Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“ MATERI III : KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM ”

Dosen Pengampu : MOH. HUSNA ZAKARIA, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Firmansyah ( 6120122309 )

STIE DARMA NEGARA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN ( S.1 )
( 2022 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan kami semuakekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Penidikan Agama Islam yang berjudul “Konsep Ketuhanan
dalam Islam”. dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.

Tersusunnya karya ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak Dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam Universitas DHARMA
NEGARA

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesaikan

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
inidapat kami selesaikan

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi


baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di
atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk itu sayapun menyadari bahwa makalah
yang telah saya susun dan saya kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis.
Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada
semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun
demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam
makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembacamohon
dimaafkan

Bandung, 18 September 2022

FIRMANSYAH

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Filsafat ketuhanan dalam islam.......................................................................................6
B. Pembuktian wujud tuhan.................................................................................................7
C. Proses terbentuknya iman................................................................................................8
D. Keimanan dan ketakwaan................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Seorang muslim yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal
dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah
dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran
jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter
Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan
membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena
dalam segi aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal
sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.
Konsep ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya
Rasulullah Muhammad SAW .Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya
tradisional dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap
Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara tekstual dan adayang melihat
secara kontekstual.
Dalam islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus
diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan keislamannya
nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak itu akan
mengurangi hakekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah
susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus kita
ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan
alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak mungkin semua hal
itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah
Allah.Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya adalah Allah
SWT.
Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari
keluarga yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan
akan tumbuh dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan
ibadah.
Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus
dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami
maksud adalah perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus
dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami
maksud adalah perbuatan yang sesuai denganajaran agama islam.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Seperti apakah filsafat ketuhanan dalam islam ?


2. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
4. Bagaimanakeimanankeimanan dan ketakwaan seseorang ?

C. MANFAAT

1. Mengetahui filsafat ketuhanan dalam islam


2. Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam
3. Mengetahui proses terbentuknya iman
4. Mengetahui keimanan dan ketakwaan seseorang

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,
maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu
(terutama agama Islam, Kristen, Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam
usaha memikirkannya.Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakuk an manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang
Tuhan.
Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap
manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka
disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati
diri mereka sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.
Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli
ma‟rifat berkata,
“Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu jalan
ma‟rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan
ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktifakal sehubungan
dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah
adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan
riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (ra‟yu). Padahal kalau kita
perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk
menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan
Allah.
Perkataan Illah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan" Dalam bahasa
Alquran dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan
dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam Q S . A l j a t s i y a h
( 4 5 ) ; 2 3 .
Ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung ar
ti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun
benda nyata (Fir‟aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Untuk
dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat, berdasarkan
logika Alquran sebagai berikut :
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa,sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Dalam ajaran islam diajarkan
“la ilaaha illa Allah”
. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu
“tidak ada Tuhan”
, kemudian baru diikuti dengan penegasan
“melainkan Allah”

6
.Hal itu berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam
tuhan terlebih dahulu,sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu
Allah.

B. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN

Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang


pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa
dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan
kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika
harus percaya tentang adanya
Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya makhluk, teta
pi menolak adanya Khaliqadalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah
diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya
bahwa alam semesta yang demikianluasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi
Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63
dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak
eksistensi pencipta langit dan bumi". Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat
dipahami bahwa bangsa arab sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan
eksistensi tuhan sebagai pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun
menurut al-Quran, ada segelintir anak manusia yang menolak eksistensi
tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q . S . a l - J a s y i a h ( 4 5 ) :
24.
Ayat ini menegaskanbahwa:
“mereka berkata: kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja,
kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain
masa.”
Penolakan akan eksistensi Tuhan oleh sebagian kecil manusia itu hanya
didasarkan pada dugaan semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan
seperti ditegaskan dalam
k l a u s a p e n u t u p a y a t 2 4
tersebut, yaitu:
"mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak
lain hanyalahmenduga-duga saja."
Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran
yang menjelaskan tentang keberadaan Allahsebagai tuhan semesta alam seperti
yang terkandung dalam
s u r a h A l i - I m r a n a y a t 6 2
yang artinya
“sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh
Allah MahaPerkasa, Mahabijaksana."

7
Ke-Esaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain.Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan
kalimat syahadat"La ilaaha illa Allah" harus menempatkan Allah sebagai prioritas
utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN

Benih iman yang dibawah sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan
termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air dan lingkungan flora
serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap
iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh
dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal iniNabi SAW bersabda:
“setiap anak, lahir membawa fitrah, Orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran
Allah, maka orangtersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena
tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak
harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang
dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

D. KEIMANAN DAN KETAKWAAN

Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama
karena dengankeyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan
dan apa yang dilarangoleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat
membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam s u r a h A l - B a q a r a h a y a t
1 6 5 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada
Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat cinta danyakin terhadap
ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah
bangunan,keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada
diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat
tidaknya pondasi tersebut.
Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan
amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut.
Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hatitapi juga harus
diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan
sehari-hari.

8
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang
muslim berbuat amal shaleh. seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya
terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang
dari tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah
tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji

Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :

1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda


2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Takwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran
agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana
yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib
“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari
Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya Dan engkau meninggalkan maksiat
kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allahkarena takut akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau
menjauhi hal-hal yangdiharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentangtakwa, beliau mengatakan:
“Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?”
Si penanya menjawab,
”Ya”
Beliau balik bertanya,
“Lalu apa yang kamu lakukan?”
Orang itu menjawab,
“Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku
melompatinyaatau aku tahan langkah”
Maka berkata Abu Hurairah,
”Seperti itulah takwa".

9
Karakteristik orang yang bertakwa secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori /indikator ketaqwaan:

1. Iman kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, dengan kata lain
instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim,
orang0orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain
mencintai umat manusia.
3. Mendirikan shalat dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan

Hubungan Takwa dengan Allah SWT

Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya


kepada Allah danselalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat.
Memelihara hubungan dengan Allah terusmenerus akan menjadi kendali dirinya
sehingga dapat menghindari dari kejahatan dankemungkaran dan membuatnya
konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaanadalah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas
(ibadah) secarasungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan Allah
dilakukan juga denganmenjauhi perbuatan yang dilarang Allah.

Hubungan Takwa dengan sesama manusia

Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan
dapat dilihatdari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa
tercermin dalam bentuk kesediaanuntuk mendorong orang lain, melindungi yang
lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Hubungan Takwa dengan Diri sendiri

1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah,
larangan,maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima
danmelaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya
untukmengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha
kepada Allah.Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi
hasilnya diserahkanseluruhnya kepada Allah yang menentukan.
3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah
atau sesame manusia.Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih
terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun
perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkanhamdalah
sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang
diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.

10
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai
konsekuensinya dari komitmendirinya terhadap kebenaran. Jadi berani
berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan
seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat
– sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi
tentang Tuhan. Usaha yang dilakuk an manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan
secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

B. SARAN

1. Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca


2. Memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang tauhid
3. Lebih mendekatkan diri kepada Allah

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan Agama Islam dan dapat pula mengerti dan
pahamakan ketakwaan keimanannya kepada Allah SWT.

12
Daftar Pustaka

Fauzan, Shalih. 2001.


K i t a b T a u h i d I . Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
( http://id.islamiclopedia.org/wiki/Kitab_Tauhid-Tauhid )
( http://blog.re.or.id/tauhid-dan-korelasinya-dalam-menghapus-dosa.htm )
(http://halaqah.net/v10/index.php?action=printpage;topic=9800.0)
https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Allah_72650_p2k-unkris.html
Ahmadi, Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta,
Bumi Aksara.
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi u
mum. Jakarta,Departemen Agama RI.
Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam untuk SLTP.
Jakarta ,Erlangga.
Suryana, A. Toto. et.el. Pendidikan Agama Islam, (Bandung : tiga mutiara,
1996)
KH. Siradjuddin Abbas. 1995. I’tiqad Ahlussunnah Wal - Jama’ah. Jakarta:
Pustaka Tarbiyah.
https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Allah_72650_p2k-unkris.html

13

Anda mungkin juga menyukai