Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ISLAM DAN TINGKATAN UMAT

NAMA : SRI WAHYUNI


NIM : 2202030042
MATKUL : PENDIDIKAN AGAMA

0
1

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoha makalah ini dapat dipergunakan sebagai
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi Pendidikan dan
profesi keguruan.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis
maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai
ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru 17 Oktober 2022

SRI WAHYUNI

NIM 2202030042

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar……………………………..………………………………………………….1
Daftar Isi………………………………………………………..……………………………..2
Bab 1 (Pendahuluan)…………………………………………………..………………………3
Bab 2 (Pembahasan)……………………………………………………….………………….7
Bab 3 (Penutup)………………………………………………………………………...……27
Daftar Pustaka..………………………………………………………………………………28
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya merupakan dasar

bagitiap agama, baik agama langit atau pun bumi Namun kesadaran manusia akan

eksistensinyamenggiring ia untuk melihat bahwa eksistensinya dipengaruhi oleh tiga

sifat; faktisitas,transendensi Dan kebutuhan untuk mengerti.

Faktisitas  berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan kesadaran manusia

sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud dengan

transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak secara langsung dalam

kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya sekedar tubuh yang nampak dalam ruang

dan waktu bersama “ada” yang lain, namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui

dirinya melebihi dari batas ruang dan waktu dalam kesadarannya. Keberadaan kebutuhan

untuk mengerti  merupakan modus yang paling jelas dari transendensikesadaran manusia.

Termasuk dalam kesadaran ini adalah bahwa manusia selalu terdoronguntuk selalu

mempertanyakan hakikat dirinya dan dunianya. Karena hal inilah kemudianmenimbulkan

suatu pertanyaan mengenai dari mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafatketuhanan,

pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan. Persoalan mengenai

eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada pengulangan kata “ada dan tiada”

namun dpat diterangkan dengan beberapa argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi

dan kosmologi. Pendekatan ontology lebih bersifat apriori, yang mencakuptentang

pengetahuan mistik dan kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi dankosmologi


4

merupakan argumentasi yang bersifat apriost Setiap yang “ada” memiliki eksistensinya, dan

yang bereksistensi pasti memiliki sebab keberadaannya dalam mengada untuk sebuah “ada”

dari eksistensinya. Oleh karena hal itu, alam semestapun memiliki sebab dari bermulanya.

Pengejaran sebab atau alasan inilah yang menjadi kajian hangat dalamargumentasi sebuah

penciptaan, baik ari kalangan filsafat ataupun saintis.

Adapun tentang iman , islam dan ihsan maka seseorang yang hanya menganut Islam

sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah

berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,

kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan,

sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara

ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat

(baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima

ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah

swt.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw di yakini dapat menjamin

terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama

mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,

Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung.

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran

yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama

agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari‟ah dan akhlak)

dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk

mengembangkannya. Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ‟ain , yakni kewajiban

pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
5

dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok

masyarakat.

Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia itu berguna dalam mengarahkan dan

mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusiadi segala bidang. Seseorang yang memiliki

ilmu pengetahuan dan tehnologi modern dan berakhlak mulia tentu saja akan memanfaatkan

ilmunya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya , orang yang memiliki ilmu

pengetahuan dan tehnologi modern , memiliki pangkat , harta, kekuasaan dan

sebagainya namun  tidak di sertai akhlak yang mulia ,, maka dia akan membuat kerusakan di

dunia ini.

Maka dari itu faedah akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia dalamkehidupan perseo

rangan, berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan bernegara.Manusia tanpa akhlak akan

kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan akan lebih rendah derajatnya dari pada binatang.

Dalam Al-Qur‟an banyak yang menyebutkan tentang akal, maka para ulama menjadikan

akal sebagai sumber hukum yang ketiga di dalam ajaranIslam.Hasil dari akal inilah yaitu

ra‟yu yang pelaksanaannya adalah melalui ijtihad.Untuk memahami sumber-sumber hukum

Islam di atas akan dijabarkan secara terinci mulai dari Al-Qur‟an, Al Hadits atau As Sunnah

dan Ijtihad.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di bab Latar Belakang, penulis dapat merumuskan

masalah atas makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana konsep iman, islam dan ihsan.

1.3 Tujuan Penulisan


6

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk Mengetahui konsep iman, islam dan ihsan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, dan tujuan

penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Berisi deskripsi Tentang materi agama yang berhubungan dengan daftar isi yaitu di

antara nya konsep ketuhanan , iman ,islam dan ihsan sampai bab munahakat ( pernikahan ) .

BAB III PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan atas pembahasan, dan saran dari kelemahan-kelemahan atas

Laporan yang penulis buat baik itu dari segi penulisan , tata Bahasa yang kurang efisien dan

lain-lain.
7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep iman, islam dan ihsan

Perkataan iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tashdiq (membenarkan). Iman

adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh,

iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Menurut Hassan Hanafi, ada

empat istilah kunci yang biasanya dipergunakan oleh para teologi muslim dalam

membicarakan konsep iman, yaitu:

1. Ma’rifah bi al-aql, (mengetahui dengan akal).

2. Amal, perbuatan baik atau patuh.

3. Iqrar, pengakuan secara lisan, dan

4. Tashdiq, membenarkan dengan hati, termasuk pula di dalamnya ma’rifah bi al-qalb

(mengetahui dengan hati).1

1
Haq ainal 2011. Konsep iman (www.academia.edu).
8

Keempat istilah kunci di atas misalnya terdapat dalam hadis Nabi saw. Yang diriwayatkan

oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri:

)‫من رأي منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف االءيمان (رواه مسلم‬

Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang melihat (marifah) kemungkaran,

hendaklah mengambil tindakan secara fisik. Jika engkau tidak kuasa, lakukanlah dengan

ucapanmu. Jika itu pun tidak mampu, lakukanlah dengan kalbumu. (Akan tetapi yang

terakhir) ini merupakan iman yang paling lemah”(H.R. Muslim) 2

Dan kemudian di dalam pembahasan ilmu tauhid/kalam, konsep iman ada beberapa pendapat

antara lain:

1. Iman adalah tashdiq di dalam hati akan wujud Allah dan keberadaan nabi atau rasul

Allah. Menurut konsep ini, iman dan kufur semata-mata urusan hati, bukan terlihat

dari luar. Jika seseorang sudah tashdiq (membenarkan/meyakini) akan adanya Allah,

ia sudah disebut beriman, sekalipun perbuatannya tidak sesuai dengan tuntunan ajaran

agama. Konsep Iman seperti ini dianut oleh mazhab Murjiah, sebagaian penganut

Jahmiah, dan sebagaian kecil Asy’ariah.

2. Iman adalah tashdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan kata lain,

seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan keberadaan

Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini

juga tidak menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. Yang penting

tashdiq dan ikrar. Konsep iman seperti ini dianut oleh sebagian pengikut Maturidiah

2
Rosihan Anwar, Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.141-142.
9

3. Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan

perbuatan, konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman. Karena itu,

keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut oleh

Mu’tazilah, Khawarij, dan lain-lain.

Di samping masalah konsep iman, pembahasan di dalam ilmu tauhid/kalam juga menyangkut

masalah apakah iman.itu bisa bertambah atau berkurang atau tidak. Dalam hal ini ada dua

pendapat.

1. Iman tidak bisa bertambah atau berkurang.

2. Iman bisa bertambah atau berkurang. Ulama yang berpendapat seperti ini terbagi pula

kepada dua golongan:

a. Pendapat yang mengatakan bahwa yang bertambah atau berkurang itu adalah tashdiq

dan amal.

b. Pendapat yang mengatakan bahwa yang bertambah dalam iman itu hanya tashdiqnya.

Menurut sebagian ulama, bertambah atau berkurangnya tashdiq seseorang tergantung kepada:

a. Wasilahnya. Kuat atau lemahnya dalil (bukti) yang sampai dan dterima oleh

seseorang dapat menguatkan atau melemahkan tashdiq-nya.

b. Diri pribadi seseorang itu sendiri, dalam arti kemampuannya menyerap dalil-dalil

keimanan. Makin kuat daya serapnya, makin kuat pula tashdiq-nya. Sebaliknya, jika

daya serapnya lemah atau tidak baik, tashdiq-nya pun bisa lemah pula; 3

Pengamalan terhadap ajaran agama. Seseorang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban

agama dengan baik dan benar dan frekuensi amaliahnya tinggi, akan merasakan kekeuatan

3
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), hlm. 157-158.
10

iman/tashdiq yang tinggi pula. Makin baik dan tinggi frekuensi amaliahnya, makin bertambah

kuat iman/tashdiq-nya.

Tingkatan-tingkatan Iman:

Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat.

1. Adapun

rasanya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabda-Nya:

"Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah I sebagai

Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad r sebagai rasul." (HR. Muslim)

2. Adapun manisnya iman, maka Nabi r menjelaskan dengan sabdanya:

"

Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan

nikmatnya iman: bahwa Allah I dan RasulNya r lebih dicintainya dari apapun selain

keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah I, dan dia benci kembali

kepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka." (Muttafaqun

'alaih. HR.Shohih bukhari.)

3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakekat

agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah

dan menolong, berjihad dan berinfak.


11

Agama Islam dalam istilah Arab disebut Dinul Islam. Kata Dinul Islam tersusun dari

dua kata yakni Din (‫ )الدين‬dan Islam (‫)مس ا‬. Arti kata din baik secara etimologis maupun

terminologis sudah dijelaskan di depan.4 Sedangkan kata ‘Islam’ secara etimologis berasal

dari akar kata kerja ‘salima’ yang berarti selamat, damai, dan sejahtera, lalu muncul kata

‘salam’ dan ‘salamah’. Dari ‘salima’ muncul kata ‘aslama’ yang artinya menyelamatkan,

mendamaikan, dan mensejahterakan. Kata ‘aslama’ juga berarti menyerah, tunduk, atau

patuh. Dari kata ‘salima’ juga muncul beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah

kata ‘salam’ dan ‘salamah’ artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan

penghormatan, ‘taslim’ artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan, ‘silm’ artinya yang

berdamai, damai, ‘salam’ artinya kedamaian, ketenteraman, dan hormat, ‘sullam’ artinya

tangga, ‘istislam’ artinya ketundukan, penyerahan diri, serta ‘muslim’ dan ‘muslimah’ artinya

orang yang beragama Islam laki-laki atau perempuan (Munawwir, 1997: 654-656).

Makna penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung maupun

tidak langsung alam semesta adalah islam, dalam arti kata alam semesta menyerahkan diri

kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit dari timur dan terbenam di

barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia menyerah (islam) kepada sunatullah yang

telah ditetapkan oleh Allah Swt. Ditegaskan dalam al-Quran Surat Ali ‘Imran (3): 83: 5

Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal

kepada-Nyalah (mereka) menyerah diri, segala apa yang (ada) di langit dan di bumi, baik

dengan suka maupun terpaksa. Dan hanya kepada Allahlah mereka kembali (mati).” (QS. Ali

‘Imran [3]: 83).

4
Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)
5
Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)
12

Dengan demikian Islam mengandung pengertian serangkaian peraturan yang

didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada para nabi/rasul untuk ditaati

dalam rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan, dan Konsep Agama Islam 39

perdamaian bagi umat manusia yang termaktub dalam kitab suci. Islam merupakan satu-

satunya agama yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada manusia melalui para nabi/rasul-Nya

mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh

para nabi ini adalah satu, yaitu tauhid, yakni mengesakan Allah atau menuhankan Allah yang

Esa. Tidak ada satu pun di antara para nabi Allah yang mengajarkan prinsip ketuhanan yang

bertentangan dengan tauhid.6

Dalam perjalanannya ajaran Islam kemudian berubah-ubah di tangan para

pengikutnya sepeninggal nabi pembawanya. Umat Nabi Musa tidak lagi bisa

mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Musa, begitu juga umat Nabi Isa tidak lagi

mempertahankan Islam yang diajarkan Nabi Isa. Kedua agama ini hingga sekarang masih

dianut oleh sebagian besar umat manusia dengan segala perubahan yang dilakukan oleh para

penganutnya. Karena tidak lagi mengajarkan prinsip tauhid, kedua agama itu tidak lagi bisa

disebut Islam. Melalui al-Quran, Allah memberikan nama khusus untuk kedua agama

tersebut, yakni Yahudi untuk agama yang dianut oleh para pengikut Nabi Isa. Ajaran

ketuhanan dalam kedua agama ini sudah jauh berubah dari prinsip tauhid, dan sudah

mengarah kepada syirik, yakni mengakui keberadaan Tuhan di samping Allah. Dari semua

Islam yang ada tersebut, tinggal Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang hingga

sekarang masih tetap mempertahankan ajaran tauhid dan semua ajaran lain yang secara rinci

telah termaktub dalam kitab suci al-Quran. Kitab al-Quran yang masih tetap autentik

memberi jaminan akan orisinalitas ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

6
Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)
13

hingga sekarang. Islam inilah yang merupakan agama terakhir yang berlaku untuk semua

umat manusia hingga akhir zaman.

4 dasar yang dapat menjelaskan pemahaman kita tentang Islam, yaitu:

1. Islam adalah agama yang benar di sisi Allah.

Maksudnya adalah bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang diakui

kebenarannya oleh Allah. Allah hanya menurunkan satu agama kepada umat manusia

sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw., karena itulah maka Allah

hanya mengakui Islam sebagai agama yang benar. Semua agama yang diajarkan oleh

nabi-nabi sebelum Muhammad juga disebut Islam. Ketika Allah menurunkan Islam

kepada Nabi Muhammad saw, agama-agama Islam sebelumnya sudah tidak ada lagi.

Kalaupun ada, ajarannya sudah mulai berubah dari prinsip utamanya, tauhid. Karena

itulah, sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. Allah hanya mengakui satu agama

Islam, yakni Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini

ditegaskan dalam alQuran sebagai berikut:7

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali

‘Imran [3]: 19).

2. Agama selain Islam tidak akan diterima di sisi Allah

Maksudnya adalah bahwa Allah tidak akan menerima seseorang yang memeluk

agama selain Islam, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lainnya. Semua yang dilakukan

oleh penganut agama selain Islam dalam rangka pengamalan agamanya akan sia-sia, karena

7
Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam(http://staff.uny.ac.id )
14

tidak akan diperhitungkan oleh Allah sebagai amal baiknya. Allah menegaskan hal ini dengan

firman-Nya:

Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah

akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

(QS. Ali ‘Imran [3]: 85).

3. Islam adalah agama yang sempurna

Maksudnya adalah bahwa Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah

agama yang paling sempurna, karena ajarannya meliputi semua ajaran yang pernah

diturunkan oleh Allah kepada para nabi sebelum Muhammad. Ajaran agama Islam juga

meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai aspek ibadah dan muamalah hingga

aspek-aspek lainnya. Kesempurnaan Islam ini ditegaskan dalam al-Quran: 8

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah

Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-

Maidah [5]: 3).

4. Islam adalah agama hidayah Allah

Maksudanya adalah bahwa orang yang memeluk atau menganur agama Islam bukan

semata-mata atas kehendaknya sendiri, melainkan atas petunjuk atau hidayah dari Allah Swt.

8
Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam(http://staff.uny.ac.id )
15

Sebaliknya, orang yang tidak dapat memeluk Islam juga bukan karena semata-mata pengaruh

orang lain, tetapi karena Allah memang sengaja menyesatkan orang tersebut. Allah Swt.

berfirman:9

Artinya: “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya

petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang

siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi

sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada

orang-orang yang tidak beriman.” (QS. al-An’am [6]: 125).

Di samping empat ayat di atas, kata Islam juga disebutkan dalam empat ayat al-Quran

lainnya, yakni :

9
Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam( http://staff.uny.ac.id )
16

Artinya : Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa

mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah

mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa

yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya),

kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka

jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya

Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka

sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (QS. al-

Taubah [9] : 74)

Artinya : Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama

Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat

Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. al-Zumar [39] : 22)

Artinya Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka.

Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu,
17

sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu

kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS. al-Hujurat(49): 17)

Artinya : Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta

terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada

orang-orang zalim.

Dari empat ayat ini dapat diketahui bahwa hidayah Islam itu merupakan karunia dan

nikmat dari Allah Swt. kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Ihsan itu ialah bahwa “kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,tetapi jika

kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kamu.”

Artinya : “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila

engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”.  (HR. Muslim)          

Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah

senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.

Ihsan  ( ‫ناسح‬I ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau

“terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah
18

seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka

orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. 10

Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh

karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang

utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari

keislamannya.

Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan

Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,

muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.

1.      Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis

ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu

menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat

ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia

dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh

bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan

diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa

memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik

10
Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )
19

dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah

maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,

Artinya : “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika

engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim).

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas.

Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga

jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan

isteri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi.

Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti

itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya. 11

2. Muamalah

Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36,

yang     berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatupun     dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat,

ibnu sabil dan hamba sahayamu.”

11
Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )
20

Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap

seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat

kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam

bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:

a. ihsan kepada kedua orang tua

b. ihsan kepada karib kerabat

c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin

d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat

e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya

f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia

g. ihsan dalam hal muamalah

h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang 12

Aspek ihsan dalam muamalah ini dijelaskan Allah SWT pada surah an Nisaa’ ayat 36:

Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu

apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba

12
Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )
21

sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan

membanggakan diri“ (QS : Nisaa’ [4] : 36.)

Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan

sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah

melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk

dalam bahasannya. Aspek muamalah dalam berihsan ini dijelaskan memalui firman Allah di

atas.

3. Akhlak

Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah.

Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah

seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal

tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat

melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh

seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia

akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan

dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.

Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang yang diperoleh dari hasil

maksimal ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya.

Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,

keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah

saw mengatakan dalam sebuah hadits :


22

Artinya :  “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang mulia”(HR.Muslim).

Pelaksanaan ibadah dengan baik dan benar menjadi barometer ukuran akhlak ihsan

seseorang. Untuk membenahi akhlak seorang muslim maka dimulai dengan membenahi

aspek ibadahnya, sebagaimana akan dijelaskan nantinya.

2.2 Korelasi iman, islam dan ihsan

Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia datang kpd Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam & para shahabat utk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran

agama, yaitu Islam, Iman & Ihsan.

Hadits tersebut kemudian dikenal dgn Hadits Jibril, sebuah hadits yg dipandang oleh para

ulama mempunyai posisi yg sangat penting, karena mencakup semua amal baik lahir maupun

batin serta menjadi referensi ajaran Islam. 13

13
Sumarna elan 2005. Kaitan iman islam dan ihsan (http://file.upi.edu )
23

Musaddad telah menceritakan kpd kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah

menceritakan kpd kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kpd

kami dari Abu Hurairah r.a berkata: Pada sesuatu hari ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki & bertanya,

“apakah iman itu?”. Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “iman adl percaya Allah

Subhanahu wa ta’ala, para malaikat-Nya, & pertemuannya dgn Allah, para Rasul-Nya &

percaya pd hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu?

Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam ialah menyembah kpd Allah & tdk

menyekutukan-Nya dgn sesuatu apapun, mendirikanshalat, menunaikan zakat yg

difardhukan & berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah

Ihsan itu?” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ihsan ialah bahwa engkau

menyembah kpd Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tdk mampu

melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. “Lalu laki-laki itu bertanya lagi:

“apakah hari kiamat itu? “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “orang yg ditanya

tdk lbh mengetahui daripada yg bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu

beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah
24

melahirkan majikannya, & jika penggembala onta & ternak lainnya telah berlomba-lomba

membangun gedung-gedung megah. Termasuk 5 perkara yg tdk dpt diketahui kecuali oleh

Allah, selanjutnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat: “Sesungguhnya Allah

hanya pd sisi-Nya sajalah yg mengetahui hari kiamat… (ayat).[1] Kemudian orang itu pergi.

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kpd para sahabat: “antarkanlah orang itu.

Akan tetapi para sahabat tdk melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallambersabda: “Itu adl Malaikat Jibril a.s. yg datang utk mengajarkan agama

kpd manusia.” (Hadis Riwayat: Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah &

Ahmad bin Hambal). 14

Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu dengan

lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian

diwujudkan melalui pelaksanaan ke lima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam

dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Oleh karena itulah para ulama’ menyatakan bahwa setiap mu’min pasti muslim,

karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam

hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap

muslim itu pasti mu’min, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak

meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir

dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min

dengan iman yang sempurna.

Sebagaimana Alloh Ta’ala telah berfirman :

14
Sumarna elan 2005. Kaitan iman islam dan ihsan (http://file.upi.edu )
25

Artinya : “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan ‘Kami telah beriman’.

Katakanlah ‘Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘Kami telah

berislam’.” (Al Hujurat [49] : 14).

Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-

tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu

islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi

dari tingkatan iman adalah ihsan (15)

2.3 Implementasi iman, islam dan ihsan

Iman adalah akar sikap hidup seorang muslim dalam segala dimensinya. Islam adalah

perwujudan nyata dari janji dan komitmen seseorang dengan keimanannya. Sedangkan Ihsan

diartikan sebagai pengawasan Allah Swt kepada hamba-Nya dan kondisi merasa diawasi diri

hamba oleh Allah Swt. Hal ini dapat kita contohkan seperti sebuah cermin, di mana kita dapat

melihat diri kita melalui cermin tersebut. Orang yang berbuat baik (muhsin) adalah orang

yang dapat melihat Allah Swt baik melalui zat (nanti di hari kiamat) maupun sifatNya, dan

apabila tidak bisa melihatNya maka yakinlah Allah Swt melihatnya. Dengan demikian,

muraqabah yaitu perasaan diri diawasi oleh Allah Swt dalam segala hal, termasuk bekerja-

merupakan hal penting dan utama untuk dilakukan karena muraqabah adalah merupakan

ihsan itu sendiri.

15
26

Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,

muamalah, dan akhlak. Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan

semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu

menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Dengan kesadaran penuh bahwa

Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan

oleh Allah, minimal akan membuatnya dapat menunaikan semua ibadah dengan sungguh-

sungguh dan baik. Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri

sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya

adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak,

menyenangkan isteri/suami dan bekerja.16 Oleh karena itulah Rasulullah Saw menghendaki

umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin

mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.

Dalam bekerja, seharusnya kita bekerja secara Ihsan. Bekerja secara ihsan adalah

bekerja dengan ikhlas, bekerja dengan mengharapkan pahala dan ridha dari Allah Swt.

Seorang yang bekerja secara ihsan akan melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati,

baik ketika berada di halayak ramai maupun ketika berada sendirian sehingga dia

boleh menghasilkan yang terbaik. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang yang

diperoleh dari hasil ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam muamalah

kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya,

pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Kesimpulannya, ihsan

adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang

yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang

dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata

16
15 Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.scribd.com )
27

Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat

ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.17

2.4 Implikasi iman, islam dan ihsan

Kita telah mengetahui pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal

ini khususnya  percaya  pada  masing-masing rukun  iman  yang  enam (menurut akidah

Sunni). Karena percaya pada masing-masing rukun iman itu  memang  mendasari  tindakan

seorang maka sudah tentu pengertian iman yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar.

Ada indikasi bahwa Islam adalah  inisial  seseorang  masuk  ke dalam  lingkaran 

ajaran  Ilahi. Menurut  Ibn  Taimiyah,  orang  yang menerima warisan Kitab  Suci  (yakni,  

mempercayai   dengan    berpegang   pada

ajaran-ajarannya)  namun masih juga berbuat zalim adalah orang yang baru ber-Islam,

menjadi  seorang  Muslim,  suatu  tingkat permulaan  pelibatan  dari dalam kebenaran.

Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah  bahwa  engkau  menyembah   Allah   seakan-akan    engkau

melihat-Nya,   dan   kalau   engkau  tidak   melihat-Nya,  maka sesungguhnya Dia melihat

engkau."  Maka  ihsan  adalah  ajaran tentang  penghayatan  pekat  akan  hadirnya Tuhan

dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang menghadap  dan  berada di depan

hadirat-Nya ketika beribadat.

Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam  arti  sesungguhnya. 

Karena itu,  seperti  dikatakan  Ibn  Taimiyah di atas, ihsan menjadi puncak tertinggi

keagamaan manusia. 18

Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama

mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal

lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sbg

16 Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.scribd.com )


17

18
17 Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.scribd.com )
28

hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-

pokok keyakinan. Sedangkan utk mempelajari ihsan sbg tata cara beribadah adl bagian dari

ilmu Tasawuf.

Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai

agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-

apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan

mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep

keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam,

iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan

terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas

manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.


29

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan :

1. Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai

dengan dalil .

2. Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut

Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman. Sebaliknya, Iman

tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan

Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, sebab

Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus merupakan

cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.19

3. ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu,

semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi

diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.

4. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif

untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang

sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.

19
18 Wahyudi ari Ssi 2008. Iman islam dan ihsan (https://muslim.or.id )
30

Daftar pustaka

Haq ainal 2011. Konsep iman (www.academia.edu).

Rosihan Anwar, Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm.141-

142.

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), hlm. 157-158.

Irfan fahrul 2013. Islam dan Konsep-konsep Asas Islam(www.academia.edu,2013)

Marzuki M.Ag. 2003. Konsep agama islam(http://staff.uny.ac.id )

Farida ana 2012. Konsep ihsan (http://blog.umy.ac.id )

Sumarna elan 2005. Kaitan iman islam dan ihsan (http://file.upi.edu )

Fauziah uchi 2014.iman islam ihsan dan taqwa (https://id.scribd.com )

Wahyudi ari Ssi 2008. Iman islam dan ihsan (https://muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai