Disusun Oleh :
Puji dan Syukur kami panjatkan keHadirat Allah Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Konsep
Dasar Ilmu Kalam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kalam merupakan salah satu bahasan tentang dasar-dasar keyakinan dalam
agama Islam yang kedudukannya strategis. Ilmu kalam sebagai sebuah bidang studi
menjadi penting dibahas karena bertujun untuk memperdalam pemahaman teologis
seorang Muslim mengenai ajaran agama Islam serta menjadi dasar untuk mengetahui
perkembangan ilmu-ilmu Islam yang memiliki ruang sendiri-sendiri. Oleh sebab itu
perlu dibahas mengenai kalam dalam Islam, agar tidak salah memahami dan menjadi
pedoman yang benar untuk mempelajari agama Islam secara utuh dan menyeluruh.
Sejarah perjalanan kalam dari semenjak awal kemunculannya hingga sekarang
mengalami masa dan proses dengan dinamikanya yang sangat Panjang seiring
berjalannya waktu. Kalam tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui berbagai proses
yang keras serta peristiwa demi peristiwa yang melatar belakangi kemunculannya.
Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut
tentang Konsep Dasar Ilmu Kalam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hasbi, Muhammad, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hlm. 1.
2
Jamluddin & Anwar, s shabri, Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Indragiri : PT
Indragiri dot com, 2000), hlm. 2.
2
corak karena perbedaan penekanan objeknya. Ilmu tauhid melihat dari pentingnya
keesaan Tuhan, ilmu aqidah melihat dari segi keesaan Tuhan itu menjadi keyakinan
umat Islam, ilmu kalam melihat dari segi teknis analisisnya yang menggunakan logika
atau mantiq. Adapun teologi Islam pada mulanya diambil dari istilah asing yang sering
dipakai dikalangan Kristen dalam keyakinan mereka, sehingga istilah itu kurang sesuai
untuk dipakai dalam Islam. Tetapi sekarang istilah teologi banyak dipakai dalam
berbagai segi, bukan hanya untuk ilmu-ilmu ketuhanan tetapi juga untuk ilmu yang
berkaitan persoalan kemasyarakatan sehingga kita hampir sering mendengar istilah
teologi sekuler, teologi pembebasan dan sebagainya. Karena itu sekarang umat Islam
juga suka menggunakan istilah teologi. Untuk membedakan dengan keyakinan umat
Kristen maka dalam Islam dipakai istilah Teologi Islam.3
Istilah- istilah diatas tidak lahir bersamaan dengan kedatangan islam, tetapi lahir
setelah berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam, bersamaan dengan
perkembangan dan kemajuan lain yang dicapai Islam.
3
Afrizal M, Pemikiran Kalam Imam Al-Syafi’i (Pekanbaru: Suara Umat, 2013), h.1.
3
humaniora, ilmu-ilmu alam, terutama ilmu-ilmu agama, sebagaimana tertera dalam
QS. al-An‘am: 38.
• Q. S. Al-Ikhlas (112): 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakkan, serta tidak satupun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar)
dengan-Nya.
• Q. S. Asy-Shura (42): 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai
apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
• Q.S. Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertahta di atas Arsy. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada
diantara keduanya.
• Q. S. Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai tangan yang selalu
berada di atas tangan-tangan orang yang melakukan sesuatu selama mereka
berpegang teguh dengan janji Allah.
• Q.S. Ta-ha (20): 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai mata yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak , termasuk gerakan hati makhluk-
Nya.
• Q. S. Ar-Rahman (55): 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai wajah
yang tidak akan rusak selama-lamanya.
4
Zuhri, M Achmad, Kajian Aqidah Ilmu Kalam, Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.
4
• Q. S. An-Nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan
berupa agama. Seseorang dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila
melaksanakannya dengan ikhlaskarena Allah
2. Hadist
Ilmu kalam juga dibahas dalam hadist-hadist, salah satunya yaitu hadist
yang menjelaskan tentang iman, islam, dan ihsan. Salah satunya yaitu hadist yang
kemudian dipahami oleh Sebagian umat sebagai prediksi nabi tentang kemuculan
beberapa golongan dalam ilmu kalam, yaitu: “ Hadist yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “ Orang-orang Yahudi
akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan,.”
5
Jamluddin & Anwar, s shabri, Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Indragiri : PT
Indragiri dot com, 2000), hlm.7.
6
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm.7.
5
ilmu kalam juga dipengaruhi oleh hasil pemikiran terkait dengan ketuhanan. Dalam
kamus bahasa Idonesia, kata pemikiran, diartikan dengan sesuatu yang diterima
seseorang dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat
sekelilingnya.7 Sementara dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Inference,
yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan. Ditinjau dari segi
terminologi pemikiran adalah kegiatan manusia mencermati suatu pengetahuan
yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan atau
mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain.
7
KBBI digital
8
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hal.14-15
6
dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi
yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan
metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi
pada argumentasi berupa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits. Pembicaraan materi-
materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah.
Sebagai contoh, ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar,
Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak
menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah
mendengar dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika
membaca Al-Qur’an, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang
tercipta merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ? Pernyataan-pernyataan diatas
sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang
membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah
ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan tidak saja
termasuk dalam lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan
pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta
kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari
kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh
seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan,
tetapi tetap saja melaksanakannya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan
yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf
merupakan penyempurna ilmu kalam.
b. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan- perdebatan
kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam
cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping
muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Disinilah
ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam
7
terkesan sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan hati.9
c. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang
bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan AsSunnah, atau belum pernah diriwayatkan
oleh ulamaulama salaf, hal itu harus ditolak. 10
3. Hubungan filsafat Dengan Ilmu Tasawuf
Biasanya tasawuf dan filsafat selalu dipandang berlawanan. Tasawuf dan
filsafat seringkali dipahami secara dikotomis, baik secara epistemologi maupun
sisio-historis. Secara epistemologis, ilmu tasawuf dianggap sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya
menitikberatkan pada intuisi, ilham dan bisikan hati, meski kadang-kadang ia
bertentangan dengan prinsip-prinsip rasionalitas. Sementara itu, disiplin filsafat
dianggap sebuah disiplin yang sangat patuh pada prinsip-prinsip rasionalitas.
Hanya saja, hubungan tasawuf dan filsafat sempat retak ketika Al- Ghazali
melakukan serangan yang sangat telak terhadap para filosof. Upaya untuk
mengharmoniskan kembali hubungan tasawuf dengan filsafat telah dilakukan oleh
banyak kalangan. Contoh yang paling konkrit adalah Suhrawardi al-Maqtul (1154-
1191 M) terutama dalam karyanya Hikmah al-Isyarqi (filsafat pencerahan). Meski
karya ini dinyatakan sebagai karya filsafat iluminasionis yang menggugat
dominasi aliran filsafat peripatetik, namun seperti yang dikatakan sendiri oleh
penulisnya, karya ini terdiri dari dua unsur penting: pertama, unsur intuisi atau
lebih populer dengan mystical insight; kedua, unsur demonstrasi ilmiah atau
prinsip-prinsip logis. Filsafat yang kemudian berkembang menjadi sinergi antara
intuisi dan rasio, antara hati dan akal, antara dzawq dan nalar terus berproses lewat
filosof iluminasionis berikutnya seperti Mulla Shadra. Jika dilacak lebih jauh,
antara filsafat dengan tasawuf memiliki hubungan erat dan serasi, terutama sejak
filosof peripatetik, seperti Ibn Sina yang menerima kebenaran dari kalangan
filosof dan sufi sekaligus. Pada saat yang sama, banyak para sufi yang akrab
9
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam (Yogyakarta: Trustmedia Publishing, 2015), hal. 15-16
10
Andi Eka Putra, Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2 (2012), hal. 98
8
dengan filsafat dan banyak juga filosof yang sekaligus sufi, terutama pada periode-
periode terakhir sejarah Islam. Ibn Sina misalnya, selain tokoh besar filsafat
peripatetik, ia juga menulis “kisah khayalan” dan bercerita tentang bentuk khusus
pengetahuan yang terbuka bagi para sufi setelah latihan spiritual yang lama, yang
menandakan bahwa ia selain filosof juga seorang sufi yang menganut doktrin
tentang Wujud.11
11
Andi Eka Putra, Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2 (2012), hal. 98-99
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pemaparn materi diatas dapat kita simpulkan bahwa Ilmu kalam yaitu ilmu
yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-
sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan
membicarakan tentang Rasul-Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran kerasulannya
dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya. Sumbernya berasal dari Al-
qur’an, Hadist, dan Hasil Pemikiran mendalam oleh orang-orang tertentu.
3.2. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Jamluddin & Anwar, s shabri. 2000. Ilmu Kalam (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam
Islam). Indragiri : PT Indragiri dot com.
Zuhri, M Achmad. 2013. Kajian Aqidah Ilmu Kalam. Jurnal UIN Sunan Ampel Surabaya
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
KBBI digital
Andi Eka Putra. (2012). Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat Islam, Vol.VII, N0.2
11