disucikan dari


segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaaNnya,Tuhanlah satu
satunya yang Esa.yang unik dan tidak ada satupun yang menyamaiNya,Oleh
karena itu Hanya Dialah yang Qadim.Bila ada yang Qadim lebih dari satu

5
maka telah terjadi ta addud al qudama (Berbilangnya Dzat yang tak
berpermulaan).5

Untuk memurnikan keesaan Tuhan,Mu‟tazilah menolak konsep


Tuhan memiliki sifat-sifat. Konsep ini bermula dari founding father aliran ini,
yakni Washil bin „Atho.Ia mengingkari bahwa mengetahui,
berkuasa,berkehendak, dan hidup adalah termasuk esensiAllah. Menurutnya,
jika sifat-sifat ini diakui sebagai kekal-azali, itu berarti terdapat “pluralitas
yang kekal” dan berarti bahwa kepercayaan kepada Allah adalah dusta belaka.
Namun gagasan Washil ini tidak mudah diterima. Pada umumnya Mu‟tazilah
mereduksi sifat-sifat Allah menjadi dua, yakni ilmu dan kuasa, dan
menanamkan keduanya sebagai sifat sifat esensial selanjutnya mereka
mereduksi lagi kedua sifat dasar ini menjadi satu saja, yakni keesaan.

Doktrin tauhid Mu‟tazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa Tuhan dapat


dilihat dengan mata kepala. Juga, keyakinan tidak ada satupun yang dapat
menyamai Tuhan, begitupula sebaliknya, Tuhan tidak serupa dengan
makhluk-Nya.Tegasnya Mu‟tazilah menolak antropomorfisme. Penolakan
terhadap paham antropomorfistik bukan semat-mata atas pertimbanagan
akal,melainkan memiliki rujukan yang yang sangat kuat di dalam Al qur‟an
yang berbunyi (artinya) :“ tidak ada satupun yang menyamainya.
(Q.S.Assyura : 9 ).6

b.As’ariyah

Keesaan tuhan menurut As’ariyah adalah mutlak,ia bereksistensi


sendirinya ,Tuhan adalah Qadim maksudnya tuhan bereksistensi dengan
sendirinya sebelum ada ruang dan waktu yang diciptakan oleh tuhan.Tuhan
Mahatau,Maha mendengar,selalu hidup,mengerti semua bahasa,selalu benar
dan bebas berkehendak.keesaan Tuhan tidak Murakkab tersusun .Tuhan tidak

5 Abd Al Jabbar bin ahmad ,syarh al uhsul al khamasah ,maktab Wahab,Kairo.1965.hal 196
6 .Abdul Rozak,Anwar,Rosihan,Op cit.hal 80

6
membutuhkan sesuatu.ia berdiri sendiri,tidak dibatasi oleh ciptaanNya .Tuhan
tidak dapat dilihat dengan mata biasa.7

c.Maturidiyah

Melihat Tuhan pada hari kemudian adalah hal yang dapat terjadi
pendapat al-Maturidiyah ini berdasarkan pada Al-Quran surat Al-Qiyamah:
22-23 :

Pemikiran-pemikiran al Maturidi jika dikaji lebih dekat, maka akan


didapati bahwa al Maturidi memberikan otoritas yang lebih besar kepada akal
manusia dibandingkan dengan Asy’ari. Namun demikian di kalangan
Maturidiah sendiri ada dua kelompok yang juga memiliki kecenderungan
pemikiran yang berbeda yaitu kelompok Samarkand yaitu pengikut-pengikut
al Maturidi sendiri yang paham-paham teologinya dan kelompok Bukhara
yaitu pengikut al Bazdawi yang condong kepada Asy’ariyah.

Ma’rifat bukanlah esensi iman melainkan faktor penyebab hadirnya


iman, jadi menurut Al-Maturidi iman adalah tasdiq yang berdasarkan
ma’rifat.iman adalah mengetahui Tuhan dalam ke Tuhanan-Nya, ma’rifat
adalah mengetahui Tuhan dengan segala sifatnya.

Iman adalah tasdiq bi al-qalb yaitu menyakini dan membenarkan dalam


hati tentang keesaan Allah dan tasdiq bi al-lisan adalah mengakui kebenaran
seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Golongan ini mempunyai paham
yang sama dengan kaum Asy-ariyah bahwa akal tidak sampai pada kewajiban
adanya Tuhan, iman tidak dapat mengambil bentuk Ma’rifat atau amal, tapi
haruslah merupakan tasdiq saja.

C. Ke’esaan Tuhan Menurut Ibnu Rusyd

7 Ghaffari.po.cit,hal 42

7
Berdasarkan pokok fikiran di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam penetapan arti tuhan Ibnu Rusyd
bersandar pada 3 thoriqoh yaitu thariq al-falsafi, thariq as-syar’i, thariq al-
burhani, dalam thariq al-falsafi mengartikan bahwa Allah itu penggerak utama
yang tidak bergerak, sedangkan dalam thariq as-syar’I mengartikan Allah itu
pencipta segala sesuatu apa yang ada, dan dalam thariq al-burhani yang
menjadi logika sebagai dasarnya mengartikan bahwa Allah itu pencipta utama
segala sesuatu di alam ini.

Dan dalam dalil pembuktian Allah ia memakai dua dalil yaitu dalil
inayah dan dalil ikhtira’. Dalil inayah yaitu dalil yang menunjukkan adanya
kesesuaian antara makhluk-makhluknya di alam ini, sedangkan dalil Ikhtira’
yaitu dalil yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada didalam ini
diciptakan dan semua yang diciptakan harus ada yang menciptakan.

Adapun sifat-sifat Allah yang harus ditetapkan menurut Ibnu Rusyd


yaitu ilmu, hayat, qadrat, iradat, sama’ bashar dan kalam, dan sifat-sifat yang
ditiadakan dari Allah yaitu mutasyaabih min Allah, Al-Jismiyah, Al-kaunu fi
Jihah. Dalam Tauhidillah ibnu rusyd menyangkal akan adanya dua tuhan di
Alam ini, karena dengan adanya dua tuhan di alam ini maka keadaan akan
hancur. Adapun tentang pekerjaan Allah di dalam penetapan penciptaan Allah
dan Qadha qadar semua itu tidak terlepas dari ketentuan dan kemauan Allah
dalam pengadaannya.

Setelah peneliti memperhatikan penelitian ini, bahwasanya penelitian


ini masih banyak memiliki kekurangan karena lemahnya kemampuan peneliti
dan terbatasnya ilmu pengetahuannya. Dan peneliti disini berharap agar para
pembaca bisa melengkapi atau memberi kritikan membangun untuk
pembahasan ini, juga berharap adanya peneliti yang meneliti obyek ini
dengan lebih sempurna dan lebih baik dimasa yang akan datang. Pada
akhirnya, peneliti berharap kepada para kaum muslimin untuk lebih
memperhatikan tentang masalah ketuhanan yang menjadi bagian dari Aqidah,

8
dan lebih meyakini bahwa Allah itu ada dengan segala sifatNya dan
Pekerjaannya, dan keyakinan bahwa Allah itu satu tidak ada yang
menyamainya.8

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perbedaan konsep keesaan Tuhan dalam satu agama dengan agama


lainnya,terkadang dapat menimbulkan sikap sinis atau skeptisisme terhadap
agama lain,yang menimbulkan perdebatan tak berujung dan lebih lanjut
mengakibatkan fanatisme agama yang berlebihan. Semua agama menganggap
bahwa agama mereka benar. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang
baik mengenai perbedaan konsep kebenaran tersebut sehingga kita mampu
menilai dengan tepat pemikiran atau tingkah laku kegamaan tertentu. Bahkan
ketika kita berpegang teguh terhadap suatu kebenaran itu tunggal, maka masih
mungkin untuk melakukan toleransi atau menunjukkan sikap terbuka terhadap
pemikiran agama lain mengenai kebenaran

8 Admin.2018.Konsep Ketuhanan menurut Ubnu Rusyd.diakses 6 Juni 2023

9
DAFTAR PUSTAKA

A.Hanafi Theologi Islam,Yogyakarta;Sumhasih 1962.


Abd Al Jabbar bin Ahmad Syarh Al ushul Al Khamasah.Kairo.1965
Abu Bakar Aceh,Sejarah Filsafat islam.Sala ; Ramadhani,1982
Admin.konsep ketuhanan menurut ibnu rusyd.2018
George N.Atiyeh,AL Kindi Tokoh Filosof Muslim,Pustaka,Bandung.1966

10
11

Anda mungkin juga menyukai