Anda di halaman 1dari 6

Tugas : PAI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM )

Nama: BENI HARDIKA AGUSSUANDI


NIM : 221014042
Prodi : Teknik Sipil B
Dosen Pengempu : SRI WAHYU HIDAYATI,S.IP,M.PD

FAKULTAS TEKNOLOGI LINGKUNGAN DAN MINERAL


JLN.Raya Olat Maras Batu Alang,Pernek ,Kec.Moyo Hulu,

Kabupaten Sumbawa,Nusa Tenggara Barat 84371


1.ke-Tauhidan

Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (infinitif) dari kata
wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah). Sedangkan
pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. Itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-
Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain
Allah).

Adapun menurut istilah, tauhid adalah “meyakini akan ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam
rububiyah (penciptaan, pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah kepadaNya) dan
dalam Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-Nya“.

Ditinjau dari buku Teologi Islam Ilmu Tauhid karya Drs Hadis Purba dan Drs. Salamuddin, terdapat
beberapa pengertian tauhid yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beberapa definisi atau
pengertian tauhid tersebut antara lain;

1. Menurut Syaikh Muhammad Abduh (1926:4), dikemukakan bahwa "Ilmu tauhid adalah suatu
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya,
sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul-Nya,
meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang
terlarang dinisbatkan kepada mereka."

2. Husain Affandi al-Jisr (tt:6) mengemukakan bahwa "Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas
tentang hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan."

3. Ibnu Khaldun (tt:458) mengemukakan bahwa "Ilmu tauhid berisi alasan-alasan dari aqidah
keimanan dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan terhadap
golongan bid'ah yang dalam bidang aqidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan ahlus sunnah."
Jenis-Jenis Tauhid

Tauhid merupakan bagian paling penting dari keseluruhan substansi aqidah ahlus sunnah wal
jamaah. Bagian ini harus dipahami secara utuh agar maknanya yang sekaligus mengandung klarifikasi
jenisjenisnya, dapat terealisasi dalam kehidupan.Dalam kaitan ini tercakup dua hal.

- Pertama, memahami ajaran tauhid secara teoritis berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an, sunnah
dan akal sehat.

- Kedua, mengaplikasikan ajaran tauhid tersebut dalam kenyataan sehingga ia menjadi


fenomena yang tampak dalam kehidupan manusia.

1. Tauhid Rububiyah

Jenis tauhid yang pertama adalah tauhid Rubibiyah. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada
salah satu nama Allah Swt, yaitu ‘Rabb’. Nama ini mempunyai beberapa arti antara lain: al-murabbi
(pemelihara), an-nasir (penolong), al-malik (pemilik), al-mushlih (yang memperbaiki), as-sayyid (tuan)
dan al-wali (wali).

Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini ,Beriman kepada


perbuatanperbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya, menciptakan, memberi rizki,

menghidupkan, mematikan, menguasai,Beriman kepada takdir Allah,Beriman kepada zat Allah.

2. Tauhid Uluhiyah
Jenis tauhid yang kedua adalah tauhid Uluhiyah. Kata Uluhiyah diambil dari akar kata 'ilah'
yang berarti 'yang disembah' dan 'yang ditaati'. Karena ini digunakan untuk menyebut
sembahan yang hak dan yang batil.
3. Tauhid Asma’Wash-Shifat

Jenis tauhid yang ketiga adalah tauhid Asma’Wash-Shifat. Definisi tauhid al-asma wa
ashshifat artinya pengakuan dan kesaksian yang tegas atas semua nama dan sifat Allah yang
sempurna, masih dikutip dari buku Pengantar Studi Aqidah Islam oleh Muhammad Ibrahim
Bin Abdullah Al-Buraikan.

2. Kerasulan

Kerasulan atau Rasul berasal dari kata arsala yang artinya mengutus atau mengirim.
Sedangkan, menurut istilah rasul artinya seorang laki-laki saleh yang diutus Allah untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada manusia berdasarkan wahyu Allah yang diterimanya.
Sedangkan rasul menurut istilah adalah orang yang mendapatkan wahyu dari Allah tidak
hanya untuk dirinya tetapi juga untuk disampaikan kepada umatnya. Jadi kalau nabi belum
tentu rasul, sedangkan rasul sudah pasti nabi.

Kerasulan merupakan seorang yang dibutuhkan oleh manusia dalam mengajarkan atau
menyampaikan wahyu dan kabar berita yang datangnya dari Allah. Al-Afghani
mengatakan“kenabian dan manusia saling berhubungan, badan tidak bisa hidup tanpa roh,
begitu juga dengan masyarakat”. Roh masyarakat ialah kenabian dan hikmah (falsafah).
Al-Afghani juga mengatakan bahwa kenabian adalah anugrah Tuhan yang tidak bisa dicari,
melainkan dikhususkan oleh Tuhan untuk hamba-hamba yang disukai-Nya, karena Tuhan
lebih mengetahui dimana Ia akan meletakkan risalah-Nya12 .

Mengapa, karena manusia memerlukan sekali petunjuk jalan, agar manusia mengetahui apa
yang dikendaki oleh Tuhan dan untuk memperbaiki kehidupan mereka di dunia dan akhirat.
Dan mengajarkan kepada manusia mengenai ke Agungan dan ke Maha Kuasaan Tuhan semesta
alam.Kebenaran adanya wahyu sudahlah sangat jelas, bahkan sudah terbukti akan
kebenarannya. Tetapi ada sebagian yang tidak mengerti dengan kebenaran itu, ibarat
pengetahuan akal seseorang tidaklah sama persis melainkan ada akal yang mampu
menerima apa yang tidak bisa diterima oleh akal yang lainnya.

Dengan demikian akal ini hanya bisa menerimanya dengan suatu ringkasan yang mudah dipahami,
lama kelamaan akal ini mampu menerinya dan mereka percaya akan kebenarannya. Wahyu bukan
hanya sekedar berita, bahkan suatu ilmu pengetahuan yang tidak bisa di tentang kebenarannya.
Barang siapa yang menentang kebenarannya maka mereka samasama menyerang kelompok
penentang itu. Begitulah keadaan tipe segolongan manusia yang ada saat itu hingga sekarang, masih
ada yang belum percaya akan wahyu Allah SWT.

NARASUMBER:

1. Adeng Muchtar Ghazali, Pemikiran Islam Kontemporer (Suatu Refleksi Keagamaan


yang Dialogis, buku ini tampaknya bisa menjawab tuntutan kebutuhan penulis dalam
penelitian yakni yang berhubungan dengan Kalam Kontemporer.
2. Harun Nasution, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), cet. 5,
UI-Press, Jakarta, 1986.

3. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam (sejarah pemikiran dan gerakan), Bulan
Bintang, Jakarta, 1992.

4. Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, 1986 5. Muhammad
Abduh, Risalah Tauhid, diterjemahkan oleh K.H. Firdaus A. N, Bulan Bintang, Jakarta, 1996.
Ini merupakan buku induk dari judul yang ada.

5. https://news.detik.com/berita/d-5400232/iman-kepada-rasul-memiliki-arti-apa-
dalam-agama-islam

6. https://plus.kapanlagi.com/kata-rasul-menurut-bahasa-mempunyai-arti-utusan-
ketahui-pula-penjelasan-mengenai-nabi-c81ea7.html

Anda mungkin juga menyukai