ISLAM LAINNYA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata
Kuliah
AQIDAH ISLAMIYAH
Disusun Oleh:
Fathur Riski Al-barry :2022. 2988
M. Fajar Ramad Dani :2022. 3053
Dosen Pengampu:
Dr. Ynizar Suratman, M.Ag.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Aqidah
Islamiyah dan sesuai dengan arahan dari dosen pengampu dan makalah kami yang
berjudul “ILMU TAUHID DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU
LAINNYA”.Tauhid merupakan pijakan awal/ pondasi yang harus ditanamkan
dalam kehidupan kita. Berbicara tentang ilmu tauhid maka kita juga akan tidak
lepas dari ilmu ilmu isalm lainnya seperti,ilmu fiqh,tasawuf,ilmu pendidikan
islam,dll.Penanaman ilmu tauhid atau Aqidah yang kokoh sangat penting dikuatkan
dari kecil, karan ilmu tauhid adalah sumber pokok awal dalam islam,semua ajaran
islam memiliki kolerasi dengan ilmu tauhid.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
A. Latar Belakang
B. Batasan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
2
A. Pengertian Ilmu Tauhid dan ilmu yang berkaitan dengan Ilmu Tauhid
1. Ilmu Tauhid
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan
kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya
satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada
( )وحدYuwahhidu (يوحد.)Tauhidan ( )توحداartinya mengesakan atau
menunggalkan dari sekian banyak yang ada 1.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah: suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah Swt., sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul
Allah Swt., meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya
kepada diri mereka2
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid” ( )واحدyang
artinya “satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang
satu atau Esanya Allah Swt., maka segala pikiran dan teori berikut
argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu
disebut dengan Ilmu Tauhid
2. Ilmu Kalam
Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/membahas
tentang masalah ke-Tuhanan/ketauhidan (meng-Esakan Tuhan), atau kalam
menurut loghatnya ialah omongan atau perkataan3. Sedangkan menurut
istilah Ilmu Kalam ialah sebagai berikut:
1
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P &
K, Jakarta, 1989. dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1993),1
2
Yusron Asmuni, Op.cit., 2.
3
Drs. H. Bakri Dusar. Tauhid dan ilmu kalam. Hal: 3
3
4
a. Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan –alasan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan
dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang
menyeleweng dari kepecayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.
b. Menurut Husain Tripoli, Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan agama
Islam dengan bukti- bukti yang yakin.
c. Menurut Syekh Muhammad Abduh, Ilmu Kalam adalah ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-
sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat yang ditiadakan dari-Nya
dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan
mustahil dari mereka4.
d. Menurut Al-Farabi, Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas
Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang
berlandaskan doktrin Islam.
e. Menurut Musthafa Abdul Razak, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berkaitan
dengan akidah imani yang di bangun dengan argumentasi-argumentasi
rasional5
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain: ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al – akbar, dan teologi Islam. Disebut Ilmu
Ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin).
Disebut ilmu Tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah Swt. di
dalamnya dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-
perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan jaiz, juga sifat yang wajib,
mustahil, dan jaiz bagi Rasul-Nya. Ilmu Tauhid sendiri sebenarnya
membahas keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya.
Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi
4
Muhammad Abduh. Risalah Tauhid. Bulan bintang. Jakarta.1965. Hal:25
5
Mustafa Abd. Razak. Tahmid li tarikh al-fasafah al-islamiyah, lajnah wa at-thalif wa-attarjamah
wa nasyir, 1959. hal: 265
5
ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab itu,
sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.
3. Ilmu filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti
cinta dan sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut
istilah, filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara
radikal dan integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
4. Ilmu Tasawuf
Istilah tasawuf menurut satu sumber berasal dari kata shâfa yang
berarti bersih, suci1, karena orang sufi adalah orang yang hatinya tulus dan
bersih di hadapan Tuhannya. Teori lain menyatakan bahwa kata tersebut
6
DRS. Sidi Gazalba. SISTEMATIKA FILSAFAT. (Jakarta: N. V. Bulan Bintang, 1985) hal. 17.
6
berasal dari kata shaf, barisan, karena para sufi senantiasa memilih barisan
terdepan untuk mengejar keutamaan dalam shalat berjamaah. Teori lain
menegaskan, bahwa kata sufi diambil dari kata shûf, yakni kain yang terbuat
dari bulu atau wool7.Ada pula yang menyatakan bahwa kata tersebut berakar
pada kata shuffat, yang berarti serambi masjid Nabawi di Madinah yang
ditempati para sahabat nabi yang miskin dari golongan Muhajirin. Mereka
disebut ahl al-shuffat, yang meskipun miskin namun berhati mulia. Ini
merupakan satu sifat kaum sufi yang tidak mementingkan dunia dan mereka
pun berhati mulia
Menurut Dr. Mir Valiuddin, teori-teori di atas sebagian mengandung
kelemahan. Sebab, jika istilah sufi berasal dari kata shâfa bentuk mashdar
yang seharusnya adalah shafâwy bukan sufi. Apabila berakar pada kata
shaff maka seharusnya shaffy bukan sufi. Begitu pula, jika mengacu pada
kata shuffat bentuk yang seharusnya adalah shuffy. Oleh karena itu, yang
dapat diterima adalah kata yang berasal dari shûf atau wool, ditinjau dari
sudut pandang etimologis.
Selanjutnya tasawuf dari aspek terminologis (istilah) juga
didefinisikan secara beragam, dan dari berbagai sudut pandang. Hal ini
dikarenakan bebeda cara memandang aktifitas para kaum sufi. Ma‘ruf al
Karkhi mendefinisikan tasawuf adalah mengambil hakikat dan
meninggalkan yang ada di tangan mahkluk. Abu Bakar Al Kattani
mengatakan tasawuf adalah budi pekerti. Barangsiapa yang memberikan
bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu
dalam tasawuf. Selanjutnya Muhammad Amin Kurdi mendefinisikan
tasawuf adalah suatu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan dan
keburukan jiwa, cara membersihkannya dari yang tercela dan mengisinya
dengan sifat-sifat terpuji, cara melaksanakan suluk dan perjalanan menuju
keridhaan Allah dan meninggalkan larangannya
7
Ali Sami‘ al-Nasyr, Loc.cit.. 6Mir Valiuddin, The Qur‘anic Sufism, (Delhi: Matilal
Banarsidass,
7
Dari kajian istilah, menurut Abuddin Nata, setiap para tokoh sufi
memiliki pandangan yang berbeda dalam merumuskan arti tasawuf tapi
pada intinya adalah sama, bahwa tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan
berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh
kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan
Allah Swt. atau dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang
berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dan
bersama Allah8.
H. Aboe Bakar Atjeh menyebutkan, bahwa esensi tasawuf adalah
mencari jalan untuk memperoleh kecintaan rohani 9. Hamka, dengan
mengutip pernyataan al-Junaid mengatakan, ―esensi tasawuf ialah keluar
dari budi, perangai yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang
terpuji. Bagi K.J. Wassil, sebagaimana dikutip Djohan Effendi, praktek
tasawuf ialah usaha bagaimana seseorang membersihkan jiwanya.
Membersihkan jiwa atau ruh dengan jalan menghilangkan sifat-sifat buruk
dan tercela, (takhalli min al-akhlâq al-madzmûmat) lalu tahalli bi al-akhlâq
al-mahmûdat (mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang baik dan terpuji).
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa tasawuf adalah
upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya, bahkan
menyatukan diri dengan Tuhan, melalui jalan pembersihan rohani dari sifat-
sifat tercela.
8
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 181
9
6H. Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo: Ramadhani, 1984),
hal. 28.
8
filsafat dan ilmu tauhid. Al-Ghazali menurut M. Amin Abdullah, tidak serta
merta menolak ilmu Kalam namun ia menggarisbawahi keterbatasan-
keterbatasan ilmu kalam sehingga berkesimpulan bahwa kalam tidak dapat
dijadikan sandaran oleh para pencari kebenaran. Kalam tidak dapat
mengantarkan manusia mendekati Tuhan, tetapi hanya kehidupan sufilah
yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan Tuhannya 10.
Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan dan manusia sulit terjawab
hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang
membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia
adalah ilmu tasawuf. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan
definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan
batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau
metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana
dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu
tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab
terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap
saja melaksanakannya
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam
menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku.
Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.
2. Sebagai pengendali ilmu kalam. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran
yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru
yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah
diriwayatkan oleh ulamaulama salaf, hal itu harus ditolak.
10
M. Amin Abdullah, Op.Cit., h. 86
9
12
Husen Shahab, “Mazhab Tasawuf Perspektif Ahlul Bait”, dalam Sukardi (ed), Kuliah-kuliah
Tasawuf, Pustaka Hidayah, bandung, 2000, h. 265
10
intuisi dan rasio, antara hati dan akal, antara dzawq dan nalar terus berproses
lewat filosof iluminasionis berikutnya seperti Mulla Shadra
Jika dilacak lebih jauh, antara filsafat dengan tasawuf memiliki
hubungan erat dan serasi, terutama sejak filosof peripatetik, seperti Ibn Sina
yang menerima kebenaran dari kalangan filosof dan sufi sekaligus 13. Pada
saat yang sama, banyak para sufi yang akrab dengan filsafat dan banyak
juga filosof yang sekaligus sufi, terutama pada periode-periode terakhir
sejarah Islam. Ibn Sina misalnya, selain tokoh besar filsafat peripatetik, ia
juga menulis “kisah khayalan” dan bercerita tentang bentuk khusus
pengetahuan yang terbuka bagi para sufi setelah latihan spiritual yang lama,
yang menandakan bahwa ia selain filosof juga seorang sufi yang menganut
doktrin tentang wujud.
Terdapat titik persamaan dan perbedaan antara ilmu tauhid, tasawuf, ilmu
kalam, dan filsafat Islam. Persamaan terletak pada proses pencarian segala
sesuatu yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh'
dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan dari ketiganya berusaha
menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam tasawuf
berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati.
Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati beberapa jalan yaitu:
maqomat, hal (state) kemudian fana'.
Kebenaran dalam ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran
agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis).
Kebenaran dalam filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada
(wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen.
Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal,
integral, dan universal.
13
Ibid., h. 57
11
Sedangkan perbedaan antara tasawuf, ilmu kalam dan filsafat tidak seluas
dan sebanyak persamaannya. Ketiganya berbeda, namun perbedaannya terletak
pada cara menemukan kebenaran itu sendiri dengan jalan yang berbeda; kaum
sufi lebih mengandalkan mata-batin, sementara mutakallim berusaha
menggabungkan hati dan akal, sedangkan filosof lebih mengandalkan akal.
12
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA