Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN SEJARAH ILMU KALAM

Diajukan sebagai bahan Makalah Semester 3

Pada Mata Kuliah Ilmu Kalam

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam(MPI)

Disusun oleh :

Muhammad Aswad

NIM : 22.23.00002

Dosen Pengampu :

Miftahul Jannah, S.Pd.,M.Pd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

STAI AL MUNAWWARAH TOLITOLI


TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat, dan

hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pengertian dan

Sejarah Ilmu Kalam”.Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.,

Makalah ini kami susun guna menambah wawasan bagi mahasiswa STAI Al Munaw-

warah Tolitoli. Adapun makalah ini kami susun dari beberapa referensi mengenai sumber

yang saling berkaitan. Makalah ini saya sajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata

kuliah Ilmu Kalam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu

penulis mengharap kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran sebagai bahan

evaluasi penulisan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca. Aamiin

Penyusun,

Kelompok
1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam .............................................................. 3

B. Sejarah Ilmu Kalam ..................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 6

B. Saran ............................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu Kalam merupakan pengetahuan mengenai bagaimana mengenal aqidah dengan


memakai pendekatan logika. Ilmu ini mengarahkan pembahasannya kepada bagian-bagian
yang menjadi landasan pokok agama islam yaitu kemahaesaan tuhan, nubuwah, akhirat dan
hal yang berhubungan dengan hal itu. Oleh karena itu, ilmu ini menduduki posisi sangat
penting dan terhormat dalam tradisi pengetahuan islam.
Sejarah Ilmu kalam yang lahir karena terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan menjadi
pintu awal keberangkatan dan pengembangan ilmu kalam. Pemikiran yang lahir akibat
perbedaan sebuah penafsiran mengenai ketuhanan dan permasalahan tentang dosa besar.
Konsep odsa besar ini diadakan oleh kaum Khawarij yaitu kaum yang keluar dari golongan
Ali Bin Abi Thalib karena tidak menyetujui diadakan tahkim dan menganggap tahkim itu
sebagai dosa besar. Pemikiran-pemikiran kalam telah ada sejak permulaan perkembangan
ilmu kalam.
Penemu kalam itu di bedakan menjadi dua kelompok dari sisi kerangka berfikir mereka,
yakni kerangka berfikir tradisional dan kerangka berfikir rasional. Kerangka tradisional yakni
sebuah kerangka berfikir yang menempatkan wahyu di atas akal manusia. Allah yang
diyakini kebenaran dan tugas akal hanya membenarkannya saja tanpa berusaha memahami
sebuah wahyu melalui akal. Sedangkan kerangka berfikir rasional justru menempatkan
peranan akal yang sengat besar dalam memahami wahyu.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ilmu Kalam dalam Islam ?
2. Bagaimana Sejarah Ilmu Kalam dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Ilmu Kalam
2. Mengetahui Sejarah Ilmu Kalam dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam
Istilah Ilmu Kalam terdiir dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia , mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun kata kalam, adalah Bahasa Arab
yang berarti Kata-kata. Ilmu kalam ssecara harfiah berarti Ilmu tentang kata-kata. Walaupun
dikatakan ilmu tentang kata-kata, namun Ilmu ini tidak ada sangkut paut sama sekali dengan
Ilmu Bahasa. Ilmu Kalam menggunakan kata-kata dalam Menyusun argument-argumen yang
digunakannya. Oleh karena itu, kalam sebagai kata, bisa mengandung arti perkataan manusia
(Kalam al-nas) atau perkataan Allah (Kalam Allah).
Bila yang dimaksud dalam kalam itu adalah sabda tuhan (Kalam Allah), maka soal
kalam, sabda Tuhan, atau Al-Qur’an pernah menjadi pembahasan yang sangat serius dalam
ilmu kalam sehingga menimbulkan pertentangan-pertentangan keras dikalangan aliran- aliran
yang ada. Persoalannya adalah apakah Kalam Allah itu baru atau Qadim. Atau dengan kata
lain kalam ini diciptakan atau tidak diciptakan.
Tetapi kalau yang dimaksud dalam ilmu kalam menggunakan mantiq (logika) yang
disampaikan dengan susunan kata yang penuh argumentasi rasionl. Hal itu ditunjukkan dalam
rangka memperkuat dalil-dalil aqli atau dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Maka untuk membedakan disiplin ilmu ini_yang tentu saja letika itu bekum ada Namanya
yang baku-dari ilmu saja Ketika itu belum ada Namanya yang baku_sari ilmu mntik.
Setidaknya ada tiga istilah yang popular tentang Ilmu Kalam, yitu Ilmu Kalam, Ilmu
Tuhid, dan Teologi. Ketiga istilah ini disinyalir muncul karena perbedaan perspektif dalam
melihat persoalan Ilmu Kalam. Dari ketiga istilah ini kemudian muncul bebrapa definisi atau
pengertian tentang Ilmu Kalam.
Ilmu Kalam dalam Bahasa Arab “Kalam’ biasa diartikan dengan “Kata-kata”, yakni
sabda Tuhan atau kata-kata manusia. Disini Ilmu Kalam dimaknai dengan ilmu
pembicaraan, karena dengan pembicaraanlah pengetahuan ini dapat dijelaskan, dan dengan
pembicaraan yang tapat kepercayaan yang benar dapat ditanamkan. Disebut “Ilmu Kalam”
karena yang dibahas adalah Kalam Tuhan dan Kalam manusia. Jika yang dimaksud dengan
Kalam adalah “firman Tuhan”, maka Kalam Tuhan pernah menimbiulkan perdebatansengit
dikalangan umat Islam pada abad kedua dan ketiga hijriah. Salah satu perdebatan itu adalah
tentang apakah Kalam Allah baru atau Qadim. Karena firman Tuhan pernah diperdebatkan,
maka dinamakan ilmu kalam. Jika yang dimaksud Kalam adalah kata-kata manusia, maka
kaum teologi dalam islam selalu menggunakan dalil logika untuk untuk mempertahankan
pendapat dan pendirian masing-masing. Kaum teologi dalam Islam memang dinamakan
Mutakalim, karena mereka ahli debat yang pintar memainkan kata- kata.1
Ilmu kalam dinamakan ilmu kalam, diantara alasannya, karena:
1. Persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan Hijriah ialah
Firman Tuhan (Kalam Allah) dan non azalinya Quran (Khalq al-Quran).

1
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), hlm. 3

3
4

2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil ini nampak jelas dalam
pembicaraan para mutakalimin. Mereka jarang kembali keparda dalil naqli (Quran dan
Hadis), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
3. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayan agama menyerupai logika dalam
filsafat, maka pembuktian dalam agama ini dinamakan ilmu kalam untuk
membedakannya dengan logika dalam filsafat.2

B. Sejarah Ilmu Kalam


Pada awal-awal sejarah pemikiran Islam, ilmu kalam tidak seperti ilmu fiqh. Ilmu
kalam kurang mendapat perhatian bahkan tidak disetujui di kalangan Muslim. Hal itu
disebabkan karena adanya pengaruh pola pembinaan keimanan di masa-masa awal islam itu
sendiri, yaitu pada masa Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Di masa Rasulullah SAW,
penanaman, pembinaan, dan cara penerimaan keimanan masih melalui hati, al-tas-hdiq bi al-
qalb. Dulu, para sahabat tidak pernah mempertanyakan lebih jauh dan detail masalah
keimanan tanpa mempersoalkan ataupun mempertimbangkan secara analisis akal.
Contohnya cukup mengimani sepenuh hati akan keberadaan Allah Yang Maha Esa tanpa
harus mempertanyaka bagaimana konsep keesaan tersebut. Mereka puas mengimani melalui
pembenaran hati Rasulullah saja.

Rasulullah tidak pernah membicarakan tentang keimanan secara lebih terperinci,


beliau hanya menganjurkan para umatnya untuk beriman tanpa banyak bertanya
menyebabkan para sahabat dan tabi’in tidak berkenan untuk memperbincangkan secara detail
berdasarkan argumen. Misalnya bagaimana Imam Malik (salah satu tokoh tabi’in)
menyampaikan fatwanya kepada para murid seraya berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap
para pelaku bid’ah. Ditanya siapakah gerangan mereka itu? Beliau menjawab. “mereka
adalah yang memperbincangkan perihal nama, sifat, kalam, ilmu dan kekuasaan Allah;
mereka membicarakan apa yang sengaja tidak dibicarakan oleh para sahabat dan tabi’in”. Hal
ini karena pada masa awal-awal Islam belum merasakan arti penting dan perlunya
mengetahui lebih jauh tentang ilmu kalam. Tidak adanya kepedulian membicarakan
mengenai masalah ilmu kalam secara teoritis rasional padahal sangat mungkin bukan karena
itu dilarang melainkan belum diperlukan.

Pada masa ini, yang diperlukan adalah terwujudnya umat yang satu dan bersatu
dibawah kualitas pemahaman dan intensitas akidah yang satu pula. Karena perbincangan
rasional terhadap persoalan keagamaan otomatis menimbulkan perbedaan, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan perpecahan. Namun hal ini sangat wajar dan pada
perkembangan berikutnya, umat islam segera pindah dari tahap penerimaan akidah melalui
hati menjadi tahap penerimaan akidah melalui pemikiran dan analisis rasional. 3

Pada sejarahnya, kemunculan Ilmu Kalam dipicu oleh adanya persoalan politik yang
menyangkut tentang peristiwa pembunuhan ‘Ustman bin Affan’ yang berbuntut pada
penolakan Mu’awiyyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dalam kaitan ini Ibn

2
Afrizal M, Pemikkiran Kalam Imam Al-Syafi’I (Pekanbaru: Suara Umat, 2013), hlm.10
3
Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, Jakarta : PT Kharisma Putra Utama, 2015, hlm. 14.
5

Taymiyyah mengatakan bahwa sebgaian pasukan Ali bin Abi Thalib, begitupun orang-orang
yang menentang Ali dan bersikap netral dalam peperangan bukanlah pembunuh
Utsman. Para pembunuh Utsman hanyalah kelompok kecil dari pasukan Ali namun mereka
kecewa karena Ali menerima usulan untuk tidak perang shiffin. Kemudian mereka keluardan
membentuk kelompok bari yang dikenal dengan nama kaum Khawarij. Ketegangan tersebut
menjadikan adanya perang shiffin.4

Persoalan ini tidak dapat diselesaikan melalui tahkim. Putusan hanya datang dari
Allah dengan kembali kepada hukum-hukum Al-Qur’an. Pandangan terhadap Ali yaitu salah
karena meninggalkan barisannya. Dengan kejadian ini, T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy
menyebutkan alasam disebutnya ilmu tauhid dengan nama ilmu kalam. Ulama-ulama
mutaakhirin membicarakan didalam ilmu kalam mengenai hal-hal yang tidak dibicarakan
oleh ulama salaf, seperti penakwilan ayat-ayat mutasyabihat, pembahasan mengenai qada,
kalam, dan lain sebagainya.5

4
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, hlm. 16.
5
Syafii, Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam ke Teologi : Analisis Epistemologis dalam Jurnal Teologia,
Volume 23, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 4.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Kalam dimaknai dengan ilmu pembicaraan, karena dengan pembicaraanlah
pengetahuan ini dapat dijelaskan, dan dengan pembicaraan yang tapat kepercayaan yang
benar dapat ditanamkan. Disebut “Ilmu Kalam” karena yang dibahas adalah Kalam Tuhan
dan Kalam manusia. Jika yang dimaksud dengan Kalam adalah “firman Tuhan”, maka Kalam
Tuhan pernah menimbiulkan perdebatan sengit dikalangan umat Islam pada abad kedua dan
ketiga hijriah. Salah satu perdebatan itu adalah tentang apakah Kalam Allah baru atau Qadim.
Karena firman Tuhan pernah diperdebatkan, maka dinamakan ilmu kalam.

Masalah akidah atau Ketuhanan pada masa Rasulullah masih dalam tahap yang
sederhana dan juga murni. Persoalan akidah tidak keluar dari ketentuan pokok yang telah
digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Di masa ini tidak ada pertentangan atau pun
dipermasalahkan tentang pendapat diantara kaum Muslim mengenai akidah seperti tentang
sifat Tuhan, kedudukan sifat tersebut apakah sifat zat atau fi’il, dan sebagainya. Mereka
hanyalah meyakini bahwa Allah itu azali.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis maupun para pembaca. Selain itu, kami mengharapkan kritikan dan saran apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Sekian dari kami ucapkan terima kasih
sebesar-besarnya

6
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), hlm. 3

Afrizal M, Pemikkiran Kalam Imam Al-Syafi’I (Pekanbaru: Suara Umat, 2013), hlm.10

Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, hlm. 16.

Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, Jakarta : PT Kharisma Putra Utama, 2015, hlm. 14.

Syafii, Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam ke Teologi : Analisis Epistemologis dalam Jurnal

Teologia, Volume 23, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 4.

Anda mungkin juga menyukai