Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR ILMU KALAM DAN HUBUNGANGAN ANTARA ILMU

FILSAFAT, ILMU TASAWUF, DAN ILMU KALAM

Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Mata Kuliah : Dr. Noor Hayati, M Ag.

Disusun Oleh :

1. Dini Ria Safitri (4318108)


2. Maulinda Fifi Andriani (4319004)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan keHadirat Allah Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Konsep
Dasar Ilmu Kalam.

Makalah ini didapat dari beberapa referensi,segi pengamatan penulis, dan


beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
sertakritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I, PENDHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
BAB II, PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1. Pengertian Ilmu Kalam ........................................................................................................... 2
2.2. Sumber-sumber Ilmu Kalam ................................................................................................... 3
2.3. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Keislaman Lainnya....................................................... 6
BAB III, PENUTUP ............................................................................................................................. 10
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 10
3.2. Saran ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kalam merupakan salah satu bahasan tentang dasar-dasar keyakinan dalam
agama Islam yang kedudukannya strategis. Ilmu kalam sebagai sebuah bidang studi
menjadi penting dibahas karena bertujun untuk memperdalam pemahaman teologis
seorang Muslim mengenai ajaran agama Islam serta menjadi dasar untuk mengetahui
perkembangan ilmu-ilmu Islam yang memiliki ruang sendiri-sendiri. Oleh sebab itu
perlu dibahas mengenai kalam dalam Islam, agar tidak salah memahami dan menjadi
pedoman yang benar untuk mempelajari agama Islam secara utuh dan menyeluruh.
Sejarah perjalanan kalam dari semenjak awal kemunculannya hingga sekarang
mengalami masa dan proses dengan dinamikanya yang sangat Panjang seiring
berjalannya waktu. Kalam tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui berbagai proses
yang keras serta peristiwa demi peristiwa yang melatar belakangi kemunculannya.
Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut
tentang Konsep Dasar Ilmu Kalam.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa Pengertian Ilmu kalam ?


2) Apa Saja Sumber-sumber Ilmu Kalam ?
3) Bagaimana Hubungan Ilmu Filsafat, Ilmu Tasawuf, Dan Ilmu Kalam ?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui Pengertian Ilmu kalam.


2) Mengetahui Saja Sumber-sumber Ilmu Kalam.
3) Mengetahui Bagaimana Hubungan Ilmu Filsafat, Ilmu Tasawuf, Dan Ilmu Kalam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ilmu Kalam

Secara harfiah kalam artinya perkataan atau percakapan. Sedangkan secara


terminologi ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat
yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang
mungkin ada padanya, dan membicarakan tentang Rasul-Rasul Allah untuk
menetapkan kebenaran kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin
terdapat padanya.1 Beberapa ulama memberikan pendapat yang berbeda-beda sesuai
dengan argument mereka masing-masing tentang definisi Ilmu Kalam : Menurut Al-‘iji
Ilmu Kalam adalah Ilmu yang memberi kemampuan untuk menetapkan aqidah agama
(Islam) dengan mengajukan argument untuk melenyapkan keraguan-keraguan.
Menurut Ibnu Khaldun Ilmu Kalam adalah Ilmu yang mengandung argument-argument
rasional untuk membela Aqidah-aqidah Imanya dan mengandung penolakan terhadap
golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa contoh) yang didalam aqidah
menyimpang dari mazhab salah dan ahli sunnah. Ibnu khaldun memberikan pengertian
bahwa Ilmu kalam berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan
iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang
yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli
Sunah. Masih ada definisi lainnya akan tetapi semuanya itu berkisar pada persoalan
kepercayaan di atas dan cara menguraikan kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu
kepercayaan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya, tentang rasul-rasul dan sifat-sifatnya
dan kebenaran keutusannya, demikian pula tentang kebenaran kabar yang dibawa Rasul
itu, sekitar alam gaib, seperti akhirat dan seisinya.2 Ilmu kalam adalah nama lain dari
sebagian ilmu yang menjadi dasar kepercayaan atau keimanan dalam Islam. Nama yang
sering disebut adalah ilmu tauhid, ilmu aqidah, ilmu ushuluddin, ilmu kalam dan teologi
Islam. Semua ilmu itu membahas tatacara yang dipakai untuk mengesakan Tuhan dan
meningkatkan keyakinan kepada-Nya. Namun antara setiap ilmu itu terdapat perbedaan

1
Hasbi, Muhammad, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hlm. 1.
2
Jamluddin & Anwar, s shabri, Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Indragiri : PT
Indragiri dot com, 2000), hlm. 2.

2
corak karena perbedaan penekanan objeknya. Ilmu tauhid melihat dari pentingnya
keesaan Tuhan, ilmu aqidah melihat dari segi keesaan Tuhan itu menjadi keyakinan
umat Islam, ilmu kalam melihat dari segi teknis analisisnya yang menggunakan logika
atau mantiq. Adapun teologi Islam pada mulanya diambil dari istilah asing yang sering
dipakai dikalangan Kristen dalam keyakinan mereka, sehingga istilah itu kurang sesuai
untuk dipakai dalam Islam. Tetapi sekarang istilah teologi banyak dipakai dalam
berbagai segi, bukan hanya untuk ilmu-ilmu ketuhanan tetapi juga untuk ilmu yang
berkaitan persoalan kemasyarakatan sehingga kita hampir sering mendengar istilah
teologi sekuler, teologi pembebasan dan sebagainya. Karena itu sekarang umat Islam
juga suka menggunakan istilah teologi. Untuk membedakan dengan keyakinan umat
Kristen maka dalam Islam dipakai istilah Teologi Islam.3

Istilah- istilah diatas tidak lahir bersamaan dengan kedatangan islam, tetapi lahir
setelah berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam, bersamaan dengan
perkembangan dan kemajuan lain yang dicapai Islam.

Adapun ilmu ini dinamakan ilmu kalam, disebabkan:

a. Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan


Hijriah ialah apakah Kalam Allah (al-Qur’an) itu Qadim atau Hadis. Karena itu
keseluruhan ilmu kalam itu dinamai dengan salah satu bagiannya yang terpenting.
b. Dasar ilmu Kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak jelas
dalam pembicaraan para Mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan dalil naqli
(al-Qur’an dan Hadis), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan
terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil fikiran.

2.2. Sumber-sumber Ilmu Kalam


1. Al-qur’an
Al-Qur‘an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur, maka pernyataan al-Qur‘an bisa menjadi standarnya.
Dengan demikian, al-Qur‘an dapat menjadi sumber inspirasi bagi lahirnya
beragam ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu budaya dan

3
Afrizal M, Pemikiran Kalam Imam Al-Syafi’i (Pekanbaru: Suara Umat, 2013), h.1.

3
humaniora, ilmu-ilmu alam, terutama ilmu-ilmu agama, sebagaimana tertera dalam
QS. al-An‘am: 38.

ِ ‫طنَا فِى ْالكِت‬


ۚ ٍ‫ب مِ ْن ش ْى ء‬ ْ ‫طئ ٍِريَطِ ْي ُر بِ َجنا َ َح ْي ِه أِْل ا ُ َم ٌم ا َ ْمثا َ لُ ُك ْم ۚ ّمافَر‬
َ َ‫ض َوْل‬ َ ْ ِ‫َوما َ مِ ْن دَآب ٍة ف‬
ِ ‫اْل ْر‬
۸ َ‫ثُم ا َِْل َربِّ ِه ْم يُ ْحش َُر ْون‬
‫۝‬

Artinya: “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung


yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah
mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An‘am:38).

Dalil-dalil Al-qur’an lainnya terkait dengan ilmu kalam diantaranya, yaitu:4

• Q. S. Al-Ikhlas (112): 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakkan, serta tidak satupun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar)
dengan-Nya.
• Q. S. Asy-Shura (42): 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai
apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
• Q.S. Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertahta di atas Arsy. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada
diantara keduanya.
• Q. S. Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai tangan yang selalu
berada di atas tangan-tangan orang yang melakukan sesuatu selama mereka
berpegang teguh dengan janji Allah.
• Q.S. Ta-ha (20): 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai mata yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak , termasuk gerakan hati makhluk-
Nya.
• Q. S. Ar-Rahman (55): 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai wajah
yang tidak akan rusak selama-lamanya.

4
Zuhri, M Achmad, Kajian Aqidah Ilmu Kalam, Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

4
• Q. S. An-Nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan
berupa agama. Seseorang dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila
melaksanakannya dengan ikhlaskarena Allah

2. Hadist

Hadits secara bahasa (etimologi) adalah segala sesuatu yang


diperbincangkan yang disampaikan baik dengan suara maupun dengan tulisan.
Secara istilah (terminologi), oleh jumhur ulama dikatakan bahwasanya Hadits
merupakan sinonim dari Sunnah. Namun sebagian ulama membatasi pengertian
Hadits terhadap apa-apa yang merupakan perkataan beliau semata, dan di
dalamnya tidak tercakup perbuatan maupun takrir (pernyataan) beliau.5

Ilmu kalam juga dibahas dalam hadist-hadist, salah satunya yaitu hadist
yang menjelaskan tentang iman, islam, dan ihsan. Salah satunya yaitu hadist yang
kemudian dipahami oleh Sebagian umat sebagai prediksi nabi tentang kemuculan
beberapa golongan dalam ilmu kalam, yaitu: “ Hadist yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “ Orang-orang Yahudi
akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan,.”

Kemudian “ Hadist yang diriwayatkan dari Abdullah Bin Umar. Ia


mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “ Akan menimpa umatku yang pernah
menimpa Bani Israil, Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan
umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka,
kecuali satu golongan saja, “ Siapa mereka itu, wahai Rasulullah?” tanya para
sahabat . Rasulullah menjawab “mereka adalah yang mengikuti jejakku dan
sahabat-sahabatku.” Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadist yang
berkaitan dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu
kalam. 6

3. Hasil Pemikiran yang Mendalam


Perkembangan ilmu pengetahuan juga diwarnai oleh hasil pemikirn manusia yaitu
dari orang-orang yang memiliki keilmuan yang mendalam. Sumber pembahsan

5
Jamluddin & Anwar, s shabri, Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Indragiri : PT
Indragiri dot com, 2000), hlm.7.
6
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm.7.

5
ilmu kalam juga dipengaruhi oleh hasil pemikiran terkait dengan ketuhanan. Dalam
kamus bahasa Idonesia, kata pemikiran, diartikan dengan sesuatu yang diterima
seseorang dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat
sekelilingnya.7 Sementara dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Inference,
yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan. Ditinjau dari segi
terminologi pemikiran adalah kegiatan manusia mencermati suatu pengetahuan
yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan atau
mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain.

2.3. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Keislaman Lainnya


1. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat Islam
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam
memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan
keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti
halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama
dengan ilmu kalam. Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu
agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek
pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta
hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya.
Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan
sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang
sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah
swt. sebagaimana aliran materialisme. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwasanya ilmu kalam dan filsafat tidak memiliki hubungan karena obyek
kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan
sedangkan filsafat Islam objek kajiannya tentang alam manusia yang berada pada
syari’atnya.8
2. Hubungan Ilmu Kalam Dengan Tasawuf
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan
kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan

7
KBBI digital
8
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hal.14-15

6
dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi
yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan
metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi
pada argumentasi berupa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits. Pembicaraan materi-
materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah.
Sebagai contoh, ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar,
Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak
menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah
mendengar dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika
membaca Al-Qur’an, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang
tercipta merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ? Pernyataan-pernyataan diatas
sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang
membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah
ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan tidak saja
termasuk dalam lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan
pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta
kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari
kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh
seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan,
tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan
yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf
merupakan penyempurna ilmu kalam.
b. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan- perdebatan
kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam
cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping
muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Disinilah
ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam

7
terkesan sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan hati.9
c. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang
bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan AsSunnah, atau belum pernah diriwayatkan
oleh ulamaulama salaf, hal itu harus ditolak. 10
3. Hubungan filsafat Dengan Ilmu Tasawuf
Biasanya tasawuf dan filsafat selalu dipandang berlawanan. Tasawuf dan
filsafat seringkali dipahami secara dikotomis, baik secara epistemologi maupun
sisio-historis. Secara epistemologis, ilmu tasawuf dianggap sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya
menitikberatkan pada intuisi, ilham dan bisikan hati, meski kadang-kadang ia
bertentangan dengan prinsip-prinsip rasionalitas. Sementara itu, disiplin filsafat
dianggap sebuah disiplin yang sangat patuh pada prinsip-prinsip rasionalitas.
Hanya saja, hubungan tasawuf dan filsafat sempat retak ketika Al- Ghazali
melakukan serangan yang sangat telak terhadap para filosof. Upaya untuk
mengharmoniskan kembali hubungan tasawuf dengan filsafat telah dilakukan oleh
banyak kalangan. Contoh yang paling konkrit adalah Suhrawardi al-Maqtul (1154-
1191 M) terutama dalam karyanya Hikmah al-Isyarqi (filsafat pencerahan). Meski
karya ini dinyatakan sebagai karya filsafat iluminasionis yang menggugat
dominasi aliran filsafat peripatetik, namun seperti yang dikatakan sendiri oleh
penulisnya, karya ini terdiri dari dua unsur penting: pertama, unsur intuisi atau
lebih populer dengan mystical insight; kedua, unsur demonstrasi ilmiah atau
prinsip-prinsip logis. Filsafat yang kemudian berkembang menjadi sinergi antara
intuisi dan rasio, antara hati dan akal, antara dzawq dan nalar terus berproses lewat
filosof iluminasionis berikutnya seperti Mulla Shadra. Jika dilacak lebih jauh,
antara filsafat dengan tasawuf memiliki hubungan erat dan serasi, terutama sejak
filosof peripatetik, seperti Ibn Sina yang menerima kebenaran dari kalangan
filosof dan sufi sekaligus. Pada saat yang sama, banyak para sufi yang akrab

9
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hal. 15-16
10
Andi Eka Putra, Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2 (2012), hal. 98

8
dengan filsafat dan banyak juga filosof yang sekaligus sufi, terutama pada periode-
periode terakhir sejarah Islam. Ibn Sina misalnya, selain tokoh besar filsafat
peripatetik, ia juga menulis “kisah khayalan” dan bercerita tentang bentuk khusus
pengetahuan yang terbuka bagi para sufi setelah latihan spiritual yang lama, yang
menandakan bahwa ia selain filosof juga seorang sufi yang menganut doktrin
tentang Wujud.11

11
Andi Eka Putra, Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2 (2012), hal. 98-99

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pemaparn materi diatas dapat kita simpulkan bahwa Ilmu kalam yaitu ilmu
yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-
sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan
membicarakan tentang Rasul-Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran kerasulannya
dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya. Sumbernya berasal dari Al-
qur’an, Hadist, dan Hasil Pemikiran mendalam oleh orang-orang tertentu.

3.2. Saran

Setelah penulis menguraikan kesimpulan diatas maka penulis sangat


membutuhkan saran-saran dari pembaca, yang mana dari saran tersebut dapat
membantu adanya perbaikan makalah ini. Dan disarankan kepada semua pembaca
untuk mencari informasi-informasi mengenai pembagian hadits baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hasbi, Muhammad. 2015. Ilmu Kalam. Yogyakarta: Trustmedia Publishing.

Jamluddin & Anwar, s shabri. 2000. Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam
Islam). Indragiri : PT Indragiri dot com.

Afrizal M. 2013. Pemikiran Kalam Imam Al-Syafi’i. Pekanbaru: Suara Umat.

Zuhri, M Achmad. 2013. Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya

Abdul Rozak dan Rosihun Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.

KBBI digital

Andi Eka Putra. (2012). Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2

11

Anda mungkin juga menyukai