Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

(PAI) Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu
Yuliatun, M.Ag

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

Yoffaldha Desnas Alfharedz


NPM : 202201573

AKADEMI TEKNIK TIRTA WIYATA (AKATIRTA)


Jl. Duku 1 No.54, Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara,
Kota Magelang, Jawa Tengah 56115
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-NYA
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
tugas atau materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orangtua serta dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Konsep Ketuhanan Dalam Islam, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Akademi Teknik Tirta Wiyata (AKATIRTA). Penulis sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kepada dosen
pembimbing penulis meminta masukannya demi perbaikan makalah di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Magelang, 28 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang muslim yang paripurnaa adalah nalar dan hatinya bersinar,


pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih
dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat
kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun
kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir
teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat
dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.
Konsep ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya
Rasulullah Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya
tradisional dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap
Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara tekstual dan ada yang melihat
secara kontekstual.
Dalam islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang
harus diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan
keislamannya nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena
kalau tidak itu akan mengurangi h[1]akekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah
sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal
yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa
pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak
mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan
penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat
sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.
Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari
keluarga yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus,
keimanan akan tumbuh dengan baik ketika kita pelihara, harus ada
pembiasaan dalam melakukan ibadah.
Beriman kepada allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus
dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami
maksud adalah perbuatan [2]yang sesuai dengan ajaran agama islam.

B. Rumusan Masalah

1. Seperti apakah filsafat ketuhanan dalam islam ?


2. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
4. Bagaimana keimanan dan ketakwaan seseorang ?

C. Manfaat

1. Mengetahui filsafat ketuhanan dalam islam


2. Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam
3. Mengetahui proses terbentuknya iman
4. Mengetahui keimanan dan ketakwaan seseorang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan


pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.
Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam,
Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha
[3]memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut
atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan
bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri
setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang
berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan
mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri.
Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.
Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat
berkata, “Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.”
Salah satu jalan ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum
muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran
aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa
satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan
Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan riwayat yang
secara lahiriah melarang menggunakan akal (ra’yu). Padahal kalau kita
perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk
menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan
keberadaan Allah
Perkataan illah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan.Dalam bahasa
Alquran dipakai u[4]ntuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan
dan dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam QS.Al jatsiyah (45) ; 23 :

Contoh ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan
pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan
dipuja).Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat,
berdasarkan logika Alquran sebagai berikut :
Tuhan (Illah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting)
olseh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya.
Dalam ajaran islam diajarkan “la ilaaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu
berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan
yaitu Allah.

B. Pembuktian Wujud Tuhan

Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya


yang pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya.
Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percay pula
bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan:
percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu
yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada
dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi
Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat
61-63 dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak
menolak eksistensi pencipta langit dan bumi.
Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa
arab sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan eksistensi tuhan
sebagai pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-
Quran, ada segelintir anak manusia yang menolak eksistensi tuhan,
seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini
menegaskan bahwa: “mereka berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah
kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan eksistensi tuhan oleh
sebagian kecil manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan semata dan
tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan
dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja.
Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam
seperti yang terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya
“sesungguhnya ini adalah kisah yang benar.Tidak ada tihan selain
Allah,dan sungguh Allah MahaPerkasa , Mahabijaksana.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan
kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai
prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

C. Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawah sejak dalam kandungan memerlukan


pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak
disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah.
Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap
seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun
lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air, dan
lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh
terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga
senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal ini
Nabi SAW bersabda, “setiap anak, lahir membawa fitrah, Orang tuanya
yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau
majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali
dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau
benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman
kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang
tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci
berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang
dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil
dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

D. Keimanan Dan Ketakwaan

Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk


suatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk
melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh
keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk
orang jadi bertaqwa.
Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman
kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah
yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan , keimanan
adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya,
yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya
pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus
diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran
agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini
dalam hati tapi juga ha[5]rus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan
dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal
shaleh.seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara msalah keimanan , kita bisa melihat takaran keimanan
seseorang dari tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan
berusaha agar Allah tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan
perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
Manfaat da[6]n pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Takwa berasal dari kata waqa, yaqi,wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).
hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib,
“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur
(petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau
meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah
karena takut akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau
menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau
mengata-kan, “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si
penanya menjawab, ”Ya”. Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu
lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku
menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”.
Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa.”

Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke


dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:
1. Iman kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para
nabi, dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan
dengan memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim,
orang0orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan
kata lain mencintai umat manusia.
3. Mendirikan shalat dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang
menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan
dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus
menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari
kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-
aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan
melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan
memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi
perbuatan yang dilarang Allah.
Hubungan Takwa dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang
bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat.
Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang
lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan
Hubungan Takwa dengan Diri sendiri
1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada
dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya.
Sabar terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah
dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk
mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan
usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha
maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang
menentukan.
3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan
Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap
berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan
ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah
mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah
menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai
konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani
berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan
seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari
sifat – sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan


pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.
2. Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini lahir pasti
ada penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu adalah
Allah tuhan bagi seluruh makhluk.

3. Keimanan tidak hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini
dalam hati, dan dibuktikan lewat perbuatan.

4. Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam


memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang
untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh
keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk
orang jadi bertaqwa.

5. Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan


larangannya.

6. Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran
Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran
Allah, yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak


untuk dapat lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat pula
mengerti dan paham akan ketakwaan keimanannya kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://nuristiar.blogspot.in/2013/10/makalah-pai-konsep-ketuhanan-dalam-islam.html

2. http://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_
ISLAM

Anda mungkin juga menyukai