Disusun Oleh :
1. Muhammad Auldey Daffa Adi I0421101
2. Muhammad Dzulfikar Rizky Wijaya I0421103
3. Muhammad Faisal Ramadhani I0421104
FAKULTAS TEKNIK
SURAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 3
BAB 2 PEMBAHASAN 4
A. Hakikat Ketuhanan dalam Islam 4
1. Siapa Tuhan itu? 5
2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 7
3. Tuhan dalam Islam 9
BAB 3 PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam yang memang
harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh pengajar.
Disamping itu, makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena pada makalah ini
sedikit/banyaknya terdapat ilmu yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau
wawasan. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan
dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang
menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa
keingintahuan seperti halnya pada makalah ini juga akan mengkaji yaitu diantaranya
tentang hakikat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan ketakwaan, yang berisi dari
berbagai sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain. Dengan
izin Allah, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan membahas tentang Konsep
Ketuhanan dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
Berisi pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Siapa Tuhan itu ?
2. Apa saja sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
3. Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam?
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “jalan yang diridhoi-Nya.”
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah
berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada
kehendak Allah Swt. Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Fir’aun
untuk dirinya sendiri, yang artinya: “Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku
tidak menyangka bahwa kalian mempunyai Ilah selain diriku”
Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib. Al-
Qur’an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah, ilahian,
ilahuna). Ilah adalah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, dimintai, diagungkan
diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti karena
mendatangkan bahaya.
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki pengertian
yang dipuja dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri di
hadapan-Nya, takut dan mengharapkan kepadaNya, berserah hanya kepada-Nya
ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta perlindungan kepada-Nya, dan
menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan terpaut cinta denganNya. Ini
yang disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain,
mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada
Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan
selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya atau
af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya
saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu
bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia,
menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya tak pantas menempati
kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. Dalam kaitannya dengan masalah
ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13 yang artinya “Dan (ingatlah ketika
Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
amat besar”.
Dan di dalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat
syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana
firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, bagi siapa
berkehendak. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48).
A. Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah :
1. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditunjukkan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada
manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif.
2. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai
adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yg dianggap benda baik
mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sbg suatu yg aktif
sekalipun bendanya telah mati.
3. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, krn terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yg lebih
dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan
tertentu sesuai dengan bidangnya.
4. Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan. Namun
manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk
satu bangsa disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).
5. Monoteisme
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh
bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat
Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme.
Evolusioner dalam kepercayaan thd Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max
Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dlm masyarakat primitif. Dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen.
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu
Ushuluddin dikalangan umat islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang
bersifat di antara keduanya. Aliran tersebut adalah:
1. Mu’tazilah
2. Qadariah
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
3. Jabariah
Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku
manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/USER/Downloads/konsepketuhanandalamislam-161015213948.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)