Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH P.A.

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

Acong Marlindo (2315000001)


Agung Utama Darma (2315000002)
Indri Sari (2315000007)

PROGRAM STUDI RPL MALAM A


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW. dan semoga kita selalu berpegang teguh pada
sunnahnya, Amin.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai
sudut pandang dan aspek kehidupan. Islam sebagai Agama telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan
maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya
mengenai “Konsep Ketuhanan Dalam Islam” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Potensi Utama Medan. Dan tidak lupa
kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun
isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Medan, Oktober 2023


KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Memahami Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Melansir dari laman KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Ketuhanan bisa kita pahami sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Tuhan merujuk pada sesuatu yang diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia. Konsep ketuhanan dalam Islam pada keyakinan utama umat Muslim terhadap Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Islam merupakan agama monoteistik yang memiliki keyakinan akan adanya
satu Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Keyakinan ini merupakan salah satu pilar utama
dalam agama Islam dan menjadi dasar bagi seluruh ajaran - ajaran Islam yang lainnya.

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi
penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di
sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu
Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda - benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain - lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada
surat Al-Baqarah (2) : 165. Artinya : Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sementara itu, dalam bahasa arab Tuhan memiliki sebutan ilaah yang berarti Ma’bud atau yang
disembah. Dalam agama Islam, Tuhan disebut sebagai Allah dan menjadi zat yang Maha Tinggi dan
Esa. Pencipta semesta alam yang Maha Kuasa, Maha Kuat, Maha Tahu, Abadi, Penentu Takdir, serta
menjadi hakim untuk semesta alam. Kata Allah berasal dari ilah atau alih yang memiliki ketenangan dan
rasa cinta yang amat dalam.

Selain itu, kata alih memiliki makna sebagai suatu keharusan untuk mengagungkan dan tunduk.
Perlu kita pahami juga bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang amat menjunjung monoteisme atau
percaya pada satu Tuhan.
Allah SWT adalah Tuhan yang disembah oleh umat muslim. Hal ini sudah tertulis dengan jelas pada
kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur’an dan juga hadist. Memaknai konsep ketuhanan dalam Islam dapat kita
lihat di banyak surat di dalam Al-Qur’an. Artinya: “Katakanlah, “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa. Allâh
adalah Rabb Ash-Shamad. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas: 1-4).

Surat Al Ikhlas adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang menjadi rujukan mengenai
pembahasan teologi atau ilmu mengenai Ketuhanan. Hal ini bisa kita pahami juga dari Imam Ibnu Katsir
rahimahullah yang berkata : “Yakni : Dia Yang pertama dan Esa, tidak ada tandingan dan pembantu, tidak
ada yang setara dan tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding (dengan-Nya). Kata ini
tidak digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , karena Dia Maha
Sempurna dalam seluruh sifat-sifat-Nya dan perbuatan - perbuatan-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsir].

Dari surat Al Ikhlas dan tafsir ini, bisa kita pahami bahwa Allah SWT adalah yang Maha Esa. Tidak
ada tandingan, tidak ada yang setara, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding dengan-
Nya. Jadi surat ini bisa menjadi landasan yang tegas dan jelas bahwa Allah SWT adalah satu. Umat Islam
menyembah Allah SWT sebagai zat yang Maha Esa dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya.
BAB II

PEMBAHASAN

B. Pengertian Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Segala sesuatu dalam agama Islam ditujukan untuk menghadirkan pemahaman akan keberadaan
Allah sebagai satu – satunya Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Konsep ketuhanan dalam Islam bisa
diartikan sebagai keyakinan akan adanya Tuhan yang Maha Esa dan memiliki keunikan serta keistimewaan
yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya.

Keyakinan ini tercermin dalam ajaran-ajaran Islam yang menekankan pentingnya beriman kepada
Allah sebagai satu – satunya Tuhan yang patut disembah dan ditaati. Dalam perjalanan hidup, umat Muslim
diingatkan untuk senantiasa mengembangkan hubungan yang erat dengan Allah dan meyakini bahwa segala
sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah hasil dari kehendak dan ketentuan-Nya.

Siapakah Tuhan Itu? Perkataan ilah yang selalu diterjemahkan “Tuhan” dalam al-Quran dipakai
untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-
Furqan ayat 5. “ Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagaiTuhannya
?”

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan tersebut hendaklah diartikan secara
luas oleh kita. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap - harapkan dapat
memberikan keselamatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan
bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut :

Al-ilah ialah : yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri
di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan,
berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk keselamatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan
menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin 1989 : 56)
Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-
Tuhan. Berdasarkan logika al-quran setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya.
Dengan demikian, Orang – orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “ Laa illaha illaa Allah” Susunan kalimat tersebut dimulai dengan
peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan” kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”.
Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama “Allah”.

C. Atribut – Atribut Allah Dalam Konsep Ketuhanan

Allah memiliki banyak atribut yang unik dan sempurna yang menjelaskan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas.
Beberapa atribut penting dalam konsep ketuhanan Islam antara lain:

• Tauhid

Tauhid adalah konsep keesaan Allah yang menjadi dasar utama dalam agama Islam. Muslim
meyakini bahwa Allah itu tunggal dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah adalah satu-satunya Tuhan
yang berkuasa atas segala sesuatu.

Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut:

o La Kholiqo illa Allah : Tiada Pencipta selain Allah


o La Roziqo illa Allah : Tiada Pemberi rizqi selain Allah
o La Hafidha illa Allah : Tiada Pemelihara selain Allah
o La Malika illa Allah : Tiada Penguasa selain Allah
o La Waliya illa Allah : Tiada Pemimpin selain Allah
o La Hakima illa Allah : Tiada Hakim selain Allah
o La Ghoyata illa Allah : Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
o La Ma’buda illa Allah : Tiada Yang Maha disembah selain Allah

Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki pengertian yang dipuja dengan
cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan
kepadaNya, berserah hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta perlindungan
kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan terpaut cinta denganNya. Ini yang
disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain, mengakui adanya
Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan
dalam arti mempersekutukan Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya,
sifatNya atau af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya saja.

Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu bertentangan dengan
perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia, menurunkan derajat dan martabat manusia, serta
membuatnya tak pantas menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. dalam kaitannya
dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13 yang artinya “Dan (ingatlah ketika
Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang amat besar”.

Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat syirik kepadaNya, tergolong
orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
syirik, bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48).

• Kebesaran dan Keabadian

Allah adalah Maha Besar dan Maha Abadi. Dia tidak terbatas oleh waktu dan tidak memiliki awal
maupun akhir. Keabadian Allah menunjukkan bahwa Dia ada sejak zaman dahulu kala dan akan
terus ada hingga selamanya.

• Kekuasaan dan Keadilan

Allah adalah Pencipta dan Penguasa alam semesta. Dia memiliki kuasa untuk mengatur segala hal
sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, Allah juga dikenal sebagai Maha Adil. Dia memberikan
balasan yang sesuai dengan perbuatan manusia tanpa membedakan ras, suku, atau status sosial.

• Kasih Sayang

Melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya, kasih sayang Allah kepada manusia begitu besar. Allah
selalu siap memberikan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang taat dan penuh cinta kepada-
Nya. Kasih sayang Allah meliputi pengampunan dosa, pertolongan, dan berbagai karunia lainnya.

• Pengetahuan

Allah memiliki pengetahuan yang tidak terbatas. Dia mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam
alam semesta, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Maha Mengetahui segala
perbuatan, niat, dan pikiran setiap individu.
- Hubungan Antara Manusia dan Allah dalam Konsep Ketuhanan

Konsep ketuhanan dalam Islam menyatakan bahwa hubungan antara manusia dan Allah sangat erat.
Manusia diberikan akal pikiran dan kebebasan bertindak sebagai anugerah dari Allah. Allah memberikan
kemampuan kepada manusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya guna mengenal-Nya dan memahami
ajaran-ajaran yang Dia turunkan melalui wahyu-Nya.

Lebih dari itu, manusia juga bisa berkomunikasi dengan Allah melalui doa. Doa merupakan sarana
bagi manusia untuk berbicara dan berinteraksi dengan Allah. Dalam doa, manusia dapat mengungkapkan
segala kebutuhan, keluh kesah, dan harapannya kepada Allah, serta memohon ampunan dan petunjuk-Nya.

Ketika manusia beribadah, mengikuti ajaran-ajaran Islam, dan hidup dengan ketaatan kepada Allah,
mereka akan memperoleh rahmat dan keberkahan dari-Nya. Dalam hubungan ini, Allah juga memberikan
petunjuk serta kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan mencapai
kesempurnaan spiritual. Dalam konsep ketuhanan Islam, manusia diingatkan untuk senantiasa
mengembangkan hubungan yang erat dengan Allah melalui ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Dengan begitu,
umat Muslim dapat hidup dalam keberkahan dan mendapatkan rahmat dari Allah sebagai bentuk kasih
sayang dan pengampunan-Nya.

Konsep ketuhanan dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam agama
Islam. Konsep ini merupakan pandangan umat Muslim tentang Tuhan dan keesaan-Nya. Untuk lebih
memahami konsep ini, Anda bisa membaca artikel Konsep Ketuhanan Dalam Islam yang bisa membantu
Anda dalam memperdalam pemahaman tentang agama Islam.

- Pentingnya Memahami Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Memahami konsep ketuhanan dalam Islam sangat penting bagi umat Muslim. Dalam Agama Islam,
keimanan dan ketakwaan yang kuat merupakan salah satu hal terpenting dalam menjalani kehidupan sebagai
Muslim. Oleh karena itu, pemahaman tentang sifat-sifat Allah dan hubungan individu dengan-Nya haruslah
menjadi fokus utama dalam kehidupan seorang Muslim.

- Menjaga Keimanan dan Ketakwaan

Memahami konsep ketuhanan dalam Islam adalah kunci untuk menjaga keimanan dan ketakwaan
seorang Muslim. Dengan memahami sifat-sifat Allah dan mengenal-Nya lebih dekat, seseorang akan
semakin mencintai, menghormati, dan takut kepada Allah. Hal ini akan membantu seseorang menjaga
keimanan dan ketakwaan dalam menghadapi godaan, tantangan, dan cobaan dalam kehidupan sehari-hari.
- Membangun Hubungan Pribadi dengan Allah

Memahami konsep ketuhanan dalam Islam juga penting untuk membangun hubungan pribadi
yang kuat dengan Allah. Dalam Islam, Allah tidak hanya dipandang sebagai Tuhan yang jauh dan abstrak,
tetapi juga sebagai teman, pelindung, dan pengasih yang dekat dengan hamba-Nya. Dengan lebih memahami
sifat-sifat Allah, seseorang dapat mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah, doa, dan tindakan yang
sesuai dengan ajaran-Nya. Pemahaman yang mendalam tentang ketuhanan dalam Islam akan memperkuat
hubungan pribadi seseorang dengan Allah dan menyatukan hati, pikiran, dan perbuatan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.

- Menjadi Panduan dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep ketuhanan dalam Islam juga merupakan panduan hidup bagi umat Muslim dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang mendalam tentang sifat-sifat Allah sebagai Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana, dan Maha Adil akan membentuk karakter dan perilaku seseorang sebagai seorang Muslim.
Dalam konsep ketuhanan dalam Islam, Allah mengatur segala aspek kehidupan, termasuk moralitas, etika,
dan hubungan dengan sesama manusia.

Sebagai contoh, ketika seseorang memahami bahwa Allah Maha Adil, dia akan berusaha untuk
hidup dengan berlaku adil dan bersikap bijaksana dalam berbagai aspek kehidupannya. Dia akan
menghindari perbuatan curang, diskriminatif, atau melanggar hak-hak orang lain. Sebaliknya, dia akan
berusaha untuk menghormati, membantu, dan berbuat baik kepada sesama manusia, sejalan dengan ajaran
Islam yang menganjurkan kebaikan dan kasih sayang terhadap sesama. Demikian juga, pemahaman tentang
Allah sebagai Maha Mengetahui akan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam tindakan dan
perkataannya. Dia akan memahami bahwa tidak ada yang tersembunyi dari Allah, dan dia akan menghindari
perbuatan dosa, berbohong, dan berbuat jahat. Sebaliknya, dia akan berusaha untuk hidup dengan jujur,
transparan, dan bertanggung jawab dalam semua hal yang dia lakukan.

Secara keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang konsep ketuhanan dalam Islam memiliki
dampak yang besar bagi kehidupan seorang muslim. Hal ini mempengaruhi keimanan, hubungan pribadi
dengan Allah, serta perilaku dan tindakan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk
mempelajari dan memahami konsep ketuhanan dalam Islam dengan sungguh - sungguh serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari - hari.
D. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan
atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori
yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula - mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB
Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut
teori evolusionisme adalah sebagai berikut :

a. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dalam kehidupan. Mula - mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda.
Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang
berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda - beda, seperti
mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India).

b. Animisme

Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah
mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang
apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari
roh - roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun
adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animism lama – lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa
mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab
terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

d. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu
dari dewa – dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama.
Lama – kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya
mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa
lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

e. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme. Dalam Monoteisme


hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau
dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu : deisme, panteisme, dan teisme. Evolusionisme
dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877),
ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif.
Dia mengemukakan bahwa orang – orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan sifat – sifat yang khas terhadap
tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur - angsur golongan evolusionisme menjadi
reda dan sebaliknya sarjana - sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang
Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil
berdasarkan pada penyelidikan bermacam - macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan
masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti – bukti bahwa asal – usul kepercayaan
masyarakat primitive adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan
(Zaglul Yusuf, 1993 : 26-27).

2. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin
di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Yakni pada
saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu‘awiyyah. Secara
garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya.
Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-
Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang
sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga
lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran - aliran tersebut yaitu :

a) Mu‘tazilah

Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam
memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai
bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Mu‘tazilah
lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b) Qodariah

Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia
sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.

c) Jabariah

Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji‘ah

d) Asy‘ariyah dan Maturidiyah

Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan Jabariah. Semua
aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada
prinsipnya aliran – aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu
umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran - aliran tersebut sebagai teologi mana yang
dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah
Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

E. Konsep Ketuhanan Menurut Islam

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting
oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Eksistensi atau keberadaan Allah
disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh melalui proses pemikiran atau
perenungan.

Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam kutipan di bawah ini :

- Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadaNya, bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir. Ajaran Islam yang tAllah
Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah Tauhidullah atau monotheisine murni. Sedangkan lafadz
kalimat tauhid itu adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang Tuhan yang ada asalnya dari
agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk
kebohongan yang besar (dhulmun’adhim).
- Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan
baginya surga dan tempatnya adalah neraka”.
- Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan kecuali Dia
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.

Ayat - ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak keesaannya. Lafadz
Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham yang tidak dapat diterjemahkan, digantikan
atau disejajarkan dengan yang lain. Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah mengikrarkan kalimat
Syahadat Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah memiliki keyakinan yang benar,
yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt
sebagai prioritas utama dalam setiap aktivitas kehidupan.

F. Pembuktian Adanya Tuhan beserta Dalil-Nya

- Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan

Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan makhluk.
Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak
selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan, berdimensi ruang
dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa rahasia-
rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya.

Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini juga ada.
Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang adanya penciptaan
alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah
suatu pernyataan yang tidak benar”. Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak
ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada
lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini adalah
Allah Swt.
- Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam ini
mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum kedua
termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan
energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.

Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi
tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari
keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang tidak ada.

Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali. Jika alam
ini azali sejak dahulu alam sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini.

- Argumentasi Qur’ani

Allah Swt. berfirman, termaksud dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya “Seluruh puja dan
puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.

Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt sebagai
“Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan
dan menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat
tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan,
menentukan aturan-aturan dan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan
seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.

Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaksud yang “Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati
ayyam berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.

Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya jadilah
maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu
enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul
atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
1. Dalil Ontologis

Tuhan ada dalam pikiran manusia. Karena mereka berfikir, tak ada manusia yang sempurna, yang
sempurna hanyalah Tuhan. Atas dasar itu , Jika kamu membenci seseorang, cintai dia alakadarnya.

2. Dalil Kosmologis/ Kausalitas/ Sebab-Akibat

Tuhan ada karena ada bukti penciptaanNya.

3. Dalil Teleologis ( pendekatan tentang keteraturan)

Alam ini sangat teratur. Logikanya, jika sesuatu tercipta karena kebetulan, maka tidak akan ada
keteraturan. Alam ini dibuat teratur untuk menjadi sarana bagi manusia.

4. Dalil Moral

Manusia tidak mungkin memberikan kode moral sebaik - baiknya, seadil adilnya, susuai fitrah
manusia, dan bersifat absolute untuk manusia lainnya, kecuali datangnya dari Allah. Contoh : anak tidak
boleh menikahi ibunya. Sebab, sebelum Al Quran turun, istri seorang pria itu akan diwariskan kepada anak
laki lakinya.

5. Dalil Al- Quran

- Al Ankabut(29) : 61 Dan jika engkau bertanya kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi dan menundukan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab “Allah”. Maka
mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).
- Al Kahfi(18) : 84 Sungguh, Kami telah member kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah
Memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.
- Ath Thur(52) : 35 Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka yagn menceptakan
(diri mereka sendiri)?
- Al Hijr (15) : 21 Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.

6. Dalil Cosmologi.

Bukti – bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar - dasar cosmologi,
sebagaimana diisayaratkan Al-Qur‘an. Al-Qur‘an surat Al-Baqarah;164 Tuhan menyuruh manusia
mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan kumpulan alam semesta yang menggambarkan
adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam sehingga dapat dipergunakan sebaik - baiknya dalam
menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Untuk memudahkan manusia
menarik kesimpulan, maka Al-Qur‘an mengungkapkannya dengan cara yang komunikatif dan dialogis.
Perhatikan QS.Asy-syura;23-24 dan an-naml;60

Al-Qur‘an memberikan dasar - dasar dan membimbing dasar - dasar dan membimbing metode
berpikir. Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian kebenaran Tuhan, khusunya di bidang
cosmologi adalah menyelediki sebab (causa) terjadinya cosmos yang mengharuskan akal kita mengambil
keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang menyebabkan terjadinya cosmos itu.

7. Dalil Astronomi

Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet – planet yang
terdiri atas bintang, bulan dan matahari yang masing – masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak
mungkin yang satu akan melampui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari garis ukuran yang telah
ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.

Sebagaimana ditemukan Taufiq al-Hakim (intelektual terkemuka) tentang teori al-Ta‘adduliyah


(keserasian), bahwa “bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawazun dengan bola
terbesar di alam ini, yaitu matahari” (Yusuf Qardlawi,1995,143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan
kecermatan ciptaan-Nya. Dalam QS Ath-tahriq;1-3 dan asy-syams;1 dan 2 Allah menegaskan : Semua
penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori – teori ilmu pengetahuan dan
prinsip - prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini
pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha
Kuasa yang memiliki sifat - sifat kesempurnaan.

8. Dalil Antropologi

Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah terletak pada akal, ilmu pengetahuan
dan ruhnya. Bukti antropologi ini dibuktikan dalam Al-Qur‘an surat at-thariq;5-7 dan ar-rum;20 berikut
ini : Manusia itu sebagai makhluk berkemauan, karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna
la- haula walaa quwwata illa billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil
manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan dengan dirinya
sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf Qardlawi, 1995;63)

9. Dalil Psikologi

Dibandingkan makhluk lain, manusia memiliki dua keistimewaan. Pertama, bentuk tubuh yang
indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan
dan kepandaian, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir dan
memelihara ketahanan mental (sabar). QS.Ar-Rum;2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat diartikan
sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik
abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental,
kajian ini harus dilaksanakan secara intensif.

Konsep ketuhanan semua manusia mempunyai fitrah ketuhanan sejak lahir jadi manusia tidak
mungkin tidak bertuhan. Ajaran komunis yang diasumsikan sebagai orang-orang Atheis yang tidak
mempercayai adanya Tuhan bagaimanapun tetap memiliki Tuhan mereka sendiri, tetapi Tuhan yang mereka
yakini berbeda dengan Tuhan yang diyakini penganut agama. Jika Tuhan yang diyakini penganut agama
adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya dan mengatur seluruh kehidupan di dunia,
maka Tuhan yang diyakini orang atheis adalah segala sesuatu yang ia puja seperti ilmu pengetahuan, paham
- paham yang dianutnya, hal-hal keduniawian, dan lain – lain.

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “ la illaha
illa Allah ”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “ tidak ada Tuhan ”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan ” melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan
diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu
Allah.

Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

B. Saran

1. sebagai seorang yang beragama Islam kita tidak hanya wajib untuk mempercayai Allah SWT
tetapi kita juga harus mengimplementasikan keimanan itu pada kehidupan sehari-hari dengan
cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Selain itu, kita juga harus beramal kepada sesama, memperhatikan orang lain, berkasih sayang
dan mencintai sesama makhluk ( Hablum Minanas)
3. Manusia yang diciptakan sempurna dan dibekali akal pikiran seharusnya banyak melakukan
observasi (pengamatan) pada kejadian-kejadian di alam sekitarnya. Dengan begitu, manusia
akan merasakan dan lebih mempercayai adanya Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta beserta isinya serta memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA

✓ Syafaat, Drs. H.M, Islam Agamku, (Jakarta Widjaya Jakarta, 1974)


✓ Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45
✓ Agung, Konsep Ketuhanan Dalam Islam, http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/ konsep-
ketuhanan-dalam-islam/, 01 Oktober 2013
✓ http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html
✓ http://ilmukomunic.blogspot.com/2015/09/dalil-dalil-tentang-adanya-allah.html
✓ http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html
✓ https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
✓ https://www.mahasiswapotensiutama.com/

Anda mungkin juga menyukai