Anda di halaman 1dari 20

MEMAHAMI ISI KANDUNGAN QS.AL-FATIHAH, QS.

AN-
NAS, QS. AL-FALAQ DAN QS. AL- IKHLAS. SERTA
TENTANG TAUHID DALAM KONSEP ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas padaMata Kuliah Alquran Hadits Pada MI/MTS
PAI 5
Kelompok 9:
Ahmad Rizki Fadhillah Asseweth 0301173498
Dini Maghfiroh Saputri 0301173502
Muhammad Arif Syuhada 0301173500
Sartika Dewi Purba 0301173497
Dosen Pengampu
Dedi Syahputra Napitupulu, S.Pd.I, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
melalui malaikat Jibril, yang dibaca dengan mutawatir dan masuk kategori beribadah
dalam membacanya. Alquran sumber utama ajaran agama islam dan juga merupakan
pedoman bagi setiap muslim, bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, bahkan pula hubungan manusia dengan alam semesta.

Ada banyak ilmu yang diajarkan dalam Alquran, tapi sayangnya kebanyakan
dari kalangan umat muslim hanya membacannya saja. Dan hal ini mengakibatkan
banyak terjadi kesalahpahaman memaknai islam, seperti belakangan ini dimana
banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatakan islam. Ada banyak perpecahan-
perpecahan yang terjadi di kalangan umat islam akibat kesalahahaman tersebut. Oleh
karena itu, sangatlah penting memahami isi kandungan ayat-ayat Alquran dan tauhid
dalam konsep islam agar tidak terjadi kesalahpahaman di masa yang akan datang.

Maka dari itu di dalam makala ini, kami akan membahas mengenai isi
kandungan dari surah Al-fatiha, Al-falaq, An-Nas, dan Al-Ikhlas, serta membahas
tentang tauhid dalam konsep islam. Dan tidak lupa juga membahas metode
pembelajaran yang cocok digunakan pendidik dalam mengajarkan ilmu ini ke peserta
didik di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAUHID

Tauhid berasal dari bahasa Arab “wahhada” (‫)وحد‬ “yuwahhidu” (‫)يوحد‬


“Tauhidan” (‫ )توحيدا‬yang artinya mengesakan. Menurut istilah agama Islam, Tauhid
ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan dan segala pikiran dan teori berikut
dalil-dalilnya yang menjurus kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu, disebut Ilmu
Tauhid. Di dalamnya termasuk soal-soal kepercayaan dalam agama Islam.1

Menurut Ismail Al Faruqi kalimat “Tauhid” tersebut mengandung dua arti,


yang pertama “al-nafy” (negatif) dan kedua “al-Itsbat (positif). Kalimat “La ilaha”
(tiada Tuhan yang berhak disembah) yang berarti tidak ada apa pun; dan kalimat “Illa
Allah” (melainkan Allah) berarti yang benar dan berhak disembah hanyalah Allah
Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.2

Muhammad Abduh berpendapat “tauhid” adalah ilmu yang membahas “wujud


Allah”, yakni meliputi sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat yang boleh disifatkan
kepada-Nya. Selain itu, Abduh berargumen bahwa ilmu ini juga mengkaji
tentang Rasul Allah, yakni meliputi keyakinan akan kerasulan mereka,
keyakinan akan apa yang ada pada dirinya, apa yang boleh2dihubungkan
kepadanya dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada mereka.

Tauhid juga membebaskan manusia dari perasaan keluh kesah, bingung


menghadapi persoalan hidup dan akan bebas dari rasa putus asa. Dengan tauhid,
seorang Muslim memiliki jiwa besar, tidak berjiwa kerdil, memiliki jiwa yang agung

1
Syafii, “Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam Ke Teologi: Analisis Epistemologi” Teologia. Vol. 23. No. 1,
Januari 2012. Hal. 3
2
Dr. H. Nunu Burhanudin, Lc, MA, Ilmu Kalam dari Tauhid menuju keadilan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016). Hal. 299
dan tenang. Tauhid memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia, dan
kebahagian abadi di akherat kelak3

Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu


menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konseskuen dengan
mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa
rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Lawan tauhid adalah syirik. Syirik
merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Untuk inilah
sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul adalah
untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut di atas, mulai dari Rasul pertama
sampai Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Nilai keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban


manusia terhadap Tuhan Nya tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya
mempunyai satu tugas yaitu menyembah Allah dengan segalabentuk ibadahnya,
dalam hal ini Allah berfirman dalam kitabnya.

B. ISI KANDUNGAN QS.AL-FATIHAH, QS. AN-NAS, QS. AL-FALAQ DAN


QS. AL- IKHLAS

Tafsir QS. al-Fatihah

Ayat Terjemah Lafaz


Ayat
1 Dengan menyebut nama Allah
yang Maha Pemurah lagi Maha Pe-
nyayang

2 Segala puji bagi Allah, Tuhan se-


mesta alam

3 Maha Pemurah lagi Maha Penyay-


ang

3
Kastolani, “Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Kesehatan Mental” Interdisciplinary Journal of
Communication, Vol.1, No.1, Juni 2016. Hal. 5
4 Yang menguasai di hari Pembala-
san

5 Hanya Engkaulah yang kami sem-


bah, dan Hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan
6 Tunjukilah kami jalan yang lurus,

7 (yaitu) jalan orang-orang yang


Telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.

PENJELASAN AYAT

Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah satu nama lain al-Qur’an.
Mengapa demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari
al-Qur’an. Abul Hasan al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk al-
Qur’an, karena ayat-ayat al- Qur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang
ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.

Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah mencakup makna-makna yang


dikandung oleh asmaa’ul Husna. Semua rincian yang terdapat dalam al-Qur’an yang
menyangkut Allah bersumber dari ketiga ayat pertama itu. Ajaran tauhid yang
terkandung dalam ketiga ayat pertama tersebut adalah sifatiyah (asma dan sifat),
artinya kita meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat keutamaan sebagaimana yang
tersirat pada ayat-ayat tersebut yang mengandung arti pula bahwa Allah dengan
segala sifat keutamaan-Nya (ayat 1), telah mencurahkan segenap kasih sayang-Nya
kepada kita, menciptakan dan mengatur alam semesta untuk kita. Dialah Sang
Penguasa alam (ayat 2) sehingga hendaknya kita mengakui dan meyakininya dan
memuji kebesaran-Nya yang telah menciptakan kita semua.
Firman-Nya dalam ayat 5 yang artinya “Yang menguasai di hari Pembalasan”
mengandung dua makna yaitu, 1) bahwasanya Allah yang menetukan dan Dia pula
satu-satunya yang mengetahui kapan tibanya hari itu. Tidak ada satupun makhluk
yang mengetahui hal tersebut 2) Allah menguasai segala sesuatu yang terjadi dan
apapun yang terdapat ketika itu. Maka jangan bertindak atau bersikap menentang-Nya
, bahkan berbicarapu harus dengan izin-Nya.

Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara makhluk dengan Khalik


terinci dalamfirman-Nya pada ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. ada
kupasan menarik dari mufassir M. Quraish Syhihab dalam Tafsir al-Misbah
bahwasannya kata “kami” yang digunakan pada ayat ini mengandung beberapa
pesan:

Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim
harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain seorang
muslim harus memiliki kesadaran sosial

Kedua, ibadah hendaknya dilakukan bersama-sama. Karena jika kita


melakukannya bersama-sama, orang lain yang bersama kita akan menutupi
kekurangan kita.

Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim” mencakup segala yang meliputi


urusan makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh untuk meraih rahmat-Nya serta
mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar
menunjukkan kita arah tujuan yang benar.

Menurut Tafsir Kementrian Agama RI, di dalam surah Al-Fatihah akidah


tauhid terdapat dalam ayat-ayat:

a.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh Alam”
Maksud ayat diatas adalah bahwa yang berhak dipuji adalah Allah, maka
pujian harus dihadapkan kepada-Nya. Karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat
sempurna yeng menyebabkan Dia berhak dipuji. Umpama: sifat Maha Esa, Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha
Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.

Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-
sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah member nikmat dan karunia,
merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang
sebenarnya.

b.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas
akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak
disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon
pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan
Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia dan berdoa memohon sesuatu haruslah
langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun
juga.
Kedua ayat yang disebutkan tadi adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat
lain hyang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, wasani,
majusi, dan sebagainya adalah penjelasan dari kedua ayat ini. Pada dasarnya semua
ayat isi surah Al-Fatihah itu dari awal sampai akhir menerangkan akidah tauhid4

4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011) Hal. 6
Tafsir QS. An-Nas

Ayat Terjemah Lafaz Ayat


1 Katakanlah: “Aku berlidung ke-
pada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia.

2 Raja manusia.

3 Sembahan manusia.

4 Dari kejahatan (bisikan) setan


yang biasa bersembunyi,

5 Yang membisikkan (kejahatan) ke


dalam dada manusia

dari (golongan) jin dan manusia.

PENJELASAN AYAT

Surat an-Nas merupakan salah satu surat disebut dengan al-mu’awwidzatain


yaitu dua surat yang mengandung perlindungan. Surat lainnya yaitu al-Falaq.
Perlindungan yang dimaksud di sini adalah yang utama adalah memohon
perlindungan dari iblis dan bala tentaranya yaitu setan manusia dan setan jin yang
senantiasa mengintai manusia dengan tanpa putus asa dan berbagai cara. Ibnu Kasir
di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan
Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Setan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa
maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah
subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.
Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya
dari Abu Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah membonceng
Nabi Muhammad Saw. katanya:

“Keledai Nabi saw. terjatuh, lalu aku mengatakan “celakalah setan” lalu Nabi
berdabda. ‘janganlah kamu katakana ‘celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar
tubuhnya dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’Namun
apabila kamu mengatakan bismillǎh maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil
lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus. [HR.Iman
Ahmad]

Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Nas ini,
mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan
pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya
kepada Allah Swt. dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.

Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan


perlindungan hanya kepada Allah Swt. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh
makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya. Semua kejadian ini terjadi
atas kehendak-Nya saw. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak
mudharat kecuali atas kehendak-Nya. pula. Semoga Allah menjadikan kita sebagai
hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan
mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI sebagai berikut:

(1) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk pula di
dalamnya seluruh umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang
menciptakan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsunga
hidup manusia dengan nimat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada
mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.
(2) Allah menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang
memiliki dan yang mengatur semua syari’at, yang membuat undang-undang ,
oeraturan-peraturan, dan hukum-hukum agama. Barang siapa yang mematuhinya
akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

(3) Allah menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang
menguasai jiwa mereka dengan kebesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan
Allah itu secara keseluruhan, tetapu mereka tunduh kepada-Nya dengan sepenuh hati
dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu,
sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.

Ayat-ayat ini mendahulukan kata Rabb (pendidik) dari kata Malik dan Ilah
karena pendidikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia.
Kemudian yang kedua diikuti dengan kata Malik (Raja) karena manusia harus tunduk
kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan
kata Ilah (sembahan), karena manusia sesudah berakala menyadari bahwa hanya
kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.

Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini Dia Raja manusia. Pemilik manusi dan
Tuhan manusia, bahkan Dia adalah tuhan segala sesuatu. Tetapi dilain pihak,
manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga
mereka tersesat dari jalan lurus. Mereka menjadikan tuhan-tuhan lain yang mereka
sembah dengan beranggapan tuhan-tuhan itulah yang memebri hidup mereka,
menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka
memberi nama-nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya bdan
menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka.

(4) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada
Allahu Rabbul-A’lamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di
dalam hati manusia. Bisikan dan was-was yang berasal dari godaa setan itu bilah
dihadapkan kepada akal yang sehar mesti kalag dan orang tergoda menjadi sadar
kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang menyakiti manusia itu akan
menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula
bila seseorang menggoda temannya yang lain yang melakukan suatu kejahatan, tetapi
temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya akan berhenti
menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap
menunggu kesempatan yang lain.

(5-6) Allah menerangkan dalam ayat ini tentang godaan tersebut, yaitu bisikan
setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia yang mungkin
datangnya dari jin atau manuisa. Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu
keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia
menamppakkan dirinya sebagai penasehat yang ikhlas, tetapu bila engkau
menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan
godaannya secara berlebih-lebihan.

Surah ini dimulai dengan kata pendidik, karena dengan kata pendidik, karen
itu Tuhan sebagai pendidik manusia , berkuasa untuk menolak semua godaan setan
dan bisikannya dari manusia. Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia
memohon pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk
yang serupa dalam surah al-Fatihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama
adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan,
maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala
godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.5

Tafsir QS. Al-Falaq

Ayat Terjemah Lafaz Ayat


1 Katakanlah: “Aku berlindung ke-
pada Tuhan yang menguasai subuh

5
Ibid, Hal. 825
2 Dari kejahatan makhluk-Nya,

3 Dan dari kejahatan malam apabila


Telah gelap gulita,

4 Dan dari kejahatan wanita-wanita


tukang sihir yang menghembus
pada buhul-buhul.
5 Dan dari kejahatan pendengki bila
ia dengki.”

PENJELASAN AYAT

Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai arti al-Falaq. Namun Imam


Bukhari dalam shahihnya mengartikan Al-Falaq dengan subuh. Dalam surat ini
dijelaskan beberapa kejahatan yang mengintai manusia. yang oleh karenanya kita
diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah Swt., sang penguasa alam.

Pada ayat 2 yang berarti “dari kejahatan makhluk-Nya” mengandung


pengertian bahwa makhluk Allah baik dari manusia, binatang atau makhluk lainnya
dengan segala yang dilakukannya terkadang menimbulkan bahaya bagi manusia.
selain itu ada hal lain yang perlu diwaspadai manusia yaitu malam dengan segala
misteri di dalamnya.

Dalam ayat 4 dijelaskan adanya kejahatan sihir yang menggunakan kekuatan


setan untuk mengganggu manusia. Imam Ahmad dengan sanadnya menyatakan
bahwa Zaid bin Arqam berkata “Rasululllah Saw. pernah disihir oleh salah seorang
pemuda Yahudi. Dan selama beberapa hari beliau mengadukan hal itu. Lalu beliau
mengatakan ‘lalu datanglah Jibril dan mengatakan “salah seorang Yahudi telah
menyihirmu dan telah membuatkan ikatan untukmu di sumur ini dan ini.
Perintahkanlah kepada seseorang untuk pergi ke sana, lalu iapun mengeluarkannya.
Kemudian dibawa kepada Nabi dan beliau pun melepaskan ikatannya. Kemudian
beliau berdiri, seolah-olah beliau telah bebas dari belenggu. Namun hal tersebut tidak
diberitahukan kepada orang Yahudi dan beliau tidak pernah melihat wajahnya lagi
hingga mati.” Dan masih banyak lagi riwayat yang menerangkan adanya sihir yang
menimpa Nabi Muhammad Saw.

Kejahatan sebagaimana dijelaskan di surat ini, semakin nyata keberadaannya.


Ini tidak hanya mengintai orang-orang dewasa, namun kita sebagai pelajar, kejahatan-
kejahatan itu juga dekat dengan keseharian kita. Bayangkan, alangkah tenang
kehidupan kita jika kita senantiasa menyandarkan seluruh aktivitas kita baik kegiatan
belajar kita, membantu orang tua, bermain dengan teman, berolah raga hanya kepada
Allah Swt.. Dan insyaAllah perlindungan Allah akan senantiasa kita rasakan dan
dekat dengan kita.

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI sebagai berikut:

(1-2) Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah memerintahkan kepada Nabi


muhammad dan seluruh kaum muslimin supaya selalu berlindung kepada Tuhan
Pencipta semua makhluk agar terpelihar dari segala macam kejahatan atau akibat
kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah dicptakan-Nya.

(3)Kemudian Allah menerangkan bahwa sebagiann makhluk-Nya sering


menimbulkan kejahatan pada waktu malam bila segala sesuatu telag didapati oleh
kegelapan. Sementara itu, keadaan malam yang gelap gulita menimbulkan rasa takut
dan gelisah, seakan-akan ada sesuatu yang tersembunyi dalam kegelapan malam itu
yang akan menyakitkan manusia.

(4) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berlindung kepada-
Nya dari kajahatan tukang sihir yang meniupkan mantra-mantra dengan maksud
memutuskan tali kasih sayang dan mengoyak-ngoyak ikatan persaudaraan, seperti
ikatan nikah dan lain-lain.

Perbuatan sihir itu dapat mengubah-ngubah kasih sayang antara dua teman
yang akrab menjadi permusuhan. Penghasut membwa berita yang tampaknya benar
dan sulit dibantah, sebagaimana dilakukan oleh tukang sihir dalam usahanya
memisahkan suami istri. Jumhur berdasarkan hadits sahih yang menerangkan bahwa
Rasulullah saw disihir oleh Labid al-A’sam. Hai ini tidak mempengaruhi wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya, namun hanya jasmani dan perasaan yang tidak
berhubungan dengan syari’at.

(5) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk berlindung
kepada-Nya dari kejahatan orang-orang yang dengki bila ia melaksanan
kedengkiannya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berbagai cara untk
menghilangkan nikmat orang yang dijadikan objek kedengkiannya dan dengan
mengadakan jebakan untuk menjerumuskan orang yang didengkinya jatuh ke dalam
kemudaratan.6

Tafsir QS. Al-Ikhlas

Ayat Terjemah Lafaz Ayat


1 Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang
Maha Esa.

2 Allah adalah Tuhan yang bergan-


tung kepada-Nya segala sesuatu.

3 Dia tiada beranak dan tidak pula di-


peranakkan,
4 Dan tidak ada seorangpun yang se-
tara dengan Dia.”

PENJELASAN AYAT

Asbabun nuzul dari surat ini adalah sebagaimana diterangkan dalam riwayat
Imam Ahmad bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan kepada Nabi saw. “Hai
Muhammad, terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami lalu Allah menurunkan
wahyu “katakanlah, dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
6
Ibid, hal. 820
bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Ayat 1, Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa artinya Dia Satu dan
Tunggal, yang tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan
yang menyamai-Nya. Lafal ini tidak boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah
sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat dan perbuatan-Nya.”

Firman Allah dalam ayat 2 “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala
sesuatu” Ibnu Abbas ra mengatakan “Ash-Shamad” ialah Yang semua makhluk
menyandarkan diri kepada- Nya dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka.

“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan “ dalam ayat 3 menjelaskan bahwa
Allah tidak memiliki keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan
dilanjutkan dengan ayat terakhir bahwasannnya Allah tidak sama dengan semua
makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun tandingan dari makhluk-Nya yang akan
menyainginya atau yang menyamai kedudukan-Nya. Allah Maha Tinggi dan Mahas
suci dari semua itu.

Dalam surat ini jelas dikatakan bahwa pengesaan terhadap Allah mutlak harus
kita lakukan sepenuh hati, dimana sifat Allah yang tidak mungkin dimiliki oleh
makhluk-Nya adalah Esa, tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin
memperkuat keimanan kita. Sehingga kita hanya mempersembahkan semua
penghambaan kita hanya kepada-Nya.

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI sebagai berikut:

(1)Pada ayat ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad menjawab pertanyaan


orang-orang yang menanyakan sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha
Esa, tidak tersusun dan tidak terbilang, karena berbilang dalam susuna Zat berarti
bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali
tidka memerlukan sesuatu apapun, Keesan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa
pada Zatt-Nya. Maha Esa pada Sifat-Nya dan Maha Esa pada perbuatan-Nya.
Maha Esa pada Zatnya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa atau bagian,
Maha Esa pada sifat-Nya berati tidka ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya
dan Maha Esa pada perbuatannya-Nya berarti yang membuat semua perbuatan sesuai
denga firman-nya.

(2) Allah menambahkan dalam ayat ini penjelasan tentang sifat tuhan Yang
Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan meminta dan memohon.

(3) Allah itu menegaskan bahwa Maha suci ia dari mempunyai anak. Ayat ini
juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa
malaikat-malaikat adalah anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa
Isa anak laki-laki Allah.

Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Dengan demikian, Dia tidak
sama dengan makhluk. Dia berada didahului oleh tidak ada. Mahasuci Allah dari apa
yang mereka sebutkan.

Ibnu Abbas berkata, “Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa
dan tidka pula diperanakkan. Ini adalah bagaimana terhadap orang-orang Nasrani
yang mengatakan Isa al-Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang
Yuhadi mengatakan Uzair adalah anak Allah.

4) Dalam ayat ini, Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan
sebanding dengan Dia dalam zat-zifat, dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan
tergadap orang-orang yang beritikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah
dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang
menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.7

C. METODE PEMBELAJARAN

Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini ialah metode ceramah.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses

7
Ibid, hal. 814
pendidikan. Meskipun metode lain dipakai, tetapi metode itu selalu dikombinasikan
dengan metode ceramah ini. Alquran juga mengisyaratkan adanya metode ceramah.
Menurut Abudin Nata, metode ini disebut Alquran dengan kata khtbah yang diulang
sebanyak 9 kali dan kata tabligh yang diulang sebanyak 78 kali. Metode ini juga
dilakukan oleh nabi dalam mengajak dan mendidik ke jalan yang benar.

Metode ini juga efektif diterapkan jika penyampaiannya menggunakan bahasa


yang jelas, mudah dipahami dan mengandung pesan-pesan yang bermutu sehingga
memperkaya wawasan peserta didik secara kognitif. Metode ceramah juga bias
menyentuh qalbu peserta didik sehingga ceramah tidak hanya bersifat kognitif tetapi
juga anah apektif8

8
Dra. Hj.Azizah Hanum OK,M.Ag, Filsafa Pendidikan Islam, Medan Tembung: CV.scientifik Corner
Publishing. September 2018
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Tauhid adalah


pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni dan konseskuen dengan mentaati segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-
Nya.

Selanjutnya isi kandungan surah Qs. Alfatiha ialah meyakini bahwa Allah
memiliki sifat-sifat keutamaan, mencurahkan segenap kasih sayang, menciptakan dan
mengatur alam semesta. Dialah Sang Penguasa alam, satu-satunya yang mengetahui
kapan tibanya hari kiamat, seorang muslim harus memiliki kesadaran sosial dan
Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan kita arah tujuan yang
benar.

Qs. An-Nas mengandung makna Hanya kepada Allah manusia memohon


perlindungan sebagai Pendidik, Radja, dan sembahan mereka, berlindung dari
ganguan, godaan, bisikan setan yang bersembunyi dan menusuk di dalam hati
manusia. Qs.Al-Falaq mengandung makna Nabi dan umatnya diperintahkan untuk
selalu berlindung kepada Allah yang menguasai subuh dari kejahatan yang datang
dari makhlu-makhluk itu, dari malam waktu gelap gulita, dari tukang-tukang sihir,
dan dari orang –orang yang dengki. Dan Qs.Al-ikhlas mengandung makna bahwa
Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan semua makhluk tergantung kepada-Nya
dalam segala urusan, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada
satupun makhluk yang setara atau serupa dengan Allah.

Dari semua pembahasan tauhid dan surah ini, maka seorang pendidik tentu
membutuhkan metode dalam mengajarkannya ke peserta didik, dan metodenya
adalah metode ceramah.
B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca, khususnya kepada para
mahasiswa jurusan pendidikan agama islam ialah untuk lebih serius lagi mempelajari
ilmu tauhid dan kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an, agar kelak kita dapat
mengajarkan ilmu ini kepada peserta didik dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin, Nunu. 2016. Ilmu Kalam dari Tauhid menuju keadilan. Jakarta:
Prenadamedia Group

Hanum, Azizah.2018 Filsafat Pendidikan Islam, Medan Tembung: CV.Scientifik


Corner Publishing.
Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya

Kastolani. 2016. “Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Kesehatan Mental”


Interdisciplinary Journal of Communication, Vol.1. No.1

Syafii. 2012. “Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam Ke Teologi: Analisis Epistemologi”


Teologia. Vol. 23. No. 1

Anda mungkin juga menyukai