ILMU TAUHID
“Taubat Nasuha Dan Pengampunan Allah”
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Dr. Bukhori Muslim, M.Ag
Disusun :
Kelompok 12
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Tauhid “ Taubat Nasuha dan
Pengampunan Allah”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pembimbing bapak Bukhori Muslim yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini
Penulis
ii
Daftar isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
Daftar isi ................................................................................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 1
2.1 Potensi Manusia Dan Fitrah Kemanusiaan ................................................................................... 1
1. Potensi Akal ................................................................................................................................ 1
2. Potensi Ruh ................................................................................................................................. 1
3. Potensi Qalbu .............................................................................................................................. 1
4. Potensi Fitrah .............................................................................................................................. 2
5. Potensi Nafs ................................................................................................................................ 2
2.2 Perbuatan Dosa Maksiat, dan zalim ............................................................................................. 3
2.3 . Taubat ................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Taubat ................................................................................................................... 4
B. Syarat-Syarat Taubat ............................................................................................................... 5
C. Fungsi Taubat.......................................................................................................................... 5
D. Manfaat Dan Hikmah Taubat .................................................................................................. 6
2. Hikmah Taubat................................................................................................................................ 8
2.4 TAUBAT NASHUHA ............................................................................................................ 8
2.4.1 Pengertian Taubat Nasuha ..................................................................................................... 8
2.4.2 SYARAT TAUBAT NASHUHA .......................................................................................... 9
2.5 P e n g a m p u n a n A l l a h ..................................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Secara istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan kembali kepada
Allah dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau menyesal akan dosa dan berniat untuk memperbaiki
tingkah laku dan perbuatannya.
1
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam bertaubat, syarat
diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat, dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa, berdzikir atau melakukan ibadah lain agar
taubatnya di terima Allah SWT. Salah satu contohnya ialah melakukan sholat taubat. Allah
maha pengasih dan penyayang, ada sebuah kisah dimana seorang pelacur yang diterima
taubatnya lantaran memberikan air untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan.
Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan tidak diterima taubatnya
apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi sudah di akhirat, memohon apapun
Allah tidak akan menerimanya taubatnya kecuali ia mendapatkan syafaat di akhirat kelak.
Sebagai muslim dan muslimah tentunya mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah Allah SWT dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya.dan tidak lupa untuk berdo’a.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan
anak cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh
perkembangan zaman, lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang
diikuti dengan semakin beraneragamnya peradaban dari generasi ke generasi silih
berganti. Berikut ini beberapa potensi manusia menurut agama Islam yang diberikan
oleh Allah Swt.
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta,
mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor
subjektivitas manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
2. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan
bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh
pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang
bukan urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah
urusan ruh menjadi urusan Tuhan. Allah swt berfirman: Katakanlah, “Ruh adalah
urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
3. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih
mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang
setuju kadang menolak.
1
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta,
kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi
kotor atau tetap bersih.
4. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai
sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir
adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur
dengan yang lain dalam proses perkembangannya.
5. Potensi Nafs
Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk
berbuat kurang baik'. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan
berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berpotensi
positif dan negatif.
Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi
negatif daya tariknya lebih kuat dari pada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia
diminta untuk menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.
Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji.
Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat, bisa jadi kedua tipe akhlak
tersebut ada pada diri kita. Tetapi karena manusia memiliki hawa nafsu, maka dari
itulah derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat, syetan, bahkan semua makhluk
ciptaan Allah. Karena di dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat
menyamakan derajat pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan
Nabi Muhammad tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai
apa yang telah ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis. Sebagaimana dalam Al-Quran
yang isinya “Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian mengikutinya, kalian
tidak akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis Nabi)”. Sampai
ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat
baik dan berbuat buruk.
2
2.2 Perbuatan Dosa Maksiat, dan zalim
Dosa adalah pelanggaran hukum, melangkahi batas Ilahi antara kebaikan dan
kejahatan. Dosa menjadi besar jika terus dikerjakan berulang kali dan menganggapnya
hanya sebagai dosa kecil saja, senang dengan dosa,menganggap remeh larangan Allah,
melakukanya dengan terang – terangan,lemahnya keinginan untuk meninggalkannya
dan menganggap remeh hsak Allah.
Maksiat
Inilah kemaksiatan yang dilakukan oleh Iblis kepada Rabbnya. Allah perintahkan ia
untuk bersujud pada Adam, tapi dia tidak mau.
Inilah dosa yang dilakukan Adam. Allah melarangnya untuk memakan buah suatu
pohon. Namun ia tetap memakannya. Adam pun menyesal. Kemudian bertaubat
kepada Allah. Kedua hal ini adalah kemaksiatan kepada Allah
3
.Zalim
Pengertian Zalim
Zalim menurut ajaran agama Islam yaitu menempatkan sebuah perkara yang bukan
dalam tempatnya. Adapun orang yang telah berbuat zalim dinamakan zalimin,
sedangkan lawan kata atau anonim dari kata Zalim sendiri yaitu adil. Berdasarkan
etimologi sendiri kata zalim ini diadopsi menurut bahasa Arab, yakni “dho la ma”
artinya gelap. Menurut Al-Quran memakai kata zhulm di samping itu pun dipakai kata
baghy, yakni berarti sama seperti zalim yaitu perbuatan melanggar hak dari orang lain.
Akan tetapi pengertian secara luasnya dibandingkan baghyu, berdasarkan kalimat yang
telah disandarkannya.
Kezaliman mempunyai beragam bentuk, salah satunya yaitu syirik. Sementara kalimat
zalim dapat digunakan sebagai bentuk dari sifat yang tak berperikemanusiaan, bengis,
kemungkaran, gemar melihat kesengsaraan dan penderitaan orang lain, ketidakadilan,
dan lain sebagainya berdasarkan pengertian zalim itu sendiri. Dimana pada umumnya
sifat tersebut termasuk sifat yang hina dan keji, serta bertentangan sesuai fitrah dan
akhlak manusia. Dimana seharusnya memakai akan melakukan kebaikan.
2.3. Taubat
A. Pengertian Taubat
Kata “taubat” berasal dari bahasa arab, taba-yatubu-taubatan yang berarti “kembali ke
jalan yang benar. Secara istilah, taubat berarti kembali kepada Allah dengan
melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekat
untuk melaksanakan segala hak-hak Allah SWT. Kata “taubat” dapat disandarkan
kepada manusia maupun Allah. Kata “taubat” yang disandarkan kepada manusia
berarti “memohon ampun atas segala dosa dan kembali ke jalan Allah”. Orang yang
melakukan taubat disebut ta’ib dan orang yang selalu dan senantiasa bertaubat disebut
tawwab. Adapun kata “taubat” yang disandarkan kepada Allah berarti memberi
apapun kepada hamba yang bertaubat. Allah disebut at-tawwab, karena Allah
senantiasa memberikan pengampunan kepada hamba-hambaNya. At-tawwab adalah
salah satu nama Allah (al-Asma’ Al-Husna) yang sangat Agung. Dengan sifat At-
Tawwab itu Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.
4
Asal makna taubat adalah “ar-ruju’ min adz-dzanbi” (kembali dari kesalahan dan dosa
kepada kebenaran dan ketaatan).
B. Syarat-Syarat Taubat
Saat Anda hendak melaksanakan shalat Anda harus memenuhi beberapa syarat,
seperti: suci badan, pakaian dan tempat, telah masuk waktu, menutup aurat dll. Anda
juga harus ikhlash karena Allah semata dan sesuai petunjuk Nabi Muhammad Saw,
Supaya shalat Anda diterima Allah. Demikian pula halnya dengan taubat. Agar taubat
seseorang diterima Allah, maka harus memenuhi syarat-syaratnya. Para ulama
mengatakan, syarat taubat yaitu :
1. Ikhlas karena Allah semata.
2. Berhenti dan berlepas diri dari perbuatan dosa dan maksiat yang ia lakukan.
3. Menyesali perbuatan dosanya tersebut.
4. Bertekad tidak akan mengulangi perbuatan dosanya tersebut.
5. Melakukan taubat sesuai waktu diterimanya taubat (sebelum ruh berada di
kerongkongan (sakaratul maut) atau sebelum matahari terbit dari barat)
6. Meminta keridhaan atau mengembalikan hak, jika dosa tersebut ada kaitan dengan
hak orang lain. Misalnya, mengambil harta orang lain dengan cara yang batil, maka
harus dikembalikan kepada orang yang berhak atas harta tersebut. Jika dosa berupa
tuduhan jahat, maka harus meminta maaf kepada orang yang ia tuduh tersebut.
Kita mohon taufik kepada Allah agar Dia menghindarkan kita dari berbuat dosa dan
memberikan hidayah untuk bertaubat kepada-Nya, kembali kepada jalan-Nya yang
lurus. Amin.
C. Fungsi Taubat
Bagi orang yang pernah melakukan dosa, perbuatan taubat berfungsi mengembalikan
diri ke jalan yang benar setelah melakukan penyimpangan dari jalan Allah, atau
mengembalikan diri ke jalan yang diridhai Allah, setelah melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan tuntunan Allah Swt. Perbuatan taubat, pada umumnya selalu
dikaitkan dengan dosa yang dilakukan sebelumnya.
Bagi orang yang merasa tidak melakukan kesalahan, perbuatan taubat berfungsi
sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran untuk selalu patuh terhadap perintah
Allah dan meninggalkan larangan-Nya, dan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas iman, serta menjadi upaya meningkatkan kualitas zikrullah, yang kesemuanya
5
pada akhirnya meningkatkan perolehan pahala yang diberikan Allah Swt. Taubat
adalah sebuah perbuatan yang sangat terpuji yang tidak hanya menjadi jalan untuk
kembali ke halan yang benar, tetapi juga menjadi sarana untuk peningkatan iman dan
kedekatan diri kepada Allah Swt. Jadin taubat itu dasarnya harus dilakukan kapan
saja. Apakah merasa mempunyai dosa atau tidak, apakah merasa menyimpang dari
jalan yang benar atau tidak dan dalam keadaan apa pun perbuatan taubat harus
senantiasa dilakukan.
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” Rasulullah saw juga
menegaskan bahwa siapapun yang bertaubat dengan sebenar-benarnya kepada
Allah atas segala dosa yang pernah dilakukannya, maka seperti orang yang tidak
punya dosa, melalui sabdanya yang artinya : “ Orang yang bertaubat dari dosa, itu
seperti orang yang tidak punya dosa “ (H.R. Baihaqi)
b. Taubat dapat mengganti keburukan menjadi kebaikan. Inilah salah satu
kemurahan Allah terhadap hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dari
mengharap rahmat dan ampunanNya. Dia berkenan untuk menjadikan taubat
6
sebagai „alat barter‟ untuk mengganti keburukan menjadi kebaikan . Kebenaran
tentang hal ini dinyatakan dengan tegas oleh Allah melalui firman-Nya dalam
Surah Al-Furqan : 70
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-
Nya (jika kamu mengerjakan yang demikian ), niscaya Dia akan memberi
kenikatan yang baik (terusmenerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. “
e. Taubat menjadi sebab keberuntungan didunia dan akhirat Orang yang tidak mau
bertaubat, pasti akan celaka, sementara orang yang mau bertaubat, menyesali
kesalahannya, dan segera kembali kepada-Nya, dengan banyak melakukan
perbuatan saleh, maka dia itulah orang yang beruntung. Allah menegaskan hal itu
melalui firmanNya dalam Surah Al-Qasas/28:67 : َ
7
“Adapun orang yag bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh,
semoga dia termasuk orangorang yang beruntung.”
2. Hikmah Taubat.
a. Penghapusan keburukan. Dosa atas kesalahan yang telah dilakukan akan
dihapus Allah Ta‟ala dengan taubat nasuha.
b. Memperbarui iman.
Yusuf al-Qardhawi telah menjelaskan secara panjang lebar tentang hikmah dari taubat
yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Penghapusan keburukan dan masuk surga. yaitu, dengan ampunan.
b. Memperbaharui iman. yaitu, dengan adanya islah setelah berdosa.
c. Mengganti keburukan dengan d. Mengalahkan musuh yang abadi yaitu setan
e. Mengalahkan nafsu yang mengarah kepada keburukan.
f. Ketundukan hati kepada Allah.
g. Mendapatkan cinta Allah
8
Artinya ; Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu".(QS At Tahrim ayat 8)
1. Islam.
Taubat yang diterima hanyalah dari seorang muslim. Adapun orang kafir, maka
taubatnya ialah dengan masuk memeluk Islam. Allah berfirman.
2. Ikhlas.
Taubat yang diterima secara syari’at, hanyalah yang didasari dengan keikhlasan.
Taubat karena riya` atau tujuan duniawi, tidak dikatakan sebagai taubat syar’i. Allah
berfirman.
Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
9
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. [An Nisaa’ : 146].
3. Mengakui dosanya.
Taubat tidak sah, kecuali setelah mengetahui perbuatan dosa tersebut dan mengakui
kesalahannya, serta berharap selamat dari akibat buruk perbuatan tersebut.
4. Penuh penyesalan.
Taubat hanya bisa diterima dengan menunjukkan penyesalannya yang mendalam.
10
2 .5 P e n g a mp u n a n Al l a h
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata: Aku telah mendengar
Rasulullah bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Wahai, anak Adam!
Sungguh selama engkau berdoa kapada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku
ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam!
Seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan di langit, kemudian engkau memohon
ampunan kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam!
Seandainya engkau menemui-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian
menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku sedikit pun, tentulah Aku
akan memberikan pengampunan sepenuh bumi’.” (Hadits hasan riwayat at-Tirmidzi).
Hadits ini memiliki kedudukan yang tinggi, yang menunjukkan keutamaan tauhid dan
besarnya balasan yang disediakan Allah bagi orang-orang yang mentauhidkan-Nya.
Hadits ini juga menunjukkan betapa luasnya ampunan Allah serta dorongan bagi para
hamba untuk selalu memohon ampun dan bertaubat dari segala dosa.
Dalam hadist ini dijelaskan dimaklumi bahwa anak Adam tidak pernah lepas dari
kesalahan dan dosa. Tetapi, orang yang terbaik, yaitu yang mau bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah. Maka, berbahagialah orang yang mendapatkan
ampunan Allah
Dalam hadits di atas disampaikan beberapa hal berkaitan dengan sebab-sebab yang bisa
mendatangkan ampunan Allah. Di antaranya :
11
Pertama: berdoa.
Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk berdoa dan berharap kepada
Allah Allah berfirman,
Kedua: sebab lainnya yang bisa mendatangkan ampunan Allah adalah berharap hanya
kepada Allah
Di antara sebab diampuninya dosa, yaitu berharap kepada Allah . Imam Ibnu Hajar al-
Asqalani rahimahullah mengatakan, “Seseorang yang ada padanya kejelekan atau aib,
hendaklah ia membaguskan prasangkanya kepada Allah dan mengharap agar Allah
mengampuni dosa-dosanya. Demikian juga halnya orang yang memiliki ketaatan,
hendaklah ia mengharap supaya Allah menerima amalannya. Adapun orang yang
bergelimang dengan perbuatan maksiat, mengharap tidak adanya balasan dari Allah
tanpa disertai penyesalan dan melepaskan maksiat, maka itu merupakan tipuan.”
Ketiga: istighfar.
Betapapun besarnya dosa yang dimiliki seseorang, jangan pernah ia berputus asa dan
meninggalkan taubat dan istighfar. Allah telah memerintahkan kita agar senantiasa
beristighfar kepada-Nya.
12
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS:An-Nashr | Ayat: 3).
13
BAB III
KESIMPULAN
Setiap manusia memiliki potensi yang di berikan oleh Allah SWT yaitu .: Potensi
Akal, Potensi Ruh, Potensi Qalbu, Potensi Fitrah, Potensi Nafs. Semua potensi itu bisa
menjadi dorongan berbuat baik maupun buruk karena manusia memiliki nafsu. Dosa
adalah pelanggaran hukum, melangkahi batas Ilahi antara kebaikan dan kejahatan yang
apabila dilakukan terus menerus akan menjadi dosa yang besar maka dari itu sebelum
dosa semakin besar kita sebagai umat muslim di haruskan untuk segera bertaubat.
Taubat berarti kembali kepada Allah dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan
yang pernah dilakukan, kemudian bertekat untuk melaksanakan segala hak-hak Allah
SWT. Taubat nasuha berarti meninggalkan semua dosa lalu menyesalinya, bertekad
untuk tidak mengulanginya lagi dan berusaha memohon ampunan serta taubat kepada
allah mencari rahmat-Nya, berusaha menghindari siksa dan azab-Nya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15