Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN ILMU KALAM,FILSAFAT ,DAN TASAWUF


DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS PADA MATA KULIAH PEMBELAJARAN
ILMU KALAM
DOSEN PENGAMPU: BAHRUL MA’ARIF M.Pd.

Disusun Oleh:

YOGI IRHAMNA : (2022101004)

KELAS :

PAI 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI


ILMU TARBIYAH(STIT) DARUL HUDA
MUARADUA 2022/2023
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
   Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
    
Madura,03 November 2022

Yogi Irhamna

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………. I
DAFTAR ISI……………………………………………………... II
BAB I PENDAHULUAN………………………………………... 1
1. Latar Belakang……………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………. 2
3. Tujuan Penulisan……………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………. 3
4. Definisi Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf………………….. 3
1. Ilmu Kalam…………………………………………………… 3
2. Filsafat………………………………………………………... 3
3. Tasawuf………………………………………………………. 3
3. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf………………. 5
4. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf……………….. 6
5. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan
Tasawuf………………………………………………………….... 7
Bab III PENUTUP………………………………………………. 10
1. Simpulan……………………………………………………. 10
2. Saran………………………………………………………... 11

II
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan permasalahan
pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga membahas
soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will)
yang nantinya di namai dengan sebutan kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa
aliran yang membahas antara kedua itu dengan dalilnya masing-masing.
Seiring berjalannya waktu semakin banyaklah sekte-sekte Islam yang mencoba
menerangkan tentang Sifat Tuhan dan apapun yang berehubungan dengan ketuhanan. Namun
sekte-sekte ini mempunyai metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara
mendominasi ada pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir dalam mendalami ilmu
kalam ini.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga
menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis.
Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal  dan lebih-lebih lagi
pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya. Baik ilmu
kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu
kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan
dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang
menggunakan logika. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog
keagamaan ). Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu
yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu
tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.

1
2.    Rumusan Masalah
1) Apa definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2) Dimanakah titik persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3) Dimanakah titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
4) Bagaimana Relevansi atau hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?

3. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2) Dapat mengetahui letak kesamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
3) Dapat mengetahui letak perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
4) Dapat mengetahui kesinambungan atau relevansi antara Ilmu kalam, Filsafat dan
Tasawuf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. Definisi Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf


1 Ilmu Kalam
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-
kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah,
tetapi ada juga sekelompok orang yang mengatakan maksud kalam disini adalah kata-kata
manusia, alasannya karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk mempertahankan
persepsi masing-masing, mereka disebut mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara
mengenai ketuhanan yang berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman
dan akidah dari berbagai aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat
pembahasan tersebut. Ilmu kalam ini merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman
Islam. Secara sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah
sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu
kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan keabsahannya dan
menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok tersebut. karena sebagian besar
perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan,
temporalitas) atau qidam (keabadian) firman atau kalam Allah, maka disiplin yang membahas
akidah utama agama Islam pun mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu firman).

3
2 Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia,
philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau
kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
kebenaran suatu ilmu.
Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi
partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari
objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-
nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah
ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan mempelajari
filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan manfaat
mempelajarinya ialah:
1) Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih
mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.
2) Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan.

3 Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad,
wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”,
alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain
sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih
dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui latihan
kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang
kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.

4
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim berada
sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa mendekatkan
diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah kebahagiaan, yakni dengan
persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang memilukan bagi mereka bukanlah masuk
Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka.  Objek
kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya.

3. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan dengannya,  objek kajian 
filsafat  adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu
yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan
yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh
ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan.
Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi
bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun dalam
kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek
kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal
dengan sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan
kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian
tentang Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.

5
4. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
1. Ilmu Kalam
Setelah membahas tentang persamaan dari ketiga ilmu tersebut, yaitu terdapat persamaan
dalam objek kajiannya, maka akan ditemukan juga titik perbedaannya. Perbedaan di antara
ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya.
Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-
argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat
tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika
(jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan bahkan
mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan
ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Meskipun ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang rasional dan logis, namun kalau
dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam argumentasinyaterdiri dari dua bagian,
yaitu; Aqli dan Naqli. 
Bagian Aqli ini terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada
relevansinya dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk menjelaskan dan menegaskan
pertimbangan rasional supaya memperkuat argumen-argumennya.

2. Ilmu Filsafat
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi
secara radikal (mengakar)dan integral(menyeluruh)serta universal (mengalam); tidak merasa
terikatat  oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Peranan
filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan
melalui usaha menjelaskan konsep-konsep the gaining of conceptual clarity.
Murthadha muthahari berkata bahwa metode filsafat hanya bertumpu pada silogisme
(qiyas), argumentasi rasional (istidal ‘aqli) dan demonstrasi rasional (burhan ‘aqli).

6
3. Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Oleh
sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau sangat berbeda. `Sebagai sebuah ilmu
yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf  bersifat subjektif, yakni sangat berkaitan
dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila
dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit dibahasan. Pengalaman rasa
lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah
digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable dapat (di interpretasikan
bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau  ilham, atau
inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan
istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek
sendiri. Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya  tidak objektif.

5. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam,
sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai
bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan
menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan
metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash
agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak
pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam
dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu
pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan
firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-
isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan
masalah-masalah kontemporer.

7
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu
sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan
tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam
mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan
pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas
masukan dan relative). Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil
temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam
wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta
hubungan dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci –
menjadikan filsafat sebagai alat untuk  membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah,
Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya
diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tentang
keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan
metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan
pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi
dan Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari pengelompokkan ini tergambar adanya
unsur-unsur filsafat dalam ajaran tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-
al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al-wujud).

8
M.T. Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya
juga disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang
ditangkap melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan Allah dan
ketaatan kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan mustahil adanya, dan
pengetahuan ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan
memunculkan masalah-masalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan
memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-
ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti
secara rasional dalam filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu.

Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam
pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga
bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu
pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.

9
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-
kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah,
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos
mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau
kebenaran” Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf
(shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang
kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk
memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan
yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh
ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan.
Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.

2.Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.


Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Zahra Pustaka.
Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa Kazim &
Saleh Bagir). Bandung:Mizan.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu tinjauan sejarah
tentang hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli-Desember 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai