Disusun Oleh:
Klompok I
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diharapkan mampu menambahpengetauhan
pembaca mengenai “ HUBUNGAN ANTAR FILSAFAT, TASAWUF, DAN ILMU”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, baik yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dengan membantu memberikan tambahan data, informasi, serta
motivasinya. Khususnya kepada Dosen Mata Kuliah Ilmu Kalam atas bimbingannya, Karena
tanpa hal tersebut kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Sehingga dapat menambah
wawasan Ilmu Pengetauhan kita.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Klompok I
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................... 1
A. Simpulan ............................................................................................................................................. 12
B. Saran ................................................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian dari ilmu kalam , filsafat , dan tasawuf ?
2. apa titik perbedaan antara ilmu kalam , filsafat dan tasawuf ?
3. apa titik persamaan antara ilmu kalam , filsafat , dan tasawuf ?
4. bagaiman titik singgung antara ilmu kalam , dan tasawuf ?
C. Tujuan Penulisan
1. mahasiswa mampu memahami pengertian dari ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
2. mahasiswa mampu mengenal dan memahami persamaan dan perbedaan antara ilmu
kalam, filsafat dan tasawuf.
3. Mahasiswa mampu memahami titik singgung antara ilmu kalam , dan tasawuf
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kedua, ilmu kalam adalah ilmu yang dikaitkan dengan allah, perbuatan dan
sifat-sifatnya, oleh sebab itu ilmu kalam biasa disebut juga sebagai ilmu ushuluddin
atau ilmu Tahwid, yakni ilmu yang membahas tentang penetapan aqaid diniyah
dengan dalil (petunjuk) yang konkret. Maka, ilmu kalam adalah rangkaian
argumentasi rasional yang disusun secara sistematik untuk memperkukuh kebenaran
akidah agama islam.1
1 Nunu burhanuddin, ilmu kalam dari tauhid menuju keadilan. Jakarta: kencana, 2016, hlm 9
3
Ketiga,ada pula definisi ilmu kalam seperti yang diajukan oleh Al-Farabi dan
Ibn khaldun. Al-Farabi, misalnya, menyebut ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang
membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesuda mati yang berlandaskan
doktrin islam. Sedsangkan Ibnu khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin
ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah iman yang diperkuat
dalili-dalil rsaional. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam
adalah ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan
argumen logis maupun filosofis.
Keemapat, istilah kala dapat juga digunakan untik menunjukan keahlian
daklam menguasai cabang ilmu tertentu, sehingga orang yang menguasai ilmu itu
disebut Mutakalimin, Ashhab al-kalam al-tabi’i (ahli fisika), begitu juga ashhab kala
al-ilahi atau al-Mutakalimun fi ak-ilahi (teologi). Namun pada perkembangan
selanjutnya istilah “kalam” dalam islam lebih dititiktekankan pada aliran teologi,
seperti Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah.
Kelima, kalam juga diistilahkan oleh para pakar dengan beragam nama, antara
lain: Abu Hanifah (150H/767M) memberinya nama dengan istilah „Ilmu Fiqih Akbar,
kemudian Imam Asy-Syafi‟i (204H/829M), Imam Malik (179H/795M), dan Imam
Ja‟far al-Sadiq (148H/765M) membeerinya dengan nama dengan istilah „Ilmu
kalam.2
Keenam, kalam sebagai teologi. Rumusan lain dikemukakan oleh Harry
Austry Wolfson yang berpendapat bahwa istilah kalam adalah terjemahan dari karya-
karya filosof yunani, “theos” (Tuhan) dan “logos” (kata atau argumen). Sehingga
teologi dapat diartikan dengan ilmu atau argumen tentang Tuhan. Istilah yang disebut
belakangan ini sebnarnya merupakan transformasi dari pemikiran teologi atau („ilmu
al-La ut) yang telah berkembang di dunia barat pada masa sebelumnya. Maka tidak
heran jika kemudian muncul pakar yang mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai “ilmu
ak-Lahut”, yakni discourse or reaso concerning God (dirkursus atau pemikiran
tentang Tuhan). Bahkan dengan mengutip istilah yang diberkan oleh Wiliam Ockham,
2 Ibid,10
4
L Reese menyatakan bahwa Theology to be a disclipine resting on revealed truth and
independent of both philosophy and science (Teologi merupakan sebuah disiplin ilmu
yang meletakan kebenaran wahyu, lewat argumen filsafat dan ilmu pengetahuan yang
independen). Rumusan Wiliam Ockham tentang teologi tampaknya ada kemiripan
dengan pendapat Ibn Khaldun, seperti diutip oleh Mushthafa Abdul Raziq, yang
mendefinisikan „ilmu kalam sebagai ilmu al-kalam hawa „ilmun yatadlammanu al-
hujjaja „an „aqaid al imaniyyah bi al-adilah al-„aqliyah (ilmu kalam yaitu sebuah
disiplin ilmu berkaitan dengan keimanan yang diperkuat dengan menggunakan
argumentasi rasional).
Berdasarkan istilah di atas memberikan pemahaman bahwa ilmu kalam
merupakan disiplin keilmuan dalam agama islam terkait berbagai argumentasi tentang
akidah iman yang diperkuat dalil-dalil rasional. Istilah tersebut juga memeberi ruang
bagi perkembangan konten ilmu kalam ke arah yang lebih dinamis. 3
2. Pengertian Filsafat
Secara etimologis, kata „filsafat‟ berasal dari gabungan dua kata: Philein yang
berarti mencintai; dan Sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan (wisdom), jadi
dilihat dari asal katanya, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. 4
Para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mendefinisikan apa itu filsafat. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
Plato (427-347 SM), “filsafat tidak laom adalah pengetahuan tentang sesgala
sesuatu hal.
Aristoteles (384-322), “filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Al-Kindi (800-870), “kegiatan manusia yang bertingkat tertingi adalah filsafat
yang merupakan ilmu pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada
sejauh mungkin bagi manusia..bagi filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetagetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab
dari segala kebenaran...”
Al-Farabi, “filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.”
3 Ibid ,11
4 Nurani soyomukti, pengantar filsafat umum. Jogjakarta: ar-ruzz media. 2011, hlm 101
5
Harold H. Tinus filsafat adalah sikap tentang hidup dan alam semesta...salah
satu metode berpikir reflektif dan penyelidikan yang didasarkan pada
akal...adalah seperangkat masalah...suatu perangkat teori dan sistem
pemikiran.
Ibnu Sina (980-1037), “fisika dan metafisika sebagai suatu badan ilmu yang
tak terbagi. Fisika mengamat-amati yang ada sejauh tak bergerak, metafisika
memandang yang ada sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh
kenyataan sejauh dapat dicapai oleh manusia. Hal pertama yang dihadapi oleh
seorang filsuf adalah bahwa yang ada (berwujud) berbeda-beda. Terdapat ada
yang hanya „mungkin ada‟,”
Ibnu Rushd (1126-1198), “filsafat itu hikmah yang merupakan pengetahuan
otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikaruniai oleh Allah
dengan akal. Filsafat diwajibkan pula oleh Al-Qur‟an agar manusia dapat
mengagumi karya Tuhan dalam persada dunia.”
Immannuel Kant (1724-1804),”filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang di dalamnya mencakup empat persoalan sebagai berikut.
- Apakah yang kita dapat ketahui? (dijawab oleh metafisika).
- Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika).
- Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
- Apakah ynag dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi).
Prof. Dr. N. Driyakarya S.J. (1913-1967), “filsafat adalah pikiran manusia
yang radikal, artinya dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan
pendapat-pendapat „yang diterima begitu saja‟ mencoba memperlihatkan
pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandagan dan sikap praktis.
Jika filsafat, misalnya, bicara tentang masyarakat, hukum, sosiologi, kesulitan,
dan sebagainya, di situ pandangan tidak diarahkan kepada sebab-sebab yang
terdekat (secondary cause), melainkan ke „mengapa‟ yang terakhir (first
cause), sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan
kekuatannya,”5
5 Ibid , 101
6
3. Pengertian Tasawuf
Secara lauhghawi/etimologi (kebahasaan)-sebagian ada yang berpendapat-kata
tasawuf atau sufi diambil dari kata shaff, yang berarti saf atau barisan. Dikatakan
demikian, karena sufi selalu berada pada baris pertama dalam shalat. Ada juga yang
mengatakan berasal dari kata shafa yang berarti bersih, karena hatinya selalu
dihadapkan ke hadirat Allah swt., dan bentuk jamak (plural)-nya shaffi, bukan shufi.
Ada lagi yang mengatakan, berasal dari kata shuffah atau shuffat al-masjid, serambi
masjid. Tempat ini didiami oleh para sahabat Nabi yang tidak punya tempat tinggal.
Mereka selalu berdakwah dan berjihad demi Allah semata. Dikatakan sufi, karena
senantiasa menunjukan perilaku sebagaimana para sahabat pada masa Nabi Saw.
Tersebut. Disamping itu, masih ada lagi yang berpendapat, bahwa kata sufi
merupakan kata jadian dari shaf, yang berarti bulu domba. Dikatakan demikian,
karena para sufi suka memakai pakaian kasar, tidak suka pakaian halus, dan bagus,
yang penting bisa menutupi dari ketelanjangan. Ini dilakukan sebagai tanda taubat dan
kehendakannya untuk meninggalkan kehidupan duniawi. Ada lagi yang berpendapat,
kata sufi berasal dari kata shopos (bahasa yunani) yang berarti hikmah
(kebijaksanaan). Dikatakan demikian, karena sufi selalu menekankan kebijaksanaan.
Huruf “S” pada kata shopos itu ditransliterasikan kedalam bahasa arab menjadi
“Shad” dan bukan “Sin” sebagaimana tampak pada kata philosphi yang
ditransliterasikan ke dalam bahasa arab menjadi falsafah. Dengan demikian kata sufi
seharusnya ditulis sufi bukan shufi. Akan tetapi, dari semua istilah tasawuf yang
dikemukakan diatas, Al-Qusyairi menganngap hanya merupakan laqab (sebutan).
Oleh karena dari semua asal kata tersebut tidak ada yang cocok dari sisi analogi atau
asal-usul bahasa Arab.6
Secara istilah (terminologi) ada banyak pengertian yang dimunculkan disini. Abu jal-
Hasan asy –Syadzili (1258 M), guru spiritual terkenal dari Afrika Utara-sebagaimana
dikutip Fadhalalla Haeri-mengartikan, tasawuf sesbagai “praktik-praktik amalan dan
latihan dalam diri seseorang melalui ibadah dan penyembahan lain guna
mengembalikan diri kepada Allah Swt.” Sementara Ahmad Zarruq (1494 M) dari
Maroko, cukup luas mendefinisikan tasawuf sebagai “pengetahuan yang dapat menata
dan meluruskan hati serta membuatnya istimewa bagi Allah, mempergunakan
7
pengetahuan tentang islam-secara khusus tentang hukum-yang kemudian mengaitkan
pengetahuan tersebut guna meningkatkan kualitas perbuatan, serta memelihara diri
dalam batasan-batasan hukum islam dengan harapan muncul kearifan pada dirinya. 7
Perbedaan diantara ilmu kalam, filsafat dan Tasawuf terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan metode dialektikal (jadaliah),
dikenal juga dengan “dialog keagamaan”. Sebagai sebuah keagamaan, ilmu kalam berisi
keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argument-argumen
rasional. Sebagian ilmuan mengatakan behwa ilmu ini berisi keyakinan-keyanian kebenaran,
praktik, dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan
pendekatan rasional.
Sementara itu ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio.
Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat subjektif sifatnya, yaitu
sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi yang adatang dari tuhan.
Kebenaran yang dihasilkandari ilmu tasawuf dikenal dengan istillah kebenaran hudhuri.
Manfaat teologi diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru
mengenal rasio untuk mengenal tuhan secara rasional sehingga tuhan dapat dipahami secara
7 Ibid ,29
8
rasional. Adapun filsafat adalah ilmu yang mengajak kepada orang yang memiliki rasio secar
prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan
skosistemnya langsung. Kemudian Tasawuf lebih berperan sebagi ilmu yang memberi
kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak
memperoleh yang ingin dicarikan.
Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai objek kajian yang mirip. Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan denga-Nya. Objek kajian
filsafat pun adalah masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian
Tasawuf adalah Tuhan, yaitu upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dari aspek
objeknya, ketiga ilmu itu sama-sama membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun atas dasar logika. Oleh
karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikansecara
empiris, riset, dan eksperimental).
9
Ilmu kalam sering menempatkan diri pada kedua pendekatan ini aqli dan naqli suatu
metode argumentasi yang di dialectik jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar pada
keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat Islam tanpa argumentasi rasional.ilmu
ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqaid.
Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh
perasaan rohaniah sebagai contoh ilmu tauhid menerangkan bahwa Allah bersifat sama‟
(mendengar), bashar (melihat), kalam (berbicara), irodah (berkemauan), Qudrah (kuasa),
hayat (hidup) dan sebagainya. Ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan seorang hamba
dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihat nya bagaimana perasaan hati
seseorang ketika membaca Alquran ; dan bagaimana cara memeriksa bahwa segala sesuatu
yang tercipta merupakan pengaruh dari qudroh (kekuasaan ) Allah ? Pertanyaan-Pernyataan
diatas sulit terjawab dengan hanya mendasarkan diri pada ilmu tauhid atau ilmu
kalam,biasanya yang membicarakan tentang penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan
manusia adalah ilmu tasawuf yang membahas cara merasakan nilai-nilai akidah dan dengan
memperhatikan bahwa persoalan tadzawwuq (bagaimana merasakan) tidak hanya termasuk
dalam lingkup hal yang sunnah atau dianjurkan tetapi termasuk hal yang diwajibkan.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan sepiritual dalam pemahaman dalam penghayatan yang mendalam melalui hati
terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih berhati-hati atau
teraplikasikan dalam perilaku dengan demikian ilmu tasawuf merupakan penyempurna
tauhid Jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan Sisi terapan rohaniah
dari ilmu tauhid.Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf Oleh karena itu
jika timbul aliran yang bertentangan dengan aqidah atau lahir kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Alquran dan as-sunnah Hal itu merupakan Penyimpangan atau
penyelewengan jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Alquran dan as-
sunnah atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama Salaf hal itu harus ditolak.Selain
itu ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohani dalam perdebatan
perdebatan Islam sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung
menjadi ilmu yang mengandung muatan rasional ,di samping muatan naqliyah jika tidak
10
diimbangi dengan ilmu kalam akan bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas di sinilah
ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesankan
sebagai dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan
secara qobliyah (hati).8
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu kalam ,filsafat dan tasawuf mempunyai kajian objek yang sama , objek kajian
ilmu kalam yaitu adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya .objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam , manusia dan segala
sesuatu yang ada.objek kajian tasawuf adalah tuhan , yaitu upaya-upaya pendekatan
terhadapnya.jadi,dari aspek objeknya ketiga ilmu itu sama sama membahas masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan, sedangkan perbedaannya terletak pada aspek metodologinya ,
untuk itu ketiga ilmu ini saling berkaitan dan saling bersinergi satu sama lain.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna , kedepannya kami akan
lebih focus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah ini dengan sumber sumber
yang lebih banyak tentunya dan dapat dipertanggung jawabkan
12
DAFTAR PUSTAKA
Nunu, Burhanudin,2016 ilmu kalam dan tauhid menuju keadilan ,Jakarta : Kencana
13