Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODOLOGI STUDY ISLAM

DOKTRIN KEPERCAYAAN DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Zahraini M.Pd

Disusun oleh :
III/C
Nama :
Aviv Fachri Irgi Firmansyah (180105100)
Wiwin Parida (180105096)

JURUSAN TADRIS IPS EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2019/2020
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat dan inayat Allah Swt, penyusunan makalah ini
dapat diselesaikan. Salawat dan salam di tunjukan pula kepada Rasulullah Saw,
yang telah menyampaikan Risalah Samawiyyah kepada para pengikut dan
umatnya dengan segenap pengorbanan.
Selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Metodologi Study
Islam, penyusunan makalah ini pula untuk memperkaya referensi berkenaan
dengan doktrin dan kepercayaan dalam Islam.
Penyusun menyadari, meskipun dipersiapkan dan ditulis dalam rentang
waktu cukup lama, makalah yang ada di tangan pembaca ini masih jauh dari
kesempurnaan dan terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan. Besar harapan
penulis kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran sebagai bahan
perbaikan dalam karya tulis dengan topik yang serupa.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang
memerlukan serta bermanfaat bagi penyusun, khususnya bagi pembaca.

Mataram, November 2019

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, ada begitu banyak pengaruh
yang masuk setiap ke negara-negara di dunia, tidak terkecuali dengan negara
yang berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia. Perkembangan
IPTEK yang semakin berkembang menjadikan kita semakin ingin mengetahui
bagaimana perkembangan yang dialami oleh negara- negara maju yang ada di
luar sana misalnya pada negara adidaya yang mana mereka merupakan
mayoritas non muslim. Ada begitu banyak paham yang disebarkan dan mulai
dianut oleh banyak negara misalnya liberalisme yang selalu menjadi
keinginan banyak orang. Keinginan untuk memperoleh kebebasan dalam
berkarya, berekspresi, maupun mengeluarkan pendapat. Terkadang keinginan
ini seolah semakin jauh dari ajaran Islam yang dianut dan norma yang
berlaku.
Di dalam Islam dikenal yang namanya rukun iman, yang menjadi
dasar dari Islam itu sendiri. Rukun iman sendiri terdiri atas 6 yakni iman
kepada Allah; Malaikat; Kitab; Rasul; Hari Kiamat; dan Qadha dan Qadar.
Ke-6 rukun iman ini menjadi landasan dan tolak ukur seorang muslim dalam
berprilaku, maupun bersikap. Konsekuensi dari rukun iman ini yakni adanya
aplikasi akan apa yang telah kita yakini. Iman kepada Allah tidak berarti
hanya percaya kepada Allah tetapi juga percaya akan apa- apa yang
diciptakan dan ditetapkan oleh Allah Swt. Percaya akan Nabi dan Rasul yang
diutusnya dan menjadikan kitab al-Quran sebagai pedoman dan tolak ukur
dalam melakukan sesuatu, apakah sesuai dengan aturan Allah ataukah
melanggar aturan tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi iman kepada Allah?
2. Mengapakah mustahil untuk menemukan zat Allah?
3. Bagaimanakah argumen keberadaan Allah?
4. Bagaimanakah iman kepada Malaikat, Kitab dan Rasul?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Doktrin
Doktrin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna:
ajaran (tentang asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan
ahli ilmu pengetahuan, ketatanegaraan) secara bersistem, khususnya dalam
penyusunan kebijakan negara.
Doktrin berasal kata inggris “doctrine” yang berarti ajaran norma yang
diambil dari wahyu yang diturunkan Tuhan atau pemikiran mendalam dan
filosofis yang diyakini mengandung kebenaran.
B. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam Islam yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Kata “iman” berasal dari bahasa Arab, yang menurut
pengertian bahasa berarti “kepercayaan.” Beriman kepada Allah berarti:
1. Percaya dengan sepenuh hati akan eksistensi Tuhan dan keesaannya serta
sifat-sifat-Nya yang serba sempurna;
2. Mengikuti tanpa reserve petunjuk/tuntunan/bimbingan Tuhan dan Rasul-
Nya yang tersebut dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi;
3. Menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunah.

C. Kemustahilan menemukan Zat Allah


Kebenaran mutlak (absolut) tidak memerlukan bukti adanya seperti
orang percaya akan adanya nyawa/ jiwa, aliran listrik, dan sebagainya.
Adanya Tuhan merupakan kebenaran mutlak yang harus diyakini dan tidak
perlu dibuktikan adanya zat Tuhan. Bahkan hal ini dilarang oleh agama
berdasarkan hadis Nabi dari Ibnu Abas yang artinya
Pikirkanlah tentang ciptaan/makhluk Allah, dan janganlah kamu memikirkan
tentang Allah (zatnya), karena sesungguhnya kamu tidak sekali- kali akan
mampu mencapainya.

3
Yang perlu dibuktikan adalah adanya Allah bukan adanya zat-
Nya.Allah adalah maha esa; baik dalam zat, sifat maupun perbuatan. Esa
dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang
terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat
berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh
Allah. Dan esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun
yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah. Allah
dengan sifat rahman dan rahim-Nya telah membekali manusia dengan akal
dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupannya. Manusia
dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya;
sebaliknya manusia pun dapat terpuruk ke kehidupan yang hina melalui
akalnya. Akal, sekalipun telah dipergunakan dengan sungguh-sungguh,
keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya, ada
sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Salah satu yang
tidak dapat diselesaikan oleh akal ialah zat Allah.
Dalam al-Quran (Q.S. al-An’am (6): 103) Allah berfirman “Allah tidak
dapat di capai oleh penglihatan mata,sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu dan Dia-lah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.”

D. Argumen Kebenaran Allah


Ada tiga teori yang menjelaskan asal kejadian alam semesta ini (yang
menjelaskan keberadaan Tuhan).
1. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada
(creatio ex-nihilo). Ia terjadi dengan sendirinya;
2. Paham yang mengatakan bahwa alam ini berasal dari sel (jauhar) yang
merupakan inti.
3. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.
Teori yang pertama adalah teori yang sudah sangat tidak relevan yang
dapat dibantah yakni oleh teori sebab akibat. Dengan teori ini maka dapat
disimpulkan alam semesta ini tidak akan ada kecuali ada yang
menciptakannya. al-Farabi dengan teori emanasinya mengatakan alam

4
semesta ini adalah hasil pancaran dari wujud kesebelas atau akal kesepuluh.
Jika diurut secara vertikal, maka akal kesepuluh itu secara hierarki adalah
kelanjutan dari akal-akal sebelumnya yang pada asalnya berasal dari akal
yang pertama yakni Tuhan.
Teori yang kedua mengatakan bahwa alam semesta berasal dari sel.
Sayid Sabiq melihatnya teori ini lebih sesat dari teori yang pertama karena
tidak mungkin sel dapat membangun dan memperindah sesuatu dengan
sendiri hingga menjadi alam semesta ini.
Dan teori yang ketiga mengatakan bahwa semesta berasal dari yang
menciptakan bersesuaian dengan akal sehat manusia. Maka dari itu teori yang
ketiga ini dapat diterima, namun adalah masalah yang muncul dalam akal
sehat yaitu siapakah yang menciptakan alam semesta ini?. Menurut Islam
yang menciptakan alam semesta ini yaitu Allah. Hal itu menyatakan
bahwasanya Allah itu ada. Ada beberapa argumen yang menguatkan
pernyataan dari teori ini di antaranya argumen kosmologi, ontologis; argumen
teleologis; argumen moral; dan argumen epitemologis. Argumen ontologis
seperti yang diangkat oleh Plato yakni alam ini pasti mempunyai Idea. Idea
adalah konsep universal dari sesuatu. Idea merupakan dasar adanya sesuatu.
Ia berada di alamnya sendiri yaitu alam Idea yang bersifat kekal. Dengan
argumen teleologis artinya diatur menurut tujuan-tujuan tertentu. Alam dalam
pandangan argumen ini ialah alam ini tersusun dari bagian-bagian yang erat
sekali hubungannya. Bagian tersebut saling berhubungan dan saling bekerja
sama atau berevolusi dengan memiliki tujuan tertentu. Penggerak alam
sehingga berevolusi adalah zat yang maha sempurna, zat yang lebih tinggi
dari alam itu sendiri.
Dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan bahwa Tuhan
itu benar-benar ada. Adapun ayat-ayat tersebut di antaranya Q.S. al-Zumar:
62-63, yakni
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
Kepunyaan-Nya-lah (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang- orang

5
yang kafir terhadap ayat- ayat Allah, mereka itulah orang- orang yang
merugi.

Dan Q.S. Ath-Thalaq: 12, yakni


Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.

E. Iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan Rasul-rasul


1. Pengertian Iman kepada Malaikat
Malaikat atau terkadang disebut al-Mala’ al-A’la adalah makhluk
Allah yang diciptakan dari an-Nuur. Malaikat diciptakan dari cahaya, jin
dari nyala api dan Adam dari tanah. Malaikat termasuk makhluk rohani
yang bersifat gaib mereka disucikan dari syahwat kebinatangan yang
terhindar dari keinginan hawa nafsu yang bersifat material. Karena
malaikat diciptakan dari cahaya maka malaikat itu merupakan immaterial
being (bukan makhluk yang berupa material). Karena malaikat itu
immaterial being maka sangat masuk akal bila ia dapat berubah bentuk
dan rupanya sesuai dengan yang dikehendakinya atas izin Allah.
Sebagaimana Jibril pernah menjelma menjadi manusia pada waktu ia
diutus oleh Allah untuk memberitahukan Maryam bahwa Allah akan
menganugerahkan kepadanya seorang anak laki- laki yang suci, yaitu Isa
As.
Menurut Fazlur Rahman
Malaikat adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah yang
masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Antara malaikat yang
satu dengan yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti
kedudukan dan pangkat yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Beriman
kepada malaikat ialah percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan
senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik-
baiknya. Malaikat merupakan makhluk Tuhan yang gaib yang tidak
dapat dilihat, diraba, dan dirasakan keberadaannya.

6
Tugas Malaikat
Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada pula di
alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh adalah:
1. Menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada
Allah Swt (Q.S. al-A’Raf: 206, dan Q.S. az-Zumar: 75);
2. Memikul ‘arsy (Q.S. al-Mu’min: 7, dan al-Haqqah: 17);
3. Memberi salam pada ahli surga (Q.S. al-Rad: 23-24); dan
4. Menyiksa para ahli neraka (Q.S. Tahrim: 6).

Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang menerangkan tentang


malaikat, baik nama-namanya, tugas, maupun sifat fisiknya. Di antara
malaikat yang disebut namanya secara jelas dan tugasnya yaitu:
1. Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu kepada para
Nabi dan Rasul-Nya;
2. Malaikat Mikail yang bertugas memberi rezeki pada manusia;
3. Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet
sangkakala di waktu hari kiamat;
4. Malaikat Izrail yang bertanggung jawab mencabut nyawa;
5. Malaikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan
pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur;
6. Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan
pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur bersama
Malaikat Munkar;
7. Malaikat Raqib/Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk
mencatat segala amal baik manusia ketika hidup;
8. Malaikat Atid/Atit yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat
segala perbuatan buruk/jahat manusia ketika hidup;
9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka;
10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu surga.

7
Sifat Fisik Malaikat
Berikut inisebagian dari sifat-sifat fisik malaikatyang terdapat
dalam al-Quran:
1. Kuatnya fisik mereka;
Allah Swt berfirman tentang keadaan neraka (Q.S. Tahrim: 6):
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Panas api neraka, yang membuat besi dan batu meleleh, tidak
membahayakan mereka. Demikian juga dengan Malakul
Jibal (malaikat gunung), di mana dia menawarkan kepada Rasul Saw
untuk menabrakkan dua gunung kepada sebuah kaum yang
mendurhakai beliau. Kemudian beliau menolak tawaran tersebut.
2. Mempunyai sayap;
Allah Swt berfirman (Q.S. Fathiir: 1)
Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan
malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,
tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala
sesuatu.

3. Tidak membutuhkan makan dan minum;


Allah Swt (QS. Huud: 69-70) berfirman
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah
datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka
mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka
tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang
dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan
merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu
takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus
kepada kaum Luth.”

8
As Suyuthi berkata “ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa
para ulama sepakat bahwasanya malaikat tidak makan, tidak minum, dan
juga tidak menikah.”
Menurut Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab al-Aqiil bahwa “dalil-
dalil dari al-Quran, as-Sunnah dan ijma (kesepakatan) kaum muslimin
(tentang malaikat) menunjukkan bahwa:
1. Malaikat merupakan salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk
ciptaan Allah;
2. Allah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya,
sebagaimana Allah menciptakan jin dan manusia juga untuk
beribadah kepada-Nya semata;
3. Mereka adalah makhluk yang hidup, berakal, dan dapat berbicara;
4. Malaikat hidup di alam yang berbeda dengan alam jin dan manusia.
Mereka hidup di alam yang mulia lagi suci, yang Allah memilih
tempat tersebut di dunia karena kedekatannya, dan untuk
melaksanakan perintah-Nya, baik perintah yang bersifat kauniyyah,
maupun syar`iyyah.

Manfaat Iman kepada Malaikat


Iman kepada malaikat mempunyai pengaruh positif dan manfaat
yang besar bagi kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut:
1. Berusaha untuk melakukan amalan-amalan ibadah sunah pada waktu-
waktu tertentu karena yakin bahwa pada waktu tersebut akan ada
banyak malaikat yang mendoakannya;
2. Sifat malaikat yang selalu patuh dan tak pernah membangkang pada
perintah Allah menjadikan kita untuk dapat menirunya;
3. Merasa takut bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat
seperti
mencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di naar;

9
4. Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah Swt,
dan
karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.

2. Iman kepada Kitab


Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para
Rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman
hidup. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa Allah
telah menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk
menjadi pegangan dan pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
Kitab yang diturunkan oleh Allah banyaknya menurut jumlah
Rasul-Nya. Namun hanya ada empat buah kitab yang disebut secara
konkret dalam al-Quran, yaitu:
1. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa As. Firman Allah Swt
(Q.S. al-Ma’idah: 44) “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab
Taurat di dalamnya (ada ) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”;
2. Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As. Firman Allah Swt (Q.S. al-
Isra’: 55) “Dan kami berikan Zabur kepada Daud As“;
3. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa As. Firman Allah Swt (Q.S.
al-Maidah: 46) “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab
Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi)”
4. Al-Quran, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah Swt
berfirman (Q.S. al-Maidah: 48) “Dan Kami telah turunkan kepadamu
al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.

Semua kitab Allah, baik keempat kitab yang tersebut di atas,


maupun kitab yang lainnya mempunyai prinsip ajaran yang sama, yaitu

10
mengajak manusia ke jalan yang benar, dan memberi petunjuk pada
manusia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. an-Nahl ayat 36 yaitu
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
untuk menyerukan: “Sembahlah Allah saja dan janganlah Thaghut
menyembah selain Allah.” Jika ada perbedaan di antara kitab- kitab Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya mengenai ajaran dalam bidang
syariat baik mengenai ibadah maupun mengenai muamalah adalah untuk
disesuaikan dengan umat yang dihadapinya.

Keistimewaan Kitab al-Quran


Adapun yang menjadi keistimewaan al-Quran bila dibanding
dengan kitab-kitab lain yang diturunkan sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya;
Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian
dan keasliannya oleh Allah Swt sampai akhir zaman. firman Allah
Swt (Q.S. al-Hijr: 9) “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-
Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
2. Isi kandungan al-Quran paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran
mencakup segala aspek kehidupan manusia;
3. Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang
ingin menyimpangkannya karena Allah Swt yang selalu
memeliharanya; Allah Swt berfirman (Q.S. al-Isra’: 88)
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun sebahagian mereka
menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”
4. Al-Quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku
sepanjang masa dan untuk seluruh umat manusia;

11
5. Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah; Masih
banyak keistimewaan al-Quran dibanding dengan kitab-kitab
sebelumnya. Sabda Rasulullah Saw (H.R. Ibn Majah) “atas engkau
membaca al-Quran adalah cahaya bagimu di bumi dan simpananmu
di langit.”

Manfaat Iman kepada kitab-kitab Allah


Umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk beriman kitab sucinya
yaitu al-Quran, tetapi juga diwajibkan untuk beriman pada kitab-kitab
terdahulu yakni Taurat, Zabur, Injil, meskipun kitab- kitab Allah selain
al-Quran sudah tidak asli lagi. Tetapi iman kepada kitab- kitab Allah
mempunyai hikmah di antaranya:
1. Mendidik umat Islam untuk bersikap toleransi terhadap pemeluk
agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat
beragama; Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 256
“tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam.”
2. Memberikan keyakinan pada umat Islam bahwa al- Quran adalah
kitab penerus dan pelengkap kitab yang pernah diturunkan
sebelumnya dan paling lengkap untuk dijadikan sebagai pedoman
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Iman kepada Nabi dan Rasul


Secara bahasa, Rasul adalah orang yang diutus. Artinya ia diutus
untuk menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan
misi atau risalah. Secara terminologi Rasul adalah orang yang diutus oleh
Allah Swt untuk menyampaikan kepada umatnya.. Nabi adalah manusia
pilihan yang di beri wahyu oleh Allah Swt untuk dirinya sendiri tetapi
tidak wajib menyampaikan pada umatnya. Dengan demikian seorang
rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul. Iman kepada rasul berarti
percaya bahwa Allah telah memilih di antara manusia, beberapa orang
yang bertindak sebagai utusannya.

12
Iman kita kepada Nabi dan Rasul cukup secara global, artinya kita
hanya wajib percaya bahwa Allah telah mengutus beberapa Nabi dan
Rasul sebelum Nabi Muhammad, tetapi kita tidak wajib mengetahui
berapa jumlah seluruhnya, siapa nama-namanya, dan di mana mereka
bertugas masing-masing.
Dalam hadis Ahmad bin Hanbal dalam kitab musnad-nya bahwa
jumlah Nabi sekitar 124.000 orang dan jumlah Rasul ada 315 orang.
Namun hadis ini bukanlah hadis mutawatir, dan tidak kuat untuk
dijadikan pegangan dalam bidang akidah. Allah berfirman dalam al-
Qur’an surat al-Mukmin ayat 78, artinya
Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu,
d iantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara
mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.

Di dalam al-Quran hanya diterangkan 25 Nabi dan Rasul yang


wajib kita imani dan ketahui,yakni:
1. Adam As; 14. Musa As;
2. Idris As; 15. Harun As;
3. Nuh As; 16. Zulkifli As;
4. Hud As; 17. Daud As;
5. Saleh As; 18. Sulaiman As;
6. Ibrahim As; 19. Ilyas As;
7. Luth As; 20. Ilyasa As;
8. Ismail As; 21. Yunus As;
9. Ishak As; 22. Zakaria As;
10. Yakub As; 23. Yahya As;
11. Yusuf As; 24. Isa As;
12. Ayub As; 25. Muhammad Saw.
13. Syuaib As;

13
Sifat-sifat para Nabi
Semua nabi dan Rasul bersifat maksum (terjaga/terhindar dari
perbuatan dosa). Karena sifat maksum inilah sehingga setiap nabi dan
rasul mempunyai 4 sifat utama, yakni:
1. Sidik, yakni benar atau jujur dalam semua ucapan, dan
perbuatan/tingkah laku;
2. Amanah, yakni tepercaya dan terpelihara dari segala macam dosa,
cacat dan tingkah laku yang dapat merendahkan derajatnya sebagai
manusia teladan dan pilihan Allah;
3. Tablig yakni menyampaikan wahyu/amanat Allah yang diterimanya
dengan segera, sekalipun wahyu itu mungkin bersifat
teguran/koreksi terhadap tingkah laku/kebijaksanaannya yang tidak
berkenan bagi Allah.
4. Fathanah, yakni cerdas, pandai dan bijaksana.

Manfaat Iman Kepada Nabi, dan Rasul


Iman kepada Nabi dan rasul mempunyai dampak positif,
sebagaimana iman kepada Malaikat. Adapun dampak positif bagi
kehidupan seseorang yaitu:
1. Mendidik orang muslim agar bersifat toleransi terhadap pemeluk
agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat
beragama, bermasyarakat, maupun bernegara.
2. Memberikan keyakinan pada orang muslim bahwa semua Nabi dan
Rasul mempunyai misi suci yang sama, yakni mengajak manusia
untuk beriman dan beribadah hanya untuk Allah serta beramal untuk
mencari keridaan-Nya. Dan bahwa Nabi Muhammad merupakan
Nabi terakhir yang bertugas untuk menjadi pedoman hidup seluruh
umat manusia sepanjang masa.

14
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Iman kepada Allah adalah Percaya dengan sepenuh hati akan eksistensi
Tuhan dan keesaannya serta sifat-sifat-Nya yang serba sempurna.
Mengikuti tanpa reserve petunjuk/tuntunan/bimbingan Tuhan dan Rasul-
Nya yang tersebut dalam Al- Quran dan Hadis- hadis Nabi. Menjalankan
ibadah sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunah
2. Adanya Tuhan merupakan kebenaran mutlak yang harus diyakini dan
tidak perlu dibuktikan adanya zat Tuhan. Bahkan hal ini dilarang oleh
agama berdasarkan hadis nabi dari Ibnu Abas yang artinya “Pikirkanlah
tentang ciptaan/makhluk Allah, dan janganlah kamu memikirkan tentang
Allah (zatnya), karena sesungguhnya Kamu tidak sekali- kali akan
mampu mencapainya.” Yang perlu dibuktikan adalah adanya Allah
bukan adanya zat- Nya.
3. Ada tiga teori yang menjelaskan asal kejadian alam semesta ini, yang
menjelaskan keberadaan Tuhan.
a. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak
ada (creatio ex-nihilo). Ia terjadi dengan sendirinya;
b. Paham yang mengatakan bahwa alam ini berasal dari sel (jauhar)
yang merupakan inti;
c. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang
menciptakan.
4. Beriman kepada malaikat ialah percaya bahwa Allah mempunyai
makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-
Nya dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan
sebaik- baiknya.
5. Beriman kepada kitab- kitab Allah berarti percaya bahwa Allah telah
menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk
menjadi pegangan dan pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hidup

15
16

di dunia dan di akhirat. Iman kita kepada nabi dan Rasul cukup secara
global, artinya kita hanya wajib percaya bahwa Allah telah mengutus
beberapa nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad, tetapi kita tidak
wajib mengetahui berapa jumlah seluruhnya, siapa nama-namanya, dan
di mana mereka bertugas masing-masing.

16
DAFTAR PUSTAKA

Isnawati. Journal. MANUSIA : ANTARA KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA DAN


IMKLUSIVITAS BERAGAMA. Hal 447-464.

Sumpena Deden. Journal. PARADIGMA PENGEMBANGAN MASYARAKAT


ISLAM. Hal 215-258.

Ikhwan Afiful. Journal. MANUSIA DAN KEBUTUHAN TERHADAP AGAMA.


Hal 1-18.

Anda mungkin juga menyukai