Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALLAH : TUHAN YANG MAHA ESA

Disusun Oleh :
1. ABDUR RAHMAN (5173530001)
2. IIN OCTA FADHILAH (5171131004)
3. FIKRI PRATAMADI (5173530013)
4. MHD. NAUFAL HUSSAIN (5173530019)

DOSEN PENGUMPU : SUGIANTO, MA


MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan tugas Makalah ini dalam keadaan sehat.
Tak lupa pula Shalawat dan Salam senantiasa kami curahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW.

Tugas ini kami susun untuk menyelesaikan mata kuliah “Pendidikan Agama Islam’’
Harapan kami hasil dari MAKALAH ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
dan pada khususnya juga pada teman-teman di Jurusan Pendidikan Teknik Elekto.

Demikianlah MAKALAH ini kami susun, kami sadar bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.Atas perhatian Dosen pengumpu Pendidikan Agama Islam
dan teman-teman, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 19 Februari 2019

-Penyusun-

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.4. Manfaat........................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta ......................... 2
2.2. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup ................................... 3
2.3. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid .......................................................................... 6
2.3.1. Rububiyyah .............................................................................................................. 6
2.3.2. Tauhid Uluhiyyah .................................................................................................... 7
2.3.3. Asma wa sifat ........................................................................................................... 8
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
3.1. KESIMPULAN ........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep ketuhanan telah dikenal manusia sejak dahulu kala.Hal ini tidak lepas dari
hakikat manusia itu sendiri yang sesungguhnya adalah seorang makhluk yang merupakan
ciptaan Tuhan.Manusia telah lama meyakini bahwa ada suatu kekuatan yang mengatur segala
hal di alam semesta ini mulai dari cuaca, bencana hingga peredaran benda langit.

Namun keterbatasan kemampuan berfikir serta adat istiadat menyebabkan


pemahaman tiap manusia tentang Tuhan berbeda-beda. Tak jarang banyak kaum manusia
yang salah menafsirkan apa itu Tuhan. Mereka ada yang menyamakan Tuhan dengan
matahari, pohon bahkan patung berhala yang sebenarnya mereka buat sendiri.

Padahal dalam ilmu tauhid Islam kita mengetahui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu
Allah SWT. Karena itu perlu pemahaman mendalam tentang apa itu konsep/filsafat
ketuhanan yang benar sesuai syariat Islam sehingga kita mengetahui urgensinya hidup di
bawah naungan tauhid.

1.2. Rumusan Masalah


a. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta

b. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup

c. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui tentang ALLAH : Tuhan Yang Maha Esa

1.4. Manfaat
Meningkatkan kualitas proses belajar Mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada
mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta

Didalam islam, kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami sebagai


fitrah manusia. Sejak masa azali, Allah telah mempertanyakan kepada ruh manusia, “apakah
aku ini Tuhan kamu? Ruh-ruh itu menjawab, benar, kami bersaksi (engkaulah tuhan kami).”
Kerena itu, pada dasarnya, manusia diciptakan sebagai seorang yang bertauhid dan
menyerahkan diri kepada Allah(muslim). Namun, ketika manusia itu dilahirkan ke dunia; dan
ruh bersatu dengan jasad, maka kesadaran ilahiyah itu hanya bersifat potensial
(fitrah).Potensi fitrah itu tumbuh bersama potensi dan pengaruh lainnya, terutama pengaruh
lingkungan. Dalam keadaan ini Nabi saw. Bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah (islam), tetapi kedua orang tuanya lah yang membentuknya ( merubahnya ) menjadi
yahudi, nasrani, atau majusi.”

Ketika seorang arab badui ditanya, “bagaimana engkau mengetahui Tuhan mu?”, dia
menjawab, “jejak kaki onta menunjukan adanya onta, jejak perjalanan menunjukan adanya
orang yang melakukan perjalanan, langit yang memiliki bintang bintang, bumi yang memiliki
jalanan yang lapang, lautan yang berombak, bukankah (semua itu) menunjukan kepada (Zat)
Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui?”.

Pada dasarnya keyakinan akan keberadaan Allah Ta’ala merupakan hal yang bersifat
naluri atau fitrah. Seseorang tidak perlu berfikir atau belajar untuk mengetahui bahwa Allah
itu ada, karena pengetahuan tersebut sudah ada sejak dia diciptakan. Sama hal nya dengan
pengetahuan seseorang bahwa kue yang telah di potong lebih sedikit dari kue yang masih
utuh, atau pengetahuan bahwasanya suatu perbuatan pasti ada pelakunya. Begitu juga tentang
pengetahuan seseorang adanya Allah sebagai Tuhan pencipta.Tanpa berpikir dan belajar pun
hal tersebut sudah ada, tertanam dalam setiap jiwa manusia.

Ada sesuatu yang menjadi pertanyaan di dalam benak sejumlah kalangan. Mengapa
Tuhan tidak dapat dilihat atau tidak menampakkan diri-Nya kepada makhluk. Padahal, jika
Tuhan dapat dilihat oleh mata manusia, maka semuanya menjadi lebih jelas dan tidak
mngakibatkan ajang perdebatan makhluk-Nya. ini adalah pertanyaan yang sangat klasik,
tetapi akantetap menjadi pertanyaan kedepan oleh sejumlah orang.

2
Dalam hal ini, potensi untuk menemukan suatu kebenaran tidak bisa hanya bertumpu
pada penglihatan indera bahkan untuk menyadari keberadaan Allah SWT. Sebab, Allah
menciptakan manusia dengan beragam potensi. Indera hanyalah salah satu darinya. Misalnya,
Allah menciptakan akal untuk mengetahui dan berinteraksi dengan hal-hal yang bersifat
rasional, menciptakan jasad untuk beradabtasi dan berinteraksi dengan hal-hal yang bersifat
material, menciptakan hati, perasaan dan instink untuk memahami hal-hal yang immateri dan
spiritual.

Oleh sebab itu, kebenaran tidak saja bertumpu pada sesuatu yang dapat dilihat oleh
inderawi, tapi juga bisa pada sesauatu yang dipikirkan, dirasakan, disadari dan diimani.
Sesuatu yang dilihat belum tentu bisa diraakan dan sesuatu yang dapat dirasakan belum tentu
bisa dilihat. Karena itulah dalam islam , untuk mengimani Allah, manusia harus
mengaktifkan semua potensi dirinya sesuai dengan kemampuan dan ranah cakupannya.

2.2. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup


Mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan pedoman hidup?Inilah pertanyaan
besar saat ini yang perlu kita jawab.Karena banyak usaha yang dilakukan oleh musuh-musuh
Islam untuk tasykik (membuat ragu) kaum Muslimin pada agama mereka.Kita mendengar
dan melihat upaya kaum sekuler yang berpendidikan Barat atau yang terpengaruh oleh Barat
agar Islam itu dipahami dan diyakini hanya dalam masalah ubudiyah individual dan tidak ada
ajarannya yang terkait dengan masyarakat, Negara dan pemerintahan.Ada lagi yang mencoba
untuk menggiring umat Islam untuk takut kepada Islamnya dengan mengangkat dan
mengembangkan agenda terorisme terus menerus seperti yang dilakukan Amerika dan
sekutunya di seluruh dunia Islam.Padahal sampai saat ini, defenisi teroris yang mereka
rumuskan adalah menjurus kepada para aktivis Islam yang menginginkan Islam tegak di
negerinya dan berusaha untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari berbagai pengaruh
asing yang bertentangan dengan Islam.

Ada lima (5) alasan mengapa kita memilih Islam itu sebagai agama atau Pedoman
yang mengatur kehidupan kita di dunia :

1. Islam itu datang dari Allah untuk kepentingan manusia yang diciptakan-Nya. Islam itu
berupa sistem (software) yang diciptakan Allah spesial untuk manusia, bukan untuk makhluk
yang lainnya.

3
2. Islam dengan segala ajarannya adalah yang terunggul dibandingkan sistem dan ideology
apa saja yang ada di dunia ini. Keunggulan tersebut terbukti sejak ia diturunkan sampai
sekarang dan sampai hari kiamat nanti. Namun demikian, Islam yang unggul itu ialah yang
bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw.bukan Islam tafsiran manusia. Karena
tafsiran manusia, siapapun dia, bisa benar dan bisa juga salah.

3. Islam itu, sesuai namanya “ Al-Islam”, diturunkan Allah untuk menyelamatkan kehidupan
manusia di dunia dan akhirat. Kita memilih Islam itu bukan karena ikut-ikutan atau taklid
buta.Kita menerima Islam itu bukan karena rayuan kehidupan dunia.Kita meyakini Islam itu
bukan karena nenek moyang kita adalah Muslim.Kita menerima Islam sebagai the way of life
bukan karena kita tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim.Kita menerima
Islam itu sebagai agama dan sistem hidup bukan karena tidak enak kepada manusia.Kita
mengimani kebenaran Islam itu bukan supaya kita menjadi teroris atau berkuasa di atas muka
bumi ini.Akan tetapi, kita terima Islam dan kita pilih Islam sebagai sistem hidup karena
hanya Islamlah yang mampu menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan di akhirat.

4. Islam adalah pedoman hidup yang sempurna. Hal tersebut sangat logis karena datang dari
Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Sempurna, yakni Allah Ta’ala.Sebab itu, kita menerima
Islam karena kesempurnaannya.Tidak ada satu perkara kecilpun dalam kehidupan manusia
yang tidak dijelaskan Islam.Penjelasannya sangat mudah, praktis dan indah. Sejak dari hal-
hal yang dianggap manusia kecil seperti, beristinjak (masuk toilet dan bagaimana cara
bersuci), mebersihkan tubuh dari hadats dan najis, membersihkan rumah dari sampah dan
kotoran, bagaimana cara makan, minum, berpakaian, adab berjalan, bertamu dan seterusnya,
sampai kepada masalah besar seperti sistem pemerintahan, sistem pemilihan kepala Negara,
sistem ekonomi, sistem politik, hukum, perundang-undangan, militer, hubungan internasional
dan seterusnya.

5. Disamping ajaran Islam itu unggul dalam segala hal, hukum dan perundang-undangannya
paling efektif dibanding dengan hukum dan perundang-undangan ciptaan manusia sepanjang
masa. Hal tersebut sangat logis dan juga terbukti sepanjang sejarah Islam, karena yang
membuat hukum dan perundang-undangan Islam itu adalah Allah, Tuhan yang Maha Adil,
Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan terlepas dari interest pribadi serta hawa nafsu.

Selain itu alasan kita untuk memilih islam sebagai agama dan pedoman hidup juga di
ilustrasikan dengan bertemunya seorang Ateis yang meragukan keateisannya yang kemuda ia
mengkui adanya Tuhan. Namun dia tetap harus memilih agama mana yang harus ia pilih.
4
Sampai suatu ketika seorang Ateis ini bertemu dengan seorang muslim kemudia bertanya
“mengapa anda memilih islam sebagai keyakinan anda? Apa yang mendorong anda
melakukannya?” pertanyaan ini selalu ia kemukakan kepada setiap pemeluk agama yang ia
jumpai. Seorang muslim itu menjawab “ aku memilih islam karena beberapapertimbangan.
Pertama, agama inimemiliki kitab Sucu Al-Quran yang diwahyukan Allah dan telah teruji
dalam sejarah tentang keautentikannya. Al-Quran di tulis sejak masa Rasulullah saw masih
hidup, karena itu tidak ada pemalsuan dan keraguan terhadap orisinalitas ayat-ayat dari sang
penerima wahyu. Sejak awal Alquran tidak pernah dialihaksarakan dan di alihbahasakan.
Alquran hanya boleh di tafsirkan dengan menggunakan berbagai bahasa dengan tetap
menjaga redaksi dan bahasa aslinya. Alquran adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal
puluhan bahkan jutaan umat manusia setiap zaman sejak pertama diturunkan. Karena itulah ia
tetap autentik sesuai dengn firman Allah surah Al-Hijr ayat 10 ini menjadi mikjizat yang tak
terbantahkan dari kitab suci ini” lalu apa yang kedua tanya Ateis.

“Kedua, sejak era diturunkannya Alquran Allah telah menantang manusia dan jin
untuk membuat satu surah saja seperti kualitas Alquran dari segala dimensinya, tetapi hingga
saat ini tidak ada yang mampu melakukannya. Alquran memiliki ketingginredaksi dan
bahasanya yang tiada tara sampai akhir zaman.” Yang ketiga? Tanya Ateis.

“ketiga, dilihat dari keterpaduan ayat-ayat Alquran, dan pemenuhan terhadap


kebutuhan hidayah menusia untuk menata duniawi dan ukhrawi. Sehingga, tidak ada ruang
dan waktu dalam kehidupan seorang muslim yang disitu tidak ada ajaran islam. Karena itu
islam tidk mengenal sakularisme”. Sng ateis kembali bertanya, “apa yang keempat wahai
muslim?”

Muslim menjawab dengan tenang “ dalam pada itu, islam adalah agama yang
melanjutkan misi tauhid para nabi dan rasul. Semua nabi dan rasul mengajak kepada tauhid,
yaitu mengesakan Allah. Dengan demikian, islam adalah mata rantai dari agama-agama
tauhid sebelumnya, islam menjadi koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan
monoteisme para nabi yang diselewengkan oleh para pengikutnya” sang ateis kelihatannya
cukup terpuaskan dengan jawaban muslim.

Dari cerita singkat di atas ada empt hal mendasar mengapa seseorang harus memilih
islam sebagai keyakinannya. Pertama, berkenaan dengan eksistensi kitab suci. Kedua, dari
sisi ajaran dan kebenaran ilmiah. Ketiga, keterpaduan kandungan dan pemenuhan atas

5
kebutuhan pedoman hidup manusia dalam segalaa keadaan dan berlaku sepanjang zaman.
Keempat, dari sisi sejarah keberimanan manusia, yaitu para nabi dan rasul sebelumnya.

2.3. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid


Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali
dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana
pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut
kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan.
Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tetapi harus
melalui ilmu dan pemahaman.

Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji.


Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam
islam disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah
bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat
islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi
Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna.

Sebagai seorang muslim harus mengatahui konsep ketuhanan di dalam islam sesuai
dengan yang di ajarkan agama ini. Di antara konsep terpenting dari agama islam adalah
tauhid. Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah, ikhlas beribadah kepada-
Nya, menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta meyakini kesucian-Nya dari
kekurangan dan cacat.

Tauhid (Arab: ‫توحيد‬, tawhīd) adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan
keesaan Allah, Pembahasan dalam ilmu Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid
rububiyah, uluhiyah dan Asma’wa Sifat. Ketiga tauhid ini tidak dapat di pisahkan satu sama
lain dan memiliki makna yang harus di pahami secara benar.

2.3.1. Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah, yaitu mengesakan Allah dengan meyakini bahwa dia sendiri yang
menciptakan seluruh makhluk. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran yang berbunyi:

َ ‫علَ َٰى ُك ِل‬


‫ش ْىءٍ و‬ َ ‫َٱَّللُ َٰ َخ ِل ُق ُك ِل‬
َ ‫ش ْىءٍ ۖ َو ُه َو‬ ‫ِكيل َ ه‬

6
“ Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Az-Zumar
39:62) ”

Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini
terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati
mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah:

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan


seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang
diperangi rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,

ِ َ‫ب ا ْلعَ ْر ِش ا ْلع‬


(86) ‫ظيم‬ ُّ ‫س ْب ِع َو َر‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫سماوا‬ ُّ ‫قُ ْل َم ْن َر‬
َّ ‫ب ال‬

(87) َ‫ّلِل قُ ْل أَفَال تَتَّقُون‬


ِ َّ ِ َ‫سيَقُولُون‬
َ

(88) َ‫علَ ْي ِه إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬


َ ‫جار‬ ُ ُ‫ِبيَ ِد ِه َملَكُوتُ ك ُِل ش َْي ْْقُ ْل َمن ءٍ َو ُه َو ي‬
ُ ُ‫جير َوال ي‬

ْ ُ ‫سيَقُولُونَ ِ َّّلِلِ قُ ْل فَأَنَّى ت‬


(89) َ‫س َح ُرون‬ َ

“ Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy
yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka
apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?' (Al-Mu’minun: 86-89) ”

2.3.2. Tauhid Uluhiyyah


Tauhid Uluhiyyah adalah ibadah. Yaitu mengesakan allah dengan menyembah-Nya.
dengan kata lain tauhid ini adalah tidak menserikatkan allah dalam perbuatan hamba ketika
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Tegasnya, tauhid uluhiyyah ini adalah tidak
melakukan kegiatan ritual dan segala cakupannya kecuali hanya kepada Allah dengan cara
yang di syariatkan-Nya.

7
2.3.3. Asma wa sifat
Tauhid asma’wa shifat adalah beriman kepada nama-nama Allah yang baik dan sifat-
sifat-Nya yang sempurna sebagaimana yang dijelaskan di dalam alquran dan sunnah nabi-
Nya. Dalam memahami sifat-sifat Allah haruslah meyakininya sesuai dengan petunjuk kalam
Allah SWT. dan sunnah Rasulullah saw. Maksudnya, memaknai sifat-sifat-Nya haruslah
sebagaimana di ajarkan utuan-Nya kepada para sahabat.

8
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan merupakan penghayatan kepada Asmaul Husna
dan Sifat Wajib Allah SWT.Penghayatan tersebut untuk menimbulkan keyakinan bahwa
Allah itu Esa dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-Nya yang kemudian diartikan sebagai ke-
Tauhid-an kepada Allah SWT.
Dalam perkembangannya ilmu tauhid dibagi atas tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah/ibadah,
dan tauhid asma wa sifat.
Ketuhanan dan ketauhidan erat kaitannya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT dimana taqwa dan iman substansinya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat

9
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. 2015. Pendidikan Agama Islam.Jakarta : Bumi Aksara
Al Bajuri, Ibrahim. 1359. Kifayatul Awwam. : Al Haromain
Adityanugroho. 2019. mengapa kita memilih islam.Medan : Interneta

10

Anda mungkin juga menyukai