Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam”
DOSEN PENGAMPU: Drs. Abdul Halim Rofiie, M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Moch. Agus Efendy (195050100111011)
2. Finna Prasasti (195050100111017)
3. Retno Nur Fadilah (195050100111063)
4. Bintang Asadel (195050100111089)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
TAHUN 2019
Kata Pengantar
Assalaamu‘alaikumwarahmatullaahiwabarakaatuh,

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah yang berjudul
“Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam” ini dengan lancer dan tepat waktu.

Tak lupa rasa terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
memberikan ide-ide yang dapat memperlancar dan melengkapi karya yang kami buat. Kami
sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Drs. Abdul Halim Rofiie, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Agama Islam.
2. Teman-teman kelompok 1 yang telah meluangkan waktu untuk menyelesaikan tugas
Agama islam ini dengan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “Kontribusi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam” ini dibuat
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Agama Islam. Yang mana dalam makalah ini kami
membahas mengenai Pemahaman Ketuhanan dalam Islam yang terbagi atas 3 subbab. Yakni,
memahami tafsir tentang Tuhan, pembuktian adanya Tuhan, dan mengenai ajran tauhid. Yang
diharapkan dapat menambah wawasan dalam mata kuliah Agama Islam.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Sehingga kami dapat
membuat karya yang lebih baik lagi ke depannya. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini, kami memohon maaf sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalaamu ‘alaikumwarahmatullaahiwabarakaatuh,

Malang, 30 Agustus 2019

Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut KBBI, pengertian agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata
keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah
terkait pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Agama mempunyai tujuan
untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang berasal dari Tuhan dimana hal tersebut
nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berusaha
mencari kebahagiaan hidup baik itu di dunia ataupun di akhirat sebagai bekal dalam
kehidupan di tahap yang selanjutnya di alam fana.dengan salah satu fungsinya yaitu
sebagai suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar.
Islam menurut Syikh Mahmud Syaltut adalah agama Allah yanag diperintahkan untuk
mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad
SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan
mengajak mereka untuk memeluknya. Umat Islam pada dasarnya memiliki keyakinan yang
sama bahwa mereka mempercayai Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah SWT. Dalam
pemahaman terhadap Tuhan, di dalam pemikiran umat Islam sendiri mempunyai banyak
pemahaman yang berbeda, selain itu mereka memahami bahwa Tuhan berlaku sama seperti
makhluk lainnya yang mempunyai kebutuhan biologis dan sebagainya.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat.
Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang
eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu
pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak
mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan
faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat
bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor
tertentu.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni,
Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia
meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah
dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan
Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik
beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa.Penciptaan dan
penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling
utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya
dan kuasa-Nya.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-
Nya”.
Untuk lebih memperdalam mengenai pemahaman ketuhanan dalam islam, kami akan
menyajikannya lewat makalah berjudul “Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam”.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa itu konstruksi pemahaman ketuhanan dalam islam ?
2. Bagaimana memahami tafsir tentang Tuhan ?
3. Bagaimana pembuktian adanya Tuhan ?
4. Bagaimana ajaran tauhid dalam islam ?
2.2 Tujuan
1. Mengetahui konstruksi pemahaman ketuhanan dalam islam.
2. Mengetahui pemahaman tafsir tentang Tuhan.
3. Mengetahui pembuktian adanya Tuhan.
4. Mengetahui ajaran tauhid dalam islam.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang
yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat
pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) :
165, Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang
mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan
khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-
Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama
Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya
Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-
lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang
dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika
konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61, Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang
menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan
menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-
Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga
pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban
atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus
terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai
Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

3.2 Tafsir tentang Tuhan


Kata ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-quran dipakai untuk
menyatakan objek yang dibesarkan atau dipentingkan untuk manusia. Misalnya dalam QS.al-
Jatsiyah :23 :
َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
……..َ‫هواهَ ِإلههَ اتخ َذ منَ أفرأيت‬
Kata dipentingkan dalam arti luas yaitu dicintai, dipuja, diagungkan, diharapkan dan
ditakuti. Menurut ibnu taimiyah al-ilah adalah yang dipuja dengan kecintaan hati, tunduk
kepada-Nya, takut, berdoa, meminta perlindungan dan bertawakkal kepada-Nya.
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta.
Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan
tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung
kepada yang lain sementara yang lain membutuhkan-Nya.
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah berbuat
syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak Allah Swt.
Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri, yang
artinya:
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian
mempunyai Ilah selain diriku”
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, “Dan Tuhanmu, Tuhan Yang
Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Ilah yang
dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut Ulama’ Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna
al-Ma’bud, artinya satu-satunya yang diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu’, yang dicintai,
yang disenangi, diikuti. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya
Tuhan yang diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti.
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:
“Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah hanya
kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah sholat untuk mengingatku”.
Berdasarkan definisi ini dapat dipahami bahwa setiap manusia memiliki sesuatu yang
dipentingkan dalam kehidupannya sehingga manusia tidak mungkin atheis. Kata atheis, jika
kita tinjau artinya anti tuhan, yang mana jika ada kata anti Tuhan maka sebelumnya pasti ada
Tuhan. Jadi pada dasarnya orang atheisme itu mempercayai adanya Tuhan. Hal ini
membuktikan bahwa atheism adalah keyakinan yang bersifat antagonistic atau manipulatif.
Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Paham barat
Paham barat dikemukakan oleh Max Muller, kemudian E.B. Taylor, Robertson Smith,
Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
1. Dinamisme
Dalam teori ini desebutkan bahwa manusia sejak zaman primitive sudah
mengakui kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula kekuatan itu
ditujukan kepada benda, sehingga benda tersebut dipercaya dapat memberikan
pengaruh positif atau pengaruh negative bagi manusia. Kekuatan yang ada pada benda
memiliki nama berbeda disetiap daerah, misalnya mana (Melanesia), tuah (Melayu)
dan syakti (India).
2. Animisme
Kepercayaan ini berkembang pada zaman primitive yang juga mempercayai
adanya peran roh dalam hidupnya. Oleh masyarakat primitif roh dipercayai sebagai
sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati, sehingga dianggap memiliki rasa
seperti manusia yang juga mempunyai kebutuhan. Menurut kepercayaan ini, roh
memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, sebab kalau tidak dipenuhi dianggap akan
memberikan pengaruh buruk bagi manusia.
3. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan karena terlalu banyak yang menjadi pujaan dan sanjungan. Kemudian roh-
roh yang lebih dari yang lain disebut sebagai dewa. Dewa mempunyai tugas sesuai
dengan bidangnya sehingga ada dewa yang bertugas mengatur cahaya, air, angin,
bumi dan sebagainya.
4. Henoteisme
Kepercayaan politeisme lama-lama tidak memberikan kepuasan terhadap
kaum cindekiawan. Oleh karena itu dewa-dewa diseleksi sebab tidak mungkin
memiliki kekuatan yang sama. Kemudian berkembang dan masyarakat lebih definitif
sehingga satu bangsa hanya mengakui satu dewa saja yang disebut dengan tuhan.
Namun pada kepecayaan ini masih mengakui tuhan dari bangsa lain artinya
kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa (Tuhan tingkat Nasional).
5. Monoteisme
Kepercayaan henoteisme kemudian berkembang menjadi kepercayaan
monoteisme yang mana dalam kepercayaan ini hanya mempercayai adanya satu
Tuhan yang diakui oleh seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Kemudian setelah tahun 1898 Andrew Lang menentang teori evolusionisme yang
menekankan adanya monoteisme pada masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
manusia berkebudayaan rendah juga sama monoteismenya dengan orang Kristen. Mereka
mempunyai kepercayaan wujud Tuhan yang khas dan tidak sama seperti yang lainnya.
Paham ini meredakan teori evolusionisme, namun paham barat mulai muncul dan
mereka menyatakan bahwa ide tuhan tidak datang dari evolusi tapi revelasi atau wahyu.
Kutipan ini diambil dari penyelidikan berbagai macam kepercayaan masyarakat pimitif dan
dilibatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme
dan monoteisme berasal dari ajaran wahyu Tuhan.
Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau ilmu
ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran
tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga corak
pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliran-
aliran tersebuut adalah:
1. Muktazilah
Adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat menekankan
penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam menganalisis masalah
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah
Adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat. Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin
sehingga mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi
Tuhan dalam perbuatan manusia.
3. Jabariyah
Adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia
sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang.
Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Adalah kelompok yang mengambil jalan tengah antara Qodariyah dan
Jabariyah. Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, Tuhanlah yang
menentukan hasilnya.
Menurut Al-Quran
Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau malik dan
Ilaah. masing-masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendiri-sendri.

1. Rabb
Rabb adalah "Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan
alam ini tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang
Maha Pemelihara". Dari sisi pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui
adanya Rabb.Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi mereka
mengakui adanya"Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.
2. Malik
Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang
berkuasa mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. Secara kronologis, kata Malik
menduduki jabatan kedua setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang
berbuat aktif,maka menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-
nya tadi .karena kedua kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti bahwa
Allah SWT itu pencipta alam dan Dia pula yang menguasainya.
3. Illah
Secara etimologis ''llaah''mempuyai arti sebagai yang disembah dengan
sebenarnya atau tidak sebenarnya.Apa saja yang disembah manusia ,dia itu llaah
namanya.Ini yang membedakan seseorang apakah muslim atau bukan.Sesorang bisa
memiliki sesembahan berhala(kaum peganis),atau api(zoraster)atau matahari dan
banyak lagi.
Sedangkan Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-
Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56).
Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang sebenarnya
ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala
sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak
disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah SWT.

3.3 Pembuktian Adanya Tuhan


Pembuktian adanya tuhan agak sulit jikamanusia mengadukan akal logikanya untuk
membuktikan keberadaan Tuhan.Karena Tuhan sebagai Pencipta,relative agak sulit dipahami
eksistensinya oleh yang dicipta, kecuali sebatas memahami seluruh ciptaan-Nya sebagai
media untuk meyakini adanya Tuhan,yakni sebagai pemahaman antara Al-Khaliq dengan
Makhluk. Yang artinya, adanya Al-khaliq dapat dibuktikan dengan adanya makhluk, dab
adanya makhluk membuktikan keberadaan Al-Khaliq.

Imam Abu Hanifah membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya bermacam-macam


ragam kehendak manusia, tetapi terkadang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yanh telah
direncanakan olehnya. Hal ini membuktikan adanya kekuasaan-Nya dalam hal menguasai
apapun yang kita kehendaki.

Imam Malik membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya bermacam-macam ragam


perbedaan fisik manusia, dari mulai segi bentuk, rupa, kulit, suara, wajah, dan lain-lain. Jika
direnungkan, tentu saja ada yang mengatur semuanya di luar batas kemampjan manusia, yaitu
Zat Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT.

Imam Syafi’i membuktikan kekuasaan Allah dengan memperhatikan dari sebuah jenis
daun tumbuh-tumbuhan yang dapat berubah menjadi bermacam-macam benda, misalnya jika
dimakan oleh ulat sutera, maka akan menjadi bahan kain yang halus yaitu kain sutera. Jika
daun itu dimakan oleh sapi makan akan menjadi susu yang lezat diminum dan memiliki
manfaat yang besar untuk kesehatan kita.

Imam Hambali membuktikan ada Zat Yang Maha Kuasa dengan kejadian makhluk-
makhluk terutama manusia, yang asalnya dari setitik sperma, akhirnya setelah mengalami
proses yang ditentukan, maka jadilah manusia yang sempurna.

Metode-metode pembuktian Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian


alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga
menggunakan metode lain yaitu “dalil ‘inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian
adanya tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia.
Metode pembuktian adanya Tuhan juga dapat dilakukan melalui kajian terhadap ayat-ayat
qauliyah,khususnya ayat yang mengisyaratkan pengembangan metode ilmiah.
Adapun beberapa argumen atau dalil yang dapat membuktikan eksistensi Tuhan antara lain:

1. Keberadaan alam membuktikan adanya Tuhan


Manusia yang lahir ke bumi sadar bahwa lahirnya dia terjadi bukan atas
kehendaknya. Bukan dia yang menjadikan dirinya sendiri. Bukan dia yang
menciptakan tempat berpijanya yaitu bumi. Bukan dia pula yang menciptakan isinya
seperti air,udara,pohon, gunung, laut, dan sebagainya. Langit pun telah menjadi
tempat atap berlindung sejak sebelum dia lahir, dan tangannya tidak pernah ikut
membinanya.
Meskipun demikian masih ada saja manusia-manusia yang tidak mau
mengakui adanya tuhan, bahkan menganggap dirinya tuhan, meskipun menjadikan
seekor lalat saja dia tidak mampu. Dari itu semua sudah jelas bahwa mengadakan dan
menimbulkan sesuatu dari yang dahulunya tidak ada bukanlah ada campur tangan
manusia. Seharusnya setiap orang yang memiliki akal sehat terlepas dari tinggi atau
rendahnya akal manusia tersebut, dia menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini ada yang menciptakan, ada yang Maha Kuasa, ada Tuhan, ada Allah SWT.
Dengan melihat keindahan-keindahan alam yang menakjubkan dan segalanya
yang kompleks memberikan penjelasan ada suatu kekuatan yang telah menciptakan,
ada akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya ada
dan percaya pula bahwa alam ini ada. Dengan dasar itu dan kepercayaan inilah
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika manusia percaya dengan eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya Pencipta Alam. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang
berasal tidak ada lalu menjadi ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun
bentuk, ukuran, warna pasti ada pennyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan
dipercaya bahwa alam semesta yang sedemikian menakjubkan, sedemikian luasnya,
ada dengan sendirinya tanpa pencipta? Siapakah yang menjadikan semua ini? Dan
jawabannya adalah Dialah Allah Tuhan Sang Maha Pencipta.
2. Adanya keteraturan dan keserasian di alam
Jika seseorang masuk ke dalam rumah dengan keadaan setiap ruangannya
rapih, mejanya teratur, kamar tersusun, makanan terhidang di ruang makan yang
nyaman, tempat tidur yang bersih, ruang menerima tamu, kamar mandi dan berbagai
fasilitas lengkap lainnya. Maka dengan akal sehat orang itu terlintas sebuah pikiran
bahwa ada yang membuat rumah itu dan penyusunnya adalah arsitek yang sangat ahli,
bukan kerja asal-asalan. Segala sesuatu yang telah dipertimbangkan dengan matang.
Sama halnya dengan alam di sekeliling kita, jika kita perhatikan dengan
seksama, kita menyadari bahwa semua benda memiliki karakteristiknya masing-
masing. Sebagai contoh, bunga mawar tetaplah bunga mawar walaupun tumbuh
dalam setumpuk tanah yang sama dengan bunha anggrek. Semua sudah ada yang
mengatur segala apapun tentang sebuah benda, sudah memliki karakteristiknya
masing-masing.
Selain karakteristik setiap benda di dunia ini, kita bisa memperhatikan gerak
alam ini. Matahari yang tidak jatuh ke bumi, bintang-bintang yang tidak pernah
berbenturan. Sebanyak bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya, tidak sekalipun
berbenturan satu sama lainnya. Siapa yang mengatur semua ini? Siapa yang
menciptakan keajaiban gerak ini? Dialah Penguasa alam ini. Dialah Allah SWT.
Akhirnya, ke sudut manapun manusia melihat dan menghadap mukanua,
tampaklaj bahwa segala sesuatu ada yang mengaturnya dan ada yang memeliharanya.
Sudah pasti yang mengatur dan memelihara itu Maha Segala-nya, Dialah Tuhan,
Dialah Allah SWT.
3. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan fisika
Pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam
bersifat azali) masih bayak pengikutnya sampai abad ke-19. Tetapi setelah ditemukan
“hukum kedua termodinamika”, pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas
membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut
menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih
menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi
panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang asa” dengan “energi yang
tidak ada”
Berlandasan dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika dialami terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa
alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan astronomi
Bulan adalah benda alam yang paling dekat dengan bumi, yang jaraknya dari
bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap
edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak
93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu
mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun
sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi,
yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Tidak pernah matahari berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar
bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan
kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem
tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxydimana terletak
sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali
dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi
yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan
sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan
maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut,
kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.
5. Pembuktian adanya Tuhan dengan pendekatan teori big bang
Semua perintah, pengajaran, pelatihan dilakukan dengan suatu tujuan.
Seseorang yang menulis sebuah buku petunjuk, juga melakukannya dengan suatu
tujuan. Apakah kita tahu bahwa di setiap sel dalam tubuh kita ada suatu kode perintah
yang sangat terperinci, seperti sebuah program komputer miniatur? Seperti yang kita
tahu, sebuah program komputer terdiri dari yang angka nol dan satu, seperti ini:
110010101011000. Cara mereka diatur memerintahkan kepada program komputer apa
yang harus dilakukan. Kode DNA di setiap sel kita sangat mirip. Kode tersebut terdiri
dari empat bahan kimia disingkat oleh para ilmuwan sebagai, A, T, G, dan C. Kode-
kode tersebut diatur di dalam sel manusia seperti ini: CGTGTGACTCGCTCCTGAT
dan seterusnya. Ada tiga milyar huruf ini di dalam setiap sel manusia.
Baik, seperti ketika kita dapat memprogram telepon untuk memiliki tanda
bunyi sebagai alasan khusus, DNA menginstruksikan sel. DNA adalah suatu program
tiga milyar huruf yang memerintahkan sel untuk bertindak dengan cara tertentu. Ini
merupakan suatu instruksi penuh yang manual.
Mengapa ini sangat mengagumkan? Setiap orang harus bertanya, bagaimana
program informasi ini berputar di dalam setiap sel manusia? Ini bukan hanya sekedar
sesuatu yang bersifat kimiawi. Ini adalah sesuatu yang kimiawi yang
menginstruksikan kode tersebut dalam suatu cara yang sangat terperinci, tepatnya
bagaimana tubuh setiap orang harus berkembang.
Penyebab biologi sepenuhnya kurang sebagai suatu penjelasan ketika
informasi yang terprogram dilibatkan. Kita tidak dapat menemukan suatu perintah,
informasi yang tepat seperti ini, tanpa seseorang yang dengan sengaja
membangunnya. Dan jika kita libatkan dengan akal sehat pasti saja itu semua terjadi
karena Dialah Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

3.4 Ajaran Tauhid dalam Islam


Dari segi bahasa “tauhid” berarti “esa”. Dari segi Syari “tauhid” ialah mengesakan
Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan melalui nabi-nabi-Nya yaitu dari
segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat. Allah berfirman dalam surat Adz-
Dzariyat ayat 56:

َ‫ون‬ ‫د‬ ‫ب‬‫ع‬ْ ‫سَإ ََّّلَل َي‬


َ ْ ْ َ َّ ْ
‫ن‬‫اْل‬‫َو‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫َال‬ ‫ت‬
َْ َ َ َ
‫ق‬‫وماَخل‬
ِ ِ ِ ِ ِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.”

Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala
macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu „anhu,
seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja.
Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian bermain-main dan
bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah SWT surat Al-Anbiya ayat 16-17:
َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ُ ْ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ
َ ‫اْل ْر‬
َ‫ض‬ ‫يَوماَخلقناَالسماءَو‬ َ ‫ل ْوَأ َردناَأنَنت ِخذَل ْه ًواََّلتخذناه َِم ْنَلدن ِاَإنَكناَف ِاع ِل‬
َ َ َ َ َ
ََ ‫اَب ْينه َماََّل ِع ِب‬
‫ي‬ ‫وم‬
Artinya : “Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dengan bermain-main. Sekiranya kami hendak membuat sesuatu permainan
tentulah kami membuatnya dari sisi kami. Jika kami menghendaki berbuat demikian.
Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi, dalam
hal ini Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 36
ُ ُ َََْ ْ َََ
‫اَفَك ِّلَأ َّم ٍة ََرسوَّل‬
ِ‫ولقدَبعثن ي‬
Artinya : “Dan sungguh kami telah mengutus Rosul itu”.

Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi
terakhir nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa salam diutus oleh Allah untuk mengajak
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukanNya
dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahlah kita
memenuhi seruan Rasul kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah
hanya kepada Allah semata ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan
Rasulullah ini ?”

Selain itu tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama. Allah
berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 36:
ْ ْ َ ْ ْ َ ‫اَوب ْال َوال َد ْينَإ ْح َس ًان‬ َ
َ ‫َش ْي ًئ‬ ُ ْْ َ ‫اعبد ه‬ ْ َ
َ‫اَو ِب ِذيَالق ْر َ َب ََوال َيت َاَم ََوال َم َس ِاكيَ ََوال َجار‬ ِ ِ ِ ‫ه‬ِ ‫واَب‬
ِ ‫ك‬‫ش‬ ‫واَاَّلل ََوَّلَت‬ ‫و‬
‫َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َّ َه‬ َّ ْ َ ْ َ ْ َّ َ ْ ْ
َ َ َ ْ
َ‫يلَوماَملكتَأيمانكم َِإنَاَّللََّل‬ ِ ‫اح ِب َِبالجن ِبَوابنَالس ِب‬ ِ ‫ِذيَالق ْر َبَوالجارَالجن ِبَوالص‬
َ َ ْ َ َ ْ َ ُّ
ً ‫اَّلَفخ‬
‫ورا‬ ‫ي ِحبَمنَكانَمخت‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, kerabat-karib, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”

Tauhid merupakan materi dakwah pertama para Rasul. Tauhid merupakan terminal
pertama dan langkah terawal bagi mereka-mereka yang ingin menempuh jalan kepada Allah.
Apabila tauhid wujud dalam diri seseorang secara sempurna, maka tauhid akan mencegah
seseorang itu masuk neraka.
Kedudukan Tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari pemahaman
tentang tauhid adalah itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam
Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat
berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seorang
tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah sebuah
sumpah akan kesetiaan dan kepercayaan yang mutlak tentang Allah Yang Maha Esa.
Dengan meyakini akan keesaan Allah, maka seseorang muslim tidak akan lagi meyakini
adanya Tuhan selain Allah sehingga seluruh hidupnya akan senantiasa dipersembahkan
hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid yang kuat maka seorang muslim akan
mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula. Nilai
keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan Nya
tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya mempunyai satu tugas yaitu
menyembah Allah dengan segala bentuk ibadahnya.

Dengan memperdalam pemahaman terhadap ilmu tauhid, maka diharapkan seorang


muslim mempunyai landasan kuat dalam mengimplementasikan kewajiban-kewajiban
menyembah Allah. Dengan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah, maka akan semakin
ringan seorang muslim melaksanakan seluruh ibadah yang diwajibkan kepada seorang
muslim pada Allah SWT.
Bagaimana pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim?
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar bahwa pada suatu hari dia berjalan dengan
Khalifah Umar bin Khattab RA dari Madinah menuju Mekah, di tengah perjalanan mereka
berjumpa dengan seorang penggembala, yang sedang turun dari tempat penggembalaan
dengan kambing-kambingnya yang banyak. Khalifah ingin menguji sampai di mana
penggembala itu bersifat amanah. Antara keduanya terjadi percakapan sebagai berikut:

Khalifah : “Wahai penggembala, juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu
itu!”.
Gembala : “Aku ini hanya seorang budak”.

Khalifah : “Katakan saja nanti kepada tuanmu,anak kambing itu telah dimakan
serigala.”
Gembala : “Kalau begitu di mana Allah?”
Amat singkat jawaban anak gembala itu “Di mana Allah?”

Bagi Khalifah Umar dan bagi kaum muslimin di kala itu umumnya, pertanyaan
sesingkat itu sudah cukup untuk menggugah dhamir, meremangkan bulu kuduk. Seakan-akan
anak gembala itu berkata: “Memang tuan, saya tidak memiliki ternak ini, bisa saja saya
tipudia tidak melihat apa yang saya lakukan di sini, tetapi bagaimana saya akan menipu
Allah! Bukankah allah meihat apa-apa yang saya perbuat, karena ia mengetahui apa yang
terbesit dalam hati seseorang dimanapun ia berada.”

Tidaklah heran, apabila waktu itu Khalifah Umar bercucuran air mata karena terharu.
Lalu beliau pergi bersama anak gembala itu menjumpai empunya yang ternak itu. Ditebusnya
kemerdekaan anak gembala dan lalu beliau berkata : “Kalimat fa ainallah inilah yang
memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat itu pula akan memerdekakan kamu
di akhirat kelak.”. Demikianlah contoh pengaruh tauhid yang membentuk pribadi para kaum
muslimin dahulu mulai dari golongan elit sampai lapisan kaum awam.

Tauhid juga akan membebaskan manusia dari seribu satu macam belenggu kejahatan
duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan, perbudakan dan perhambaan, baik
oleh sesame manusia, maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena dengan tauhid,
manusia hanya akan menghamkan diri kepada Allah semata.

Dengan jiwa tauhid yang tinggi,seseorang akan bebas dari belenggu-belenggu


ketakutan dan duka-cita dalam kemiskinan harta-benda, karena yakin tiap binatang melata di
bumi ini dari Tuhan jugalah rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah bekerja, dan berusaha
sambil berdoa, hasilnya di tangan Tuhan sendiri. Tauhid juga membebaskan manusia dari
ikatan-ikatan kursi, jabatan dan kedudukan. Sebab tauhid menyadrakan manusia bahwa hanya
Tuhanlah yang dapat menaik-turunkan seseorang darri kursi jabatannya. Dan Tuhan berkuasa
memuliakan atau menghina-kan seseorang. Allah SWT sdalah sumber segala kemuliaan
Tauhid juga akan membebaskan manusia dari perasaan takut mati. Tauhid
menyadarkan manusia bahwa persoalan mati adalah di tangan Tuhan, dan setiap yang berjiwa
pasti mengalami mati. Mati adalah pintu gerbang yang setiap makhluk akan lewat di pintu
gerbang itu. Konsekuensinya menumbuhkan semangat jihad seseorang untuk menegakkan
yang hak dan menghancurkan yang batil, sekalipun ia harus menyabung nyawa dan
mempertaruhkan jiwa raga. Jadi, seorang muslim harus memiliki keberanian: berani berpihak
pada kebenaran dan keadilan, berani hidup juga berani mati demi keagungan Allah SWT.

Bagaimana implementasi dari ajaran tauhid dalam kehidupan sehari-hari?


1. Transformasi ketauhidan.
Tarnsformasi ketauhidan adalah mewujudkan ketauhdian kepada Allah dalam
bentuk amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena kita menyadari betul bahwa
Allah senantiasa bersama kita, maka kita senantiasa menjaga perilaku kita dari hal-hal
buruk misalnya kesombongan, berbuat zalim, menyakiti orang lain, merugikan orang
lain, dan setersunya. Sebaliknya, kita selalu terdorong unatu melakukan hal-hal yang
baik misalnya bersikap ramah, menolong orang lain, peduli, empati pada sesame, dan
setersunya. Intinya kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat benar-benar
membawa manfaat bagi orang lain.
2. Transendensi kehidupan.
Transendensi kehidupan adalah upaya mengaitkan semua dinamika kehidupan
ini dengan Allah SWT. Allah hadir sebagai pengawas kehidupan kita, sebagai tempat
bersandar, meminta, bersyukur dan hal lain yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Saat kita menerima rezeki, pertolongan, bahkan bencana semuanya selalu terkait
dengan Allah. Allah-lah yang memudahkan semuanya melalui tangan hamba-hamba-
Nya. Terkadang kita hanya berterima kasih pada manusia. Kita tak pernah sadar
bahwa Allah-lah yang mengetuk hatinya. Allah-lah yang memudahkan semuanya
untuk kita. Jadi seharusnya, pertama kali yang kita beri ucapan terima kasih adalah
Allah. Baru manusia. Demikian juga misalnya kita menerima musibah. Musibah harus
menyadarkan kita bahwa itu adalah ujian, peringatan, atau bahkan azab dari Allah.
Intinya semuanya perilaku kehidupan ini, kecuali ada ikhtiar lahiriah dan jawaban-
jawaban rasional yang tak boleh ketinggalan harus dihubungkan dengan Allah. Jika
kita membutuhkan pertolongan, jika kita punya masalah, jika kita ingin berbagi cerita,
dan seterusnya, maka Allah-lah pihak pertama yang kita jadikan tempat berbagi,
tempat memohon, dan tempat melabuhkan perasaan. Mengapa? Karena Dia-alah
Yang Maha Mendengar. Dia-lah Yang Maha Peduli.
3. Tidak mempersekutukan Allah
Mempersekutukan artinya tidak menyembah Tuhan selain Allah SWT.
Perbuatan mempersekutukan tersebut dinamakan syirik, dan orang yang
melakukannya dinamakan musyrik. Syirik merupakan dosa besar di samping dosa-
dosa besar yang lainnya, seperti durhaka pada orangtua, takabur, dan lain
sebagainnya.
Syirik merupakan dosa besar, bahkan derajatnya terletak di atas dosa-dosa
besar yang lain. Karena itu syirik merupakan hal yang paling berbahaya dan paling
dikutuk oleh Allah, bahkan syirik merupakan dosa yang tidak diampuni.
“Sesungguhya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan
Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendakinya.
Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya”. (An-nisa’ 116).
4. Cinta kepada Allah
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhya Aku Maha
Pengampun Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya siksa-Ku adalah siksa yang
amat pedih” (Al-Hijr 49-50).
Adapun keharusan untuk mencintai Allah disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
a. Agama islam memang mengajarkan hendaknya semua manusia mencintai Allah
dan Rasul Allah.
b. Mencintai Allah di sini maknanya ialah, melaksanakan segala yang menjadi
kelaziman cinta(kepada Allah), yaitu mentaati dan mendahulukan perintah Allah,
menjauhi larangan Allah.
c. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang sehingga kita wajib mengasihi dan
mencintai Allah sepenuh hati.
Imam Ghazali menerangkan, bahwa tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah
ialah:
a. Orang yang selalu ingat akan mati, sebab kematian adalah perjumpaan dengan
sang kekasih yaitu Allah.
b. Orang yang sukarela ingin berkurban untuk Allah dan ingin mendekatkan diri
kepada Allah.
c. Orang yang selalu ingat kepada Allah, dan ingat kepada Allah membawa
kesegaran bagi jiwanya.
d. Orang yang mencintai firman-firman Allah yaitu Al-Qur’an dan cinta kepada
Rasul Allah yaitu Muhammad SAW.
e. Orang yang merasa ringan dan senang hati beribadah kepada Allah SWT.
f. Orang yang akan cinta pula kepada orang-orang yang berbakti kepada Allah dan
benci kepada kaum kafir dan munafik.
5. Ridho dan ikhlas terhadap qada da qadar Allah
Kepercayaan kepada qada dan qadar ini mengajarkan, bahwa segala sesuatu
yang terjadi di alam, termasuk yang menimpa diri manusia sendiri, tidaklah terlepas
dari takdir atau ketentuan Allah. Semua yang ada pada diri manusia telah
ditentukan(ditakdirkan) oleh Allah, dan manusia tinggal menerima apa adanya.
“Siapa tidak ridha aka Qada-Ku da Qadar-Ku, baiklah ia mencari Tuhan selain
Aku” (Riwayat Thabrani).Makna ridha dan ikhlas terhadap takdir Allah ialah,
hendaklah kita bersyukur terhadap takdir yang diberikan oleh Allah SWT.
Orang mukmin yang sabar dan tabah meghadapi penderitaan akan
memperoleh beberapa keuntungan:
a. Akan menerima pahala yang tiada terkira banyaknya, bahkan memperoleh pahala
sebagai orang yang mati syahid.
b. Dihapus dosa-dosanya oleh Allah.
c. Akan memperoleh kebahagiaan hidup abadi di akhirat, yaitu masuk surga.
6. Bertaubat kepada Allah
Taubat adalah kembali taat kepada Allah setelah sebelumnya durhaka kepada
Allah SWT. Siapa yang menyesal atas sesuatu dosa yang telah dikerjakan, hal tersebut
sudah dinamakan bertaubat, walaupun perlu disempurnakan lagi. Agama Islam
mengajarkan, bahwa dosa dapat dihilangkan dengan dua jalan yang harus dikerjakan
semuanya, yaitu:
a. Dengan bertaubat kepada Allah, yaitu berusaha secara khusus menghilangkan
sesuatu dosa.
b. Dengan beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, dan amal-amal baik lainnya.
Taubat hendaknya dilakukan dengan mengerjakan rukun-rukun taubat yang
terdiri dari:
a. Berhenti dari maksiat
b. Menyesal atas dosa-dosa yang telah dikerjakan.
c. Berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi berbuat dosa.
d. Dalam hal dosa kepada orang lain, hendaknya ditambah dengan menyelesaikan
persoalan dengan orang lai yang bersangkutn.
7. Bersyukur kepada Allah
Syukur ialah mempergunakan segala sesuatu pemberian dari Allah pada
fungsinya masing-masing, sesuai dengan yang sudah ditentukan Allah. Adapun
selanjutnya, syukur itu melengkapi juga pengertia-pengertian sebagai berikut:
a. Merasa gembira atas sesuatu pemberian orang lain yang kita terima.
b. Menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan.
c. Memelihara pemberian dengan baik-baik dan mempergunakan sesuai dengan yang
di kehendaki oleh si pemberi.
d. Membalas pemberian Allah dengan mempergunakan karunia Allah menurut yang
diridhai Allah, dan membalas pemberian manusia dengan pemberian pula,
sekurang-kurangnya dengan doa.

Bagaimana cara mentauhidkan Allah SWT?

Tauhid dicapai dengan keikhlasan menyembah Allah saja. Dan sungguh tidak berdo’a
kecuali kepada Allah dan sungguh tidak memohon ampun kecuali dengan Allah tidak
bertawakal kecuali kepada-Nya dan tidak bersumpah kecuali kepadaNya dan tidak
menyembelih kecuali untuk Allah dan tidak beribadah kecuali kepada Allah, menyembah
Allah saja seperti apa yang di Firmankan oleh Allahu ta’ala : “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu
adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di
samping (menyembah) Allah.” Qs.Al Jin 18

Dan FirmanNya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” Qs Albayyinah 5

Ini adalah kebenaran Attauhid. Allah mengkhususkan mereka dengan beribadah dan
Nabi-Nya mengkhususkan mereka dengan taat mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alayhi
sholaatu wassalaam. Menyembah Allah adalah hak. wajib mengkhususkan untuk-Nya yang
Maha Kuasa. Firman-Nya: “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-
Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukaiNya” Qs. Al-Mu’min 14
Dan Firman-Nya: “Hanya KepadaMu kami Menyembah Dan hanya KepadaMu lah kami
meohon pertolongan”. Qs. Alfatihah 5

Dan Firman-Nya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.


Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah)
Allah.”Qs.Al Jin 18

Maka tidak berdo’a kecuali kepada Allah, dan tidak menyembah kecuali untuk Allah,
tidak bersumpah kecuali kepada Allah, tidak berpuasa kecuali kepada Allah dan seterusnya
semua ibadah kecuali hanya untuk Allah SWT.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari materi yang diuraikan mengenai ‘Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam
Islam’, dapat diketahui bahwa, konstruksi yang dimaksudkan disini adalah konsep
pemahaman mengenai Tuhan. Dalam hal ini, adalah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebagai
Tuhan umat islam. Ada berbagai macam teori dan keyakinan mengenai konsep mengenai
Tuhan ini sendiri. Yang menjadi inti dari itu semua adalah, keyakinan atas keberadaan Tuhan
dari masing-masing individu. Yang dapat dimunculkan dengan adanya pengamatan dan
pengkajian terhadap bukti-bukti keberadaan Tuhan. Dalam islam, banyak dikisahkan bukti-
bukti dari tanda keberadaan dan kebesaran Allah terutama di dalam Al Qur’an. Selain itu,
penalaran dan penggunaan logika dengan baik, sangat membantu dalam pengkajian dari
bukti-bukti keberadaan Allah.
4.2 Saran
Keyakinan dan pemahaman mengenai konsep ketuhanan adalah berbeda dari setiap
individu. Dengan berpedoman pada Al Qur’an dan hadits, sebaiknya kita saling menghargai
atas perbedaan dalam pemahaman mengenai konsep Ketuhanan dalam islam. Karena
keyakinan terhadap Tuhan sendiri bersifat individu. Lebih tepatnya hubungan antara manusia
dengan Sang Pencipta.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya
https://www.kompasiana.com/masto/552e525b6ea834dd448b45c1/tauhid-dan-implementasinya
diakses 21 Agustus 2019
http://rhandrazefta.blogspot.com/2016/10/perilaku-tauhid-dalam-kehidupan-sehari.html diakses 21
Agustus 2019
https://arisawwal.wordpress.com/2011/02/12/bagaimana-cara-mencapai-mentauhidkan-allah-
subhanahu-wataala/ diakses 21 Agustus 2019

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html
https://belajargiat.id/agama/#Tujuan_Agama
https://kutukuliah.blogspot.com/2012/09/struktur-penulisan-makalah.html
http://firusdream.blogspot.com/2014/06/islam-sebagai-keyakinan-dan-islam.html
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-dalam.html
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
Iwandicipto.blogspot.com
Febrianadit.blogspot.com
Mahasiswakeren.com

Anda mungkin juga menyukai