Disusun Oleh:
YUSRAH
MUH.MISDAR
YUSRIL ASMAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Ke’esaan Tuhan” ini dengan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
a. Kesimpulan .......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Al Kindi
Pengertian Tuhan dalam Filsafat Al-Kindi terlihat dalam risalahnya
yang di hadiahkan kepada Ahmad bin Al Mu’tashim Billah tentang
filasafat pertama. Kesimpulan risalah tersebut Al-kindi mengatakan:
Dialah Yang Pertama, Pencipta yang mengusai segala ciptaannya, Tuhan
adalah pencipta langit dan bumi,1suatu yang lepas dari kekuasaannya
adalah durhaka dan pasti binasa.2 allah itu satu tunggal awal dan akir,
sesuai dangan ajaran islam mengenai tauhid wahdaniyah dan tauhid
rububiyah, artinya tuhan dalam konsep Al-kindi adalah satu-satunya wujid
yang memiliki keabadian mutlak,3 mengandung unsur sebab utama
mencipta dan semprna, Dimana wujidnya bukan karena sebab lain. Zat
yang menciptakan segala sesuatu yang ada, zat sempurna itu ada dengan
sendrinya . maka zat itu tidak mempunyai alawa dan akir, karena itu pula
tuhan di sebut sebagai sebab yang pertama.
Dan semua wujud yang diciptakan tuhan adalah suatu yang baru
dan akan binasa, karena semua yang di ciptakan masuk dalam ruang dan
waktu, dan segala hal yang masuk dalam ruang dan waktu dapat musnah
sesuai dengan kehendak pencipta.Al Kindi menekankan keesaan
tuhan,Juga menekankan ketidaksamaanya dengan pencipta.ia mengatakan
bahwa tuhan hanya dapat dilukiskan dengan negasi dan bahwa esensinya
itu juga tidak dapat kita ketahui.
Keesaan Tuhan menurut al kindi ialah keesaan yang hakiki dia
tunggal dan azali,tidak ada yang mendahului dan tidak memiliki akhir,Zat
yang tidak bergantung pada yang lain dan dialah sebab pertma dari
segalah sesuatu.4
b. Al Farabi
Al-Farabi menyatakan bahwa keberadaan Allah adalah wajib. Hal
ini sebagaimana beliau nyatakan dalam bukunya, bahwa : “Wujud yang
Pertama dialah sebagai penyebab utama terwujudnya berbagai hal yang
ada, dan Ia terlepas dari segala kekurangan. Tidak mungkin ada yang lebih
2
awal dan lebih utama dari Wujud Allah tersebut.” lebih jelasnya
dinyatakan sebagai berikut:
وبماذا ينبغي أن، وكيف هو، ما هو،القول في الشيء الذي ينبغي أن يعتقد فيه إنه هو اهللا تعالى
وكيف، وكيف يفعلها، وكيف تحدث عنه، وبأي وجه هو سبب سائر الموجودات،يوصف
وعلى ماذا ينبغي أن يُدل، وبأي األسماء ينبغي أن يسمى، وكيف يعرف ويعقل،هيى مرتبطة به
١٥.منه تلك األسماء
Konsep Keesaan Tuhan menurut al-Farabi didasari dengan
pembuktian logika. Namun bukan berarti ia menafikan al-Qur’an, bahkan
dalam beberapa hal beliau memasukkan beberapa kata kunci, seperti
“Allah sebagai penyebab pertama” dalam konsep Emanasi
c. Ibnu Thufail
Ada beberapa jalan untuk menuju Tuhan dalam pandangan Ibn
Ṭufayl. Pertama dengan menggunakan pengamatan inderawi (Syariah)
dengan arti menjalankan perintah Allah yang cenderung menggunakan
dengan cara Zahir (yang tersurat) yang secara langsung menolakta’wil dan
hanya mengimani terhadap ayatayat yang memiliki makna dalam atau
dengan kata lain menjalankan Syariah sesuai tuntunan yang Allah berikan.
Kedua Jalan penalaran yang Allah berikan lewat akal dan pengolahan jiwa
dengan jalan yang lebih cenderung kearah tasawuf, dan yang ketiga lewat
intuitif Ḥayy lebih suka dengan cara yang ketiga yaitu jalan menyaksikan
Maujud Yang Wajib Ada dengan cara pengolahan jiwa.
d. Al Ghazali
Keesaan Tuhan dalam kitabnya ‘Al-Iqtishad filI'tiqad’ Imam Al-
Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut.
وجوده تعاىل وتقدس
Keesaan dan kesucian Allah SWT
والعالم حادث فيلزم منه إن له سببا،برهانه أنا نقول كل حادث فلحدوثه سبب
Pemuktiannya: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya,alam
semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya.
ونع••ني بك••ل موج••ود س••وى هلال تع••الى األجس••ام كله••ا.ونعني بالعالم كل موجود سوى هلال تع••الى
وأعراضها
Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang
paling tinggi.Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami
maksud adalah semua benda dan sifat-sifatnya.
ثم نعلم أن ك••ل موج••ود ام••ا متح••يزا أو غ••ير،وشرح ذلك بالتفصيل أنا ال نش••ك في أص••ل الوج••ود
وأن كل متحيز إن لم يكن،متحيز
وإن ائتلف إلى غيره سميناه جسما،فيه ائتالف فنسميه جوهرا فردا
Penjelasan rincinya sebagai berikut: Sesuatu itu ada tidak mungkin
diragukan. Setiapwujud bisa menempati ruang atau tidak menempati
3
ruang. Sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki kombinasi
kita sebut zat tunggal (atom), jika memiliki kombinasi kita sebut jism.
أو ال يس••تدعيه وه••و،وإن غير المتحيز أما أن يستدعي وجوده جسما يق••وم ب••ه ونس••ميه األع••راض
هلال سبحانه وتعالى
Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut
accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan .
Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah
penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada.
Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan
membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh
menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori.
Sesuatu yang ada pasti menempati ruang (mutahayyiz) atau tidak
menempati ruang (ghairu mutahayyiz). Sesuatu yang menempati ruang
(mutahayyiz) bisa dibagi (mutahayyiz wa i'tilaf) atau tidak bisa dibagi
(mutahayyiz wa ghairu i'tilaf). Sesuatu yang tidak menempati ruang
(ghairu mutahayyiz) bisa dengan tubuh (ghairu mutahayyiz bil jism) atau
tanpa tubuh (ghairu mutahayyiz bidunil jism).
Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan
keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya.Tuhan bukan zat,
substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat
dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena
keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya
Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai
produk kekuasaan-Nya.
Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali
bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk
temporal memiliki sebab.‘Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24’
Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam
bentuk silogisme dengan tiga premis:
1. Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya
2. Premis 2: Alam semesta ada awalnya
3. Kesimpulan: Maka semesta ada penyebabnya.
Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua
premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar.
Premis 1: Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya Hukum
sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang
sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi.Kita juga tidak ada
100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah
akibat dari orangtua.
4
Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal
adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen
tersebut dan tidak pernah salah.
a. Muttazilah
5
maka telah terjadi ta addud al qudama (Berbilangnya Dzat yang tak
berpermulaan).5
b.As’ariyah
5 Abd Al Jabbar bin ahmad ,syarh al uhsul al khamasah ,maktab Wahab,Kairo.1965.hal 196
6 .Abdul Rozak,Anwar,Rosihan,Op cit.hal 80
6
membutuhkan sesuatu.ia berdiri sendiri,tidak dibatasi oleh ciptaanNya .Tuhan
tidak dapat dilihat dengan mata biasa.7
c.Maturidiyah
Melihat Tuhan pada hari kemudian adalah hal yang dapat terjadi
pendapat al-Maturidiyah ini berdasarkan pada Al-Quran surat Al-Qiyamah:
22-23 :
7 Ghaffari.po.cit,hal 42
7
Berdasarkan pokok fikiran di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam penetapan arti tuhan Ibnu Rusyd
bersandar pada 3 thoriqoh yaitu thariq al-falsafi, thariq as-syar’i, thariq al-
burhani, dalam thariq al-falsafi mengartikan bahwa Allah itu penggerak utama
yang tidak bergerak, sedangkan dalam thariq as-syar’I mengartikan Allah itu
pencipta segala sesuatu apa yang ada, dan dalam thariq al-burhani yang
menjadi logika sebagai dasarnya mengartikan bahwa Allah itu pencipta utama
segala sesuatu di alam ini.
Dan dalam dalil pembuktian Allah ia memakai dua dalil yaitu dalil
inayah dan dalil ikhtira’. Dalil inayah yaitu dalil yang menunjukkan adanya
kesesuaian antara makhluk-makhluknya di alam ini, sedangkan dalil Ikhtira’
yaitu dalil yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada didalam ini
diciptakan dan semua yang diciptakan harus ada yang menciptakan.
8
dan lebih meyakini bahwa Allah itu ada dengan segala sifatNya dan
Pekerjaannya, dan keyakinan bahwa Allah itu satu tidak ada yang
menyamainya.8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11