Anda di halaman 1dari 12

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting.

Seseorang yang

benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.

Tauhid yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan.

Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta

kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat

An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan

mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang- orang yang Allah

kehendaki”

Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah

kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada

yang ditakutinya kecuali Allah merupakan hal pokok yang harus dilakukan

seorang pendidik. Seorang pendidik harus menekankan bahwa setiap langkah

manusia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Penerapan konsep tersebut adalah

dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan- Nya. Seorang

pendidik harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai- nilai yang

diajarkan dalam Islam. Pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang paling

pokok di atas hal- hal penting lainnya.


Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan keesaan Allah dan hal- hal yang
terkait dengannya. Ilmu ini berkaitan dengan pembahasan tentang penetapan
akidah yang diambil dari dalil-dalil yang diyakini, yaitu Al-Qu’an dan hadis
serta dalil naqli.
Para ulama memiliki istilah yang beragam tentang ilmu ini. berikut adalah
beberapa nama yang digunakan oleh para ulama untuk menyebut ilmu tauhid.
a. Ilmu Aqa’ id. Dinamakan aqa’ id karena ilmu ini membicarakan tentang akidah
atau kepercayaan.
b. Ilmu Kalam. Disebut demikian karena persoalan akidah yang dulu sering
diperselisihkan oleh para ulama adalah masalah kalamullah, apakah ia
bersifat qadim atau baru.
c. Ilmu Sifat. Disebut demikian karena ilmu ini mempelajari sifat- sifat Allah
yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
d. Ilmu Usuluddin. Dinamakan demikian karena ia membicarakan persoalan-
persoalan pokok (usul) dalam agama, yaitu soal keimanan.
e. Ilmu Ma’ rifah. Disebut demikian karena ilmu ini berkaitan dengan mengenali
Allah dan rasul-Nya.
f. Fikih Akbar. Imam Abu Hanifah menamai pembahasan tentang akidah
dengan sebutan fikih akbar. Abu Hanifah memakai istilah tersebut karena
pada masanya semua kegiatan intelektual agama disebut fikih.
Sumber:

Ilmu tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang ketuhanan Allah ta’ ala baik
yang berhubungan dengan zatnya, dengan perbuatannya, maupun yang
berhubungan antara seorang hambanya terhadapnya. Uraian yang berhubungan
dengan zatnya disebut tauhid uluhiyah, uraian yang berhubungan dengan
perbuatannya disebut tauhid rububiyah, dan uraian yang berhubungan dengan
abdi hamba terhadapnya disebut tauhid ‘ ubudiyah. Sumber: Teungku
Muhammad Ali Muda (2019:1)

Ditinjau dari sudut bahasa ( etimologi) kata tauhid adalah merupakan bentuk
kata mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu wahhada yuwahhiduu wahdah
yang memiliki arti mengsesakan atau menunggalkan. Kemudian di tegaskan oleh
ibnu kahduln dalam kitab nya mukadimah bahwa katanya tauhid menggandung
makna keesaan tuhan . Maka dari pengertian ethimologi tersebut dapat diketahui
bahwa tauhid menggandung makna meyakinkan bahwa Allah adalah’ ’ satu’ ’ tidak
ada syarikat baginya
Demikian juga halnya pada kajian ilmu tauhid telah ditarifkan oleh para ahli
sebagai berikut:
a. Syekh Muhammad Abduh
Ilmu tauhid iyalah ilmu yang membahas tentang wujud allah dan sifat sifat
yang wajib ada padanya,dan sifat yang boleh ada padanya dan sifat yang
tidak harus ada padanya { mustahil} , ia juga membahas tentang para rasul
untuk menegaskan tugas risalahnya, sifat sifat yang wajib ada padanya yang
boleh padanya [jaiz] dan yang tidak boleh ada padanya [mustahil]
b. Syekh Husain Affandial al-jisr al-Tharablusy mentra’ rifkah
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana
menetapkan akidah dengan mengunakan dalil dalil yang meyakinkan.

Akidah seorang mukmin adalah akidah tauhid yang juga dan merupakan
akidah yang diserukan oleh seluruh para nabi dan rasul semenjak nabi Adam
hingga nabi Muhammad SAW. Tauhid secara bahasa berasal dari kata
“ wahhada- yuwahhidu- tawhidan” yang artinya menjadikan sesuatu
satu/ tunggal/ esa ( menganggap sesuatu esa dan satu- satunya) .
Secara istilah atau syar’ i tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal
mencipta, menguasai, mengatur dan mengikhlaskan ( memurnikan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-
Nya serta menetapkan Asma’ ul Husna (Nama-nama yang bagus) dan Shifat
Al-Ulya (sifat-sifat yang tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari
kekurangan dan cacat.
Sumber: Ridwan A. Malik (2014:25)

Istilah ilmu kalam terdiri atas dua kata yaitu ilmu dan kalam. Ilmu berarti
pengetahuan, sedangkan kalam berarti pembicaraan. Secara bahasa, ilmu kalam
berarti ilmu tentang pembicaraan, yang merujuk pada sistem pemikiran rasional
yang berfungsi untuk mempertahankan Islam dan tradisinya dari ancaman dan
tantangan dari luar. Secara umum, ilmu kalam didefenisikan sebagai ilmu yang
membahas akidah Islam dan penetapannya dengan dalil-dalil yang qat’ baik dari
Al-Qur’an maupun hadis.
Beberapa ulama memberikan defenisi ilmu kalam sebagai berikut.
1. Imam Al-Ghazali
Ilmu kalam adalah ilmu yang bertujuan untuk menjaga akidah
ahlusunahdari pengaburan yang dilakukan oleh ahli bid’ ah.
2. Ibnu Khaldun
Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi argument- argumen tentang
akidah berdasarkan dalil- dalil aqliyah ( rasional) serta pembelaan
keyakinan salafdan ahlusunahterhadap pemikiran menyimpang
dan para ahli bid’ah.
3. Al-Farabi
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat
Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai dari yang
berkaitan dengan masalah- masalah dunia hingga persoalan-
persoalan sesudah mati yang didasarkan pada doktrin Islam.
4 . Mustafa Abdur Raziq
Ilmu kalam adalah ilmu yang berkaitan dengan akidah keimanan
yang dibangun diatas argumentasi- argumentasi rasional.
5. Fuad al-Ahwani
Ilmu kalam adalah ilmu untuk memperkuat akidah agama dengan
ajaran-ajaran yang rasional.

Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam, kata ilmu dalam bahasa
Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang yang di susun
secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun kata kalam dalam bahasa
arab yang berarti kata- kata. Ilmu kalam secara harfiah berarti ilmu tentang kata-
kata. Walaupun dikatakan ilmu kata- kata, namun ilmu ini tidak ada sangkut
pautnya sama sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu kalam mengunakan kata- kata
dalam menyusun argument-argumen yang digunakan nya. Oleh sebab itu, kalam
sebagai kata, bisa mengandung arti kata perkatan manusia (kalam al-nas) atau
perkataan allah (kalam Allah).

Bila yang dimaksud dengan kalam itu adalah sabda Tuhan, maka soal kalam
pernah menjadi pembahasan yang sangat serius dalam ilmu kalam sehingga
menimbulkan aliran- aliran yang ada.

Tetapi yang dimaksud kata kalam itu adalah kata- kata manusia, maka ilmu
kalam menggunakan logika yang disampaikan dengan susunan kata yang penuh
argumentasi rasional. Hal itu ditunjukan dalam rangka memperkuat dalil- dalil
naqli yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist nabi. Maka untuk membedakan
disiplin ilmu ini yang tentu saja ketika itu belum ada namanya yang baku dari
ilmu mantiq ( logika) , maka dipakailah istilah ilmu kalam.

Dengan demikian secara defenisi atau ta’ arif ilmu kalam juga disebut ilmu tauhid.
Kata tauhid mengandung arti satu atau esa. Masalah keesaan Tuhan dalam
pandangan islam, sebagai agama monoteisme, merupakan masalah pokok
dalam akidah, dan masalah ini pula yang menjadi pembahasan terpenting dari
ilmu tauhid.

Ilmu kalam membahas ajaran- ajaran dasar dalam agama islam. Ajaran- ajaran
dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Qur’an, kitab
suci yang dibawa oleh Muhammad SAW, orang yang percaya kepada tiga hal itu,
yakni orang Muslim dan mukmin, serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan
musyrik, soal surga dan neraka dan lain-lain.
Masalah yang disebut diatas pada hakikatnya merupakan dasar- dasar dari
ajaran Islam. Dasar-dasar ajaran agama, disebut Ushulal-Dinatau juga
dinamakan dengan Ilmual-Aqaid. Oleh sebab itu ilmu kalam juga disebut dengan
Ilmual-Ushulal-Dinatau Ilmual-Aqaidal-Diniyah. Dalam literatur Barat disiplin
ini disebut dengan IslamicTheologyatau TheTheologyofIslam.
Disamping nama Ilmu Kalam, ilmu ini juga diberi nama dengan nama-nama lain,
yakni:
1. Ilmu Ushul Al-Din (Ilmu tentang dasar-dasar agama).
2. Ilmu Al-Aqaid Al-Diniyah (Ilmu tentang aqidah, keagamaan atau ajaran-
ajaran pokok agama.
3 . Ilmu al-Tauhid (Ilmu yang membahas tentang keesaan Allah).
4 . Teologi Islam ( Ilmu Ketuhanan Islam) . Dalam literatur Barat Teologi Islam
disebut dengan The Islamic Theology atau The Theology of Islam.
5. Al-Fiqh al-Akbar ( Fikih Besar/ Ajaran dasar). Istilah ini dikontraskan dengan
Al-Fiqh al-Asghar (Fikih Kecil/ajaran cabang (furu’). Fikih kecil ini adalah ilmu
yang membahas masalah- masalah yang sekarang populer dengan fikih yang
berkaitan dengan hukum syariat. Adapun masalah yang menyangkut
Ketuhanan disebut dengan al-Fiqh al-Akbar.

Ruang lingkup ilmu kalam adalah ajaran-ajaran dasar islam. Ajaran dasar itu
disebut dengan aqidah dalam islam. Ajaran aqidah meliputi wujud Allah,
Kerasulan Muhammad, Kewahyuan Al-Qur’an, masalah siapa mukmin dan siapa
kafir tentang surga dan neraka, kekuasaan Allah, dan kebebasan manusia.

Pradigma Ilmu kalam harus berangkat dari keyakinan/ dogma. Seseorang harus
beriman terlebih dahulu baru melakukan penjelajahan intelektual dalam rangka
memperkukuh keyakinan tersebut. Oleh sebab itu, tidak boleh terjadi setelah
mempelajari Ilmu kalam iman seorang menjadi goyah.

Adapun metodologi yang digunakan oleh Ilmu kalam dikenal dengan dalil naqli
(dalil yang menggunakan nash-nash agama, yakni Al-Qur’an dan hadis Nabi)
serta dalil aqli ( dalil yang menggunakan argumentasi rasional) . Dalam
menggunakan metode tersebut timbul dua corak pemikiran kalam, yakni
pemikiran kalam rasional dan pemikiran kalam tradisional.

Pemikiran kalam rasional mempunyai ciri- ciri: memberi makna metaforis


terhadap nash, manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat,
sunnatullah tidak berubah-ubah, kekuasaan dan kehendak Tuhan terbatas, dan
memberi daya yang besar kepada akal. Sebaliknya pemikiran kalam tradisional
mempunyai ciri- ciri: memberi makna harfiah kepada nash, manusia terikat dalam
berkehendak dan berbuat, sunnatullah berubah-ubah, kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan berlaku semutlak- mutlaknya, dan memberi daya yang kecil kepada
akal.

Di dalam pemikiran kalam dikenal istilah ushul (dasar) dan furu’ (cabang).
Pengertian ushul dalam pemikiran kalam adalah ajaran- ajaran dasar agama
yang dikalangan mutakallimin tidak diperselisihkan lagi. Ajaran dasar itu adalah:
Allah Maha Esa, Muhammad adalah Rasul, hari kiamat itu pasti, surga dan
neraka itu ada.

Sementara itu pengertian furu’ ( cabang) dalam pemikiran islam adalah hasil
interpretasi dari ajaran dasar yang diantara para mutakallimin diperselisihkan
pemahaman nya. Dengan kata lain masalah furu’ adalah masalah- masalah yang
ada diseputar akidah islam yang bukan ajaran dasar. Ajaran yang bukan dasar
itu antara lain: Allah mempunyai sifat diluar dzat atau tidak, diutusnya rasul wajib
atau bukan, Al-Qur’an bersifat qadim atau baharu. Surga dan neraka itu bersifat
jasmani atau rohani, dan melihat Allah di akhirat apakah dengan penglihatan
jasmani atau rohani.
Sumber: (M. Yunan Yunus 2014:1-6).

Kalam berasal dari Bahasa Arab yang secara harfiah berarti perkataan. Secara
istilah, ilmu kalam adalah sesuatu kajian ilmiah yang berupaya untuk memahami
keyakinan keagamaan dengan argumentasi yang kokoh. Bagi Al-Iji, ilmu kalam
adalah ilmu yang berkaitan dengan akidah Islam yang mengemukakan argumen-
argumen dan menolak keraguan.

Menurut Hasan Hanafi, ilmu kalam sebagai metodologi berfikir, berdialog dan
cara pengungkapan. Sementara ulama terdahulu memandang bahwa ilmu kalam
sebagai bentuk pembelaan terhadap kebenaran agama dalam menghadapi
lawan- lawannya. Hanafi manambahkan bahwa jika pandangan tersebut diterima,
maka kedudukan ilmu kalam sama dengan logika dalam filsafat.
Bagi Ibn Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu yang mengkaji tentang argumentasi
yang mempertahankan keimanan dengan dalil- dalil akal dan argumentasi
terhadap orang- orang yang menyimpang dari kepercayaan mazhab ulama salaf
dan ahl sunnah. Menurut Mustafa Abd ar-Raziq, ilmu kalam adalah ilmu yang
berbicara tentang akidah keagamaan yang meliputi argumentasi dan bantahan
terhadap keraguan. Lebih tegas lagi Ahmad Fuad al- Ahwani mendefenisikan
ilmu kalam sebagai ilmu yang memperkuat akidah- akidah agama Islam dengan
argumentasi rasional.

Al- Farabi menyatakan ilmu kalam adalah:


“ ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang zat Allah, sifat-sifatNya,
semua keberadaan yang mungkin dari permasalahan dunia sampai masalah
sesudah mati yang berdasarkan undang- undang Islam.

Al- Ghazali berpendapat bahwa ilmu kalam bertujuan menjaga akidah Ahl as-
sunnah dari bisikan ahli bid’ah yang menyesatkan. Hal ini karena Allah telah
menyampaikan akidah yang benar kepada hambanya melalui para NabiNya yang
mengandung kebaikan bagi agama dan dunia mereka. Dalam hal ini, ilmu kalam
mengkaji tentang pengetahuan Al-Qur’an beserta kabar yang lain.

Abd al-Mun’ in menyatakan ilmu kalam mencakup akidah keimanan dengan


menggunakan argumentasi rasional. Ilmu ini muncul untuk membela agama
islam dan menolak akidah- akidah yang masuk dari orang lain. Ilmu ini dikatakan
ilmu kalam karena persoalan yang penting dikajinya adalah kalam Allah,
persoalan akidah yang mendalam, hari kiamat, hakikat sifat Tuhan, qada’, qadar,
hakikat kenabian, dan penciptaan Al-Qur’an.

Ilmu kalam digunakan dalam terjemahan Bahasa Arab dari karya- karya ahli
filsafat Yunani yang merupakan alih bahasa dari Logos dalam berbagai arti
harfiahnya, seperti word (kata), reason (akal), dan argument (pembuktian logika).
Istilah ni berkembang menjadi cabang khusus ilmu pegetahuan. Akibatnya,
dikatakan ilmu kalam at-tabi’ i (the physical kalam), sehingga orang yang ahli
ilmu kalam disebut asbab al-kalam at-tabi’ i. Demikian pula, ahli ilmu ketuhanan
disebut asbab al- kalam al- ilahi atau almutakallimin fi al- ilahiyyat.

Al- Iji megidentifikasikan bebrapa latar belakang penamaan istilah ilmu kalam,
yaitu:
1 . Ilmu kalam sebagai bentuk perlawanan terhadap logika para ahli filsafat;
2 . Ilmu kalam berasal dari judul bab-bab buku yang umumnya diawali
dengan perkataan “al-kalam fi …” (pembahasan tentang …);
3 . Ilmu kalam berkaitan dengan perdebatan ulama mutakallimin apakah kalam
Allah itu adalah baru (hadits) ataukah qadim. Oleh karena itu, penamaan ilmu
kalam ini sangat cocok dengan konteks sejarah yang pernah dilakukan oleh
penguasa yang bermazhab mu’ tazilah melakukan pengujian ( mihnah) pada
ulama tentang kalam Allah. Sumber: (Nawawi, 2018:1-3).

Istilah ilmu kalam berasal dari kata al- kalam, yang mula-mula berarti susunan
kata yang mengandung suatu maksud. Kemudian kata tersebut menunjukkan
salah satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara atau mutakalliman. Sedangkan kata
ilmu kalam sendiri mulai terpakai di masa khalifah al-Ma’ mun pada zaman
dinasti abbasiyah. Pada masa itu dipelajari buku- buku terjemahan filsafat Yunani
oleh kaum mu’ tazillah, kemudian mereka dipertemukanlah sistem filsafat
dengan kajian agama tentang Tuhan, hasil kajian tersebut menjadi ilmu yang
berdiri sendiri dengan nama ilmu kalam. Dasar- dasar yang dijadikan sebagai
penamaan ilmu kalam tersebut antara lain:
1 . Masalah terpenting yang menjadi kajian abad- abad awal kaendarium islam
adalah tentang kalam Allah (firman Tuhan) dan tidak azalinya Al-Qur’an
(khalaq Al-Qur’an).
2 . Dasar ilmu kalam yaitu dalil-dalil pikiran, mereka jarang kembali kepada dalil-
dail naqli, kecuali setelah menetapkan benarnya pokok persoalan.
3 . Pembuktian kepercayaan- kepercayaan agama menyerupai logika dalam
filsafat.

Dalam ilmu kalam dikaji tentang keesaan Tuhan. Tujuan pengkajiannya yaitu
untuk menetapkan keesaan Tuhan dalam zat, perbuatannya menjadikan alam,
dan bahwa dialah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam. Secara bahasa,
ilmu kalam dapat diartikan sebagai ilmu pembicaraan karena dengan
pembicaraan- pembicaraan tersebutlah pengetahuan dapat dijelaskan dan
dengan pembicaraan yang tepat menurut Undang- Undang berbicaralah
kepercayaan yang benar dan dapat ditanamkan.

Jadi secara istilah, ilmu kalam dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji
tentang Tuhan melalui berbagai pembicaraan- pembicaraan baik yang bersumber
dari naqli maupun dari aqli. Orang yang ahli dalam ilmu kalam tersebut disebut
dengan mutakallimin.

Ilmu kalam disebut juga dengan beberapa nama seperti ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqh al- akbar, dan teologi islam. Ilmu ushuluddin secara bahasa berarti
ilmu pokok- pokok agama. Hal ini dikarenakan dalam ilmu ushuluddin membahas
pokok- pokok agama atau pokok segala persoalan yang terkait dalam agama.
Kemudian ilmu kalam juga dinamakan sebagai ilmu tauhid karena dalam ilmu
tauhid dibahas keesaan Tuhan. Secara bahasa ilmu tauhid dapat diartikan
sebagai ilmu meng- Esakan atau ilmu kepercayaan bahwa hanya satu Tuhan
yang harus dipercaya.

Lalu ilmu kalam disebut juga dengan fiqh al- akbar karena dalam fiqh al-akbar itu
membahas keyakinan atau pokok- pokok agama atau ilmu tauhid serta
membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-
pokok agama, tetapi hanya cabang saja. Abu Hanifat merupakan tokoh yang
menyebut nama ilmu kalam dengan fiqh al- akbar.
Sumber: (Novan Ardy Wiyani, 2013:1-3).

Perbedaan diantara tiga titik ilmu diatas terletak pada aspek metodologinya.
Ilmu kalam, sebagai ilmu ynag menggunakan logika disamping argumentasi-
argumentasi naqliah untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, sangat
tampak nilai- nilai apologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode
dialektika (jadaliah), dikenal juga dengan istilah “dialog keagamaan” . Sebagai
sebuah keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan- keyakinan kebenaran agama
yang dipertahankan melalui argumen- argumen rasional. Sebagian ilmuwan
bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan- keyakinan kebenaran,
praktik, dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang
dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh


kebenaran rasional. Metode yang digunakannya adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan ( mengembarakan atau
mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral ( menyeluruh)
serta universal ( mengalam); tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali
oleh ikatan tangannya yang bernaama logika. Peranan filsafat sebagaimana
dikatakan Socrates adalah upaya berpegang teguh pada ilmu pengetahuan
melalui usaha menjelaskan berbagai konsep.

Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika, di


dalam filsafat disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan
korespondensi, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta- fakta
dengan data fakta. Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah
persesuaian antara yang ada di dalam rasio dengan kenyataan yang sebenarnya
di alam nyata.

Disamping kebenaran korespondensi, di dalam filsafat juga dikenal kebenaran


koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran adalah kesesuaian antara
pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah diakui kebenarannya
secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran baru akan dianggap tidak benar
jika tidak sesuai dengan kebenaran yang selama ini dianggap benar oleh ulama
umum.

Disamping dua macam kebenaran diatas, dalam filsafat dikenal juga kebenaran
pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu yang
bermanfaat ( utility) dan mungkin dapat dikerjakan ( workability) dengan
dampaknya yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar jika
kebenaran itu tidak nampak manfaatnya secara nyata dan sulit dikerjakan.

Sementara, ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada
rasio. Oleh karena itu, antara filsafat dan tasawuf sangat distingsif. Sebagai ilmu
yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat subjektif sifatnya, yaitu
sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Resikonya, bahasa tasawuf
sering tampak aneh dilihat dari aspek rasio karena pengalaman rasa sangat sulit
dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang
yang ingin memperoleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa
lambang, sehingga sangat interpretable ( dapat diinterprektasikan bermacam-
macam) .

Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau
ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan oleh
ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri. Suatu kebenaran yang
objeknya datang dari dalam subjek sehingga dalam sains dikenal istilah
objeknya swa- objek, atau objeknya tidak objektif. Ilmu seperti ini dalam sains
dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge, bukan ilmu
proposional.

Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam ( teologi) perkembangan menjadi teologi


rasional dan tradisional. Sementara filsafat berkembang menjadi sains dan
filsafat. Sains berkembang menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora;
sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat
modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan teoretis.
Dilihat dari aspek aksiologi ( manfaatnya) , teologi diantaranya berperan sebagai
ilmu yang mengajak orang yang baru mengenal rasio untuk mengenal Tuhan
secara rasional. Adapun filsafat lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak
kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk megenal Tuhan secara
lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara
langsung. Dengan cara pengenalan Tuhan melalui filsafat, diharapkan orang
yang telah mempunyai rasio sangat prima dapat mengenal Tuhan secara
meyakinkan melalui rasionya. Adapun tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang
memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas
karena tidak memperoleh yang ingin dicarinya.

Sementara orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang- jenjang
tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan ilmu
tasawuf. Oleh karena itu, “ suatu kekeliruan” apabila dialektika kefilsafatan atau
tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan
berdampak pada terjadinya rational jumping ( lompat pemikiran) .
Sumber: (Rosihon Anwar 2019:53-55).

Anda mungkin juga menyukai