Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“AGAMA DAN FITRAH MANUSIA”


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Ibu Umi Hani, S.Ag., Mpd

Disusun Oleh :

Dede Ayu Nirmalasari 2204020072


Sholatiah 2204020039

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama
dan Fitrah Manusia” dengan sebaik mungkin.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Umi Hani, S,A.g., MPd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 23 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Fitrah manusia.............................................................................3

1. Macam-macam Fitrah................................................................................3
2. Aspek-aspek Fitrah....................................................................................4

B. Pengertian Agama.........................................................................................5

1. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT...................................................5


2. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia..........................................7
3. Hubungan Manusia Dengan Alam dan Lingkungan.................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
C. Kritik...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fitrah manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abd. Dari itu, manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang dengannya manusia dapat mencapai tujuan
hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat manusia berpaling bahkan
membelok dari tujuannya, maka sesuatu yang dijadikan pegangan akan terus
mengarahkan dan membimbing untuk meraihnya. Sebagai seorang muslim, tujuan
hidup ini tidak hanya semata mencari kebahagiaan di dunia, akan tetapi juga
mengharapkan kebahagiaan di akhirat kelak. Dua kebahagiaan tadi tidak akan
terwujud jika tidak adanya rasa percaya kepada Sang Khaliq. Karena dengan
kehendakNyalah, Allah memberikan petunjuk yang akan menuntun manusia
untuk mewujudkan segala yang diharapkan.

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan


mengadakan hubungan dengan Dia melalui serangkaian kegiatan ibadah yang
sesuai dengan ajaran agama itu. Dengan agama yang dimiliki, manusia akan
memperoleh perlindungan dengan menjalin hubungan dengan Tuhannya.

Agama dan keimanan kadang saling berbanding terbalik dalam kenyataannya.


Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam masyarakat awam.
Banyak yang mengaku beragama A, beragama B, beragama C dan sebagainya
akan tetapi justru terkadang mereka tidak tahu apa yang mereka yakini itu bisa
membimbing mereka atau tidak. Apa yang mereka yakini itu benar atau tidak, apa
yang mereka yakini itu bisa membawa kebaikan dalam hidupnya baik itu dirinya
atau sesamanya atau tidak? Parahnya lagi adalah ketika mereka ditanya kenapa
mereka beragama? maka jawaban simpelnya adalah karena dari ibu bapak, nenek
moyangnya sudah beragama demikian.

Terlepas dari semua itu, disadari atau tidak, pada tarap tertentu manusia itu
sendiri pada kenyataannya tidak bisa lepas dari adanya kebutuhan pada sesuatu
yang sifatnya sangat fundamen dan itu adalah keyakinan. Kebutuhan akan sesuatu
yang dia anggap agung, keyakinan akan sesuatu yang dengannya merasa tenang,
yang dengannya pula dia bisa mendapatkan kepuasan batin itulah agama atau
keyakinan.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis
kaji yaitu:
1. Apa pengertian fitrah manusia?
2. Apa Pengertian Agama?
3. Bagaimanakah hubungan manusia dengan Allah SWT?
4. Bagaimanakah hubungan manusia dengan sesama manusia?
5. Bagaimanakah hubungan manusia dengan alam dan lingkungan?

C. Tujuan Penulisan

Pada dasarnya tujuan penulisan atau penyusunan makalah Pendidikan agama


Islam ini tentang Hubungan Agama dan Fitrah Manusia terbagi menjadi dua
bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan atau penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang
hubungan Manusia dengan Tuhan, dengan Sesama Manusia dan dengan Alam
Lingkungan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan,


menambah wawasan, dan diharapkan bisa menjadi referensi kepada pembaca
mengenai penjelasan-penjelasan tentang “Agama dan Fitrah Manusia”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitrah Manusia


Fitrah adalah bahasa arab, yang arti asalnya adalah "menciptakan", seperti
dalam (Q5 35:1), disana Allah sebagai "FAATIRU samawati wal ardhi (Pencipta
langit dan bumi). Dalam kamus Lisanul Arab, Ibnu Mandzhur menulis salah satu
makna 'fitrah' dengan arti (AlIbtida wal ikhtiro / memulai dan mencipta).
Sehingga dapat ditarik pengertian bahwa FITRAH adalah penciptaan awal atau
asal kejadian. Sebagai ilustrasi misalnya suatu barang, sebut saja “piring". Piring
pada awalnya diciptakan (dibuat) dengan tujuan sebagai alat makan, maka fitrah-
nya piring adalah sebagai alat makan. Si pembuat piring (pabrik) pasti telah
memilih bahan, proses dan desain produknya sesuai dengan tujuan ia
membuatnya. Oleh karena itu maka piring itu sangat cocok dan pas dipakai
sebagai alat makan karena sesuai dengan fitrahnya. Pertanyaan berikutnya, apakah
piring itu bisa dipakai sebagai alat minum? Jawabnya tentu bisa. Tetapi yang perlu
diperhatikan, pasti tidak nyaman memakainya dan si piring itu akan cepat rusak.
Islam adalah suatu sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, di
turunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi
Muhammad saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan
manusia sudah tentu ajaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia.
Fitrah dalam arti tabiat alami manusia. Manusia lahir dengan membawa tabi’at
(perwatakan) yang berbeda- beda. Watak tersebut dapat berupa jiwa pada anak
atau hati sanubari yang dapat mengantarkan untuk sampai pada ma’rifatullah.
Sebelum usia baligh, anak belum bisa membedakan antara iman dan kafir, karena
wujud fitrah terdapat dalam qalb yang dapat mengantarkan pada pengenalan nilai
kebenaran tanpa terhalang apa pun.

1. Macam- Macam Fitrah

Bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia. Potensinya itu
diantaranya yaitu:
1. Potensi Fisik (Psychomotoric)
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya
untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Potensi Mental Intelektual (IQ)
Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya untuk
merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami
sesuatu tersebut.

3
3. Potensi Mental Spritual Question (SP)
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri
manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.
4. Potensi Sosial Emosional
Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya
mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.
Menurut H.M . Arifin komponen-komponen potensi tersebut adalah:
a. Kemampuan dasar untuk beragama islam
b. Bakat
c. Insting atau naluri
d. Nafsu
e. Hereditas atau sifat turun temurun
f. Karakter
Menurut Ibnu Taimiyah fitrah terbagi dalam dua bentuk yaitu:
a) Fitrah Al Munazalah
Fitrah luar yang masuk dalam diri manusia. Fitrah ini dalam bentuk petunjuk
al qur’an dan sunnah yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi
Fitrah Al Gharizahah.
b) Fitrah Al Gharizah
Fitrah intren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang berguna untuk
mengembangkan potensi dasar manusia.

2. Aspek-aspek Fitrah

Fitrah adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang terbawa


sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Potensi dasar itu
berkembang secara menyeluruh (integral) yang menggerakkan seluruh aspek-
aspeknya yang secara mekanistis satu sama lain mempengaruhi kearah tujuan
tertentu. Aspek-aspek fitrah adalah merupakan komponen dasar yang bersifat
dinamis, responsive terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk pendidikan.
Komponen-komponen dasar meliputi:
1. Bakat, bakat ini berpangkal pada kemampuan kognisi (daya cipta), konasi
(kehendak), emosi (rasa) yang disebut dengan tri chotimie (tiga kekuatan
rohaniah).
2. Insting atau gharizah, ialah sutau kemampuan berbuat atau bertingkah laku
dengan tanpa melalui proses belajar.
3. Nafsu dan dorongan-dorongannya.
4. Karakter atau watak tabiat manusia merupakan kemampuan psikologis yang
terbawa sejak kelahirannya.
5. Hereditas atau keturunan merupakan factor kemampuan dasar yang diturunkan
oleh orang tua.
6. Intuisi ialah kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham Tuhan.

4
B. Pengertian Agama

Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak,


gama=kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat
membebaskan manusia dari kekacauan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan nya.

Adapun menurut kamus Oxford Agama berarti sebuah kepercayaan pada


kendali di luar kekuasaan manusia, sebuah tuhan pribadi atau tuhan-tuhan yang
patut disembah. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu
addiin yang berarti: hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan
dan pembalasan. Kesemuan yaitu memberikan gambaran bahwa “addiin”
merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada
Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi
ketaatan tersebut.

Manusia perlu memeluk agama sebab disamping manusia memiliki berbagai


kesempurnaan, manusia juga memiliki kekurangan. Faktor lain yang
menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam
kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari
luar maupun yang datang dari dalam. Tantangan dari dalam berupa dorongan
hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan manusia. Contohnya berbagai bentuk
budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya yang di buat dengan
sengaja.Qur’an Nafs di ciptakan

Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang
dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara,
menyembah dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut
ajaran agama tersebut.

1. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT

Sifat hubungan antara manusia dengan Allah swt, dalam ajaran Islam
bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan
Allah dan Allah juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan
hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau
ibadah. Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu
ibadah yang bentuk dan tata caranya telah ditentukan oleh Allah swt. serta,
ibadah dan bentuk tata caranya yang tidak ditentukan oleh Allah swt. Ibadah
jenis pertama adalah mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, misalnya

5
sholat, puasa, dan haji. Cara melakukan rukuk, sujud dan lafal-lafal apa saja
yang harus dibaca dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah swt.
demikian pula cara melakukan thawaf dan sa'i dalam haji beserta lafal
bacaannya telah ditentukan oleh Allah swt. Inti ibadah jenis ini sebenarnya
adalah permohonan ampun dan mohon pertolongan dari Allah.

Seorang yang bertaqwa (muttagi) adalah orang yang menghambakan


dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat.
Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali
dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkinan dan
membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah swt. Karena itu makna
hubungan dengan Allah berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah SWT bermaksud supaya manusia


menjadikan hidup, mati, shalat dan segala ibadah semata-mata hanya untuk-
Nya. Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi
perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran.
Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah
bentuk-bentuk perilaku yang lahir
dari pengendalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam
dirinya. bagi Allah, Tuhan sekalian alam." (Al-An'am: 162)

Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas


penghambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh
(Khusyuk) dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan Khusyuk dan penuh
penghayatan sehingga shalat memberikan bekas dan memberi warna dalam
kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan
pengendalian diri. Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari
ketamakan dan kerakusan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan,
menjauhkan diri dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah.

Hubungan sescorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus


dengan selalu mengingat (zikir) kepada Allah, schingga Allah dirasakan
begitu erat. Apabila ini telah terjadi wujud Allah akan dirasakan hadir setiap
saat schingga tidak ada kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau
melanggar larangan-Nya Islam menyeru manusia agar menghambakan dirinya
kepada Allah SWT Menyandarkan diri kepada-Nya. Meminta bantuan dan
pertolongan dari-Nya dan mencari ridha seta cinta-Nya. Sebab Allah adalah
sumber segala kebenaran, kemuliaan, kesucian, ketenangan, keharmonisan,
keselamatan. Segala aktivitas hidup manusia yang ditujukan kepada Allah
akan memperoleh Kebahagiaan dan keselamatan.

6
Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang dikerjakan
dengan berlandaskan iman dinilai sebagai ibadah. Dengan demikian setiap
manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan berbuat
sebanyak-banyaknya kebaikan didalam segala aspek hidupnya. Dengan
demikian instrumen ketakwaan yang paling utama adalah iman yang
diwujudkan melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah
semata dan menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada islam
dengan berpegang teguh dan berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada
Al-qur' an dan sunnah Nabi-Nya.

2. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia

Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan,


yaitu hubungan secara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal
merupakan hubungan manusia kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat
pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia dan Tuhan yang tahu
seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai
hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah
satunya adalah hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan
bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang tak bisa lepas dari bantuan
manusia lainnya.
Setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda. Dan setiap orang lain
berhak memberikan penilaian terhadap seseorang. Pergaulan kita berpengaruh
terhadap penilaian kita terhadap orang tersebut. Namun yang perlu
diperhatikan bahwa penilaian itu hanya berlaku untuk diri kita dan orang yang
dituju. Jangan pernah memengaruhi pihak ketiga atas penilaian kita dan
jangan mudah terpengaruh atas penilaian pihak ketiga tentang orang lain. Itu
semua dapat mengakibatkan pikiran negatif yang tentu menjerumuskan kita
terhadap perbuatan tercela. Alangkah lebih baiknya jika kita lebih berhati-hati
dalam bersikap, ketahuilah orang lain dengan cara perlahan karena ada orang
yang sekalinya diberi umpan malah menunjukkan reaksi yang kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pasti membutuhkan
berinteraksi antar sesama manusia. Karena pada hakikatnya manusia
merupakan makhluk sosial. Hubungan manusia dengan manusia lainnya
disebut dengan muamalah. Sedangkan, pengertian muamalah menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sebuah hubungan manusia dalam
interaksi sosial sesuai syariat. Pada dasarnya muamalah memiliki bidang yang
merupakan cakupan ilmu muamalah. Muamalah juga sering digunakan dalam
aktivitas sosial seperti transaksi, sewa menyewa, kerja sama, dan sebagainya.
Berdasarkan buku berjudul "Fiqh Muamalat" yang ditulis oleh Abdul
Rahman, dkk, secara umum muamalah terbagi atas dua aspek ruang lingkup
yaitu, aspek al-Adabiyah dan aspek al-Madiyah. Berikut adalah
penjelasannya:

7
1. Mu’amalah al-Adabiyah
Merupakan cara tukar-menukar benda yang bersumber dari panca indera
manusia. Beberapa yang temasuk Muamalah Adabiyah adalah ijab dan kabul,
saling meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak.
2. Muamalah al-Madiyah
Merupakan panduan tentang benda-benda yang layak atau tidak untuk
dimiliki dan dilakukan tindakan hukum atasnya. Beberapa yg termasuk
Muamalah Madiyah adalah jual beli dan gadai.

Jenis - Jenis Muamalah


1. Syirakh
Dalam ilmu muamalah, syirah merupakan suatu akad di mana dua
pihak yang melakukan kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Selain itu, syirakh juga bisa dimaknai mencampurkan dua
bagian menjadi satu, sehingga tidak bisa dibedakan antara satu dengan yang
lainnya.
Adapun rukun syirakh di antaranya barang harus halal, objek akad
harus pekerjaan dan modal, dan pihak pelaku akad harus memiliki
kecakapan melakukan pengelolaan harta.

2. Jual Beli
Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi memiliki arti suatu kegiatan
atau kesepakatan dalam menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki
selamanya. Adapun beberapa syarat saat proses jual beli di antaranya
berakal sehat, transaksi dilakukan atas dasar kehendak sendiri, dan penjual
maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain sebagainya.
3. Sewa Menyewa
Sewa menyewa atau dalam Islam disebut akad ijarah merupakan suatu
imbalan yang diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah diberikan,
seperti kendaraan, tenaga, tempat tinggal, dan pikiran.
Adapun beberapa syaratnya ialah barang yang disewakan menjadi hak
sepenuhnya dari pihak pemberi sewa, kedua belah pihak harus berakal
sehat, dan manfaat barang yang disewakan harus diketahui jelas oleh
penyewa.

4. Hutang Piutang
Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang
dengan catatan suatu saat nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian.
Beberapa rukun hutang piutang di antaranya harus ada barang atau harta,

8
adanya ijab qabul, dan adanya pemberi hutang atau penghutang. Salah satu
hal yang harus dihindari ialah menjahui riba.
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan presentase dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.

Tujuan Muamalah
Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara
sesama manusia, sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram.
Adapun hubungan ini berupa jalinan pergaulan, saling menolong dalam
kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT. Adapun
tujuannya antara lain:
1. Terbentuk keselarasan dan keserasian antar sesama manusia.
2. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan antar individu satu dengan yang
lain.
3. Dari hubungan antar manusia dapat diperoleh informasi dan pengetahuan.
4. Dari hubungan antar sesama dapat terbentuk kerja sama.
5. Dalam menjalankan hubungan antar sesama dapat belajar dan melatih
untuk menghilangkan sikap egois dan mau menang sendiri atau merasa paling
benar.
6. Dapat mengubah sikap diri sendiri dan orang lain menjadi lebih baik.

3. Hubungan Manusia Dengan Alam Lingkungan

Manusia bukanlah makhluk yang berdiri sendiri yang tidak tergantung


pada lainnya. Dalam hal ini, manusia memiliki keterkaitan dengan
lingkungan, dimana hubungan manusia dengan lingkungan ada empat tahap.
Pertama, ekosentrisme adalah manusia merasa bahwa lingkungan sebagai
pusat segala-galanya dan manusia merupakan bagian dari lingkungan. Melalui
teori ini, lingkungan bukan milik manusia tetapi manusia milik lingkungan
(theearth does not belong to man, man belong to the earth). Kedua,
transisional adalah manusia tidak merasa bagian dari lingkungan sepenuhnya.
Akibatnya, perilaku tanggung jawab, dengan kata lain ingin memeluk gunung
tetapi apa daya tangan tak sampai. Ketiga, antroposentris adalah manusia
bukan bagian lagi dari lingkungan, tetapi ada di luar lingkungan. Hal ini dapat
mengantarkan manusia pada sifat rakus dan menimbulkan kerusakan
lingkungan. Keempat, holistik adalah manusia bagian integral dari lingkungan
tetapi manusia memiliki akal dan kebebasan ketimbang dengan makhluk lain.
Melalui akal dan kebebasan, manusia mampu mengelola dan melestarikan
lingkungan yang memiliki aspek hukum. sebagaimana dikatakan oleh Abd al-
Wahhab Khallaf (1968: 11), berikut ini:

9
Nawawi, Hubungan Simbiotik Manusia dengan Lingkungan dalam Islam
(49-66) Artinya: “Sesungguhnya setiap perkataan dan perbuatan manusia baik
ibadah atau mu’amalat di dalam syari’at Islam memiliki hukum.”

Dalam hal ini, hubungan manusia dengan lingkungan termasuk kategori


yang keempat. Ditambah lagi dengan konsep wihdah al-wujud (kesatuan
wujud) bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah sederajat sebab
hakikat wujud yang sebenarnya hanyalah Allah SWT, sementara manusia dan
alam ini hanya merupakan manifestasi keberadaan Allah SWT. Karena itu,
manusia tidak boleh melakukan sewenag-wenang terhadap lingkungan.

Islam adalah agama yang mengajarkan tentang doktrin atau aturan yang
dapat mengantarkan manusia menjadi sempurna (al-insan al-kamil). Doktrin
ini sangat berpengaruh terhadap makna kehidupan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara transendental. Secara umum, semua agama memiliki arti
penting bagi manusia yang terdiri dari dua konsep dasar bagi kehidupan, yaitu
agama dalam arti ‘what religion does’ dan ‘wahat is religion’. Pengertian
pertama mengacu pada aspek fungsi agama bagi kehidupan manusia,
sedangkan pengertian yang kedua adalah apa makna agama bagi kehidupan
manusia (Moesa, 2007: 20). Berkaitan dengan lingkungan hidup, Islam
sebagai agama yang terdiri dari elemen esoterisme (batin) dan
eksetorisme(dahir) yang memiliki fungsi baik bagi kehidupan manusia
maupun makna yang berpengaruh pada manusia. Kedua elemen ini
merupakan fungsi dan makna agama bagi kehidupan, yang terdiri dari
beberapa prinsip-prinsip yang harus dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan, sebagai berikut:
a. Sikap Hormat terhadap Alam
b. Prinsip Tanggung Jawab terhadap Lingkungan
c. Prinsip Kepedulian terhadap Lingkungan

10
.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1.    Fitrah manusia adalah semua bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah
kepada manusia semenjak proses penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan
hidupnya di atas dunia serta menjalankan tugas dan fungsinya sebagai makhluk
terbaik yang diciptakan oleh Allah swt.
2.    Macam-macam Fitrah manusia adalah sebagai berikut:
a.  Potensi Fisik (Psychomotoric)
b.  Potensi Mental Intelektual (IQ)
c.   Potensi Mental Spritual Question (SP)
d.   Potensi Sosial Emosional
3. Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan
hubungan dengan Dia melalui serangkaian kegiatan ibadah yang sesuai dengan
ajaran agama itu. Sudah menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Sejatinya, manusia adalah makhluk yang lemah, manusia tidak dapat hidup tanpa
adanya perlindungan dari Tuhannya. 
4. Makna hubungan manusia dengan Allah bermaksud supaya manusia menjadikan
hidup, mati, shalat, dan segala ibadah semata-mata untuk Allah SWT. yakni
dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
5. Makna hubungan manusia dengan sesama manusia bermaksud supaya terciptanya
hubungan yang harmonis antara sesama manusia, sehingga tercipta masyarakat
yang rukun dan tentram. Adapun hubungan ini berupa jalinan pergaulan, saling
menolong dalam kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya kepada Allah
SWT.
6. Makna hubungan manusia dengan alam dan lingkungan bermaksud manusia dan
alam mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai hak dan
kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam.

B.   Saran
Sebagai Manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, penulis
sadar akan kekurangan dalam pembuatan Makalah ini, untuk itu kritik dan saran

11
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan Makalah
selanjutnya, untuk kritik dan sarannya diucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Murip Yahya,Drs. MPd. Pengantar Pendidikan, Bandung, Prospect, 2008.


2.      Dr. Ramayulis,Prof., Ilmu Pendidikan Islam, Jakrta Pusat, Kalam Mulia, 1998.
3.      Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara.
4.      Ahmad Tafsir, Drs. Ilmu Pendidikan Islam. PT Temprint 2011.
5.      Muhammad Alim,Drs.Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
6.      Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al
Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai