Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Thaharah ...................................................... 3
2.2 Najis dan macamnnya .................................................... 4
2.3 Hadas dan macamnya .................................................... 7
2.4 Cara mensucikan Najis dan Hadas ................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan ajaran yang sempurna dan memperhatikan semua sisi kehidupan
para pemeluknya. Islam juga menekankan kepada umat nya untuk selalu menjaga
kebersihan lahir dan batin, kebersihan akidah dan keyakinan, kebersihan tubuh dan
pakaian, tempat tinggal dan lingkungan sekitar, makanan dan lain-lain. Seperti salah satu
bunyi firman Allah SWT dibawah ini,
Dengan begitu, dalam Islam ada yang namanya ajaran Thaharah. Thaharah
menurut bahasa berarti “suci atau bersih”, sedang menurut istilah berarti bersih dari hadas
dan najis. Najis dan hadas ini memiliki banyak jenisnya. Setiap najis dan hadas tentu
mempunyai tata cara mensucikannya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, makalah ini
dibuat dengan harapan dapat menambah wawasan mengenai najis dan hadas dan
bagaimana cara mensucikannya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah Macam-macam najis dan hadas dan cara
mensucikannya yang terkait adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Najis dan Hadas?
2. Apa saja macam-macam Najis dan Hadas?
3. Bagaimana cara mensucikan diri dari Najis dan Hadas?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah Macam-macam najis dan hadas dan cara mensucikannya yang terkait
bertujuan untuk :
1. Mengetahui arti dari Najis dan Hadas.
2. Mengetahui macam-macam Najis dan Hadas.
3. Mengetahui cara mensucikan diri dari Najis dan Hadas.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah Macam-macam najis dan hadas dan cara mensucikannya yang terkait
bermanfaat untuk :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca makalah mengenai arti dari Najis
dan Hadas.
2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca makalah mengenai macam-
macam Najis dan Hadas.
3. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca makalah mengenai cara
mensucikan diri dari Najis dan Hadas.
1
BAB II
PEMAHASAN
2.1 Thaharah
Thaharah adalah ibadah ritual. Pada hakekatnya thaharah merupakan bentuk ritual
agama dan tidak sekadar menjaga kebersihan dalam syariat Islam. Hal yang terkait dengan
aktivitas membersihkan diri dari segala bentuk najis baik di badan, pakaian, maupun tempat
ibadah termasuk ke dalam thaharah. Segala bentuk ritual seperti berwudhu, mandi janabah,
bertayamum, dan beristinja juga termasuk kedalam ibadah. Ritual yang bila dikerjakan akan
mendatangkan pahala. Thaharah merupakan syarat sah ritual ibadah lain yang bila tidak
dikerjakan ibadah tersebut menjadi tidak sah.1
Thaharah secara bahasa memiliki arti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran,
baik yang bersifat hissiyah (nyata) seperti najis ataupun yang bersifat maknawiyah, seperti aib
atau perbuatan-perbuatan maksiat. Sedangkan menurut pengertian terminologi, thaharah
berarti tindakan menghilangkan hadast dengan air atau debu yang bisa menyucikan. Dengan
demikian thaharah berarti menghilangkan sesuatu yang ada di tubuh yang menjadi penghalang
bagi pelaksanaan shalat dan ibadah yang semisalnya.
Thaharah ada dua macam yaitu2,
1
Sarwat, Ahmad. Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Taharah, Gramedia Pustaka Agama, Jakarta:2019. hlm.21
2
Al-Qathani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Ensiklopedia Shalat Jilid 1, Pustaka Iman Asy-syafi’I, Jakarta:2006. hlm. 7
3
Al-Qathani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Ensiklopedia Shalat Jilid 1, Pustaka Iman Asy-syafi’I, Jakarta:2006. hlm. 8
2
Menurut para ulama, najis dibagi menjadi tiga bagian yaitu,4
1. Najis Mukhaffafah yakni najis yang ringan. Contoh nya air kencing bayi laki-laki
yang belum mencapai umur 2 tahun dan hanya mengkonsumsi ASI. Jika sudah
mengkonsumsi selain ASI maka air seninya bukan kategori mukhaffafah lagi. Adapun
cara mensucikannya adalah hanya dengan mengguyur nya dengan air yang suci.
2. Najis Mutawasitah yaitu najis yang sedang. Contohnya tahi air kencing darah dan
seterusnya. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan najis nya hingga
hilang rasa warna dan bau kemudian diguyur dengan air. Jika mengenai pakaian maka
tidak cukup diguyur tetapi harus pula dikucek hingga benar-benar suci.
Najis mutawasitah sendiri masih dibagi menjad dua macam yaitu najis ‘ainiah, najis
yang bendanya mempunyai wujud dan najis hukmiah, najis yang bendanya tidak
berwujud.
3. Najis Mughaladoh yakni najis yang berat seperti air liur anjing. Cara mensucikannya
ialah dengan mensucikannya sebanyak tujuh kali, dan satu diantaranya harus dicampur
dengan debu atau tanah.
Benda –benda yang termasuk kedalam najis ialah,
1. Air liur anjing,
Dalam sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Sucinya bejana salah seorang diantara kalian yang dijilat anjing adalah dengan
cara mencucinya sebanyak tujuh kali dan yang pertama dengan tanah.” (HR Muslim)
2. Daging babi
Hal ini disetujui para ulama, dengan berdasarkan surat Al An’am ayat 145 yang berbunyi,
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan
itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua
itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang
dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
3. Kotoran dan kencing hewan yang daging nya haram untuk dimakan.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud bersuci setelah buang hajat.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ‘Carikanlah tiga buah batu
untukku.’ Kemudian aku mendapatkan dua batu dan kotoran keledai. Lalu
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dua batu dan membuang kotoran tadi.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ‘Kotoran ini termasuk najis.’”
(HR. Ibnu Khuzaimah, no. 70, 1:39)
4. Hewan jalalah
4
Muh. Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah, Tiga Serangkai, Solo: 2008, hlm. 28
3
Hewan jalalah adalah hewan-hewan yang memakan kotoran, baik berupa onta, sapi,
kambing, ayam, maupun itik sampai baunya berubah. Maksud dari memakan kotoran
yang sampai baunya berubah ialah bangkai. Jadi hewan jalalah itu hewan pemakan
bangkai.
5. Khamar
Najisnya khamar masih ada perbedaan pendapat. Pertama, jumhur ulama berpendapat
bahwa khamar adalah najis. Di antara ulama yang menajiskannya adalah Ibu Taimiyah.
Alasan mereka adalah firman Allah SWT QS Al-Maidah:90. Menurut mereka makna rijs
dalam ayat tersebut adalah najis.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa khamar adalah suci. Pendapat ini
disampaikan oleh Rabi’ah, Al-laits, Al-Muzani, Asy-Syaukani, dan Ash-Shan’ani. Mereka
beralasan tidak ada keterangan di dalam ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang
kenajisan khamar. Kata rijs merupakan kata yang mempunyai makna sangat banyak
karena kata tersebut merupakan kata musytarak.
6. Wadi dan mazi
Wadi adalah cairan yang mengikuti air seni. Wadi ini adalah yang keluar setelah
seseorang buang air kecil. Sedangkan, mazi adalah cairan yang keluar ketika seseorang
merasakan syahwat yang tinggi, sedang bercumbu dengan istri, mengingat jima’ atau
menginginkannya. Cairan mazi ini tidak memancar dan kadangkala tidak merasakan
keluarnya. Cairan ini terdapat pada wanita lebih banyak daripada pria. Mazi dan wazi
dikategorikan ke dalam najis menurut kesepakatan ulama sehingga Rasulullah saw.
memerintahkan untuk mensucikannya.
Maka kemudian Rasulullah saw. bersabda “Ia mencuci kemaluannya dan berwudhu”
(HR Bukhari dan Muslim)
7. Kotoran yang keluar dari dua lubang manusia.
Hadist tentang najis kotoran manusia, sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “apabila sandal salah seorang
diantara kalian menginjak kotoran maka tanah adalah pembersih baginya.” (HR Abu
Daud)
8. Darah dan darah haid.
Dari Asma’ ia mengatakan bahwa seorang perempuan mendatangi Rasulullah saw. seraya
bertanya, “Wahai Rasulullah, salah seorang diantara kami bajunya terkena darah haid, apa
yang harus ia lakukan?” kemudian beliau menjawab, “Hendaklah ia mengeriknya, kemudian
menyiramnya. Setelah itu pakailah untuk salat.” (HR Bukhari dan Muslim)
9. Bangkai.
4
Bangkai adalah binatang yang mati tanpa disembelih secra syar’i. Sebagaimana hadis Ibnu
Abbas,
Dari Abdullah bin Abbas, ia mengatakan bahwa telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda, “Apabila kulit sudah disamak maka ia menjadi suci.”
(HR Muslim, Tirmudzi, Nasa’I, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Para ulama memberikan pengertian ihab pada hadis tersebut sebagai kulit bangkai.
Sedangkan, bangkai yang melekat padanya serta dihukumi suci ada tiga macam sebagai
berikut;
a) Bangkai ikan dan belalang.
... dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah. Adapun dua jenis bangkai
adalah bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan dua darah adalah hati dan ginjal.
(HR Ibnu Majah dan Ahmad)
b) Bangkai binatang yang tidak mngucurkan darah, seperti semut dan lebah
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila ada lalat yang jatuh di gelas salah seorang dari
kalian maka hendaknya ia celupkan seluruh badannya atau membuangna. Karena salah
satu sayapnya ada racun dan pada sayap lainnya ada penawarnya.”
(HR Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)
c) Tulang bangkai, tanduk, kuku, rambut dan bulunya.
Az-zuhriberkata tentang tulang bangkai, seperti gajah dan lainnya, “Aku mendapati
beberapa orang dari ulama salaf menggunakannya sebagai sisir dan
menggunakannya sebagai tempat wadah minyak. Mereka menganggap itu tidak
mengapa.”
(HR Bukhari)
2.3 Hadas dan macamnya
2.4 Cara mensucikan Najis dan Hadas
BAB III
5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
6
Sarwat, Ahmad. Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Taharah, Gramedia Pustaka Agama, : 2019
Sumaji, Muh. Anis, 125 Masalah Thaharah, Tiga Serangkai, Solo, 2008
Al-Qathani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Ensiklopedia Shalat Jilid 1, Pustaka Iman Asy-syafi’I,
Jakarta:2006.