AN-
NAS, QS. AL-FALAQ DAN QS. AL- IKHLAS. SERTA
TENTANG TAUHID DALAM KONSEP ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas padaMata Kuliah Alquran Hadits Pada MI/MTS
PAI 5
Kelompok 9:
Ahmad Rizki Fadhillah Asseweth 0301173498
Dini Maghfiroh Saputri 0301173502
Muhammad Arif Syuhada 0301173500
Sartika Dewi Purba 0301173497
Dosen Pengampu
Dedi Syahputra Napitupulu, S.Pd.I, M.Pd
Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
melalui malaikat Jibril, yang dibaca dengan mutawatir dan masuk kategori beribadah
dalam membacanya. Alquran sumber utama ajaran agama islam dan juga merupakan
pedoman bagi setiap muslim, bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, bahkan pula hubungan manusia dengan alam semesta.
Ada banyak ilmu yang diajarkan dalam Alquran, tapi sayangnya kebanyakan
dari kalangan umat muslim hanya membacannya saja. Dan hal ini mengakibatkan
banyak terjadi kesalahpahaman memaknai islam, seperti belakangan ini dimana
banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatakan islam. Ada banyak perpecahan-
perpecahan yang terjadi di kalangan umat islam akibat kesalahahaman tersebut. Oleh
karena itu, sangatlah penting memahami isi kandungan ayat-ayat Alquran dan tauhid
dalam konsep islam agar tidak terjadi kesalahpahaman di masa yang akan datang.
Maka dari itu di dalam makala ini, kami akan membahas mengenai isi
kandungan dari surah Al-fatiha, Al-falaq, An-Nas, dan Al-Ikhlas, serta membahas
tentang tauhid dalam konsep islam. Dan tidak lupa juga membahas metode
pembelajaran yang cocok digunakan pendidik dalam mengajarkan ilmu ini ke peserta
didik di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAUHID
1
Syafii, “Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam Ke Teologi: Analisis Epistemologi” Teologia. Vol. 23. No. 1,
Januari 2012. Hal. 3
2
Dr. H. Nunu Burhanudin, Lc, MA, Ilmu Kalam dari Tauhid menuju keadilan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016). Hal. 299
dan tenang. Tauhid memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia, dan
kebahagian abadi di akherat kelak3
3
Kastolani, “Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Kesehatan Mental” Interdisciplinary Journal of
Communication, Vol.1, No.1, Juni 2016. Hal. 5
4 Yang menguasai di hari Pembala-
san
PENJELASAN AYAT
Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah satu nama lain al-Qur’an.
Mengapa demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari
al-Qur’an. Abul Hasan al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk al-
Qur’an, karena ayat-ayat al- Qur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang
ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.
Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim
harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain seorang
muslim harus memiliki kesadaran sosial
a.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh Alam”
Maksud ayat diatas adalah bahwa yang berhak dipuji adalah Allah, maka
pujian harus dihadapkan kepada-Nya. Karena Dialah yang mempunyai sifat-sifat
sempurna yeng menyebabkan Dia berhak dipuji. Umpama: sifat Maha Esa, Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Mahakuasa, Mahaadil, Maha Mengetahui, Maha
Pengampun, Maha Pemaaf dan lain sebagainya.
Pernyataan seorang hamba bahwa hanya Allah sajalah yang mempunyai sifat-
sifat yang sempurna dan bahwa Dia sajalah yang telah member nikmat dan karunia,
merupakan inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang
sebenarnya.
b.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan”
Ayat ini berisi keimanan, karena dalam ayat ini dinyatakan dengan lebih jelas
akidah tauhid. Ayat ini menerangkan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak
disembah dan hanya kepada Allah sajalah manusia seharusnya memohon
pertolongan.
Jadi, manusia sebagai makhluk Allah, haruslah berhubungan langsung dengan
Allah sebagai Khaliknya. Ketika manusia dan berdoa memohon sesuatu haruslah
langsung ditujukan kepada Allah, Khaliknya tanpa perantaraan siapa dan apa pun
juga.
Kedua ayat yang disebutkan tadi adalah inti keimanan dan tauhid. Ayat-ayat
lain hyang menyeru kepada tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, wasani,
majusi, dan sebagainya adalah penjelasan dari kedua ayat ini. Pada dasarnya semua
ayat isi surah Al-Fatihah itu dari awal sampai akhir menerangkan akidah tauhid4
4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011) Hal. 6
Tafsir QS. An-Nas
2 Raja manusia.
3 Sembahan manusia.
PENJELASAN AYAT
“Keledai Nabi saw. terjatuh, lalu aku mengatakan “celakalah setan” lalu Nabi
berdabda. ‘janganlah kamu katakana ‘celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar
tubuhnya dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’Namun
apabila kamu mengatakan bismillǎh maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil
lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus. [HR.Iman
Ahmad]
Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Nas ini,
mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan
pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya
kepada Allah Swt. dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.
(1) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk pula di
dalamnya seluruh umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang
menciptakan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsunga
hidup manusia dengan nimat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada
mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.
(2) Allah menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang
memiliki dan yang mengatur semua syari’at, yang membuat undang-undang ,
oeraturan-peraturan, dan hukum-hukum agama. Barang siapa yang mematuhinya
akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.
(3) Allah menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang
menguasai jiwa mereka dengan kebesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan
Allah itu secara keseluruhan, tetapu mereka tunduh kepada-Nya dengan sepenuh hati
dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu,
sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.
Ayat-ayat ini mendahulukan kata Rabb (pendidik) dari kata Malik dan Ilah
karena pendidikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia.
Kemudian yang kedua diikuti dengan kata Malik (Raja) karena manusia harus tunduk
kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan
kata Ilah (sembahan), karena manusia sesudah berakala menyadari bahwa hanya
kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.
Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini Dia Raja manusia. Pemilik manusi dan
Tuhan manusia, bahkan Dia adalah tuhan segala sesuatu. Tetapi dilain pihak,
manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga
mereka tersesat dari jalan lurus. Mereka menjadikan tuhan-tuhan lain yang mereka
sembah dengan beranggapan tuhan-tuhan itulah yang memebri hidup mereka,
menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka
memberi nama-nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya bdan
menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka.
(4) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada
Allahu Rabbul-A’lamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di
dalam hati manusia. Bisikan dan was-was yang berasal dari godaa setan itu bilah
dihadapkan kepada akal yang sehar mesti kalag dan orang tergoda menjadi sadar
kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang menyakiti manusia itu akan
menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula
bila seseorang menggoda temannya yang lain yang melakukan suatu kejahatan, tetapi
temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya akan berhenti
menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap
menunggu kesempatan yang lain.
(5-6) Allah menerangkan dalam ayat ini tentang godaan tersebut, yaitu bisikan
setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia yang mungkin
datangnya dari jin atau manuisa. Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu
keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia
menamppakkan dirinya sebagai penasehat yang ikhlas, tetapu bila engkau
menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan
godaannya secara berlebih-lebihan.
Surah ini dimulai dengan kata pendidik, karena dengan kata pendidik, karen
itu Tuhan sebagai pendidik manusia , berkuasa untuk menolak semua godaan setan
dan bisikannya dari manusia. Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia
memohon pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk
yang serupa dalam surah al-Fatihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama
adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan,
maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala
godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.5
5
Ibid, Hal. 825
2 Dari kejahatan makhluk-Nya,
PENJELASAN AYAT
(4) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berlindung kepada-
Nya dari kajahatan tukang sihir yang meniupkan mantra-mantra dengan maksud
memutuskan tali kasih sayang dan mengoyak-ngoyak ikatan persaudaraan, seperti
ikatan nikah dan lain-lain.
Perbuatan sihir itu dapat mengubah-ngubah kasih sayang antara dua teman
yang akrab menjadi permusuhan. Penghasut membwa berita yang tampaknya benar
dan sulit dibantah, sebagaimana dilakukan oleh tukang sihir dalam usahanya
memisahkan suami istri. Jumhur berdasarkan hadits sahih yang menerangkan bahwa
Rasulullah saw disihir oleh Labid al-A’sam. Hai ini tidak mempengaruhi wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya, namun hanya jasmani dan perasaan yang tidak
berhubungan dengan syari’at.
(5) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk berlindung
kepada-Nya dari kejahatan orang-orang yang dengki bila ia melaksanan
kedengkiannya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berbagai cara untk
menghilangkan nikmat orang yang dijadikan objek kedengkiannya dan dengan
mengadakan jebakan untuk menjerumuskan orang yang didengkinya jatuh ke dalam
kemudaratan.6
PENJELASAN AYAT
Asbabun nuzul dari surat ini adalah sebagaimana diterangkan dalam riwayat
Imam Ahmad bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan kepada Nabi saw. “Hai
Muhammad, terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami lalu Allah menurunkan
wahyu “katakanlah, dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
6
Ibid, hal. 820
bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Ayat 1, Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa artinya Dia Satu dan
Tunggal, yang tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan
yang menyamai-Nya. Lafal ini tidak boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah
sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat dan perbuatan-Nya.”
Firman Allah dalam ayat 2 “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala
sesuatu” Ibnu Abbas ra mengatakan “Ash-Shamad” ialah Yang semua makhluk
menyandarkan diri kepada- Nya dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka.
“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan “ dalam ayat 3 menjelaskan bahwa
Allah tidak memiliki keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan
dilanjutkan dengan ayat terakhir bahwasannnya Allah tidak sama dengan semua
makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun tandingan dari makhluk-Nya yang akan
menyainginya atau yang menyamai kedudukan-Nya. Allah Maha Tinggi dan Mahas
suci dari semua itu.
Dalam surat ini jelas dikatakan bahwa pengesaan terhadap Allah mutlak harus
kita lakukan sepenuh hati, dimana sifat Allah yang tidak mungkin dimiliki oleh
makhluk-Nya adalah Esa, tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin
memperkuat keimanan kita. Sehingga kita hanya mempersembahkan semua
penghambaan kita hanya kepada-Nya.
(2) Allah menambahkan dalam ayat ini penjelasan tentang sifat tuhan Yang
Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan meminta dan memohon.
(3) Allah itu menegaskan bahwa Maha suci ia dari mempunyai anak. Ayat ini
juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa
malaikat-malaikat adalah anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa
Isa anak laki-laki Allah.
Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Dengan demikian, Dia tidak
sama dengan makhluk. Dia berada didahului oleh tidak ada. Mahasuci Allah dari apa
yang mereka sebutkan.
Ibnu Abbas berkata, “Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa
dan tidka pula diperanakkan. Ini adalah bagaimana terhadap orang-orang Nasrani
yang mengatakan Isa al-Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang
Yuhadi mengatakan Uzair adalah anak Allah.
4) Dalam ayat ini, Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan
sebanding dengan Dia dalam zat-zifat, dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan
tergadap orang-orang yang beritikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah
dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang
menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.7
C. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini ialah metode ceramah.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses
7
Ibid, hal. 814
pendidikan. Meskipun metode lain dipakai, tetapi metode itu selalu dikombinasikan
dengan metode ceramah ini. Alquran juga mengisyaratkan adanya metode ceramah.
Menurut Abudin Nata, metode ini disebut Alquran dengan kata khtbah yang diulang
sebanyak 9 kali dan kata tabligh yang diulang sebanyak 78 kali. Metode ini juga
dilakukan oleh nabi dalam mengajak dan mendidik ke jalan yang benar.
8
Dra. Hj.Azizah Hanum OK,M.Ag, Filsafa Pendidikan Islam, Medan Tembung: CV.scientifik Corner
Publishing. September 2018
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selanjutnya isi kandungan surah Qs. Alfatiha ialah meyakini bahwa Allah
memiliki sifat-sifat keutamaan, mencurahkan segenap kasih sayang, menciptakan dan
mengatur alam semesta. Dialah Sang Penguasa alam, satu-satunya yang mengetahui
kapan tibanya hari kiamat, seorang muslim harus memiliki kesadaran sosial dan
Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan kita arah tujuan yang
benar.
Dari semua pembahasan tauhid dan surah ini, maka seorang pendidik tentu
membutuhkan metode dalam mengajarkannya ke peserta didik, dan metodenya
adalah metode ceramah.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca, khususnya kepada para
mahasiswa jurusan pendidikan agama islam ialah untuk lebih serius lagi mempelajari
ilmu tauhid dan kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an, agar kelak kita dapat
mengajarkan ilmu ini kepada peserta didik dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, Nunu. 2016. Ilmu Kalam dari Tauhid menuju keadilan. Jakarta:
Prenadamedia Group